Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh Waktu Aktivasi terhadap Kualitas Karbon Aktif dari Sekam Padi

Berbantukan Microwave

Anisa Aprilia 16614039

Sitti Sahraeni dan Muh. Kasim

Program Studi Diploma III Petro dan Oleo Kimia


Jurusan Teknik Kimia

Abstrak
Produksi padi di Provinsi Kalimantan Timur menurut Dinas Pertanian pada tahun 2018 mencapai 374.041 ton. Proses
penggilingan padi menghasilkan 50-63,5% beras, 20-30% sekam padi dan 8-12% dedak. Potensi sekam padi pada
tahun 2018 mencapai 74,808 ton. Sekam padi hanya dimanfaatkan sebagai pakan ternak, namun sebagian besar hanya
dibuang ke lingkungan. Sekam padi dapat dimanfaatkan sebagai arang aktif karena memiliki kandungan selulosa
(38%), hemiselulosa (18%), lignin (22%), dan silika (19%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh waktu
aktivasi (5, 10, 15, 20, 25, dan 30 menit) terhadap kualitas karbon aktif dari sekam padi berbantukan microwave.
Proses pembuatan arang aktif dari sekam padi melalui proses karbonisasi 500°C selama 2 jam, ukuran arang aktif -
100+120 mesh, dilanjutkan aktivasi kimia menggunakan KOH 10% selama 20 jam, perbandingan arang aktif dengan
aktivator 1:10 kemudian diaktivasi dengan menggunakan microwave dengan daya 468 watt/900°C, dengan variasi
waktu aktivasi. Berdasarkan penelitian ditunjukkan hasil terbaik pada waktu aktivasi 25 menit dengan hasil kadar air
10,47%, kadar abu 10,63%, kadar volatille matter 7,01% dan daya serap iod 389,6462 mg/g.

Kata Kunci : aktivasi, arang aktif, microwave, sekam padi

Abstract
Rice production in East Kalimantan Province according to the Agriculture Office in 2018 reached 374,041 tons. The
rice milling process produces 50-63.5% rice, 20-30% rice husk and 8-12% bran. Rice husk potential in 2018 will reach
74.808 tons. Rice husk is only used as animal feed, but most of it is only thrown into the environment. Rice husk can be
used as activated charcoal because it contains cellulose (38%), hemicellulose (18%), lignin (22%), and silica (19%).
This study aims to determine the effect of activation time (5, 10, 15, 20, 25, and 30 minutes) on the quality of activated
carbon from microwave-assisted rice husk. The process of making activated charcoal from rice husk through
carbonization process with the temperature of 500°C for 2 hours, the size of activated charcoal was -100+120 mesh,
followed by chemical activation using 10% KOH for 20 hours, the ratio of activated charcoal to activator 1:10 and then
activated using a microwave with a power of 468 watts / 900°C, with variations in the activation time. Based on the
research the best results were shown at the activation time of 25 minutes with the results of 10.47% moisture content,
10.63% ash content, 7.01% volatille matter content and iod absorption 389.6462 mg / g.

