Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/348692494

Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Aktivator Terhadap Karakteristik Karbon


Aktif dari Limbah Serbuk Gergaji Kayu

Conference Paper · November 2020

CITATIONS READS

0 933

2 authors:

Aurilia Rahmah Nurvitasari Muhammad Mujiburohman


Universitas Muhammadiyah Surakarta
1 PUBLICATION   0 CITATIONS   
37 PUBLICATIONS   105 CITATIONS   
SEE PROFILE
SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Polymer nanocomposite membranes for pervaporation View project

All content following this page was uploaded by Muhammad Mujiburohman on 23 January 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Naskah

Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Aktivator Terhadap


Karakteristik Karbon Aktif dari Limbah Serbuk
Gergaji Kayu
Aurilia Rahmah Nurvitasari1,a, Muhammad Mujiburohman1,b,*

1 Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta,


Jl. A. Yani Pabelan Kartasura Tromol Pos 1 Surakarta 57102, Indonesia
E-mail : aauriliarahmahn17@gmail.com, bmmujiburohman@ums.ac.id (*Corresponding author)

Abstrak.Karbon aktif banyak dimanfaatkan dalam proses industri, yaitu penggunaan obat, penyimpanan
gas, sebagai katalis atau penyangga katalis, pengolahan limbah, dan lain sebagainya. Melimpahnya sumber
daya alam di Indonesia bisa dijadikan solusi sebagai sumber terbaharukan bahan pembuatan karbon aktif,
salah satunya serbuk gergaji kayu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik karbon aktif
yang dihasilkan melalui proses karbonisasi dan aktivasi kimia, sebagai pengaruh jenis dan konsentrasi
aktivator yang digunakan dalam proses aktivasi karbon. Suhu dan waktu karbonisasi dijaga tetap (500oC
dan 90 menit). Jenis aktivator menggunakan larutan NaOH dan HCl, dengan konsentrasi 0,2 N dan 0,4
N. Karakteristik karbon aktif diukur dari kadar volatile matter, kadar air, kadar abu, kadar fixed carbon, dan
luas permukaan per massa (specific surface). Hasil penelitian menunjukkan larutan NaOH lebih efektif
sebagai aktivator daripada larutan HCl; larutan NaOH dengan konsentrasi 0,4 N menghasilkan karbon
aktif dengan karakteristik memenuhi SNI No. 06-3730-1995, yaitu kadar volatile matter 3,9%, kadar air
4,89%, kadar abu 5,2%, kadar fixed carbon 86,01%, dan specific surface 5181,22 m2/g.

Kata kunci: karbon aktif, serbuk gergaji kayu, karbonisasi, specific surface.

Abstract.Activated carbon is widely used in industrial processes, i.e. the use of drugs, gas storage, as a
catalyst or catalyst buffer, waste treatment, and so on. The abundance of natural resources in Indonesia is
prospective solution as a renewable source of materials for making activated carbon, one of which is
wood sawdust. This study aims to determine the characteristics of activated carbon produced through
carbonization and chemical activation processes, as the effects of the type and concentration of activators
used in the carbon activation process. The temperature and carbonization time were kept constant (500oC
and 90 minutes). The types of activator used NaOH and HCl solution, with concentrations of 0.2 N and
0.4 N. The characteristics of activated carbon were measured from the volatile matter content, water
content, ash content, fixed carbon content, and surface area per mass (specific surface). The results show
that the NaOH solution is more effective as an activator than the HCl solution; NaOH solution with a
concentration of 0.4 N produces activated carbon with characteristics that meet SNI No. 06-3730-1995,
i.e. 3.9% volatile matter content, 4.89% moisture content, 5.2% ash content, 86.01% fixed carbon
content, and 5181.22 m2/g specific surface.
Keywords: activated carbon, wood sawdust, carbonization, specific surface.

