Anda di halaman 1dari 21

1

UJI EFEKTIVITAS LABORTORIUM KARBON AKTIF


ALTERNATIF DARI AMPAS TEH UNTUK PENGOLAHAN
AIR FORMASI SEBAGAI MEDIA ADSORBSI MINYAK

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan guna penyusunan tugas akhir Program Studi Teknik Perminyakan

Oleh
THEO SYAFUTRA
NPM. 183210986

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN


UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2020
BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kegiatan produksi minyak dan gas bumi akan menghasilkan limbah hasil
kegiatan yang berbentuk padatan, cair, dan gas dengan komposisi kurang lebih 80%
merupakan limbah kegiatan berbentuk cair bahkan pada lapangan minyak yang
sudah lama berproduksi bisa mencapai sekitar 90%. Air yang terproduksi dari
sumur minyak mengandung partikel padat yang berasal dari reservoir,
nonemulsified oil, stable emulsified oil, insoluble solid, cat, NH3, H2S, fenol, COD
(chemical Oxygen Demand), BOD (biology Oxygen Demand) serta beberapa logam
berat. Air terproduksi akan terus dihasilkan selama kegiatan dilapangan produksi
minyak aktif, karena sifatnya yang seperti itu maka sangat berpotensi untuk
dilakukan pengolahan air terproduksi secara berkelanjutan dan memperoleh
keuntungkan baik secara keekonomian bahkan lingkungan (Igunnu and Chen, 2014)
Daun teh merupakan sisa dari teh yang telah mengalami proses pelarutan
dengan air, sehingga serat yang tertinggal lebih dominan berupa serat tidak larut
(Lestari, 2006). Bajpai dan Jani (2010) melaporkan ampas daun teh mengandung
selulosa (37%), hemiselulosa dan lignin (14%), dan polifenol (25%). Kandungan
dalam ampas daun teh diharapkan dapat digunakan sebagai adsorben untuk
mengadsorpsi Fe dan Cu.
Karbon aktif merupakan karbon yang telah melalui proses aktivasi sehingga
memiliki pori dengan luas permukaan yang sangat besar sehingga dapat
meningkatkan daya absorpsinya, karbon aktif memiliki diameter pori dengan
ukuran skala molekul (nanometer) yang memiliki gaya van derWaals yang
kuat.(indah nurhayati, joko sutrisno, pungut, 2015). Dengan karbon yang dihasilkan
dari ampas teh dapat diaktivasi dengan berbagai macam metode, baik itu
menggunakan steam, bahan kimia ataupun dengan menggunakan temperatur yang
tinggi (>700°C). Ampas teh adalah bahan yang sangat berpotensi untuk dijadikan
karbon aktif karna ketersediaan dari ampas teh yang sangat melimpah dan nilai
ekonominya belum tinggi. Ampas teh dapat diperoleh dari dari pabrik gula yang
terdapat didaerah dan juga bisa di dapat dari pedagang kaki lima yang menjual
minuman berbahan teh.

2
3

Metode yang efektif untuk proses pengolahan limbah dari air terproduksi
adalah metode filtrasi. Menurut (Teddy Hartuno, Udiantoro, 1981) filtrasi adalah
proses pengolahan air secara fisik untuk menghilangkan partikel terdispersi dalam
air dengan melewatkan air tersebut melalui media berpori dengan ketebalan dan
diameter tertentu. Adapun media yang digunakan dalam proses filtrasi antara lain
pasir, kerikil, dan karbon aktif. Pemilihan karbon aktif sebagai media utama dalam
proses filtrasi karena memiliki sifat kimia dan fisika yang mampu menyerap zat
organik maupun anorganik (Mifbakhuddin, 2010). Dengan proses filtrasi dapat
menurunkan unsur pencemaran fisik, kimia, dan biologi yang menimbulkan
dampak negatif bagi lingkungan

1.2 TUJUAN PENELITIAN


Adapun tujuan dari penelitian Tugas Akhir ini diantaranya adalah :
1. Dapat membuat karbon aktif dari limbah ampas teh.
2. Mengetahui ukuran mikro pori karbon aktif ampas teh.
3. Mengetahui daya serap karbon aktif ampas teh menggunakan uji daya
serap iodin (I2)
4. Mengetahui pengaruh penggunaan karbon aktif ampas teh dalam filtrasi
air produksi terhadap alat water treatment pasir silika walnut shell.
5. Mengetahui apakah hasil filtrasi air produksi terhadap alat water
treatment pasir silika walnut shell dan karbon aktif ampas teh telah
memenuhi peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah.

