Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN AKHIR

PRAKTIK PEMROSESAN THERMAL DAN IMOBILISASI LIMBAH PADAT


“PIROLISIS DAN UJI PROXIMATE SEKAM PADI”

DISUSUN OLEH KELOMPOK 2:


1. Ashila Rosya Nasution (210307004)
2. Ayu Wijayanti K. W (210307005)
3. Eka Warsiti (210107008)
4. Micho Alfian S (210307011)
5. Sely Putri Vionita (210307016)
6. Syifha Asparandika (210207020)

TPPL 3A

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNIK PENGENDALIAN PENCEMARAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK NEGER CILACAP
CILACAP
2023/2024
LEMBAR KERJA/LAPORAN
PRAKTIK PEMROSESAN THERMAL DAN OMOBILISASI LIMBAH PADAT

I. JUDUL KEGITAN
Pirolisis Dan Analisis Proximate Sekam Padi
II. TUJUAN KEGIATAN
1. Membuat rancangan alat pirolisis berbentuk gambar 3D yang mudah dipahami dan
diwujudkan menjadi suatu alat yang sebenarnya
2. Membuat bagian reaktor/ruang pembakaran dari alat pirolisis
3. Membuat bagian pengapian (kompor) dan kondensor dari alat pirolisis
4. Memasang sistem pembacaan suhu dan membuat filter penyaringan gas hasil pirolisis
5. Melakukan uji coba alat pirolisis untuk memeproses limbah padat biomassa menjadi
produk arang (Biochar)
6. Melakukan assessment tidak langsung terhadap kinerja alat pirolisis dari karakterisasi
arang hasil pirolisis menggunakan analisis proksimat

III. RUMUSAN MASALAH


1. Bagaimana konsep proses pirolisis?
2. Bagaimana memilih material yang cocok untuk alat pirolisis?
3. Apa saja komponen-komponen dan fungsi masing-masing komponen dari suatu alat
pirolisis?
4. Bagaimana alur proses kerja dan rancangan alat berbentuk gambar 3D dari suatu
alat pirolisis?
5. Bagaimana konsep pembakaran, pengapian, dan kondensasi dari proses pirolisis?
6. Bagaimana membuat reaktor/ruang pembakaran yang berfungsi dengan baik?
7. Bagaimana membuat pengapian dan sistem kondensasi pada proses pirolisis?
8. Bagaimana system pembacaan suhu dari proses pirolisis?
9. Bagaimana konsep trearment gas hasil pirolisis?
10. Bagiamana langkah langkah dalam menguji coba alat pirolisis?
11. Bagaimana kinerja masing masing komponen dalam rangkaian alat pirolisis selama
proses uji coba?
12. Bagaimana melakukan analisis dan menginterpretasi hasil analisis proksimat arang
hasil pirolisis?