1. Pendahuluan
Kebutuhan Indonesia akan karbon aktif masih relatif tinggi disebabkan semakin meluasnya pemakaian
karbon aktif pada berbagai sektor. Data BPS menunjukkan jumlah impor karbon aktif dari tahun 2009-
2012 mengalami kenaikan sekitar 37,23%. Konsumsi karbon aktif dunia selama tahun 2014 diperkirakan
1,7 juta ton (Joko Murtono dan Iriany, 2017). Umumnya karbon aktif digunakan pada proses pemurnian
dan katalisis di antaranya bidang obat-obatan, penyimpanan gas, penghilangan bau atau polutan,
pemisahan gas, katalisis, sebagai bahan elektroda dalam perangkat elektrokimia, dan dalam pengolahan air
limbah (Ceyhan et al., 2013; Mazlan et al., 2016). Saat ini pemenuhan kebutuhan karbon aktif di Indonesia
masih dilakukan dengan cara mengimpor.

Karbon aktif merupakan karbon berpori yang telah diaktivasi, tersusun atas atom-atom C yang terikat
secara kovalen dalam suatu sisi heksagonal datar dengan satu atom C pada setiap sudutnya, yang luas
permukaannya berkisar antara 400-1400 m2/g (Mutiara dkk., 2016). Besarnya luas permukaan per massa
(specific surface) dan adanya struktur pori internal menjadikan karbon aktif efektif sebagai adsorben
(Hartanto dan Ratnawati, 2010). Pembuatan karbon aktif secara kimia dilakukan melalui perendaman
karbon pada zat pengaktifasi untuk melarutkan pengotor-pengotor dalam pori-pori karbon aktif sehingga
luas permukaan dan ukuran pori lebih besar (Kwaghger and Ibrahim, 2013). Bahan pengaktif yang banyak
digunakan antara lain: NaCl, ZnCl2, H2SO4, H3PO4, Ca(OCl)2, dan NaOH (Setiawati dan Suroto, 2010;
Girgis dkk., 2002). Pada penelitian yang dilakukan Erawati dan Helmy 2018 menunjukkan bahwa hasil
kadar karbon terikat pada serbuk gergaji kayu berkisar 59,09-80,69%.

Setiap bahan dengan kandungan karbon tinggi dan anorganik rendah dapat digunakan sebagai bahan baku
untuk produksi karbon aktif (El-Magied et al., 2017). Menurut Kusmiyati dkk. (2010) kriteria bahan
karbon aktif yang baik adalah harga bahan baku maupun proses produksinya murah dan mudah didapat.
Hanum dkk. (2017) membuat karbon aktif dari bahan baku kulit durian dengan menggunakan aktivator
larutan KOH dan NaOH. Aktivator KOH menghasilkan spesific surface sebesar 1785,263 m2/g, lebih besar
daripada aktivator NaOH (1730,332 m2/g). Kedua aktivator KOH dan NaOH memberikan specific surface
yang memenuhi standard Powdered Activated Carbon (PAC), yaitu 800-1800 m2/g. Sebelumnya, Girgis dkk.
(2002) mendapatkan aktivator H3PO4 mengaktivasi karbon lebih baik daripada ZnCl2 dan KOH.
Vereyana dkk. (2018) membuat arang aktif dari tempurung kelapa dengan aktivator HCl dan H3PO4, dan
mendapatkan penurunan kadar air pada arang aktif dibandingkan dengan tanpa aktivasi. Penurunan kadar
air ini sangat erat hubungannya dengan sifat higroskopis dari aktivator HCl dan H3PO4. Terikatnya
molekul air yang ada pada arang aktif oleh aktivator menyebabkan pori-pori arang semakin besar.

Indonesia berpotensi menjadi produsen karbon aktif karena memiliki sumber daya alam yang melimpah
(Esterlita dkk., 2015 ). Salah satu bahan baku pembuatan karbon aktif yang potensial adalah serbuk gergaji
kayu. Limbah yang dihasilkan dari industri penggergajian kayu cukup besar yaitu 50-60% yang terdiri dari
serbuk gergaji kayu 15-20%, dan sisanya berupa sabetan dan potongan (Pari dkk., 2009). Diperkirakan
jumlah limbah serbuk kayu gergajian di Indonesia sebanyak 0,78 juta m3/tahun dan belum dimanfaatkan
secara optimal (Pari dkk., 2009). Serbuk gergaji sendiri memiliki kandungan karbon yang tinggi (Erawati
dan Helmy, 2018).