1.3 MANFAAT PENELITIAN


Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Mengetahui kegunaan lain dari karbon aktif ampas teh.
2. Mengetahui prinsip kerja Oil Removal Filter.
3. Dapat dijadikan referensi bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan
penelitian selanjutnya.
4. Dapat dijadikan rujukan bagi pengembangan ilmu dalam perminyakan
dan ilmu yang berhubungan dengan judul penelitian.
4

1.4 BATASAN MASALAH


Agar penelitian lebih terarah dan tidak menyimpang dari tujuan, maka
penelitian ini memiliki batasan-batasan sebagai berikut :
1. Proses pembuatan karbon aktif cangkang kelap sawit menggunakan
metode aktivasi kimia-fisika, dimana aktivasi kimia menggunakan Asam
Forfat (𝐻3 𝑃𝑂4) dengan konsentrasi 30% selama 24 jam dan aktivasi
fisika pada suhu 700oC selama 1 jam.
2. Menganalisis kandungan oil content, pH, Turbidity dan TDS (Total
Dissolve Solid) dalam air yang telah dilakukan proses filtrasi karbon aktif
ampas teh dalam desain water treatment pasir silika wallnul shell.
3. Penelitian dilakukan dalam skala laboratorium dan belum diujicobakan
pada skala perusahaan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 STATE OF THE ART


Ada beberapa referensi yang telah memanfaatkan ampas teh untuk dijadikan
karbon aktif sejalan dengan topik yang diusulkan sehingga hal ini dapat menjadi
panduan untuk menghasilkan suatu hal yang baru dan tidak melakukan
pengulangan kegiatan. Berikut ini tabel state of the art dari kegiatan ini :

Tabel 2.1. State of The Art


No Judul Metode Hasil
1 Pemanfaatan Karbon Karbonisasi karbon Dari hasil yang di
Aktif dari Ampas Teh pada suhu 500oC selama dapatkan sangat
sebagai Adsorben pada 15 menit dengan aliran memuaskan. Dengan
Proses Adsorpsi β- gas nitrogen aktivasi kemampuan
Karoten yang kimia H3PO4, 85% penyerapan β-
Terkandung dalam karoten yang
Minyak Kelapa Sawit terkandung dalam
Mentah (Misran et al., CPO yakni > 99%.
2016)
2 Sintesis dan Dalam kasus ini suhu Berdasarkan hasil
karakterisasi karbon karbonisasi yang penelitian yang
aktif dari ampas teh dipakai adalah 400, 500, diperoleh,
ditinjau dari suhu dan 600, 700, dan 800°C dan %rendemen paling
waktu karbonisasi waktu karbonisasi besar pada suhu
(Indrawan et al., 2019) selama 1; 1,5; 2; 2,5; karbonisasi 400°C
dan 3 jam. Proses selama 2 jam yaitu
impregnasi dilakukan 27,5%. Hasil karbon
menggunakan larutan aktif terbaik hasil
asam H3PO4 30% karakterisasi yaitu
dengan ratio karbon: pada proses
H3PO4 adalah 1:4 (%, karbonisasi suhu
b/b selama 24 jam). 800°C selama 2 jam.

5
6

2.2 TEH (CAMMELIA SINENSIS)


Indonesia merupakan negara agraris yang kaya hasil sumber daya alam.
Sumber daya alam yang ada di Indonesia berasal dari berbagai bidang baik dalam
bidang pertanian, kehutanan, perikanan, kelautan, peternakan, pertambangan dan
energi yang terletak diseluruh penjuru Indonesia (Kementerian Sekretariat Negara
Indonesia, 2006:479).
Pertanian teh Indonesia adalah pertanian tropika karena sebagian besar
daerahnya berada didaerah tropik yang langsung di pengaruh oleh garis
khatulistiwa yang memotong Indonesia hampir hadi dua. (Mubyarto, 1989: 6).
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah perekonomian suatu negara
dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi juga dapat mengukur prestasi dan
perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari
periode tersebut kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa
akan meningkat yang disebabkan oleh factor-faktor produksi yang selalu
mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya. Menurut Sukirno (2004)
dalam analisis makro, tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh suatu negara
diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu
negara/daerah. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik menyatakan pertumbuhan
ekonomi (di daerah diukur dengan pertumbuhan PDRB) bergantung pada
perkembangan faktor-faktor produksi yaitu; modal, tenaga kerja dan teknologi
(Sukirno, 1994: 456).
Investasi dalam bentuk FDI memungkinkan negara yang menerima aliran
dana tersebut mencapai tingkat investasi melebihi kapasitas untuk menyimpan
(Alfaro, 2003:13).Ampas daun teh merupakan sisa dari teh yang telah mengalami
proses pelarutan dengan air, sehingga serat yang tertinggal lebih dominan berupa
serat tidak larut (Lestari, 2006). Bajpai dan Jani (2010) melaporkan ampas daun teh
mengandung selulosa (37%), hemiselulosa dan lignin (14%), dan polifenol (25%).
Kandungan dalam ampas daun teh diharapkan dapat digunakan sebagai adsorben
untuk mengadsorpsi Fe dan Cu.
7

