Arief Henry Kurniawan1*, Rita Dwi Ratnani1, Suwardiyono1, dan Imam Syafa’at2
1
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim Semarang
2
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Wahid Hasyim Semarang
Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang 50236
*
Email : ariefhenryk@gmail.com
Abstrak
Eceng gondok merupakan gulma yang cukup berlimpah di Indonesia dan dianggap sebagai
masalah. Solusi yang dapat diterapkan untuk mengatasi gulma akibat pertumbuhan eceng
gondok yang sangat cepat ini adalah menjadikannya sebagai karbon aktif. Karbon aktif
banyak digunakan sebagai adsorben didalam industri. Penelitian ini bertujuan untuk
(1) membuat karbon aktif dari pemanfaatan eceng gondok secara pirolisis dengan tanpa
menambahkan bahan pengaktif, (2) mengetahui pengaruh variabel waktu dan suhu pirolisis
terhadap mutu karbon aktif tersebut sesuai dengan SII No. 0258-79 dan SNI 06-3730-1995, (3)
Mengetahui kadar karbon pada karbon aktif eceng gondok melalui uji EDX, (4) Mengetahui
diameter pori karbon aktif eceng gondok melalui uji SEM, (5) Mengetahui derajat kristalinitas
karbon aktif eceng gondok melalui uji XRD. Metode yang digunakan adalah dengan suhu
tinggi secara pirolisis. Tahap preparasi eceng gondok, pirolisis, uji kualitas karbon aktif.
Proses pirolisis dilakukan dengan variasi waktu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 jam, variasi suhu
200,300,400,500 oC. Hasil pirolisis terbaik didapatkan pada waktu 2 jam dan suhu 500 oC,
yaitu daya serap iodine 259,26 mg/g, kadar air 7,52 %, kadar zat mudah menguap 41,94 %,
kadar abu 4,3 %, kadar karbon terikat 53,76 %. Sesuai hasil uji EDS penyusun komponen
kimia karbon aktif tertinggi adalah karbon (C) sebesar 85%. Diameter pori karbon aktif rata-
rata sebesar 18, 6 mikrometer. Derajat kristalinitas karbo aktif eceng gondok sebesar
64,205%.
2. METODOLOGI
2.1. Bahan Penelitian
Bahan – bahan yang digunakan dalam Gambar 1. Pengaruh Waktu Pirolisis
penelitian ini adalah eceng gondok, natrium Terhadap Daya Serap Iodin
tiosulfat (Na2S2O3), kalium iodide (KI),
indikator amilum, dan aquadest. Gambar 1 menunjukkan bahwa pembuatan
2.2. Peralatan karbon aktif dengan metode pirolisis
Alat yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai daya serap terhadap iodine
adalah tangki pirolisis, pendingin leibig, tertinggi pada waktu pirolisis 2 jam dengan
adaptor, dan erlenmeyer. Untuk analisa uji angka iod sebesar 206,26 mg/g. Pada waktu
kualitas karbon aktif, alat yang digunakan berikutnya daya serap terhadap iodine
adalah buret, thermometer infrared, pengaduk, cenderung menurun hanya di beberapa titik
corong, labu ukur, gelas beaker, kertas saring yang mengalami sedikit kenaikan. Penurunan
dan statif. ini disebabkan saat proses pirolisis, energy
2.3. Prosedur Percobaan panas mendorong terjadinya reaksi oksidasi.
2.3.1. Persiapan Bahan Baku Oleh karena itu, semakin lama waktu proses
Eceng gondok dibersihkan dari tersebut maka zat volatil dan karbon akan
kotorannya, kemudian dikecilkan ukurannya semakin berkurang dan meninggalkan residu
dan dikeringkan dibawah sinar matahari. yang semakin banyak. Tingginya residu ini
2.3.2. Tahapan Pirolisis akan mengurangi kemampuan adsorbsi karbon
Eceng gondok yang telah kering aktif terhadap iodine (Ikawati dan Melati,
dimasukkan ke dalam tangki pirolisis. Tangki 2009). Hasil pirolisis dalam penelitian ini
pirolisis kemudian dirangkai dengan pendingin sudah memenuhi SII No.0258-79 dengan batas
leibig dan Erlenmeyer sebagai penampung asap minimal 20% (200 mg/gr).