Penelitian ini bertujuan mempelajari pembuatan karbon aktif dari limbah gergaji. Secara khusus, pengaruh
jenis dan konsentrasi aktivator terhadap karakteristik karbon aktif yang dihasilkan diinvestigasi.
Karakteristik karbon aktif diukur dari kadar volatile matter, kadar air, kadar abu, kadar fixed carbon, daya
jerap, dan specific surface.

2. Metode Penelitian
2.1. Variabel, Alat, dan Bahan
Penelitian bersifat eksperimental, menggunakan beberapa variabel, yaitu variabel bebas, variabel terikat,
dan variabel kontrol. Variabel bebas terdiri atas jenis aktivator (NaOH dan HCl) dan konsentrasi aktivator
(0,2 N dan 0,4 N). Variabel terikat terdiri atas karakteristik adsorben karbon aktif, yaitu: kadar volatile
matter, kadar air, kadar abu, kadar fixed carbon, dan specific surface. Variabel kontrol terdiri atas suhu
karbonasi (500oC), ukuran partikel (-40+100 mesh), dan waktu karbonisasi (90 menit). Penelitian dilakukan
di Laboratorium Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain ayakan vibrator screen, botol timbang, cawan porselin,
corong kaca, desikator, erlenmeyer, furnace, gelas beker, gelas ukur, kaca arloji, karet hisap, kertas saring,
labu ukur, neraca analitis, oven, pengaduk kaca, pH meter, pipet tetes, pipet ukur, pipet volumetrik, dan
spektrometri UV-Vis. Adapun bahan yang digunakan antara lain aquades, HCl, NaOH, limbah serbuk
gergaji kayu (sembarang kayu), dan methylene blue.

2.2. Cara Kerja


1) Persiapan Bahan Baku
Bahan baku limbah serbuk gergaji kayu didapatkan dari Desa Plesungan yang berada di Kecamatan
Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah. Limbah serbuk gergaji tersebut dibersihkan dan dikeringkan di
bawah sinar matahari selama 24 jam.

2) Tahap Karbonisasi
Bahan baku serbuk gergaji yang sudah kering dibakar di dalam furnace selama 90 menit pada suhu 500oC.
Arang yang dihasilkan digiling di kurs porselin. Kemudian, dilakukan pengayakan dengan ukuran -40+100
mesh.
3) Tahap Aktivasi
Arang direndam di dalam larutan aktivator yang berbeda. Masing-masing larutan yaitu NaOH (0,2 M dan
0,4 M), dan HCl (0,2 M dan 0,4 M) dengan waktu perendaman 24 jam. Kemudian, didapatkan sampel
pasta arang sebanyak 4 jenis. Masing-masing sampel disaring dengan kertas saring, kemudian dicuci
dengan aquades hingga pH 7. Selanjutnya, sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 100oC selama 2 jam.

2.3. Analisis Hasil


1) Analisis rendemen arang
Bahan baku serbuk gergaji kering ditimbang sebanyak 120 g dan dibakar dalam furnace selama 90 menit.
Suhu pembakaran yang digunakan adalah 500oC. Arang yang dihasilkan ditimbang beratnya dan dihitung
rendemen arangnya dengan Pers. (1).

(1)

(Ramdja dkk., 2008)


2) Analisis kadar volatile matter
Karbon aktif dipanaskan sampai suhu 950oC dalam furnace. Setelah suhu tercapai, karbon aktif dibiarkan
dingin dalam furnace dan tidak berkontak dengan udara. Kemudian, secara hati-hati karbon aktif
dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang. Kadar volatile matter dihitung dengan Pers. (2),
(2)
dengan a dan b adalah berat karbon aktif mula-mula dan setelah dipanaskan pada suhu 950oC.