2.3 PASIR SILIKA


Pasir silika merupakan jenis pasir yang sangat banyak manfaatnya untuk
kebutuhan kontruksi dan hal-hal yang berkaitan. Hasilnya banyak manfaat pasir
silika yang digunakan untuk bahan keramik, bahan baku kaca bahkan saringan filter
air. Pasir silika suatu mineral umum yang ditemukan salah satunya dikerak
kontinen bumi. Komposisi serta ukuran dari pasir silika dengan kadar SiO2 tinggi
diatas 90% dengan ukuran 2,362 mm sampai 0,063 mm dengan kandungan senyawa
lain yang rendah (Rachman et al., 2017)

2.4 WALLNUT SHELL


Walnut shell merupakan kulit cangkang kenari yang berpotensi sebagai media
filtrasi. Walnut shell memiliki daya adsorpsi terhadap partikel-partikel yang
tersuspensi pada limbah cair. Potensi yang dimiliki cangkang kenari termasuk
kedalam kandidat dikonversi ke Activated Carbon karena kandungan karbon yang
relative tinggi. Kulit kenari bahan baku dengan komposisi selulosa 38,7%, lignin
24,7%, hemiselulosa 18,4%, bahan yang dapat diekstraksi 7,5%, abu 2,6% dan
kelembaban 8,1% (Nazari et al., 2016).

2.5 AIR TERPRODUKSI


Air terproduksi merupakan air formasi yang terakumulasi dengan minyak dan
gas yang dihasilkan dari sumur produksi minyak dan gas. Limbah cair industri
minyak yang terbesar dalam proses produksi iyalah air fomasi atau bisa disebut
emulsi. Emulsi merupakan hal yang tidak diinginkan dan menjadi tantangan
tersendiri dalam proses produksi minyak bumi(Erfando et al., 2019). Banyak kasus
dilapangan dapat dilihat jumlah air terproduksi yang dihasilakan lebih besar
dibandingkan jumlah produksi minyak.
Komposisi dari air terproduksi yang kompleks, terbagi atas dua kategori
utama senyawa yaitu organik dan anorganik. Secara umum air terproduksi
mempunyai komposisi yang terdiri dari komponen dissolven dan dispersed minyak,
mineral, senyawa kimia adiktif dalam proses produksi gas dan senyawa yang
bersifat padat, cair, mikroorganisme, dan juga oksigen (Igunnu and Chen, 2014).
Air terproduksi memiliki karakteristik yang bervariasi sesuai dari suatu
tempat atau lokasi satu dengan yang lainnya serta pengaruh waktu ke waktu dari
8

perbedaan lokasi, iklim, dan ketersediaan infrastruktur. Pada hasilnya variasi


karakteristik tersebut disesuaikan dengan pilihan teknologi yang bersifat spesifik
bergantung dari lokasi. 3 langkah pengolahan atau pencegahan tingkatan air
terproduksi yaitu minimilasi, recycle, dan pembuangan