cair. Alirkan air pendingin, kemudian nyalakan
api. Eceng Gondok dipirolisis dengan variasi Pengaruh Waktu Terhadap Kadar Air
waktu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 jam dan variasi Karbon Aktif
suhu 200, 300, 400 dan 500 oC. Hasil pengujian kadar air karbon aktif
2.3.3. Analisa Kualitas Karbon Aktif variasi waktu disajikan dalam gambar 2.
Analisa kualitas karbon aktif penelitian
ini meliputi analisa kadar air, kadar zat
menguap, kadar abu, kadar karbon terikat, dan
daya serap terhadap larutan iodine, Uji SEM,
EDX dan XRD.
74
Inovasi Teknik Kimia. Vol. 5, No.2, Oktober 2020, Hal 73-80 ISSN 2527-614X, e-ISSN 2541-5891
Pada Gambar 2. menunjukkan bahwa karbon dengan uap air (Pari, 2004 dalam
semakin lama pirolisis maka kadar air akan Wibowo dkk, 2009). Hal tersebut dapat
semakin menurun. Namun pada variabel mengurangi daya serapnya terhadap gas atau
waktu 6 jam kadar air kembali meningkat larutan. Kadar zat mudah menguap pada
hingga variabel waktu 8 jam. Kemudian pada karbon aktif variable waktu penelitian ini tidak
variabel waktu ke 9 jam kadar air kembali ada yang memenuhi SII No.0258-79 yaitu
menurun. Hasil penelitian ini juga maksimal 15%.
pernah diperoleh Satriyani Siahaan dkk (2013)
yang dilakukan pada karbon dari sekam padi, Pengaruh Waktu Pirolisis Terhadap Kadar
selain itu hasil penelitian seperti ini juga pernah Abu
diperoleh Hartanto dan Ratnawati (2010) yang Gambar 4 menyajikan pengaruh waktu
dilakukan pada tempurung kelapa sawit. terhadap kadar abu pada hasil karbon aktif
Hal ini disebabkan karena semakin lama variasi waktu.
waktu pirolisis, maka pori – pori dari karbon
aktif akan makin terbuka, sehingga pada saat
pemindahan karbon aktif dari oven ke desikator
dan alat penimbangan terjadi kontak langsung
antara karbon aktif yang bersifat higroskopis
dengan udara sehingga karbon aktif banyak
Gambar 4. Pengaruh Waktu Terhadap
menyerap uap air (Hartanto dan Ratnawati,
Kadar Abu
2010). Walaupun kadar air meningkat di
beberapa titik, hasil penelitian ini menunjukkan
Gambar 4. menunjukkan grafik pengaruh
kadar air maksimal yang diperoleh adalah
waktu terhadap kadar abu dalam karbon aktif
8,70%, sehingga karbon aktif penelitian ini
eceng gondok. Abu merupakan oksida oksida
memenuhi standar SII No.0258-79, yaitu
logam yang tidak dapat menguap pada saat
dengan batas maksimal 10%.
proses karbonasi. Kandungan abu dalam
karbon aktif dapat mempengarui kualitas
Pengaruh Waktu Pirolisis Terhadap Kadar karbon aktif (Scroder E, 2006). Semakin lama
Zat Menguap proses karbonasi, maka kadar abu yang di
Pengaruh waktu terhadap kadar zat
hasilkan juga semakin meningkat. Hal ini di
menguap disajikan dalam Gambar 3.
karenakan semakin lama proses karbonasi
berarti semakin lama pula proses gasifikasi
karbon yang memicu penghilangan dan
teroksidasinya zat volatile beserta karbon
(Ikatawati dan Melati, 2009).