Keywords: activation, activated charcoal, microwave, rice husk

I. Pendahuluan
Samarinda merupakan salah satu kota yang Sekam padi di Indonesia sudah banyak
menghasilkan produksi padi di dalam Provinsi dimanfaatkan untuk alas ternak, pupuk pertanian, bahan
Kalimantan Timur. Menurut Dinas Pertanian pada bakar, penyerap (absorbent), bahan baku arang aktif ,
tahun 2018 produksi padi di Kalimantan Timur penyaring, penjernih air, pembuatan furfural, bahan
mencapai 374.041 ton (Dinas Pertanian, 2018). Proses bangunan, pulp, kertas dan selulosa (Sulardjo, 2013).
penggilingan padi menghasilkan 50-63,5% beras, 20- Namun sebagian sekam padi masih dibuang ke
30% sekam padi dan 8-12% dedak. Potensi sekam padi lingkungan sehingga dapat mencemari lingkungan.
pada tahun 2018 mencapai 74,808 ton. Sekam padi Komponen utama dari sekam padi adalah selulosa
memiliki selulosa 38% dan hemiselulosa 18% yang (38%), hemiselulosa (18%), lignin (22%), dan Silika
dapat berpotensi dimanfaatkan sebagai arang aktif. (19%) (Worasuwannarak et all., 2007). Banyaknya
kandungan selulosa didalam sekam padi berpotensi karbon aktif dari sekam padi sebagai adsorben yang
untuk dijadikan arang aktif dengan menggunakan dilakukan oleh Kartikasari dan Farma (2018) dengan
proses karbonisasi dan aktivasi. Aktivasi yang memvariasikan persentase aktivator KOH (5%, 10%,
digunakan adalah aktivasi kimia dengan menggunakan 15% dan 20%). Dari penelitian tersebut didapatkan
aktivator KOH. Aktivasi kimia dilakukan dengan hasil terbaik pada persentase aktivator KOH 10%
proses radiasi gelombang mikro menggunakan dengan daya serap logam Ni 92,40%, daya serap logam
microwave. KOH digunakan karena dapat bereaksi Pb 91,31% dan daya serap logam Zn 70,24% dengan
dengan arang dan bisa menghilangkan zat-zat pengotor persentase aktivator KOH 10%.
dalam arang sehingga membuat karbon menjadi lebih Selain itu, pada penelitian potensi arang aktif
berpori yang akan berpengaruh pada daya serapnya, sekam padi sebagai adsorben emisi gas CO, NO, dan
selanjutnya diradiasi gelombang mikro karena dapat NOx pada kendaraan bermotor yang dilakukan oleh
menghilangkan kadar air dan membentuk pori arang (Febryanti dan Wahab, 2015) dengan memvariasikan
aktif secara maksimal (Ahmed & Theydan, 2014). waktu aktivasi (300°C, 350°C, dan 400°C). Dari
Gelombang mikro pada pengaktifan arang aktif penelitian tersebut didapatkan hasil terbaik pada waktu
menggunakan aktivasi kimia memiliki beberapa aktivasi 400°C didapatkan hasil kadar air 2,8%, kadar
keunggulan, yaitu efisiensi energi yang tinggi, laju zat menguap 18,18% dan kadar abu 50,91%.
pemanasan yang tinggi, pemanasan volumetrik dari sisi Menurut standar SNI 06-3730-1995 karbon aktif,
dalam ke sisi luar dan pemanasan beragam (Chen and dalam karbon aktif terdapat volatile matter sebesar
Hashisho, 2012) dan waktu pemanasan yang relatif maksimum 25%, kadar air sebesar maksimum 15%,
singkat (Ahmed and Theydan, 2014). Sehingga kadar air sebesar maksimum 10% dan daya serap
konsumsi energi menjadi lebih rendah. Gelombang larutan iod sebesar minimum 759 mg/g. Pada penelitian
mikro yang diinduksi dengan reaksi kimia dapat Siahaan et al., (2013) masih terdapat kelemahan yaitu
digunakan sebagai salah satu pemecah masalah dalam pada kadar abu yang belum memenuhi standar karbon
menghasilkan arang aktif. aktif. Penelitian Kartikasari dan Farma (2018) belum
Penelitian penentuan kondisi optimum suhu dan mengacu pada standar arang aktif.
waktu karbonisasi pada pembuatan arang dari sekam Untuk meningkatkan kualitas karbon aktif dari
padi yang telah dilakukan oleh Siahaan et al., (2013) sekam padi dilakukan variasi waktu aktivasi dengan
dengan memvariasikan waktu karbonisasi (400°C, berbantukan microwave. Pengaruh waktu aktivasi pada
500°C, dan 600°C) dan waktu karbonisasi (30, 60, 90, microwave secara umum akan mempersingkat waktu