2.6 WATER TREATMENT PLAN


Pada umumnya pengolahan air yang dilakukan sebagai usaha teknis untuk
mengubah sifat-sifat dan kandungan yang terdapat dalam air. Diperlukannya
metode-metode yang sesuai menurut sifat fenomena yang diamati dari perubahan.
Pengolahan metode fisika meliputi pencampuarn, pengendapan, flokulasi, dan
filtrasi. Sedangkan metode kimia meliputi pengendapan, disenfeksi, dan koagulasi
serta pelembutan air dengan oksidasi dan adsorpsi.
Kemajuan teknologi yang diuntungkan membantu mengatasi penanganan
pengolahan air limbah produksi sesuai dengan klarifikasinya. Tantangan umum
dengan mengolah air yang diproduksi, seperti biaya, mobilitas, fleksibilitas (untuk
jumlah yang bervariasi dan kontaminan), dan daya tahan. Beberapa kemajuan yang
dihasilkan dari penelitian sebelumnya meliputi(Sinha et al., 2018).
1. Membran antifouling yang menghilangkan bahan organik dan bakteri dengan
sensitivitas kurang terhadap variabilitas air.
2. Perbandingan dua teknologi untuk mengolah air dengan konsentrasi barium
dan radium yang tinggi.
3. Prototipe sistem desalinasi osmosis maju dengan penolakan garam 90%.
Secara kolektif teknologi sederhana berdampak jelas memajukan
pengetahuan untuk membantu mengurangi biaya, meningkatkan efisiensi, dan
meningkatkan bidang kesiapan proses perawatan yang menjanjikan. Terdapat
beberapa metode yang dapat diaplikasikan dintaranya dengan metode fisika, kimia,
dan biologi. Pada metode fisika dilakukan adsorpsi organik terlarut pada karbon
aktif, organoklay, kopolimer, zeolite, resin. Lain lagi dengan metode kimia yang
memiliki koagulasi yang baik dengan skala sifat penghambatan khususnya dalam
air yang terproduksi. Di sisi lain, perawatan biologis adalah metode yang hemat
biaya untuk menghilangkan senyawa terlarut dan tersuspensi dari air limbah ladang
minyak dalam ekstraksi fasilitas darat (Fakhru’l-Razi et al., 2009).
9

2.7 KARBON AKTIF


Arang atau karbon dalam wujud yang berbeda memegang peranan penting
pada kehidupan manusia. Zat yang mengandung karbon dapat diperoleh dari
tanaman, kayu kering, batu bara dll. Karbon adalah jenis campuran yang diperoleh
dari pembakarana subtansi organik atau non organik yang tentunya memiliki unsur
karbon. Berpori atau tidaknya karbon tergantung dari keadaan dari proses yang
digunakan dan proses lanjutan setelah proses pembakaran atau karbonisasi.
Kualitas dari karbon tersebut sangat berpengaruh terhadap hal dalam aplikasinya.
Maka dari itu diperlukan pengolahan yang sesuai dan tepat agar sesuai dengan
karakterisasi aplikasi yang akan dilakukan.
Hampir kebanyakan karbon aktif padatan berpori mengandung 85%-95%
karbon (Idrus, Lapanporo , & Putra, 2013). Bahan terkandung unsur karbon dapat
dijadikan karbon dengan suhu pemanasan yang tinggi, Karbon aktif merupakan
sebuah adsorben dan media adsorpsi yang merupakan metode dalam penurunan
limbah air terproduksi yang akan diserap oleh adsorben. Dengan luas permukaan
yang besar karbon aktif dapat digunakan untuk aplikasi penghilang warna,
penghilang rasa, penghilang bau serta agen pemurnian.
Pada umumnya arang aktif dibuat dengan proses aktifasi penambahan bahan
kimia. Setiap jenis aktivator sangat berpangaruh terhadap perbedaan volume pori-
pori maupun luas permukaan arang aktif tersebut. Arang aktif dapat terbentuk dari
dua cara dilakuakan aktivasi yaitu secara fisika dan kimia. Aktifasi fisika dilakukan
pertama proses karbonisasi dan yang kedua dilakukan aktifasi, sedangkan kimia
terlebih dahulu diimpregnasi dengan bahan pengaktif lalu dikarbonisasi. Aktifasi
fisika dan kimia sama-sama memiliki tujuan untuk memperluas pori-pori arang
aktif. Semakin baik proses aktifasi berpengaruh terhadap kualitas arang. Larutan
zat pengaktif yang digunakan semakin pekat dapat berpengaruh terhadap
permukaan arang memperluas pori yang dihasilkan semakin banyak (Pambayun,
Yulianto, Rachimoellah, & Putri, 2013).
Metode aktifasi yang umum digunkan dalam pembuatan karbon aktif adalah:
1. Aktifasi Kimia : pada aktivasi ini menggunakan bahan bahan kimia sebagai
proses pemutusan rantai karbon senyawa organik.
10