(Ramdja dkk., 2008)


3) Analisis kadar air
Karbon aktif ditimbang seberat 1 g dan dimasukkan ke dalam kurs porselin yang telah dikeringkan.
Setelah itu, karbon aktif dimasukkan ke dalam oven pada suhu 110oC selama 1 jam. Kemudian, karbon
aktif dimasukkan ke dalam desikator dan ditimbang. Kadar air dihitung dengan Pers. (3),
(3)
dengan c adalah berat karbon aktif setelah dipanaskan pada suhu 110oC.

(Ramdja dkk., 2008)


4) Analisis kadar abu
Karbon aktif seberat 1 g dimasukkan ke dalam kurs porselin yang telah diketahui beratnya. Karbon aktif
dalam kurs porselin dimasukkan ke furnace bersuhu 800oC selama 2 jam. Abu yang diperoleh didinginkan
dalam desikator, kemudian ditimbang hingga diperoleh bobot tetapnya. Kadar abu dihitung dengan Pers.
(5).
(5)

(Ramdja dkk., 2008)


5) Analisis kadar fixed karbon
Kadar karbon murni (fixed carbon) diperoleh dari hasil pengurangan kadar volatile matter, air, dan abu,
sebagai berikut:
% Kadar fixed carbon= 100% - (A + B + C) (6)

(Ramdja dkk., 2008)


6) Uji adsorpsi terhadap methylene blue
Karbon aktif sebanyak 1 gram dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambah 25 mL larutan
methylene blue 100 ppm. Campuran dikocok selama 30 menit, kemudian disaring. Cairan bening dipipet dan
diukur daya serapnya pada panjang gelombang 600 nm dengan alat UV Visible. Kurva kalibrasi atau
standar larutan methylene blue dibuat dengan konsentrasi 5, 10, 15, 20, dan 25 ppm.
7) Analisis specific surface
Luas permukaan per massa (specific surface) dapat ditentukan dengan menggunakan data dari methylene blue
yang dirumuskan sebagai berikut:
(7)
dengan,
S = Specific surface adsorben karbon aktif (m2/g)
Xm = Banyaknya methylene blue yang terjerap oleh 1 g karbon aktif (mg/g)
N = Bilangan Avogardo (6,02 x 1023/mol)
a = Ukuran molekul adsorbat methylene blue (197 x 10-20 m2)
M = BM methylene blue (320,5 g/mol)

(Ramdja dkk., 2008)

3. Hasil dan Pembahasan


Dengan kondisi operasi pada penelitian ini (500oC, -40+100 mesh, 90 menit) karbonasi limbah gergaji
menghasilkan rendemen karbon (arang) sebesar 29,17%. Nilai rendemen ini di atas rendemen arang kayu
jati (21,3%) (Salim, 2016), tetapi di bawah rendemen arang kayu Acacia mangium Willd (53,00%) (Pari dkk.,
2006). Jenis kayu dan kondisi operasi karbonisasi mempengaruhi hasil rendemen arang, yang pada
penelitian ini tidak menjadi fokus investigasi.

Pengaruh jenis dan konsentrasi aktivator terhadap kadar volatile matter (zat terbang) ditunjukkan pada
Gambar 1. Terlihat bahwa semakin tinggi konsentrasi aktivator, semakin rendah kadar volatile matter yang
dikandung karbon aktif. HCl dan NaOH merupakan asam kuat dan basa kuat; keduanya memiliki
kemampuan untuk mengaktivasi karbon. Semakin tinggi konsentrasi HCl dan NaOH, permukaan karbon
yang teraktivasi makin besar, menghasilkan pori-pori seiring dengan terlepasnya beberapa unsur termasuk
volatile matter.
Gambar 1. Pengaruh jenis dan konsentrasi aktivator terhadap kadar volatile matter.