IV. PENDAHULUAN
IV.1 LATAR BELAKANG
Sekam padi merupakan produk samping atau limbah pertanian yang
dihasilkan dari penggilingan padi dan sangat melimpah. Pemanfaatan sekam padi
selama ini belum dilakukan secara maksimal sehingga menjadi penyebab
pencemaran lingkungan. Padahal sekam padi ini dapat dikembangkan sebagai bahan
baku pembuatan karbon, kertas karbon, batu baterai dan lainnya. Sekam padi
memiliki beberapa komponen utama yaitu selulosa (38%), hemi-selulosa(18%),
lignin (22%), dan SiO2 (silica) (Solihudin, 2020). Keberadaan komponen ini
memberikan sekam padi dapat digunakan untuk pembuatan karbon.
Kandungan karbon, selulosa, hemi-selulosa, dan lignin pada sekam padi
memberikan hasil yang baik dalam pembuatan karbon aktif karena kandungan
tersebut menghasilka pori – pori mikro yang dapat meningkatkan luas permukaan
karbon aktif, sehingga memiliki kemampuan kapasitas adsorpsi yang baik terhadap
berbagai zat kimia dan molekul. Karbon aktif dapat digunakan sebagai campuran
untuk media persemaian tanaman, karena terdapat kandungan silika pada karbon
aktif dari sekam padi tersebut.
Pengarangan dapat dilakukan dengan menggunakan metode pirolisis yang
berhubungan dengan penggunaan suhu tinggi dalam keadaan sedikit atau tanpa
oksigen untuk mendapatkan arang yang berkualitas (Loppies, 2016). Pada
eksperimen ini dilakukan pengarangan sekam padi menggunakan metode pirolisis,
pemanfaatan sekam padi untuk pembuatan karbon dapat mengotimalkan
pemanfaatan limbah sekam padi.
IV.2 DASAR TEORI
IV.2.1 Pirolisis
Pirolisis adalah tahap awal dalam pembakaran atau gasifikasi dalam
biomassa. Pirolisis dapat didefinisikan sebagai thermal degradation (de-
volatilization) dalam ruangan yang tidak mendapatkan aliran udara masuk.
Proses pirolisis ini berlangsung pada suhu antara 200°C - 600°C. Produk
utama dari pirolisis adalah char (arang), tar dan sedikit gas (CO dan CO 2).
Tipe bahan bakar, temperatur, tekanan, laju pemanasan dan waktu reaksi
adalah variabel yang mempengaruhi jumlah dan sifat-sifat dari produk yang
dibentuk. Char atau arang ini dapat digunakan sebagai karbon aktif yang
digunakan untuk industri metalurgi, sebagai bahan bakar memasak dan untuk
memanggang (Briket and Sekam 2015).
Proses pirolisis dibagi menjadi 2, yaitu: fast pirolysis dan slow
pirolysis. Fast pirolysis adalah proses yang mana biomassa dipanaskan
dengan cepat ke temperatur 450°C - 600°C dalam kondisi tanpa udara. Laju
pemanasannya mencapai 100 °K/dt. Pada kondisi ini akan menghasilkan uap
organik, gas pirolisis dan bioarang. Dengan cara ini, sampai 70% berat
biomassa dirubah menjadi bio-oil. Sedangkan slow pirolysis adalah suatu
metode yang sesuai untuk meningkatkan kualitas biomassa sebagai bahan
bakar. Slow pirolysis adalah proses yang mana biomassa dipanaskan dengan
laju temperatur yang lambat dalm inert atmosphere ke temperatur maksimum
300°C. Proses ini juga disebut dengan mild pirolysis yaitu menghilangkan
kandungan produksi asap dan pembentukan produk yang solid. Dengan cara
ini dapat dihasilkan solid uniform product dengan kandungan air yang rendah
dan kandungan energi yang lebih tinggi dari biomassa awal. Dengan cara ini
akan didapatkan produk dengan ± 70% dari berat awal dan 90% dari
kandungan energi biomassa awal (Briket and Sekam 2015).
Karakteristik Bahan Bakar Biomassa
Ada dua tipe analisa untuk mendefinisikan sifat-sifat fisik dan kimia
biomassa yaitu: proximate analyses dan ultimate analysis. Proximate analyses
digunakan untuk menentukan: kandungan moisture (uap lembab atau kadar
air), volatile matter (zat-zat yang mudah menguap), kadar abu dan kadar fixed
carbon (karbon tetap). Ultimate analyses digunakan untuk menentukan
komposisi kimia dan kadar energi (Briket and Sekam 2015).
1. Proximate Analysis
Proximate Analysis merupakan suatu langkah awal dalam
menentukan kualitas daripada batu bara yang meliputi penentuan
kandungan kadar air, zat terbang (Moisture Matter), abu (Ash) dan karbon
tetap (Fixed Carbon) terlambat dalam batu bara dengan Standard
Operation Prosedur (SOP) untuk memberikan acuan bagi analis dengan
menghasilkan nilai hasil uji yang presisi dan akurat.[8]. Fixed carbon
merupakan kadar karbon tetap yang terdapat dalam suatu bahan bakar
padat dimana ada setelah volatile matters/ bahan-bahan yang mudah
menguap dipisahkan dari bahan bakar padat tersebut [9]. Volatile matter
merupakan suatu zat aktif yang dapat menghasilkan energi panas/ kalor
apabila bahan tersebut dibakar. Umumnya terdiri dari gas-gas yang
mudah terbakar seperti gas Hidrogen, Karbon Monoksida dan Metana
(CH4). Volatile Matter sangat erat kaitannya dengan kualitas bahan,
makin tinggi kandungan VM makin rendah kualitas bahan. Abu
merupakan kotoran bahan baku biomassa yang tidak akan terbakar.
Kandungan didalamnya berkisar antara 5% hingga 40%. Menurut [9],
Kadar abu mempengaruhi efisiensi pembakaran yang terjadi. Kadar air
(Moisture Matter) merupakan suatu kandungan air yang terdapat pada
bahan bakar padat. Semakin besar kandungan air yang terdapat pada
bahan bakar padat, maka nilai kalornya semakin kecil, begitu juga
sebaliknya. Kadar air akan menurunkan kandungan panas per-kg berkisar
antara 0,5 hingga 10 % (Adja and Anam 2021).
2. Ultimate Analysis
Ultimate analysis digunakan untuk menentukan komposisi kimia
dan kadar energi bahan bakar. Analisa kimia biasanya terdiri dari :
karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, sulfur dan kadar abu dari bahan
bakar kering berdasarkan persen berat. Analisa kalor bahan bakar
dilakukan untuk memperoleh data tentang energi kalor yang dapat
dibebaskan oleh bahan bakar dengan terjadinya reaksi atau proses
pembakaran. Nilai kalor bahan bakar dapat ditentukan dengan
mereaksikan bahan bakar dengan oksigen dalm bomb calorimeter dan
mengukur kenaikan temperatur dari sejumlah air yang telah diketahui.
Panas yang dibebaskan selama prosedur ini menunjukkan sejumlah
maksimum dari energi yang didapat dari pembakaran bahan bakar (Briket
and Sekam 2015).
IV.2.2 Reaktor Pirolisis
Reaktor pirolisis adalah alat pengurai senyawa-senyawa organik yang
dilakukan dengan proses pemanasan tanpa berhubungan langsung dengan
udara luar dengan suhu 300-600˚C. Reaktor pirolisis dibalut dengan selimut
dari bata dan tanah untuk menghindari panas keluar berlebih, memakai bahan
bakar kompor minyak tanah atau gas. Reaktor pirolisis adalah alat pengurai
senyawa-senyawa organik yang dilakukan dengan proses pemanasan tanpa
berhubungan langsung dengan udara luar dengan suhu 300-600˚C. beberapa
jenis reaktor pirolisis yang sering digunakan adalah Fixed-Bed Pyrolyzer,
Bubbling Fluidized-Bed Reactors, Circulating Fluidized Bed, Ultra – Rapid
Pyrolyzer, Rotating Cone, Ablative Pyrolyzer dan Vacuum Pyrolyzer (Novita
et al. 2021).
IV.2.3 Biomassa
Biomassa pertama kali muncul pada Journal of Marine Biology
Association pada tahun 1934 oleh seorang ilmuwan Rusia bernama Bogorov.
Biomassa sendiri dikelompokkan dalam berbagai macam golongan, antara
lain bioetanol ( dari tanaman), biodiesel (dari minyak sawit dan kedelai),
biogas, biobriket serta biokerosen (minyak nabati). perbedaannya dikarenakan
sumber bahan baku dan pengolahan yang dilakukan berbeda-beda (Adja and
Anam 2021).
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses
fotosintetik, baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara
lain adalah pepohonan, rumput, ubi, limbah pertanian, limbah hutan, tinja,
dan kotoran ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer antara lain untuk:
serat, bahan pangan, pakan ternak, minyak nabati, bahan bangunan dan
sebagainya biomassa juga digunakan sebagai sumber energi (bahan bakar).
Secara umum yang digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa yang
nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah diambil produk
primernya. Komponen dari biomassa antara lain terdiri dari celulosa,
hemicelulosa, dan lignin. Persentase dari ketiga unsur tersebut adalah celulosa
40-45% (untuk tumbuhan kasar dan halus), lignin 25-35% (untuk tumbuhan
halus) dan 17-25% (untuk tumbuhan kasar), hemicelulosa 20% (untuk
tumbuhan halus) dan 17-25% (untuk tumbuhan kasar) (Briket and Sekam
2015).
IV.2.4 Sekam Padi
Sekam padi merupakan salah satu biomassa yang telah banyak
dikembangkan menjadi produk ramah lingkungan diantaranya sebagai bahan
bakar alternatif pengganti bahan bakar fosil dan sebagai pupuk organik
berupa arang sekam (Satriyani Siahaan et al. 2013). Sekam padi merupakan
lapisan keras yang kariopsis, dan terdiri dari belahan lemma dan pelea yang
saling bertautan, umumnya ditemukan diarea penggilingan padi. Komponen
utama dari sekam padi adalah selulosa (38%), hemi-selulosa (18%),
lignin(22%), dan SiO2 (Solihudin, 2020).
Secara umum sekam padi berwarna kekuningan atau keemasan.
Kebanyakannya mempunyai panjang 5 - 10 mm dan lebar 2,5 - 5 mm. Sekam
padi memiliki kerapatan jenis 1,125 kg/m3. Sekam padi mempunyai
komposisi kimia selulosa yang dapat dikonversi menjadi arang (Satriyani
Siahaan et al. 2013).
Sekam padi adalah biomassa yang terdiri dari komposisi senyawa
lignoselulosa, hemiselulosa dan lignin. Dalam proses karbonasi, dekomposisi
selulosa, hemiselulosa dan lignin memiliki suhu dekomposisi termal yang
berbeda. Salah satu keuntungan dari sekam padi adalah ketersediannya yang
berkelanjutan, karena tanaman padi diproduksi secara berkelanjutan. Sebagai
produk biomassa, pembakaran sekam padi memiliki netralitas emisi karbon,
dimana emisi karbon dihasilkan dalam proses pembakaran yang seimbang
dengan karbon yang diserap kembali pada periode tanam berikutnya. Oleh
karena itu, ini tidak hanya mengarah pada kelestarian lingkungan dan
ekonomi tetapi juga stabilitas sosial-politik jangka panjang yang
berkelanjutan (Metode, Sebagai, and Alternatif 2021)
IV.2.5 Asap Cair
Asap cair merupakan produk cair hasil pengembunan dari proses
penguapan saat pembakaran bahan organik secara langsung. Proses
pembakaran bahan organik dilakukan melalui proses pemanasan tanpa atau
sedikit oksigen atau reagen lainnya yang disebut dengan metode pirolisis.
Metode pirolisis pada biomassa akan menghasilkan tiga komponen utama
berupa gas (H2, CO, CO2, H2O, dan CH4), tar (pyrolitic oil), dan arang. Tar
sekam padi memiliki kandungan fenol 5,13%, karbonil 13,28%, dan asam
11,39% (Satriyani Siahaan et al. 2013).
Asap cair adalah bahan cairan yang berwarna kehitaman yang berasal
dari biomassa seperti kayu, kulit kayu dan biomassa lainnya seperti dari
limbah kehutanan dan industri hasil hutan melalui proses pirolisis.
Mengandung karbon, hidrogen, dan oksigen. Kandungan asam organik dalam
asap cair adalah air, tetapi air tidak bersifat kontaminan seperti pada
petroleum, karena air bercampur dengan asap cair (Ridhuan, Irawan, and
Inthifawzi 2019).
IV.2.6 Kondensor
Kondensor adalah salah satu jenis mesin penukar kalor (heat
exchanger) yang berfungsi untuk mengkondensasikan fluida kerja. Kondensor
biasanya mengubah fasa zat gas menjadi zat cair dari tempratur yang tinggi
keluar melewati dinding-dinding kondensor melewati media kondensasi,
sebagai akibatnya uap akan di dinginkan hingga fasanya berubah menjadi fasa
cair pada tempratur rendah. Kondensor didalamnya memliki dua jenis proses
perpindahan yaitu Perpindahan panas konduksi dan Perpindahan panas
konveksi. Klasifikasi kondensor (Heat exchangers) demikian berdasarkan
arah aliran fluida kerja dibagi beberapa tipe yaitu aliran paralel atau aliran
searah (cocurrent), aliran melawan arus atau aliran berlawanan arah (counter
current) dan aliran silang (cross flow) (Maulana et al., n.d.).
IV.2.7 Karbon Aktif
Karbon aktif merupakan senyawa amorf yang dihasilkan dari bahan –
bahan yang mengandung karbon atau arang yang diperlukan secara khusus
untuk mendapatkan daya adsorpsi yang tinggi. Karbon aktif dapat
mengadsopsi gas dan senyawa – senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsi
selektif, tergantung pada besar atau volume pori – pori dan luas permukaan.
Daya serap karbon aktif sangat besar, yaitu 25 – 100 % terhadap berat karbon
aktif. (Terhadap et al. 2023)
IV.2.8 Kadar Air (Moisture)
Kadar air merupakan jumlah air yang terkandung dalam suatu bahan.
Kadar air merupakan salah satu sifat yang penting pada suatu bahan bakar dan
dipengaruhi oleh jumlah uap air di udara, lama proses pendinginan dan sifat
hidroskopis dari suatu arang. Kadar air sangat mempengaruhi nilai kalor atau
nilai panas yang dihasilkan. Tingginya kadar air akan menyebabkan
penurunan suatu nilai kalor. Hal ini disebabkan karena proses pembakaran
yang lambat dan temperatur api yang rendah (Arang, Padi, and Tempurung
2022).
IV.2.9 Kadar Abu (Ash)
Kadar abu merupakan suatu indikator untuk mengetahui banyaknya abu
yang dihasilkan setelah selesai pembakaran. Abu merupakan komponen yang
tidak diinginkan pada bahan bakar. Abu tidak dapat bereaksi dan terbakar dan
akan menumpuk didasar boiler atau terbang bersamaan dengan gas. Abu
cenderung bertentangan dengan proses pembakaran karena keberadaannya
dapat menyebabkan karat. Kadar abu yang tinggi akan membentuk endapan
atau kerak mineral pada saat proses pembakaran, sehingga mengakibatkan
tungku kotor, korosi, serta kualitas pembakaran menurun. Kadar abu yang
rendah akan menghasilkan bahan bakar yang berkualitas baik (Arang, Padi,
and Tempurung 2022).
Tingginya kadar abu dipengaruhi oleh pengotor yang terkandung dalam
bahan baku sehingga kandungan mineral-mineral dalam arang cukup tinggi
dan dalam proses pembakarannya banyak meninggalkan abu sebagai sisa
pembakaran. Bahan pengotor dapat berupa mineral yang tidak dapat dibakar
atau di oksidasi oleh oksigen seperti SiO2, Al2O3, Fe2O3, CaO, dan alkali.
Tingginya kadar abu dapat pula disebabkan karena adanya pengotor eksternal
yang berasal dari lingkungan pada proses pembuatan briket. Pengotor
eksternal dihasilkan dari efisiensi panas pada alat pembakaran (furnace) yang
kurang maksimal (Arang, Padi, and Tempurung 2022).
IV.2.10 Kadar Volatile Matter
Kadar volatile matter adalah zat yang dapat menguap sebagai
dekomposisi senyawa yang masih terdapat di dalam arang selain air. Kadar
volatile matter juga dipengaruhi oleh kadar air dan berpengaruh terhadap
kadar fixed carbon, karena semakin tinggi persentase kadar air maka akan
menghambat kadar volatile matter untuk keluar dalam melakukan proses
pembakaran, begitu juga sebaliknya apabila kadar air rendah maka kadar
volatile matter semakin tinggi dan akan menurunkan kadar fixed carbon.
(Arang, Padi, and Tempurung 2022).
IV.2.11 Kadar Fixed Carbon
Karbon tetap (fixed carbon) adalah zat yang tidak menguap dan tersisa
setelah kandungan kadar air, kadar volatile dan kadar abu dihilangkan.
Karbon tetap ini merupakan karbon bebas yang tidak terikat dengan elemen
lain. Fixed carbon merupakan analisis yang tidak dapat dilakukan di uji
laboratorium. Hasil perhitungan dan pengamatan didapatan dari pengujian
proximate analysis lainnya (Kecantikan, n.d.).
V. METODE PERCOBAAN
V.1 ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Dandang 10. Nampan
2. Termokopel 11. Gerinda
3. Pipa besi hollow bulat 12. Elbow pipa ½ inch
4. Cawan 13. Bor
5. Besi beton 14. Neraca analitik
6. Desikator 15. Alat las listrik
7. Galon air 15 L 16. Gunting
8. Mortar dan Alu 17. Solder
9. Selang air 18. Penggaris
19. Oven 25. Botol 1,5 L
20. Furnace 26. Ayakan
21. Spatula 27. Toples
22. Regulator 28. Siltip
23. Selang regulator 29. Papan triplek
24. Tungku kompor