2. Aktifasi Fisika : aktivasi ini dengan bantuan panas uap dan CO2 sebagai
proses pemutusan rantai karbon dan senyawa organik.
Karbon aktif kimia mempunya daya adsorpsi lebih baik pada karbon aktif
fisika. Dimana daya serap yang diperleh karbon aktif pada kondisi pH 5, waktu
kontak 1,2 sampai 2 jam dengan dosis 20 gr/l menurunkan kadar warna 94,6% dan
organik bilangan 𝐾𝑀𝑛𝑂4 sebesar 91,5% dari 152,5 mg/l menjadi 9,5 mg/l. dari
hasil penilitian tersebut bahwa baku mutu air demikian memenuhi baku mutu air
besih (Aryanti, 2010). Dibawah ini merupakan tabel fungsi dan kegunaan karbon
aktif.
Tabel 2.1 Aplikasi Karbon Aktif
Maksud/Tujuan Pemakaian
Pemurnian gas Desulfurisasi, menyerap gas beracun dan bau busuk
Pengolahan LNG Desulfurasi, penyaringan bahan mentah
Katalisator Katalisator, pengangkut vinil klorida dan vinil asetat
Industri obat dan Menyaring dan menghilangkan warna, menyerap bau
minuman dan rasa tidak sedap
Air Menyaring kotoran, filter untuk logam pencemar
Pelarut Recovery pelarut
Pengolahan pulp Pemurnian, penghilang bau
Pengolahan pupuk Pemurnian, penghilang bau
Pengolahan makanan Penyerap bau dan warna

2.8 ADSORBSI
Adsorpsi merupakan peristiwa terikatnya suatu subtansi pada permukaan zat
padat. Subtansi ini disebabkan karena penyerapan molekul pada permukaan zat
padat cenderung tertarik kearah dalam dengan gaya tidak dalam seimbang (kohesi
> adhesi). Dari gaya ketidakseimbangan tersebut zat cair atau zat padat saling
terikat zat-zat atau gas lainnya yang bersentuhan dan terjadinya fenomena
konsentrasi zat pada permukaan padatan atau cair disebut sebagai proses
teradsorpsi, sedangkan adsorben itu merupakan zat yang menyerap atau menarik
pada proses adsorpsi. Hasil penelitian menunjukan metode adsorpsi merupakan
11

metode yang memiliki kelebihan dari segi efektifitas, baik secara proses sederhana
dan biaya yang digunkan (Hidayah et al., 2018).

2.8.1 Jenis-Jenis Adsorbsi


Adsorpsi secara umum penyerapan dibagi menjadi fisika (fisisorpi), dan
penyerapan secara kimia (kemosorpi).Proses fisisorpi dilakukan dengan gaya yang
mengikat adsorbat oleh adsorben. Sedangkan adsorpsi kimia prosesnya interaksi
adsorbat dengan adsorben melalui pembentukan ikatan kimia
2.8.2 Adsorbsi Fisika
Gaya Van Der Waals merupakan gaya yang terjadi pada proses adsorpsi
fisika, gaya ini saling tarik menarik yang relative lemah antara permukaan adsorben
dengan adsorbat (Yuliusman et al., 2013). Adsorpsi ini terjadi apabila suatu
adsorbat dialirkan pada permukaan adsorben sehingga adsorbat dapat bergerak dari
suatu bagian permukaan adsorben yang bersih. Pada adsorpsi fisik, bergerak dari
suatu bagian permukaan ke permukaan lainnya serta permukaan yang ditinggalkan
oleh adsorbat yang satu digantiakan oleh adsorbat lainnya.
Reversible merupakan suatu peristiwa adsorbat fisika, sehingga jika
membentuk kesetimbangan yang baru tentu kondisi operasinya telah berubah.
Adsorpsi fisika pada temperature umumnya rendah sekitar (5-10 kkal/gr mol gas),
dibawah temperature didih adsorbat. Hal ini Adsorpsi fisika mengalami
kesetimbangan yang bersifat Reversible dengan sangat cepat serta proses adsorpsi
fisika dapat diputuskan dengan mudah, yaitu dengan cara pemanasan temperature
150o - 200o C selama sekitar 2 jam
2.8.3 Adsorbsi Kimia
Proses terjadinya adsorpsi kimia dengan adanya interaksi solid aktif adsorben
terhadap zat adsorpsi hanya pada lapisan penyerapan interaksi tunggal permukaan
dinding sel adsorben (Anis and Gusrizal, 2006). Terbentuk reaksi ikatan kovalen
atau ikatan primer. Spesies aslinya tidak dapat ditemukan lagi akibat ikatan yang
sedemikian kuat. Antara adsorben dan adsorbat terikat kuat menyebabkan adsorbat
tidak mudah teradsorpsi.
Gaya yang terlibatkan adsorpsi kimia lebih besar dari adsorpsi fisika.
Perbedaan gaya tergantung variasi pada saat zat bereaksi. Adsorpsi kimia terjadi
12

pada bagian aktif dipermukaan karbon. Ada tidaknya bagian aktif permukaan
karbon bisa efesiensi apabila adsorpsi kimia tersebut terjadi. Desorpsi bisa terjadi
apabila energi yang dibutuhkan lebih tinggi untuk memutuskan ikatan antara
adsorbat dan adsorben.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini di lakukan di laboratorium Teknik Perminyakan Universitas


Islam dengan metode Experiment research dengan mematuhi protocol Kesehatan
COVID-19 yang telah ditetapkan oleh pemerintah pada waktu dilakukannya
penelitian. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penggunaan karbon
aktif ampas teh sebagai Oil Removal Filter. Metode penelitian meliputi alat dan
bahan, serta prosedur penelitian.