Pada konsentrasi rendah (0,2 N), aktivator NaOH memberikan kadar volatile matter yang lebih rendah
daripada aktivator HCl, dan tren ini berkebalikan pada konsentrasi aktivator yang lebih tinggi (0,4 N).
Pada range konsentrasi yang dipelajari, nilai kadar volatile matter berkisar dari 3,3-6,5%; hasil ini setara
dengan kadar volatile matter karbon aktif dari tempurung kelapa dengan aktivator NaCl konsentrasi 5%,
yaitu 3,27% (Setiawati dan Suroto, 2010). Kadar volatile matter tertinggi diperoleh dengan aktivator HCl 0,2
N sebesar 6,5%, dan nilai ini masih di bawah kadar volatile matter maksimal yang ditetapkan dalam SNI No.
06-3730-1995, yaitu 25%.

Gambar 2 menjelaskan pengaruh jenis dan konsentrasi aktivator terhadap kadar air yang dikandung
karbon aktif. Seperti halnya pada volatile matter, semakin tinggi konsentrasi, kedua aktivator HCl dan
NaOH memberikan kadar air yang lebih rendah. Kenaikan konsentrasi aktivator menambah pori-pori
karbon, yang memungkinkan air mendifusi ke permukaan karbon lebih mudah. Selama aktivasi
berlangsung, molekul air mendifusi ke permukaan karbon dan berpindah ke fase di luar karbon (larutan
aktivator atau udara).

Gambar 2. Pengaruh jenis dan konsentrasi aktivator terhadap kadar air.


Pada range konsentrasi aktivator yang dipelajari, kadar air karbon aktif dari limbah gergaji ini berkisar 4,89-
6,58%. Kadar air tertinggi (6,58%) dihasilkan dengan aktivator NaOH konsentrasi 0,2 N, sedangkan kadar
air terendah (4,89%) dihasilkan dengan aktivator HCl konsentrasi 0,4 N. Menurut SNI No. 06-3730-1995,
syarat mutu kadar air pada karbon aktif maksimal sebesar 15%.

Kadar air yang dihasilkan merupakan ukuran kemampuan zat aktivator sebagai zat pendehidrasi. Karbon
aktif yang diaktivasi asam dengan konsentrasi yang tinggi memiliki kadar air yang lebih rendah dibanding
karbon aktif yang diaktivasi oleh basa dengan konsentrasi yang tinggi. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Hsu dan Teng (2000) bahwa aktivator yang lebih baik digunakan adalah aktivator yang
bersifat asam.

Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawati dan Suroto (2010), kadar air terendah terdapat
pada aktivator NaOH dengan konsentrasi 20% sebesar 2,5% dan tertinggi pada aktivator H2SO4 sebesar
9,62%. Rendahnya kadar air ini disebabkan karena NaOH bersifat higroskopis sehingga air (H2O) yang
terdapat dalam bahan bereaksi NaOH membentuk NaOH.H2O.

Jenis dan konsentrasi aktivator juga berpengaruh terhadap kadar abu karbon aktif yang dihasilkan,
sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 3. Berbeda dengan pengaruhnya terhadap kadar volatile matter dan
kadar air, semakin tinggi konsentrasi aktivator, semakin tinggi kadar abu. Kadar abu terendah dihasilkan
dengan aktivator HCl konsentrasi 0,2 N sebesar 1,1%, sedangkan kadar abu tertinggi dihasilkan dengan
aktivator NaOH konsentrasi 0,4 N sebesar 4,79%. Menurut SNI No. 06-3730-1995, syarat mutu kadar
abu pada karbon aktif maksimal sebesar 10%.

Aktivator NaOH memberikan kadar abu yang lebih tinggi daripada HCl. Hal ini disebabkan adanya kation
Na+ dari bahan pengaktif yang terikat dalam karbon aktif, sehingga pada waktu pemanasan 800oC selama
2 jam kation Na+ berubah menjadi abu. Hal ini sama halnya dengan penelitian yang dilakukan Setiawati
dan Suroto (2010), bahwa kadar abu tertinggi dihasilkan dengan aktivator NaOH konsentrasi 20%, yaitu
sebesar 4,24%.

Gambar 3. Pengaruh jenis dan konsentrasi aktivator terhadap kadar abu.