120 menit). Dari penelitian tersebut didapatkan hasil pemanasan (Ahmed and Theydan, 2014). Sehingga
terbaik pada waktu karbonisasi 400°C waktu konsumsi energi menjadi lebih rendah (Chen and
karbonisasi 120 menit dengan kadar air 6,1%, kadar zat Hashisho, 2012) dan menghasilkan karbon aktif dari
menguap 20,5% dan kadar abu 32,6%. sekam padi yang sesuai dengan standar SNI 06-3730-
Pada peneliti pengaruh aktivasi kimia dengan 1995.
bantuan iradiasi gelombang mikro terhadap sifat fisis Proses aktivasi merupakan proses untuk
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk Proses aktivasi
menghilangkan hidrokarbonmerupakanyangprosesmelapisi untuk
mengetahui pengaruh waktu aktivasi terhadap kualitas menghilangkan
permukaan arang hidrokarbon
sehinggayang dapatmelapisi permukaan
meningkatkan
karbon aktif dari sekam padi berbantuan microwave. arang sehingga
porositas arang. dapat
Prosesmeningkatkan
aktivasi ini dapat porositasdilakukanarang.
Manfaat penelitian ini adalah untuk mengatasi limbah Proses aktivasi ini dapat
dengan menggunakan aktivasi fisika dan aktivasi dilakukan dengan
sekam padi yang masih dibuang ke lingkungan yang menggunakan
kimia (Hambaliaktivasidkk., 2007). fisika Aktivasi
dan aktivasi
fisika dapat kimia
dapat mencemari lingkungan dengan cara proses (Hambali
mengubahdkk., 2007).yang
material Aktivasi
telah fisika dapat mengubah
dikarbonisasi dalam
karbonisasi dan aktivasi. material yang telah
sebuah produk yangdikarbonisasi
memiliki luas dalam sebuah produk
permukaan yang
Karbonisasi atau pengarangan adalah proses yang memiliki
luar biasa luas permukaan
dan struktur pori. Tujuan yangdariluarproses
biasa ini dan
mengubah bahan baku asal menjadi arang berwarna struktur pori. Tujuan
adalah mempertinggi volume, dari memperluas
proses inidiameter adalah
hitam melalui pembakaran dalam ruang tertutup dengan mempertinggi volume,selama
pori yang terbentuk memperluas diameter
karbonisasi dan poridapat
yang
udara yang terbatas atau semaksimal mungkin. Proses terbentuk
menimbulkan selama karbonisasi
beberapa pori yangdan dapat
baru. menimbulkan
(Sembiring
karbonisasi adalah penguraian selulosa organik menjadi beberapa
dan Sinaga,pori2003).
yang baru.
Aktivasi(Sembiring dan Sinaga,
kimia dilakukan 2003).
dengan
unsur arang dan pengeluaran unsur-unsur non karbon Aktivasi kimia dilakukan dengan
cara merendam arang didalam senyawa kimia cara merendam arang
yang berlangsung pada suhu tinggi, yaitu sekitar suhu didalam
sebelum senyawa
dipanaskan. kimiaArang sebelum
direndam dipanaskan.
dalam larutan Arang
500oC-700oC selama 4-5 jam. Proses karbonisasi direndam
pengaktifasidalam
selama larutan
24 jam. pengaktifasi
Bahan kimia selama yang24dapat jam.
biasanya dilakukan dengan memasukkan bahan organik Bahan
digunakankimia yang bahan
sebagai dapat pengaktif
digunakan adalahsebagaiH 3PO bahan
4,
ke dalam lubang atau ruangan yang dindingnya pengaktif
NH4Cl, AlCl adalah
3, HNOH 3 PO
3, ,
KOH,
4 NH Cl,
NaOH,
4 AlCl ,
KMnO
3 HNO 4 , H
3 , 2
KOH,
SO 4,
tertutup, seperti di dalam tanah atau tangki yang terbuat NaOH, KMnO
ZnCl2, CaCl 4, H2MgCl
2, dan
SO4, 2ZnCl
. 2, CaCl2, dan MgCl2.
dari plat baja.
Microwave atau gelombang mikro merupakan analisa kadar air, kadar abu, daya serap iodium, volatile
gelombang elektromagnetik yang mempunyai panjang matter, dan fixed carbon. Hasil analisa karateristik
gelombang antara 1 m hingga 1 mm dan frekuensi dibandingkan dengan standar (SNI. 06-3730-1995).
antara 300 MHz hingga 300 GHz. Radiasi gelombang
mikro berbeda dengan metode pemanasan III. Hasil dan Pembahasan
konvensional. Pada proses pemanasan konvensional,
Tabel 1 Hasil Analisa Bahan Baku
dinding wadah dipanaskan terlebih dahulu, kemudian
pelarutnya. Akibatnya, terjadi perbedaan temperatur Volat
antara dinding dengan pelarut. Sedangkan pada Daya
Kada Kadar ille Fixed
pemanasan menggunakan gelombang mikro, Serap
Sampel r Air Abu Matt Carbo
pemanasan terjadi melalui interaksi langsung antara Iod