3.1 WAKTU DAN TEMPAT


Untuk persiapan bahan karbon aktif ampas teh dan proses penyaringan
dilakukan di Laboraturium Teknik Perminyakan Universitas Islam Riau. Pengujian
gravimetri dilaksanakan di Laboratorium dinas perindustrian UPT. Penelitian akan
dilaksaakan selama dua bulan. Rincian pelaksanaan yaitu dua minggu persiapan
bahan, dua minggu pembuatan karbon dan uji sampel.

Tabel 3.1. Waktu Penelitian


Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3
No Deskripsi Kegiatan
2 4 1 2 3 4 1 2
1 Literatur Review
2 Persiapan Bahan
3 Penelitian di Laboraturium
4 Analisis Hasil
5 Pembahasan dan Kesimpulan

Persiapan pengumpulan data yang di dapat dari hasil penelitian sebelumnya


berupa jurnal, buku ataupun makalah yang sesuai dengan topik yang akan di bahas
pada penelitian ini. Proses akhirnya yaitu membuat laporan dari analisis
keseluruhan pengujian.

13
14

3.2 DIAGRAM ALIR PENELITIAN

Mulai Literatur Review

Persiapan Alat dan Bahan


1. Pembuatan Karbon aktif Ampas Teh
2. Alat Water Treatment Pasir Silika
Wallnut Shell

Pengujian
Melakukan pengujian kemampuan daya Adsorbsi
minyak dari karbon aktif ampas teh terhadap air
terproduksi dengan melakukan proses filtrasi pada alat
unit pengolahan air

Analisa
Menganalisa hasil engamatan karbon aktif ampas teh
dalam proses filtrasi dengan alat uji pengolahan air

Tidak
Berhasil?

Ya

Selesai

Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian


15

3.3 BAHAN DAN ALAT


3.3.1 Bahan
1. Ampas eh
Ampas teh berasal dari limbah hasil pembuatan minuman teh yang
biasa dijual oleh petani the ataupun pabrik teh. Pengambilan sampel
ampas teh berlokasi di wilayah Jambi.

Gambar 3.2. Ampas Teh


2. Aktivator H3PO4
3. Air Limbah Produksi Minyak (Air Formasi)
4. Aquades
5. Pasir Silika
6. Wallnut Shell
3.3.2 Alat dan Fungsinya
Pembuatan dan pengujian bahan dilakukan mengunakan beberapa peralatan
khusus. Agar hasil yang dicapai mendekati kesempurnaan, penggunaan alat yang
baik dan benar sesuai dengan standar yang ditetapkan perlu dipersiapkan. Berikut
beberapa alat yang diperlukan dijelaskan pada table di bawah ini :
Tabel 3.2. Daftar Alat Penelitian
No. Nama Alat Gambar Fungsi
Pengujian dan Persiapan Bahan
1 Oven Furnance berfungsi untuk
Furnance pembakar/mengeringkan
cangkang kelapa sawit
menjadi arang (karbon)
16

2 Shieve Shieve berfungsi sebagai


200 mesh penyaring karbon sesuai
ukuran yang di inginkan.

3 TDS Total Dissolved Solid


(Total fungsinya untuk mengukur
Dissolved partikel padatan terlarut di
Solid) air minum yang tidak
tampak oleh mata.

4 pH Meter pH Meter digunakan


sebagai pengukur tingkat
keasaman suatu larutan.

5 Grinder Grinder digunakan untuk


memecah karbon aktif
menjadi partikel yang lebih
halus lagi.

6 Gelas Kimia Digunakan sebagai tempat


aktivasi kimia karbon aktif
ampas teh.
17

7 Desikator Digunakan sebagai tempat


penyimpanan bahan karbon
aktif yang telah dikeringkan
untuk menghindari
kontaminasi dari luar.

Alat Water Treatment


1 Tabung Digunakan sebagai tempat
Cartridge dilekkannya media fileter
yang terdiri dari karbon
aktif ampas teh, pasir silika
dan walnut shell

2 Pompa Bertindak sebagai


pemompa air formasi
menuju tabung cartridge

3 Pipa Digunakan untuk


menghubungkan beberapa
peralatan penyaringan.