Grafik hasil penelitian ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan. Dari grafik tersebut
Gambar 3. Pengaruh Waktu Pirolisis menunjukkan semakin lama proses karbonasi
Terhadap Kadar Zat Menguap kadar abu cenderung semakin meningakat.
Hanya di beberapa titik saja yang mengalami
Gambar 3. menunjukkan pengaruh waktu penurunan. Hasil perhitungan kadar abu
pirolisis karbon aktif eceng gondok terhadap penelitian ini ada beberapa yang tidak sesuai
kadar zat menguap. Grafik tersebut dengan SII No.0258-79, yaitu pada variabel
menunjukkan bahwa semakin lama waktu waktu karbonasi 7 jam dan 9 jam yang kadar
pirolisis maka kadar zat menguapnya akan abunya melebihi batas kadar abu maksimum
semakin menurun. Hanya di variabel waktu 8 2,5%. Selain variabel waktu tersebut sudah
jam yang mengalami peningkatan. Hasil memenuhi SII No.0258-79 dengan kadar abu
penelitian seperti ini juga pernah didapatkan dibawah 2,5%, yaitu berkisar antara 0 – 2,18%.
oleh Wibowo dkk, (2009) yang dilakukan pada
tempurung biji nyamplung, serta penelitian Pengaruh Waktu Pirolisis Terhadap Kadar
Siahaan dkk (2013) yang dilakukan pada Karbon Terikat
sekam padi. Kadar zat terbang (zat mudah Karbon terikat adalah kandungan karbon
menguap) yang tinggi menunjukkan bahwa dalam karbon aktif yang dihasilkan. Pengaruh
permukaan karbon aktif aktif mengandung zat
terbang yang berasal dari hasil interaksi antara
76
Inovasi Teknik Kimia. Vol. 5, No.2, Oktober 2020, Hal 73-80 ISSN 2527-614X, e-ISSN 2541-5891
Pengaruh Suhu Terhadap Kadar Zat abu karbon aktif eceng gondok ini memenuhi
Menguap SII No.0258-79 yaitu kurang dari 2,5% pada
Pengaruh suhu pirolisis terhadap kadar zat suhu 200 dan 400˚C.
menguap disajikan pada Gambar 8.
Pengaruh Suhu Terhadap Kadar Karbon
Terikat
Pengaruh suhu pirolisis terhadap kadar
karbon terikat seperti terlihat pada Gambar 10.
2 jam. Dari gambar tersebut terlihat bahwa Berikut adalah grafik hasil uji XRD karbon
karbon aktif memiliki struktur beronggga aktif eceng gondok waktu pirolisis 2 jam dan
menyerupai pori pori. Pori tersebut rata-rata suhu aktifasi 500˚C.
memiliki diameter pori sebesar 18, 6
mikrometer. Pori-pori yang terdapat pada
karbon aktif dapat meningkatkan kemampuan
karbon aktif untuk mengadsorpsi adsorbat
karena pori tersebut merupakan celah yang
memperluas permukaan karbon aktif (Nasir
dkk.2014).
Setelah dilakukan uji EDX diperoleh hasil Gambar 11. Hasil Uji XRD Karbon Aktif
bahwa penyusun komponen kimia karbon aktif Eceng Gondok T = 500 oC t = 2 jam
tertinggi adalah karbon (C) sebesar 85% berat.
Selanjutnya Magnesium Oksida (MgO) 0,49% Derajat kristalinitas dari karbon aktif
berat, Alumina (Al2O3) 0,19% berat, Klorida komersil adalah 27,79% (Vathasia, 2016).