Bahan :
1. Sekam padi
2. Lem besi dextone
3. Lem tembak
4. Double tape
5. Tambal panci
6. Kain filter
7. Gas LPG
V.2 SKEMA/DIAGRAM ALIR PERCOBAAN
Analisis Kadar Air (Moisture)

Analisis Kadar Abu (Ash)

Analisis kadar materi volatile (Volatile Matter/VM)


V.3 PROSEDUR KERJA
Merancang Desain Alat Pirolisis
Langkah pertama yaitu mendesain rancangan alat pirolisis pada kertas, kemudian
desain yang sudah dirancang menggunakan aplikasi AUTOCAD 3D sesuai dengan
ukuran dan bahan yang tersedia.
Membuat Tungku dan Reaktor / Ruang Pembakaran
Pertama memotong besi menjadi beberapa bagian sesuai dengan ukuran dan
rancangan yang telah ditentukan. Kemudian, rangkai besi berbentuk lingkaran dan
berkaki 4, lalu di las sehingga tungku dapat berdiri. Selanjutnya melubangi ujung
tutup dandang menggunakan gerinda sesuai diameter pipa holo. Rangkai pipa holo
kemudian, rekatkan setiap sambungan pipa menggunakan lem besi dan lapisi dengan
alumunium foil. Lalu sambungkan pipa holo dengan panjang 25 cm ke tutup
dandang, rekatkan menggunakan lem besi dan lapisi dengan alumunium foil.
Membuat Kondensor
Pertama, lubangi bagian samping bawah galon sesuai dengan ukuran selang agar
ujung selang bisa keluar, dan lubangi tutup galon menggunakan soldier, lalu
sambungkan ujung pipa bagian atas ke pipa holo, lalu potong bagian atas galon agar
mudah memasukkan selang, lalu bentuk selang seperti spiral lalu masukkan kedalam
galon, rekatkan kembali galon menggunakan lem tembak.
Membuat Filter
Menggunakan botol 1,5 L yang diberi lubang bagian bawah sebagai output dari
asap yang sudah terfilter. Bagian tutup botol terhubung dengan selang dari kondesor
dan pada botol diberikan kain filter sebagai filter asap.
Sistem Pembacaan Suhu dan Filter
Pertama, melubangi tutup dandang sesuai dengan ukuran thermometer bimetal.
Kemudian memasang thermometer bimetal, rekatkan dengan melapisi lubang
menggunakan alumunium foil dan lem besi agar tidak bocor. Lalu selanjutnya
melubangi tutup dan botol aqua. Masukkan kasa filter secukupnya kedalam botol
aqua. Kemudian sambungkan ujung pipa dalam galon bagian bawah dengan botol
aqua, lalu rekatkan menggunakan lem tembak.