4 Wadah Air Digunakan untuk


menampung air produksi
sebelum dan setelah
penyaringan
18

3.4 PROSEDUR PERCOBAAN


3.4.1 Pembuatan Karbon Aktif dari Ampas Teh Secara Fisika dan Kimia
Prosedur pembuatan karbon aktif pada penelitian ini berdasarkan dari
penelitian terdahulu menuru (Fernianti et al., 2018). Berikut prosedur pembuatan
karbon aktif secara kimia dan fisika :
1. Ampas teh dibersihkan dari debu dan bekas air gula menggunakan
aquadest dan dikeringkan di bawah sinar matahari hingga mengering.
2. Ampas teh yang telah dikeringkan dihaluskan menggunakan grinder dan
di saring pada saaringan 30 mesh.
3. Serbuk ampas teh yang berukuran 30 mesh dikarbonasikan pada suhu
400oC selama 1 jam.
4. Selanjutnya karbon ampas teh diimpregnasi (direndam) menggunakan
larutan H3PO4 30% dengan rasio1:4 (b/b, karbon: H3PO4) selama 24 jam.
5. Kemudian sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 110oC.
6. Sampel yang telah kering dilakukan aktivasi pada suhu 400 oC, 500 oC,
600 oC, 700oC 800 oC selama 1 jam.
7. Selanjutnya karbon aktif ampas teh dinetralkan menggunakan larutan
NaOH 1% hingga pH +7 kemudian dibilas menggunakan akuades untuk
menghilangkan garam yang terbentuk.
8. Karbon aktif ampas teh kemudian dikeringkan menggunakan oven pada
suhu 110oC selama 24 jam
3.4.2 Pengujian Ukuran Pori dan Komposisi Unsur (SEM-EDX)
Pengujian material dengan alat SEM (Scanning Electron Microscope)
digunakan untuk mengetahui ukuran poti dari karbon aktif ampas teh dan EDX
(Energy Dispersive X-ray Spectroscopy) digunakan untuk mengetahui komposisi
unsur dari material.
Sampel karbon ampas teh diambil pada saat sebelum dan setelah aktivasi
kimia, tujuannya untuk mengetahui ukuran pori daripada karbon aktif tersebut dan
dilakukan pencocokan pada penelitian sebelumnya. Apabila pengujian SEM-EDX
berhasil, selanjutnya dilakukan prosedur penyaringan.
19

3.4.3 Prosedur Penyaringan


Prosedur yang dilakukan dengan percobaan dilapangan dan di laboratorium
dengan merancang 3 taraf filter tabung Catridge. Jenis perlakuan yang digunakan
adalah menggunakan 2 skenario. Adapun scenario yang akan dilakukan yaitu :
1. P1: filter pasir silica (pasir silica + catridge filter), P2: filter walnut shell
(walnut shell + catridge filter), P3: kosong
2. P1: filter pasir silica (pasir silica + catridge filter), P2: filter walnut shell
(walnut shell + catridge filter), P3: filter karbon aktif (karbon aktif
tongkol jagung + catridge filter) (Teddy Hartuno, Udiantoro, Lya
Agustina, 2014).
3.4.4 Pengujian Kadar Baku Mutu Pembuangan Air Limbah
Pengambilan sampel air formasi sebelum dan setelah penyaringan untuk
kemudian dilakukan uji di laboratorium berdasarkan parameterparameter yang
ditentukan. Parameter-parameter yang digunakan berdasarkan PERMEN LH
Nomor 19 Tahun 2010 mengenai standarisasi baku mutu pembuangan air limbah
proses dari kegiatan pengolahan Minyak Bumi. Adapun parameter-parameter yang
akan diuji adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3. Parameter Uji Kadar Baku Mutu Pembuangan Air Limbah
PERMEN LH No.19 tahun 2010

No Parameter PERMEN LH No. 19 tahun 2010


1 Ph 6–8 (netral)
o
2 Temperature (oC) 40 C
3 Turbidity (NTU) 25 NTU
4 Oil and Grease (mg/L) 20 mg/L
5 Amonia (mg/L) 8 mg/L
6 Fenol (mg/L) 0,8 mg/L
DAFTAR PUSTAKA