Derajat kristalinitas pada bahan baku tinggi
(Cl) 5,44% berat, Kalium Oksida (K2O) 7,66%
disebabkan oleh kandungan holoselulosa.
berat, Kalsium Oksida (CaO) 0,79% berat,
Holoselulosa merupakan jumlah dari
dan Tembaga (II) Oksida (CuO) 0,44% berat. polisakrida dalam kayu yang terdiri dari
selulosa dan hemiselulosa (Lestari, 2012).
Derajat Kristalinitas (%) dengan Metode Holoselulosa bagian dari serat yang bebas dari
XRD (X-Ray Difraction) lignin. Semakin banyak kandungan
Derajat kristalinitas merupakan holoselulosa maka semakin tinggi derajat
perbandingan antara fasa kristal dengan fasa kristalinitas. Hal ini sesuai dengan penelitian
amorf yang terbentuk pada suatu bahan. yang telah dilakukan oleh Pari (2001) bahwa
Derajat kristalinitas memberikan gambaran derajat kristalinitas pada bahan baku lebih
tentang keteraturan struktur kristal yang didominasi oleh kandungan holoselulosa.
terbentuk pada suatu bahan. Dalam hal ini akan
terlihat bahwa suatu bahan akan memiliki 4. KESIMPULAN
struktur kristal, semi-kristal ataupun amorf. Berdasarkan penelitian yang telah
Derajat kristalinitas dihitung dengan cara dilakukan dapat disimpulkan bahwa waktu dan
membandingkan fraksi luas kristalin dengan suhu pirolisis berpengaruh pada kualitas karbon
jumlah antara fraksi luas kristalin dan fraksi aktif eceng gondok. Hasil pirolisis terbaik
luas amorf. Hasil perhitungannya akan didapatkan pada waktu 2 jam dan suhu 500 oC,
memberikan gambaran besar persentase derajat yaitu daya serap iodine 259,26 mg/g, kadar air
kristalinitas dari karbon aktif tersebut. Makin 7,52 %, kadar zat mudah menguap 41,94 %,
besar persentase derajat kristalinitasnya, maka kadar abu 4,3 %, kadar karbon terikat 53,76 %.
struktur kristal dari karbon aktif akan semakin Sesuai hasil uji EDX penyusun komponen
tinggi dan jauh dari struktur amorf. (Vathasia, kimia karbon aktif tertinggi adalah karbon (C)
2016). sebesar 85%. Diameter pori karbon aktif rata-
Pada penelitian ini sampel yang digunakan rata sebesar 18, 6 mikrometer. Derajat
dalam pengujian derajat kristalinitas (%) kristalinitas karbo aktif eceng gondok sebesar
dengan metode XRD (X-Ray Difraction) 64,205%.
adalah sampel dari hasil pengujian terbaik yaitu
karbon aktif eceng gondok variabel waktu 2 DAFTAR PUSTAKA
jam dengan suhu karbonisasi 500˚C. Abu Achmad, Diah Susanti, dan Hariyati
Berdasarkan hasil analisis menggunakan sinar Purwaningsih, (2012), Pengaruh
x, derajat kristalinitas (%) karbon aktif variabel Temperatur Karbonisasi dan
limbah eceng gondok variabel waktu 2 jam Konsentrasi Zink Klorida (ZnCl2)
dengan suhu karbonisasi 500˚C adalah sebesar
Terhadap Luas Permukaan Karbon
64,205%. Semakin tinggi suhu karbonisasi
Aktif Eceng Gondok, ITS- paper-
maka derajat kristalinitas semakin rendah, yang
27001120000622.
artinya semakin banyaknya bagian amorf pada
Ade Irma Maelani, (2015), Pembuatan
arang aktif. Tetapi jika suhu karbonisasi terlalu
Karbon Aktif Dari Jerami Padi
tinggi, maka dapat menyebabkan sebagian
Menggunakan Activating Agent
besar bahan menjadi abu (Pari, dkk, 2001).
78
Inovasi Teknik Kimia. Vol. 5, No.2, Oktober 2020, Hal 73-80 ISSN 2527-614X, e-ISSN 2541-5891
80