Merakit Semua Komponen Pirolisis


Hubungkan ruang pembakaran, sambungan ruang pembakaran dan kondensor,
serta filter. Rekatkan semua bagian dengan lem besi dan aluminium foil, pastikan
semua bagian tersambung dan tidak ada celah kebocoran.
Uji Fungsi Alat : Proses Pirolisis
Pertama, mencuci sekam padi. Kemudian, menimbang sekam padi sebanyak 1 kg.
Masukkan sekam padi kedalam dandang / reaktor, lalu menutup reaktor agar rapat
dan tidak ada udara yg masuk, rekatkan tutup reaktor menggunakan lem besi dan
lapisi menggunakan aluminium foil. Selanjutnya isi galon/kondensor dengan air
kran sampai setengah galon. Siapkan tabung gas dan pasang regulator pada gas,
sambungkan selang regulator ke tungku api, meletakan tungku api dibawah reaktor
pembakaran. Lalu, menyalakan regulator gas dan mulai proses pembakaran sampai
suhu 250 °C tunggu selama 2 jam. Untuk memastikan nyala api stabil maka pada
sekeliling tungku perapian ditutup menggunakan triplek atau penyangga kompor.
Selanjutnya mendinginkan arang hasil pirolisis dan meletakkan dalam nampan.
Menghaluskan arang menggunakan mortar hingga halus, setelah itu ayak
menggunakan saringan mess ketelitian 100. Jika semua sudah di ayak, timbang
karbon dan masukkan kedalam toples.
Analisis Hasil Produksi Pirolisis
A. Analisis Kadar Air
Siapkan dua cawan krus porselen untuk dua sampel, lalu masukan
kedalam furnace dan panaskan furnace hingga suhu 750 °C tahan selama 10
menit, lalu matikan furnace. Dinginkan cawan dalam desikator selama 1 jam,
lalu timbang massa awal cawan dan tambahkan masing-masing sekitar 1 g
sampel karbon. Selanjutnya panaskan sampel dalam oven pada suhu 105 °C
selama 2 jam (krus tidak ditutup), lalu matikan oven. Kemudian tempatkan
sampel dalam desikator selama 1 jam dan timbang.
B. Analisis Kadar Abu
Tempatkan cawan krus porselen yang digunakan untuk analisis kadar air
dalam furnace dan ditutup. Kemudian panaskan cawan krus porselen sampai
suhu 750 C dan tahan selama 6 jam, lalu matikan furnace. Dinginkan cawan krus
porselen dalam desikator selama 1 jam kemudian timbang.
C. Analisis Kadar Materi Volatil
Siapkan empat cawan krus porselen untuk dua sampel, tumpuk dua cawan
lalu tutup bagian cawan atasnya, lalu masukan cawan kedalam furnace dan
panaskan furnace hingga suhu 750 °C selama 10 menit, lalu matikan furnace.
Dinginkan cawan dalam desikator selama 1 jam, lalu timbang massa awal cawan
dan tambahkan masing-masing sekitar 2 g sampel karbon, tumpuk dengan cawan
kedua serta ditutup. Langkah selanjutnya panaskan cawan krus porselen sampai
suhu 950 C dan tahan selama 6 menit, lalu matikan furnace. Dinginkan cawan
krus porselen dalam desikator selama 1 jam kemudian timbang
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
VI.1 DATA/DESAIN ALAT
DESAIN ALAT
DESAIN AWAL ALAT 3D GAMBAR AKHIR ALAT PIROLISIS
Massa Massa Hasil Perhitungan
Analisis Jenis Sampel 1 Sampel 2
(gram) (gram)
Kurs 1 Kurs 2
Kurs kosong 37,4745 39,8416

Sampel karbon 1,000 1,000


aktif
Analisis Kurs + Karbon
Kadar Air aktif (sebelum 38,4745 40,8416 -0,4% -0,46%

dioven)
Kurs + Karbon
aktif (sesudah 38,4785 40,8462
dioven)
Hasil uji kadar
air 38,4785 40,8462
Analisis 55,63 56,65
Kadar Abu Kurs + Karbon
aktif (setelah 37,9222 40,2797
dioven)
Kurs + Karbon 2 44,5364 43,8499
gr (Sebelum
Volatile difurnace) 34,31 42,55
Matter Kurs + Karbon 39,4747 38,6223
(Sesudah
difurnace)