Anis, S. and, Gusrizal, 2006. DETERMINATION OF pH EFFECT AND


CAPACITY OF HEAVY METALS ADSORPTION BY WATER
HYACINTH ( Eichhornia crassipes ) BIOMASS Pengaruh pH dan Penentuan
Kapasitas Adsorpsi Logam Berat. Langmuir 6, 56–60.
Aryanti, M., 2010. Penjernihan Air Sungai Lahan Gambut Menggunakan Karbon
Aktif Gambut. Univ. Indones. 76277.
Erfando, T., Khalid, I., Safitri, R., 2019. Studi Laboratorium Pembuatan
Demulsifier dari Minyak Kelapa dan Lemon untuk Minyak Kelapa dan Lemon
untuk Minyak Bumi pada Lapangan x di Provinsi Riau. Teknik 40, 129.
https://doi.org/10.14710/teknik.v39i3.23656
Fakhru’l-Razi, A., Pendashteh, A., Abdullah, L.C., Biak, D.R.A., Madaeni, S.S.,
Abidin, Z.Z., 2009. Review of technologies for oil and gas produced water
treatment. J. Hazard. Mater. 170, 530–551.
https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2009.05.044
Fernianti, D., Mardwita, M., Suryati, L., 2018. Pengaruh Jenis Detergen Dan Rasio
Pengenceran Terhadap Proses Penyerapan Surfaktan Dalam Limbah Detergen
Menggunakan Karbon Aktif Dari Ampas Teh. J. Distilasi 2, 10.
https://doi.org/10.32502/jd.v2i2.1147
Hidayah, N., Laili, N.N., Yulianti, I., Sujarwata, 2018. Pemanfaatan Karbon
Tongkol Jagung sebagai Adsorben Penjernihan Limbah Cair Pewarna Tekstil.
Igunnu, E.T., Chen, G.Z., 2014. Produced water treatment technologies. Int. J. Low-
Carbon Technol. 9, 157–177. https://doi.org/10.1093/ijlct/cts049
Indrawan, bonaventura P.D.P., Martono, Y.Y., Riyanto, C.A., 2019. Sintesis dan
Karakterisasi Karbon Aktif dari Ampas Teh Ditinjau dari Suhu dan Waktu
Karbonisasi. Pros. Semin. Nas. Has. Penelit. Expo 2019 420–425.
Mifbakhuddin, 2010. Pengaruh Ketebalan Karbon Aktif sebagai Media Filter
terhadap Penurunan Kesadahan Air Sumur Artetis. Eksplorasi 5, 1–11.
Misran, E., Panjaitan, F., Yanuar, F.M., 2016. Pemanfaatan Karbon Aktif dari
Ampas Teh sebagai Adsorben pada Proses Adsorpsi β-Karoten yang
Terkandung dalam Minyak Kelapa Sawit Mentah. J. Rekayasa Kim.
Lingkung. 11, 92. https://doi.org/10.23955/rkl.v11i2.5402
Nazari, G., Abolghasemi, H., Esmaieli, M., 2016. Batch adsorption of cephalexin
antibiotic from aqueous solution by walnut shell-based activated carbon. J.
Taiwan Inst. Chem. Eng. 58, 357–365.
https://doi.org/10.1016/j.jtice.2015.06.006
Rachman, A., Edwin, F., Sebleku, P., 2017. KARAKTERISASI PASIR SILIKA
CIBADAK SUKABUMI SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN
RAMMING MIX SILICA. Metalurgi 27, 263–272.
Sinha, S., Wen, Y., Pires, R., Lima, D., Marfurt, K., 2018. Produced Water
Treatment R&D: Developing Advanced, Cost-Effective Treatment
Technologies. URTeC Tech. 23–25. https://doi.org/10.15530/urtec-2018
Teddy Hartuno, Udiantoro, Lya Agustina, R., 2014. Desain Water Treatment
Menggunakan Karbon Aktif Dari Cangkang Kelapa Sawit Pada Proses
Pengolahan Air Bersih Di Sungai Martapura 39, 14–15.
Teddy Hartuno, Udiantoro, L.A., 1981. DESAIN WATER TREATMENT

20
21

MENGGUNAKAN KARBON AKTIF DARI CANGKANG KELAPA


SAWIT PADA PROSES PENGOLAHAN AIR BERSIH DI SUNGAI
MARTAPURA. J. Chem. Inf. Model. 53, 1689–1699.
Yuliusman, Y., Purwanto, W.W., Nugroho, Y.S., 2013. Pemilihan Adsorben Untuk
Penjerapan Karbon Monoksida Menggunakan Model Adsorpsi Isotermis
Langmuir. Reaktor 14, 225. https://doi.org/10.14710/reaktor.14.3.225-233

Anda mungkin juga menyukai