(%) (%) er n (%)
material dengan gelombang mikro, pemanasan lebih (mg/g)
(%)
merata karena bukan mentransfer panas dari luar tetapi Bahan
membangkitkan panas dari dalam bahan tersebut. Hal 10,89 24,23 53,19 11,69 144,5155
Baku
tersebut mengakibatkan transfer energi berlangsung
lebih cepat, dan berpotensi meningkatkan kualitas Tabel 2 Hasil Analisa Arang Aktif
produk. Selain itu, pemanasannya juga dapat bersifat
Volati Daya
selektif artinya tergantung dari dielektrik properti Kadar Kadar Fixed
Waktu lle Serap
bahan. Hal ini akan menghemat energi untuk Air Abu Carbo
(menit) Matte Iod
pemanasan (Taylor dan Minhas, 2005 dalam Adri, (%) (%) n (%)
r (%) (mg/g)
2015).
5 8,28 27,48 3,64 60,6 109,4968
Arang aktif adalah suatu bahan padat berpori yang
10 8,55 23,83 3,83 63,79 153,2701
dihasilkan dari pembakaran pada suhu tinggi dengan
15 9,03 19,07 5,21 66,69 188,2888
proses karbonisasi, yaitu proses pembakaran tidak
20 9,51 16,43 6,78 67,28 267,0808
sempurna, sehingga bahan hanya terkarbonisasi dan
25 10,47 10,63 7,01 71,89 389,6462
tidak teroksidasi. Sebagian besar pori-pori pada arang
30 11,02 10,27 9,91 68,8 135,7608
masih tertutup dengan hidrokarbon, tar dan senyawa
organik lainnya. Arang aktif dapat dibuat dari semua
3.2 Pembahasan
bahan yang mengandung karbon baik organik maupun
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
anorganik, asal saja bahan tersebut memiliki struktur
pengaruh waktu aktivasi terhadap kualitas arang aktif
berpori.
dari sekam padi berbantukan microwave. Pada
penelitian ini bahan baku yang digunakan adalah sekam
II. Metodologi
padi. Sekam padi mengandung selulosa 38% dan
Pada percobaan ini alat – alat gelas, anatara lain
hemiselulosa 18% yang berpotensi untuk diolah
gelas kimia, corong kaca, erlenmeyer, labu ukur, gelas
menjadi karbon aktif . Analisis bahan baku sekam padi
ukur, kaca arloji, dan satu set alat titrasi. Selain itu,
memiliki nilai kadar air 10,89%, kadar abu 24,23%,
alat-alat yang juga digunakan adalah neraca analitik,
kadar volatile matter 53,19%, dan fixed karbon 11,69%
cawan porselen, cawan petridis, oven, dan furnace. Dan
serta daya serap iod 144,5155 ml/mg. Pada analisa
menggunakan bahan seka padi, KOH 10%, indikator
proximate menggunakan sekam padi didapatkan nilai
kanji 1%, Na2S2O30,1 N, iodin 0,1 N, dan aquadest.
kadar air dan kadar volatile matter yang masih tinggi
Prosedur penelitian dilakukan dengan
dan dapat diturunkan dengan proses karbonisasi dan
pengumpulan limbah sekam padi kemudian
aktivasi. Sekam padi dikarbonisasi menggunakan
membersihkan sekam padi dari kotoran-kotoran,
pirolisis dengan suhu 500 oC selama 2 jam sehingga
kemudian dikarbonisasi pada suhu 500 oC selama 2
menjadi arang. Dari proses karbonisasi diperoleh arang
jam. Sekam padi yang telah dikarbonisasi dilakukan
kemudian dilakukan aktivasi secara kimia selama 24
pengayakan dengan ukuran 100 mesh. Selanjutnya
jam. Kemudian dilakukan aktivasi kimia fisika
dilakukan perendaman dalam larutan KOH dengan
menggunakan microwave dengan daya 450 watt dan
menggunakan hotplate dan magnetic stirrer selama 20
variasi waktu aktivasi (5, 10, 15 , 20 , 25 dan 30 menit).
jam, kemudian memasukkan hasil perendaman kedalam
Selanjutnya dianalisa nilai kadar air, kadar abu, volatile
microwave dengan daya 450 watt selama 5 menit, 10
matter, dan daya serap iod.
menit, 15 menit, 20 menit, 25 menit, dan 30 menit.
3.2.1 Analisa Kadar Air
Setelah itu, melakukan pencucian dan penyaringan
Pengujian kadar air bertujuan untuk mengetahui
menggunakan kertas saring sampai pH netral lalu
sifat higroskopis dari arang aktif tersebut. Kadar air
dikeringkan didalam oven dengan suhu 105 oC selama 3
dipengaruhi oleh jumlah uap air di udara, lama proses
jam. . Kemudian di analisa karakterisitk meliputi
pendinginan, dan sifat higroskopis dari arang tersebut
(Hendawy, 2003). Hasil analisa untuk kadar air 27,5
ditunjukkan pada gambar 1 25

Kadar Abu (%)


11,5 22,5
11 20
Kadar Air (%)

10,5 17,5
10 15
9,5
9 12,5
8,5 10
8 5 10 15 20 25 30
5 10 15 20 25 30 Waktu Aktivasi (menit)
Waktu Aktivasi (menit)
Gambar 2 Hubungan waktu aktivasi dengan kadar
Gambar 1 Hubungan waktu aktivasi dengan kadar abu
air Berdasarkan gambar 2 terlihat bahwa semakin
Berdasarkan gambar 1 terlihat bahwa semakin lama waktu aktivasi maka semakin rendah kadar abu
lama waktu aktivasi maka semakin tinggi kadar air yang diperoleh. Hal ini dapat disebabkan karena
yang diperoleh. Peningkatan kadar air ini dapat semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk penetralan
disebabkan semakin lama waktu aktivasi, semakin semakin banyak mineral-mineral didalam arang aktif
banyak air yang hilang dan semakin banyak pula air yang ikut larut dengan air. Berdasarkan analisa kadar
yang masuk kedalam arang aktif, oleh karena itu abu karbon aktif yang diperoleh lebih kecil
semakin lama pula waktu yang dibutuhkan karbon aktif dibandingkan kadar abu bahan baku yaitu 24,23% dan
untuk mencapai pH netral. Sehingga terjadi kontak hasil kadar abu berkisar 10,27% - 27,48% yang tidak
antara karbon aktif dan air seiring dengan lama waktu memenuhi persyaratan SNI No. 06-3730-1995 yaitu
aktivasi yang dilakukan. Kadar air sangat dipengaruhi maksimal 10%. Hal ini disebabkan karena masih
oleh jumlah uap air di udara, lama proses pendinginan, terdapat mineral dalam abu seperti kalium. Peningkatan
dan sifat higroskopis dari arang tersebut (Hendawy, kadar abu dipengaruhi oleh besarnya kadar silika,
2003). Walaupun kadar air yang diperoleh semakin semakin besar kadar silika maka kadar abu yang
lama waktu aktivasi semakin meningkat, namun kadar dihasilkan akan semakin besar. Selain itu kadar abu
air karbon aktif yang diperoleh lebih kecil yang tinggi disebabkan karena pada dasarnya sekam
dibandingkan kadar air bahan baku yaitu 10,89% dan padi memiliki kandungan silika yang sangat tinggi
kadar air arang aktif dari sekam padi yang dihasilkan yaitu 19%.
berkisar 8,28% - 11,02% telah sesuai SNI No. 06-3730- 3.2.3 Analisa Kadar Volatille Matter
1995, kualitas arang aktif yaitu maksimal 15%. Pengujian kadar zat mudah menguap bertujuan
3.2.2 Analisa Kadar Abu untuk mengetahui presentase zat atau senyawa yang
Pengujian kadar abu ini dilakukan untuk belum menguap pada karbonisasi dan aktivasi fisika
mengetahui kandungan oksida- oksida logam dalam tetapi menguap pada suhu 950oC. Kadar zat mudah
arang yang terdiri dari mineral yang tidak dapat menguap pada pemanasan ini terdiri sebagian besar
menguap pada proses pembakaran. Nilai kadar abu gas-gas yang mudah terbakar seperti hidrogen,
menunjukkan jumlah sisa dari akhir proses pembakaran karbondioksida, metan dan sebagian uap kecil yang
berupa zat-zat mineral yang tidak hilang selama proses mengembun seperti tar, dan sebagainya (Sudradjat
pembakaran (Elisabeth, Thomauske, Weber, Hornung, dkk., 2005). Hasil analisa untuk volatile matter
& Tumiatti, 2007). Hasil analisa untuk kadar abu ditunjukkan pada gambar 3.
ditunjukkan pada gambar 2
21 Berdasarkan gambar 4 terlihat bahwa semakin
lama waktu aktivasi maka semakin tinggi nilai daya
Kadar Volatille Matter (%)