VI.2 PEMBAHASAN
VI.2.1 HASIL ALAT PIROLISIS
Perancangan alat pirolisis dengan bagian yang terdiri dari ruang
pembakaran; kondensor; penyangga; tungku pengapian; filter dan pelat
pelindung. Penyangga berbentuk lingkaran berkaki empat dengan diameter
atas 34 cm dan bawah 26 cm yang berfungsi untuk menyangga ruang
pembakaran saat pembakaran berlangsung agar posisinya tepat diatas
tungku pengapian. Tungku pengapian yang terhubung dengan selang
regulator dan gas yang berfungsi sebagai sumber api untuk memanaskan
ruang pembakaran saat pirolisis berlangsung, selang dan regulator gas
berfungsi mengalirkan gas menuju bagian ujung tungju pengapian. Ruang
pembakaran berfungsi sebagai tempat bahan yang akan dipirolisis. Ruang
pembakaran terdiri dari thermometer bimetal untuk mengukur suhu
pembakaran, kemudian terdapat saluran pipa sebagai keluaran gas atau uap
pembakaran. Saluran pipa mengalir ke ruang kondensor untuk pendinginan
gas atau uap pembakaran agar terjadi kondensasi. Setelah pipa melalui
kondensor kemudian dialirkan keruang filter yang berisi filter kain sebagai
media penyaring sebelum gas atau uap pembakaran keluar ke udara bebas.
Pelat pelindung berfungsi melindungi api tungku dari tiupan angina
disekitar sehingga mengoptimalkan suhu pembakaran dari nyala api.
Proses pirolisis sekam padi sebanyak 1 kg dilakukan pada hari jumat, 05
Desember 2023 dengan dimulai melakukan persiapan bahan dan percobaan
alat, pirolisis dimulai pukul 16.01 dengan suhu awal yaitu 80 oC pada waktu
pirolisis 30 menit pada pukul 16.31 suhu mengalami kenaikan yaitu suhu
sebesar 110oC, pada waktu pirolisis 45 menit pada pukul 16.46 suhu naik
menjadi 160oC. Pada waktu pirolisis 53 menit suhu mengalami kenaikan
pada suhu 200oC dengan kondisi ruang pembakaran mengeluarkan asap.
Pada waktu pirolisis 58 menit pada pukul 16.59 suhu sudah mencapai
250oC. Dari pukul 16.59 pirolisis mulai terhitung 2 jam dengan suhu 250 oC,
pada proses pirolisis suhu maksimal yang terjadi yaitu pada suhu 275 oC
pada menit pembakaran terhitung 9 menit pada pukul 17.08 WIB. Suhu
mengalami penurunan pada suhu 240oC pada saat pirolisis 42 menit yaitu
pukul 17.41 WIB. Mengalami penurunan suhu pada suhu 230oC pada saat
pirolisi 51 menit pukul 17.50 WIB, dan suhu kembali menurun pada suhu
220oC pada saat pirolisis 1 jam dan hingga pirolisis 2 jam suhu stabil pada
suhu 220oC.
VI.2.2 HASIL UJI PROXIMATE
VI.2.2.1 Analisis Kadar Air (Moisture/M)
Kurs 1 Kurs 2
( A−B) ( A−B)
% kadar air = x 100 % kadar air = x 100
A A
% kadar air = % kadar air =
(38,4745−38,4785) ( 40,8416−40,8462)
x 100 x 100
1 1
(−0,004 ) % kadar air =
% kadar air = x 100
1 (−0,0046)
x 100
% kadar air = -0,004 x 100 1
% kadar air = -0,4% % kadar air = -0,0046 x 100
% kadar air = -0,46%

Analisis kadar air pada karbon aktif dilakukan untuk


mengetahui presentase kandungan air yang masih tersisa dan sifat
higroskopis karbon. Berdasarkan SNI 06-3730-1995 presesntase
kadar air maksimal adalah 15 %. Kadar air dipengaruhi oleh
jumlah uap air di udara, lama proses pendinginan, dan sifat
higroskopis dari arang tersebut (Sariyani Siahaan, Hutapea, and
Hasibuan 2013). Berdasarkan dari hasil % kadar air pada karbon
sekam padi yang telah dianalisa presentase dari kurs 1 adalah -
0,4% yang mana presesntase tersebut tidak memenuhi standar
presesntase kadar air sesuai dengan SNI. Kemudian, pada kurs 2 %
kadar air pada karbon aktif hasil presentase yang dianalisa adalah -
0,46%, yang mana hasil tersebut belum memenuhi standar SNI.
Presentase kadar air yang dihasilkan adalah minus karena terdapat
kemungkinan penyebab yang mengakibatkan hasil tidak akurat,
penyebabnya adalah human eror pada saat pengeringan cawan
sebelum digunakan terdapat kesalahan saat setelah kurs setelah
difurnace yang kemudian dikeluarkan tanpa diletakkan didesikator
dan terkena udara luar dalam waktu yang cukup lama sehingga
sudah terkontaminasi dengan udara luar sehingga berat kering
cawan kosong tidak akurat.
VI.2.2.2 Analisis Kadar Abu (ASH)
Cawan 1 Cawan 2
D D
% kadar abu = x 100 % kadar abu = x 100
R R
% kadar abu = % kadar abu =
(38,4785−37,9222) ( 40,8462−50,2797)
x 100 x 100
1 1
0,5563 0,5665
% kadar abu = x 100 % kadar abu = x 100
1 1
% kadar abu = 0,5563 x 100 % kadar abu = 0,5665 x 100
% kadar abu = 55,63% % kadar abu = 56,65%
Analisa kadar abu yang merupakan persentase berat oksida-
oksida mineral dalam karbon seperti silikon, sulfur, kalsium, dan
komponen lain dalam jumlah kecil. Penetuan kadar abu bertujuan
untuk menentukan kandungan oksida logam yang masih terdapat
dalam arang aktif (Rahman et al. 2020). Kadar abu menunjukkan
presentase abu yang dihasilkan dari pembakaran sempurna dari
bahan organik yaitu sekam padi. Kadar abu yang terkandung
berupa bahan organik maupun mineral yang tidak dapat dibakar
dan sisa bahan yang tetap tertinggal setelah pembakaran.
Berdasarkan SNI 06-3730-1995 nilai maksimal kadar abu adalah
10%, abu yang berlebih pada karbon aktif akan mengakibatkan
penyumbatan pori arang karbon sehingga luas permukaannya
berkurang dan daya serapnya menurun. Semakin tinggi suhu dan
waktu pirolisis akan meningkatkan kadar abu. Berdasarkan analisis
kadar abu yang telah dilakukan pada kurs 1 dihasilkan 55,63% dan
kurs 2 yaitu 56,65%, berdasarkan SNI 06-3730-1995 kadar abu ini
melebihi standar yang ada. Peningkatan kadar abu dapat terjadi
akibat terbentuknya garam-garam mineral pada saat proses
pengarangan yang jika dilanjutkan akan membentuk partikel-
partikel halus dari garam mineral tersebut. Hal ini disebabkan
karena adanya kandungan bahan mineral yang terdapat di dalam
bahan awal biomassa pembuat karbon (Laos, Masturi, and Yulianti
2016). Tingginya kadar abu ini diperkirakan dikarenakan
terjadinya proses oksidasi dan kontak dengan udara pada saat
proses pembakaran dikarenakan tidak adanya injeksi nitrogen pada
saat pirolisis berlangsung. Kadar abu karbon yang tinggi
disebabkan oleh proses oksidasi dan adanya kontak dengan udara
luar pada saat proses pembakaran lebih lanjut dimana karbon yang
terbentuk sebagian berubah menjadi abu (SARIFAH MUDAIM,
2021).
VI.2.2.3 Analisis Kadar Materi Volatile (Volatile Matter/VM)
Cawan 1 Cawan 2
% kadar Volatile matter = % kadar Volatile matter =
W 1−W 2 W 1−W 2
x 100 x 100
W1 W1
% kadar Volatile matter = % kadar Volatile matter =
(119,3077−118,6216) 105,0279−104,1769
x 100 x 100
2 2
% kadar Volatile matter = % kadar Volatile matter =
0,6861 0,851
x 100 x 100
2 2
% kadar Volatile matter = % kadar Volatile matter =
0,3431 x 100 0,4225 x 100
% kadar Volatile matter = % kadar Volatile matter =
34,31% 42,55%

Analisis kadar volatile matter atau kadar zat terbang pada


karbon aktif dilakukan untuk mengetahui presentase besarnya
bagian yang mudah hilang selain air. Tingginya kadar volatile
matter karena tidak sempurnanya penguraian senyawa non karbon
seperti, CO, CO2 dan H. Semakin banyak kandungan zat terbang
maka bahan baku akan lebih mudah terbakar dan menyala
(Susilowati, 2016). Kadar volatile matter yang dihasilkan pada
karbon sekam padi adalah pada kurs 1 dihasilkan 34,31% dan pada
kurs 2 yaitu 42,55%, sehingga presentase volatile matter karbon
aktif sekam padi tidak memenuhi standar volatile matter yaitu
menurut SNI 06-3730-1995 dengan nilai maksimal 25%. Kadar
volatile matter tinggi arang disebabkan karena kadar air yang
tinggi. Proses pengeringan bahan baku yang tidak homogen juga
mempengaruhi kadar volatile matter yang dihasilkan.
VI.2.2.4 Penentuan Karbon Murni (Fixed Carbon/FC)
Cawan 1 Cawan 2
FC=100-M-VM-ASH FC= 100-M-VM-ASH
FC=100--0,4%-34,31%- FC = 100--0,46%-42,55%-
55,63% 56,65%
FC = 10,46 % FC = 1,26 %
Besar kecilnya nilai fixed carbon dipengaruhi oleh kadar
abu dan kadar volatil (Ramdja dkk, 2008). Pada penelitian ini, nilai
fixed carbon untuk sekam padi yang dipirolisis pada suhu 80˚C -
270˚C. Terdapat 2 cawan pada hasil penentuan karbon murni yaitu
10,46% dan 1,26%. Hal ini tidak sesuai dengan SNI 06-3730-1995
tentang karbon aktif yang mana nilai fixed carbon minimal 65%.
Rendahnya nilai fixed carbon ini disebabkan oleh tingginya kadar
abu dari sekam padi penelitian ini yang mencapai 55,63% dan
56,65% yang melebihi SNI.
VII. KESIMPULAN
Sekam padi memiliki beberapa komponen utama yaitu selulosa (38%), hemi-
selulosa(18%), lignin (22%), dan SiO2 (silica) yang bagus untuk pembuatan karbon.
Pirolisis dapat didefinisikan sebagai thermal degradation (de-volatilization) dalam ruangan
yang tidak mendapatkan aliran udara masuk. Proses pirolisis ini berlangsung pada suhu
antara 200°C - 600°C. Pada praktik yang telah dilakukan pembuatan alat pirolisis terdiri
dari ruang pembakaran; kondensor; penyangga; tungku pengapian; filter dan pelat
pelindung. Suhu maksimum yang diperoleh yaitu 275°C, dengan suhu konstans
pembakaran 220 °C. Berdasarkan data analisis proximate yang dilakukan disimpulkan
karakteristik karbon dari sekam padi tidak memenuhi SNI 06-3730-1995 untuk kadar air,
SNI 06-3730-1995 untuk kadar abu, dan SNI 06-3730-1995 untuk kadar volatile metter.
Hal ini dikarenakan penyebab yang mengakibatkan hasil tidak akurat, penyebabnya adalah
human eror pada saat pengeringan cawan yang berpengaruh pada haisl uji kadar air dan
kadar abu, serta terjadinya proses oksidasi dan kontak dengan udara pada saat proses
pembakaran dikarenakan tidak adanya injeksi nitrogen pada saat pirolisis berlangsung..

VIII. DAFTAR PUSTAKA

Adja, H B, and A Anam. 2021. “Study Komparasi Sekam Padi Sebagai Bahan Bakar Alternatif
Berbasis Proximate And Ultimate Analysis” 2 (1): 8–17.

Arang, Berbasis, Sekam Padi, and Dan Tempurung. 2022. “Pengaruh Temperatur Karbonisasi
Terhadap Karakteristik Briket” 9: 138–47. https://doi.org/10.24252/jft.v9i2.25566.

Briket, Kalor, and Campuran Sekam. 2015. “Dinamika Teknik Mesin, Volume 5 No. 1 Januari
2015 ISSN: 2088-088X Saparudin, Syahrul, Nurchayati: Pengaruh Temperatur Pirolisis” 5
(1): 16–24.

Kecantikan, X. n.d. “STUDI KARAKTERISTIK FISIK ( KADAR AIR ) LIMBAH PADAT


BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN ( B3 ) KLINIK STUDY OF PHYSICAL
CHARACTERISTICS AND CALORIFIC VALUE OF BEAUTY CLINIC HAZARDOUS
WASTE IN.”

Laos, Landiana Etni, Masturi Masturi, and Ian Yulianti. 2016. “Pengaruh Suhu Aktivasi
Terhadap Daya Serap Karbon Aktif Kulit Kemiri” V: SNF2016-MPS-135-SNF2016-MPS-
140. https://doi.org/10.21009/0305020226.

Maulana, Eka, Maruli Tua, Hamonangan Pardede, and Didik Mahardika. n.d. “Perancangan
Proses Pembuatan Kondensor Untuk Pendingin Reaktor Pirolisis Kapasitas 75 Kg / Jam.”

Metode, Menggunakan, Pirolisis Sebagai, and Energi Alternatif. 2021. “Fakultas Teknik-
UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG” 6 (1): 17–22.

Novita, Sri Aulia, Ahmad Fudholi, Program Doktoral, Ilmu Pertanian, Universitas Andalas,
Program Studi, Teknologi Industri, et al. 2021. “Www.Agroteknika.Id” 4 (1): 53–67.

Rahman, Abdul, Rizal Aziz, Asmah Indrawati, and Muhammad Usman. 2020. “Pemanfaatan
Beberapa Jenis Arang Aktif Sebagai Bahan Absorben Logam Berat Cadmium (Cd) Pada
Tanah Sedimen Drainase Kota Medan Sebagai Media Tanam.” Jurnal Agroteknologi Dan
Ilmu Pertanian 5 (1): 42–54.

Ridhuan, Kemas, Dwi Irawan, and Rizki Inthifawzi. 2019. “Proses Pembakaran Pirolisis Dengan
Jenis Biomassa Dan Karakteristik Asap Cair Yang Dihasilkan” 8 (1): 69–78.

Siahaan, Sariyani, Melvha Hutapea, and Rosdanelli Hasibuan. 2013. “Penentuan Kondisi
Optimum Suhu Dan Waktu Karbonisasi Pada Pembuatan Arang Dari Sekam Padi.” Jurnal
Teknik Kimia USU 2 (1): 26–30. https://doi.org/10.32734/jtk.v2i1.1423.
Siahaan, Satriyani, Melvha Hutapea, Rosdanelli Hasibuan, Departemen Teknik Kimia, Fakultas
Teknik, and Universitas Sumatera Utara. 2013. “PENENTUAN KONDISI OPTIMUM
SUHU DAN WAKTU KARBONISASI” 2 (1): 26–30.

Susilowati. 2016. KARBON AKTIF DARI BATANG PISANG (Musa Paradiseaca) DENGAN
AKTIVATOR H3PO4 DAN K 2CO3 UNTUK MENURUNKAN FFA (FREE FATTY ACID)
PADA MINYAK GORENG BEKAS.

Terhadap, Adsorben, Kadar Besi, Fe Pada, and Pengolahan Air. 2023. “ISSN 2581-2319
EFEKTIVITAS PENGGUNAAN ABU SEKAM PADI ( Oryza Sativa ) SEBAGAI
ADSORBEN TERHADAP KADAR BESI ( Fe ) PADA PENGOLAHAN AIR BAKU” 7
(1).

IX. LAMPIRAN
PEMBUATAN ALAT PEMBAKARAN

Pemotongan tutup
dandang Pemotongan pipa besi Pemasangan pipa
Pemasangan elbow
hollow dengan tutup dandang
dengan besi hollow
PEMBUATAN KONDENSOR

Melubangi bagian bawah Memotong bagian atas galon Memasukkan Pengeleman kembali
galon untuk pembuangan untuk memasukkan selang selang kondensor bagian atas galon
ke filtrasi kondensor
PEMBUATAN FILTRASI
Memasang filter Melubangi tutup
Melubangi alat filtrasi
filter
PENYIAPAN SEKAM

Penimbangan Pencucian sekam Penirisan sekam Peletakan sekam ke


sekam dandang
PENGHALUSAN KARBON

Penghalusan karbon Karbon yang


Karbon hasil Pengambilan karbon ke dengan mortar sudah dihaluskan
pembakaran nampan
PENGUJIAN VOLATILE MATTER
C
awan sampel 1 Sampel 1 + karbon Cawan sampel 2 Sampel 2 + karbon
PENGUJIAN KADAR ABU

Cawan semua awal 1 Cawan semua 2 tanpa Cawan semua 2 + Cawan crush bawah 2 +
karbon karbon karbon

Cawan crush bawah 1 + Cawan semua akhir 1


karbon

PROSES PEMBAKARAN

Suhu awal pembakaran


Suhu 200⸰C Suhu 275⸰C pembakaran
pembakaran (suhu maksimal)
Suhu 250⸰C
pembakaran

Anda mungkin juga menyukai