Gambar 4 menunjukkan pengaruh jenis dan konsentrasi aktivator terhadap kadar fixed carbon. Kadar fixed
carbon tertinggi dihasilkan dengan aktivator HCl 0,4 N sebesar 86,91%, sedangkan kadar fixed carbon
terendah dihasilkan dengan aktivator NaOH konsentrasi 0,2 N sebesar 85,61%. Kadar fixed carbon yang
diperoleh pada penelitian ini lebih tinggi daripada yang dilakukan Permatasari dkk. (2014), yang dengan
aktivator NaCl mendapatkan kadar fixed carbon 70,281%. Kadar fixed carbon ini pada dasarnya tergantung
pada kadar volatile matter, kadar abu, dan kadar air, sebagaimana ditunjukkan pada Pers. (6). Menurut SNI
No. 06-3730-1995, syarat mutu kadar fixed carbon pada karbon aktif minimal sebesar 65%.

Gambar 4. Pengaruh jenis dan konsentrasi aktivator terhadap kadar fixed carbon.

Untuk mengetahui karakter karbon aktif sebagai adsorben, dilakukan uji jerap terhadap methylene blue dan
pengukuran specific surface. Kalibrasi larutan standar methylene blue dengan menggunakan spektrofotometri
UV-Vis 600 nm menghasilkan grafik adsorbansi versus konsentrasi methylene blue (Gambar 5). Hasil kalibrasi
larutan standar methylene blue digunakan untuk meguji karbon aktif dengan aktivator HCl 0,2 N, HCl 0,4
N, NaOH 0,2 N, dan NaOH 0,4 N.

Gambar 5. Grafik kurva kalibrasi larutan standar methylene blue.


Selanjutnya, dengan bantuan persamaan empiris kalibrasi larutan standar methylene blue, jumlah methylene blue
yang terjerap karbon aktif untuk masing-masing variasi jenis dan konsentrasi aktivator dapat ditentukan.
Dengan Pers. (7), specific surface dapat ditentukan, sebagai berikut: 3355,97 m2/g dengan aktivator HCl 0,2
N, 3438,94 m2/g dengan aktivator HCl 0,4 N, 3687,84 m2/g dengan aktivator NaOH 0,2 N, dan 5181,22
m2/g deangan aktivator NaOH 0,4 N.

4. Kesimpulan
Pembuatan karbon aktif dari limbah gergaji dengan memvariasi jenis dan konsentrasi aktivator telah
dilakukan. Dengan aktivator HCl dan NaOH serta konsentrasi aktivator 0,2 N dan 0,4 N, semua karakter
karbon aktif mulai dari kadar volatile matter, kadar air, kadar abu, kadar fixed carbon, dan specific surface
memenuhi standar SNI karbon aktif. Aktivator NaOH diketahui memberikan karakter karbon aktif yang
lebih baik daripada aktivator HCl karena karakteristik utama karbon aktif (specific surface) yang didapatkan
lebih besar dibandingkan dengan aktivator HCl.