19 serap iod yang diperoleh. Ketika waktu microwave


diatas 25 menit, reaksi aktivasi selesai karena agen
17
pengaktif habis, ini menunjukkan bahwa KOH juga
15 memiliki pengaruh terhadap pengembangan pori
selama proses aktivasi (Iqbaldin et al., 2013). Selain itu
13
hal ini bisa disebabkan karena pada waktu 25 menit
11 diperoleh nilai kadar abu yang turun sangat jauh dari
5 10 15 20 25 30 16,43% menjadi 10,63% sehingga diperoleh fixed
carbon dan daya serap iod tertinggti yaitu 71,89% dan
Waktu Aktivasi (menit)
389,6462 mg/g. Sedangkan pada arang aktif microwave
diatas 25 menit memiliki nilai yang rendah hal ini bisa
Gambar 3 Hubungan waktu aktivasi dengan kadar disebabkan karena nilai kadar abu yang diperoleh
Volatille Matter paling kecil yaitu 10,27%, namun nilai kadar air dan
Berdasarkan gambar 3 terlihat bahwa semakin kadar volatile matter paling besar yaitu 11,02% dan
lama waktu aktivasi maka semakin tinggi kadar volatile 9,9% sehingga pada saat karbon aktif sudah mulai
matter yang diperoleh. Hal ini disebabkan masih bersih dari mineral-mineral namun pada saat proses
terdapat senyawa non-karbon yang menempel pada penetralan membutuhkan waktu yang paling lama
permukaan karbon aktif terutama atom H maupun atom sehingga waktu kontak dengan udara lebih lama juga
O yang terikat kuat pada atom C pada permukaan yang menyebabkan kadar air dan volatile matter masuk
karbon aktif dalam bentuk CO2, CO, CH4 dan H2 (Pari kembali mengisi ruang yang telah bersih tadi.
dan Sulaeman, 1996). Berdasarkan gambar 3 Berdasarkan nilai daya serap iod menunjukkan bahwa
menunjukkan bahwa kadar volatile matter karbon aktif hasil karbon aktif yang diperoleh lebih besar
yang diperoleh lebih kecil dibandingkan kadar volatile dibandingkan nilai daya serap iod bahan baku yaitu
matter bahan baku yaitu 64,08%, karbon aktif yang 144,5155 mg/g, namun hasil yang diperoleh tidak
dihasilkan berkisar 3,64% - 9,9% sesuai SNI No. 06- memenuhi persyaratan SNI yaitu minimal 750 mg/g
3730-1995, semua sampel karbon telah memenuhi karena berkisar 109,4968 mg/g – 389,6462 mg/g.
standar kualitas arang aktif yaitu maksimal 25%.
3.2.4 Analisa Daya Serap Iod IV. Kesimpulan
Daya adsorpsi sangat berpengaruh pada Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dapat
karakteristik arang aktif seperti, kadar air, volatile disimpulkan bahwa pada variasi waktu aktivasi 25
matter, kadar abu. Selain itu luas permukaan karbon menit dan 30 menit diperoleh hasil terbaik arang aktif
aktif adalah faktor utama yang sangat berpengaruh dengan kadar air 10,47%, kadar abu 10,63%, kadar
terhadap daya adsorpsi karena jumlah mekanisme volatile matter 7,01% dan nilai daya serap iod
adsorpsi berkaitan dengan jumlah pori-porinya. 389,6462 mg/g.
Semakin besar nilai adsorpsi iod maka semakin besar
kemampuan arang aktif dalam mengadsorpsi adsorbat V. Daftar Pustaka
atau zat terlarut (Idrus dkk., 2013). Hasil analisa untuk Ahmed, M. J., & Theydan, S. K. (2014). Journal of
daya serap iod ditunjukkan pada gambar 4 Analytical and Applied Pyrolysis Optimization of
400 microwave preparation conditions for activated
Daya Serap Iod (mg/g)

350 carbon from Albizia lebbeck seed pods for


methylene blue dye adsorption. Journal of
300 Analytical and Applied Pyrolysis, 105, 199–208.
250 https://doi.org/10.1016/j.jaap.2013.11.005
200 Chen, H., & Hashisho, Z. (2012). Fast preparation of
activated carbon from oil sands coke using
150 microwave-assisted activation. Fuel, 95, 178–
100 182. https://doi.org/10.1016/j.fuel.2011.10.045
5 10 15 20 25 30 Elisabeth, S., Thomauske, K., Weber, C., Hornung, A.,
Waktu Aktivasi (menit) & Tumiatti, V. (2007). Experiments on the
generation of activated carbon from biomass, 79,
106–111.
Gambar 4 Hubungan waktu aktivasi dengan Daya
https://doi.org/10.1016/j.jaap.2006.10.015
Serap Iod
Febryanti, A., & Wahab, A. W. (2015). Potensi arang
aktif sekam padi sebagai adsorben emisi gas co , Pertanian, D. (2018). Dinas Pertanian Provinsi
no , dan no x pada kendaraan bermotor Kalimantan Timur.
pendahuluan Di Indonesia kualitas udara telah Siahaan, S., Hutapea, M., Hasibuan, R., Kimia, D. T.,
mengalami penurunan seiring dengan Teknik, F., & Utara, U. S. (2013). Penentuan
meningkatnya jumlah kendaraan bermotor ( kondisi optimum suhu dan waktu karbonisasi,
Irawan , 2008 ). Hal itu terjadi, (X). 2(1), 26–30.
Hendawy, A. (2003). Influence of HNO 3 oxidation on SNI. (1995). Arang Aktif Teknis (06-3730th–19th ed.).
the structure and adsorptive properties of Jakarta.
corncob-based activated carbon, 41, 713–722. Sudradjat, R., Anggorowati, & Setiawan, D. (2005).
Iqbaldin, M. N. M., Khudzir, I., Azlan, M. I. M., Zaidi, Pembuatan Arang Aktif dari Kayu Jarak Pagar
A. G., Surani, B., & Zubri, Z. (2013). Properties (Jatropha Curcas L.). Penetilian Hasil Hutan,
of coconut shell activated carbon, 25(4), 497– Vol. 23 No, 299–315.
503. Sulardjo. (2013). Pemanfaatan Limbah Padi Untuk
Kartikasari, N., & Farma, R. (2018). Pengaruh aktivasi Industri. Magistra, (84), 81–90.
kimia dengan bantuan iradiasi, 15(01). Worasuwannarak, N., Sonobe, T., &
Pari, G., & Sulaeman, A. (1996). Pembuatan dan Tanthapanichakoon, W. (2007). Pyrolysis
Kualitas Arang Aktf dari Kayu Sengon { behaviors of rice straw, rice husk, and corncob by
Paraserianthes falcataria ) S E B A G A I TG-MS technique. Journal of Analytical and
BAHAN ADSORBEN { Quality and Applied Pyrolysis, 78(2), 265–271.
manufacturing of activated charcoal from, 14(7), https://doi.org/10.1016/j.jaap.2006.08.002
274–289.

Anda mungkin juga menyukai