Referensi
Ceyhan, A. A., Omer, S., Caer, S., Ali, Y. (2013) ‘A novel thermal process for activated carbon production
from the vetch biomass with air at low temperature by two-stage procedure’, Journal of Analytical and
Applied Pyrolysis, 104(November), pp. 170–175. doi: 10.1016/j.jaap.2013.08.007.
El-Magied, M. O. A., Tarek, F.M., Ibrahim, K.E., Hamdi, M.H.G., Ali, M.H., and Mohamed A.M. (2017)
‘Decontamination of Uranium-Polluted Groundwater by Chemically-Enhanced, Sawdust-Activated
Carbon’, Colloids and Interfaces, 1(1), p. 2. doi: 10.3390/colloids1010002.
Erawati, E. dan Helmy, E. (2018) ‘Pembuatan Karbon Aktif dari Gergaji Kayu Jati (Tectona Grandis L ,
F) (Ukuran Partikel dan Jenis Aktivator)’ The 8 th University Research Colloquium 2018 , pp. 97–104.
Esterlita, M.O., Netti H. (2015) ‘Pengaruh Penambahan Aktivator ZNCl2, KOH, Dan H3PO4 Dalam
Pembuatan Karbon Aktif Dari Pelepah Aren (Arenga Pinnata)’, Jurnal Teknik Kimia USU, 4(1), pp.
47–52. doi: 10.32734/jtk.v4i1.1460.
Girgis, B.S., Samya, S.Y., Ashraf, M.S. (2002) 'Characteristic Of Activated Carbon From Peanut Hulls In
Relation To Condition Of Preparation, Materials Letters' hal 57(1).
Hsu, Li-Yeh ; Teng, Hsisheng, 2000, Influence of Different Chemical Reagents on The Preparation of
Actived Carbon from Bitumnios Coal, Fuel Processing Technology , Vol 64, 155-164.
Joko Murtono, Iriany (2017) ‘Pembuatan Karbon Aktif dari Cangkang Buah Karet dengan Aktivator
H3PO4 dan Aplikasinya sebagai Penjerap Pb(II)’, Jurnal Teknik Kimia USU, 6(1), pp. 43–48. doi:
10.32734/jtk.v6i1.1564.
Kusmiyati, V., Rachmatika, D., Vitasari, D., Fuadi, A.M. (2009) ‘Kinetika dan thermodinamika adsorbsi
orange dna 13 dengan adsorben karbon aktif arang batu bara’, Simposium Nasional RAPI VIII 2009
Universitas Muhammadiyah Surakarta, i(1412–9612), pp. 10–15.
Kwaghger, A., & Ibrahim, J. S. (2013). Optimization of Conditions For The Preparation of Activated
Carbon from Mango Nuts Using HCl. Carbon, 39(8), 425–432.
Mutiara, T., Fajri, R., Nurjannah, I. (2016) ‘Karakterisasi Karbon Aktif dari Serbuk Kayu Nangka Limbah
Industri Penggergajian dan Evaluasi Kapasitas Penyerapan dengan Methylene Blue Number’ Tenoin,
22(6), 452–460.
Pari, G., Tri Widayati, D., Yoshida, M. (2009) ‘Mutu Arang Aktif dari Serbuk Gergaji Kayu’, Jurnal
Penelitian Hasil Hutan, 27(4), pp. 381–398. doi: 10.20886/jphh.2009.27.4.381-398.
Pari, G., Santoso, A., Hendra, D., Pembuatan dan Pemanfaatan Arang AKtif sebagai Reduktor Emisi
Formaldehida Kayu Lapis, Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 24 No. 5, Oktober 2006: 425-436
Permatasari, A. R., Khasanah, L. U., Widowati, E. (2014) ‘Karakterisasi Karbon Aktif Kulit Singkong
(Manihot utilissima) dengan Variasi Jenis Aktivator, Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, VII(2), pp. 70–75.
Ramdja, A. F., Halim, M. Handi, J. (2008) ‘DARI PELEPAH KELAPA ( Cocus nucifera ) A . Fuadi
Ramdja , Mirah Halim , Jo Handi Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya Jl . Raya
Prabumulih Km . 32 Inderalaya OI SumSel’, Jurnal Teknik Kimia, 15(2), pp. 1–8.
Salim, R. (2016). Karakteristik dan Mutu Arang Kayu Jati (Tectona grandis) dengan Sistem Pengarangan
Campuran pada Metode Tungku, Jurnal Riset Industri Hasil Hutan Vol.8, No.2, Desember 2016: 53 -
64
Setiawati, E., Suroto, S. (2010) ‘Pengaruh Bahan Aktivator pada Pembuatan Karbon Aktif Tempurung
Kelapa’, Jurnal Riset Industri Hasil Hutan, 2(1), p. 21. doi: 10.24111/jrihh.v2i1.911.
Verayana, Paputungan, M. Iyabu, H. (2018) ‘Pengaruh Aktivator HCl dan H3PO4 terhadap Karakteristik
(Morfologi Pori) Arang Aktif Tempurung Kelapa serta Uji Adsorpsi pada Logam Timbal (Pb)’, Jurnal
Entropi, 13(1), pp. 67–75.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai