Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TEKNIK POMITS

Kajian Eksperimental Terhadap


Karakteristik Pembakaran Briket
Limbah Ampas Kopi Instan Dan Kulit Kopi
(Studi Kasus Di Pusat Penelitian
Kopi Dan Kakao Indonesia)
Wahyu Kusuma A, Sarwono dan Ronny Dwi Noriyati
Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: sarwono@ep.its.ac.id
Abstrak Briket merupakan bahan bakar padat yang terbuat
dari limbah organik. Dalam tugas akhir ini telah dilakukan
penelitian tentang briket ampas kopi instan dan kulit kopi untuk
mengetahui komposisi dan karakteristik briket agar
menghasilkan heating value yang tinggi dan pengaruh variasi
komposisi terhadap karakteristik pembakaran briket. Parameter
uji yang digunakan meliputi uji proximate dan uji eksperimental.
Variasi komposisi yang digunakan ampas kopi instan dan kulit
kopi dengan perbandingan A1K1, A2K3, A3K2, A1K4 dan
A4K1. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pengaruh variasi
komposisi adalah setiap penambahan ampas kopi instan
menyebabkan peningkatan kadar air sehingga menurunkan nilai
kalor briket. Sedangkan penambahan kulit kopi menyebabkan
semakin banyak kandungan kadar abu. Komposisi briket A3K2
dengan kadar volatile matter rendah 82,17% mempunyai lama
pembakaran paling lama 72 menit. Hubungan antara waktu
nyala dan kadar volatile matter adalah semakin rendah kadar
volatile matter maka semakin lama waktu nyala briket.
Optimalisasi briket dari penelitian ini adalah briket A1K4
karena memiliki nilai kalor tertinggi sebesar 4713 kal/gram
dengan kadar air terendah sebesar 10.76% dan kandungan fixed
carbon tertinggi sebesar 6,89%.
Kata Kunciampas kopi instan, briket organik, kulit kopi,
heating value

Usaha Direktorat Jenderal Perkebunan- Kementerian Pertanian


(2010), dalam 1 ha areal pertanaman kopi akan memproduksi
limbah segar sekitar 1,8 ton. Sehingga untuk luas lahan
perkebunan kopi rakyat Kabupaten Jember tahun 2009-2011
seluas 5.608 ha akan menghasilkan limbah sekitar 1.080 ton
setiap tahunnya.
Selama ini dari pabrik pengolahan kopi Puslit Koka
menghasilkan limbah kulit kopi dan limbah ampas kopi instan
yang sebelumnya dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman, pakan
ternak dan biogas. Mengingat bahwa kulit kopi memiliki nilai
kalor yang tinggi, kadar air yang rendah, serta kandungan
sulfur yang cukup rendah[2], [3] maka diharapkan nantinya
akan dihasilkan suatu alternatif energi yang potensial dan
ramah lingkungan dari penggabungan kulit kopi dan limbah
ampas kopi instan. Pemanfaatan limbah ampas kopi instan
dalam penelitian kali ini dikarenakan mengandung minyak
dengan 11-20% berat, sehingga mampu menambah nilai kalor.
Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan diteliti pembuatan
briket dari kulit kopi dan ampas kopi instan untuk mendukung
kebutuhan akan energi jangka panjang yang dapat diandalkan
dan dikembangkan. Dalam proses pembuatan briket nantinya
juga menentukan variasi komposisi yang tepat terhadap
kualitas fisik dan kimia dari briket sehingga menghasilkan
briket yang baik dengan nilai heating value yang tinggi.

I. PENDAHULUAN

ETERGANTUNGAN terhadap bahan bakar minyak


mengantarkan Indonesia pada krisis energi yang cukup
serius. Salah satu cara untuk mengurangi ketergantungan atas
energi fosil adalah dengan cara mengembangkan sumber
energi alternatif terbarukan. Sumber energi alternatif yang
dapat diperbaharui yang cukup potensial adalah limbah hasil
perkebunan yang sampai saat ini belum termanfaatkan secara
optimal. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia di
Jember, Jawa Timur merupakan lembaga non profit yang
memperoleh mandat untuk melakukan penelitian dan
pengembangan komoditas kopi dan kakao secara nasional[1].
Potensi biomassa dari perkebunan ini adalah kulit kopi,
cangkang kakao dan limbah ampas kopi instan. Kabupaten
Jember merupakan salah satu sentra produksi kopi di wilayah
Jawa Timur. Menurut Direktorat Pascapanen Dan Pembinaan

II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Pembakaran Bahan Bakar Padat
Mekanisme pembakaran biomassa terdiri dari 3 tahap yaitu
pengeringan, devolatilisasi dan pembakaran arang[4], antara
lain :
1. Pengeringan (drying)
2. Devolatilisasi (devolatilization)
3. Pembakaran arang (char combustion)
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pembakaran
bahan bakar padat antara lain[5] :
1. Ukuran Partikel
2. Kecepatan Aliran Udara
3. Temperatur Pembakaran
4. Jenis Bahan Bakar

JURNAL TEKNIK POMITS

B. Karakteristik Briket
Bahan bakar padat memiliki spesifikasi dasar antara lain
sebagai berikut :
1. Nilai Kalor (Heating Value)
Nilai kalor terdiri dari HHV (high heating value) dan
LHV (low heating value). Nilai kalor bahan bakar
adalah besarnya panas yang diperoleh dari
pembakaran[5]. Perhitungan nilai kalor menggunakan
standar metode ASTM-2015 dengan rumus[7]:

(1)
(2)
dimana,
T1 = Suhu air pendingin sebelum dinyalakan (oC)
T2 = Suhu air pendingin sesudah dinyalakan (oC)
Tkp = Kenaikan suhu kawat penyala = 0,05 (oC)
cv = Panas jenis alat = 73.529,6 (kJ/kgoC).
2. Kadar Air (Moisture)
Kadar air ialah perbandingan berat air yang terkandung
dalam bahan bakar padat dengan berat kering bahan
bakar padat tersebut. Prosedur perhitungan kadar air
briket arang menggunakan standar ASTM D-3173
dengan rumus[7] :

karbon terikat dilakukan dengan menggunakan standar


ASTM D-3172 dengan rumus[7] :
(6)
III. METODOLOGI PENELITIAN
Kerangka penelitian diperlukan agar pelaksanaan penelitian
tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan. Dibawah
ini Gambar 1. merupakan flowchart prosedur penelitian.
Mulai

Studi Literatur :
sifat fisis dan kimia kulit kopi dan ampas kopi instan,
pembakaran bahan bakar padat, karakteristik briket

Persiapan Penelitian

Pengeringan Limbah Ampas


Kopi

Penggilingan dan Pengayakan

(3)
dimana,
W0 =berat sampel dan cawan sebelum dikeringkan (gr)
W =berat sampel dan cawan sesudah dikeringkan (gr)
WS0 =berat sampel awal (gr).
3. Kadar Abu (Ash)
Abu adalah bahan yang tersisa apabila bahan bakar
padat dipanaskan hingga berat konstan. Semakin tinggi
kadar abu maka akan semakin sulit terbakar[8].
Prosedur perhitungan kadar abu menggunakan standar
ASTM D-3174 dengan rumus[7] :

Variasi Komposisi

Uji Proximate

Uji Eksperimental

Tidak
Nilai Kalor 4000 kal/gr
Ya
Analisa Data dan Pembahasan

(4)
dimana,
W0 =berat sampel dan cawan sebelum pengabuan (gr)
W =berat cawan + berat abu (gr)
Wdso =berat sampel sebelum pengabuan (gr).
4. Volatile matter
Semakin banyak kandungan volatile matter pada
biobriket maka semakin mudah biobriket untuk
terbakar dan menyala, sehingga laju pembakaran
semakin cepat. Besarnya zat mudah menguap dihitung
menggunakan standar ASTM D-3175 dengan rumus
berikut[7] :

(5)
dimana,
W0 =berat sampel dan cawan awal (gr)
W =berat cawan + berat abu setelah pemanasan (gr)
Wdso =berat sampel awal (gr).
5. Fixed Carbon (FC)
Kadar karbon terikat mempengaruhi nilai kalor,
semakin tinggi kadar karbon terikat akan semakin
tinggi pula nilai kalornya. Prosedur perhitungan kadar

Kesimpulan

Selesai

Gambar 1. Flowchart Prosedur Penelitian


A. Prosedur Pembuatan Briket
Bahan baku yang digunakan adalah ampas kopi instan dan
kulit kopi dengan perbandingan prosentase 1:1 (A1K1); 2:3
(A2K3); 3:2 (A3K2); 1:4 (A1K4); 4:1 (A4K1). Langkahlangkah pembuatan briket adalah sebagai berikut :
1. Pengeringan
Pengeringan ampas kopi instan menggunakan oven
dengan suhu 104oC selama 3 jam.
2. Penggilingan dan Pengayakan
Penggilingan dilakukan agar kulit kopi lebih kecil
ukurannya sehingga memudahkan dalam proses
pengayakan nantinya. Proses pengayakan dengan
menggunakan ukuran partikel 100 mesh.
3. Pencampuran bahan baku dengan perekat
Prosentase tepung tapioka (amilum) dengan air adalah
22gr : 78ml.

JURNAL TEKNIK POMITS


4. Pencetakan
Bahan briket yang sudah dicampur dimasukkan ke
dalam alat pencetak briket dengan tekanan yang
digunakan 100 kg/cm2.
5. Pengeringan
Briket dikeringkan dengan oven pada suhu 60 selama
24 jam. Bentuk briket yang digunakan adalah silinder
berongga. Briket ini mempunyai dimensi tinggi 1.5 cm
dan diameternya 4 cm.

Gambar 2. Bentuk Briket


B. Pengujian Mutu Briket
Briket yang dihasilkan dari penelitian ini dilakukan
pengujian proximate yaitu nilai kalor, kadar air, kadar abu,
kadar volatile matter dan kadar terikat (fixed karbon). Metode
analisis yang digunakan untuk uji mutu karakteristik briket
adalah :
1. Nilai kalor
Prosedur pengukuran nilai kalor (HHV)[7] :
- Timbang sampel sebanyak 0.15 gram dan letakkan
dalam cawan platina dan ditempatkan pada ujung
tangkai penyala yang sudah dipasang kawat
penyala.
- Masukkan ke dalam tabung bom dan ditutup
dengan erat.
- Oksigen diisikan ke dalam tabung dengan tekanan
30 bar dan dimasukkan ke dalam tabung
kalorimeter yang sudah diisikan air pendingin
sebanyak 1250 ml.
- Kalorimeter ditutup dan termometer dipasang pada
tutup kalorimeter.
- Pengaduk air pendingin dihidupkan selama 5 menit
dan dicatat temperatur yang tertera pada
termometer.
- Penyalaan dilakukan dan diaduk terus air pendingin
selama 5 menit, kemudian dicatat kenaikan suhu
pada termometer.
2. Kadar Air (Moisture)
Adapun langkah-langkahnya adalah[7]:
- Cawan porselin yang telah bersih diovenkan pada
suhu 1050C selama 1 jam.
- Dinginkan dalam desikator beberapa saat, kemudian
ditimbang .
- Tempatkan sampel dalam cawan, sebelumnya
timbang masing-masing massa cawan dan sampel.
- Keringkan sampel dengan menggunakan oven
dengan suhu 105oC selama kurang lebih 3 jam.
- Dinginkan dalam desikator selama jam kemudian
ditimbang.

3
-

Lakukan penimbangan dan pengeringan secara


berulang-ulang sehingga mencapai berat konstan.
3. Volatile Matter
Adapun prosedur pengukuran volatile matter adalah[7]:
- Cawan porselin ditimbang terlebih dahulu massanya.
- Ke dalam cawan porselin diisi dengan sampel dari
perhitungan kadar air sebelumnya, lalu ditimbang.
- Pemanasan pada furnace dengan suhu 9000C selama
7 menit.
- Dinginkan dalam desikator selama jam kemudian
ditimbang.
4. Kadar Abu (Ash)
Cara pengujian kadar abu adalah[7]:
- Cawan porselin ditimbang terlebih dahulu massanya.
- Letakkan 2 gram sampel ke dalam cawan porselin.
- Masukkan ke dalam furnace selama 4 jam sampai
suhu 580 6000C sehingga semua karbon hilang.
- Didinginkan cawan beserta isinya ke dalam desikator
kemudian ditimbang untuk mendapatkan berat abu.
5. Fixed Carbon
Fixed carbon dihitung dari 100 % dikurangi dengan
kadar air dikurangi kadar abu, dikurangi volatile
matter[7].
Pengujian eksperimental briket meliputi lama pembakaran
dan laju pengurangan massa.
1. Laju pengurangan massa
Adapun metodologinya adalah sebagai berikut :
- Tempatkan briket dalam cawan, sebelumnya timbang
masing-masing massa cawan dan briket.
- Kemudian cawan yang berisi briket dimasukkan ke
dalam furnace dengan suhu 550-600oC sampai briket
menjadi bara.
- Lakukan penimbangan massa setiap 60 detik.
- Hal ini dilakukan terus sampai pembakaran selesai
(berat konstan). Dalam hal ini, dapat diketahui
lamanya pembakaran tiap variasi komposisi briket.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Bahan Baku
Analisis bahan baku ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik ampas kopi instan dan kulit kopi yang akan
digunakan sebagai bahan pembuatan briket.

No.

Tabel 1.
Karakteristik Bahan Baku Briket
Ampas
Kulit
Karakteristik
Kopi
Kopi
Instan

Tepung
Kanji

1.
2.

Kadar Air (%)


Kadar Abu (%)

37.59
1.60

7.46
0.60

9.37
0.11

3.
4.
5.

Volatile Matter (%)


Fixed Carbon (%)
Nilai Kalor (cal/gr)

58.58
2.22
4.504

87.27
4.67
4.427

84.4
6.12
370

JURNAL TEKNIK POMITS

B. Analisis Briket

10.99%

11.10%

A1K1 A2K3 A3K2 A1K4 A4K1


Variasi Komposisi Briket
Gambar 3. Hubungan Kadar Air dengan Variasi Komposisi

Dari grafik diatas, nilai kadar air terendah pada briket


A1K4 sebesar 10,76 % dan tertinggi briket A1K1 sebesar
11,85 % . Pengaruh variasi komposisi bahan adalah setiap
penambahan komposisi ampas kopi instan maka akan terjadi
kenaikan pada kadar airnya. Tingginya kadar air akan
menyebabkan lamanya penyalaan awal briket, karena waktu
yang dibutuhkan untuk pengeringan lebih lama. Semakin
tinggi kadar air akan menurunkan nilai kalor.

Volatile Matter

Volatile Matter
83.04%
83.20%
82.70%
82.17%
82.20%
81.70%
81.13%
81.12%
81.20% 80.77%
80.70%
A1K1 A2K3 A3K2 A1K4 A4K1
Variasi Komposisi Briket
Gambar 4. Hubungan Volatile Matter dengan Variasi Komposisi

Berdasarkan grafik, nilai volatile matter terendah pada


briket A1K1sebesar 80,77% dan tertinggi pada briket
A4K1sebesar 83,04%. Semakin banyak kandungan volatile
matter maka biobriket semakin mudah untuk terbakar dan
menyala. Volatile matter dalam bahan bakar berfungsi
untuk menstabilkan nyala dan percepatan pembakaran.
Tinggi rendahnya volatile matter yang dihasilkan
dipengaruhi oleh jenis bahan baku.

Kadar Abu

Kadar Abu
1.27%

1.23%

0.93%
0.10%

0.30%

A1K1 A2K3 A3K2 A1K4 A4K1


Variasi Komposisi Briket
Gambar 5. Hubungan Kadar Abu dengan Variasi Komposisi

6.89%

Fixed Carbon

10.60%

1.50%
1.00%
0.50%
0.00%

Fixed Carbon

10.76%
6.50%

6.45%

6.39%
6.08%

6.00%

5.67%

5.50%
A1K1 A2K3 A3K2 A1K4 A4K1
Variasi Komposisi Briket

Gambar 6. Hubungan Fixed Carbon dengan Variasi Komposisi

Fixed carbon terendah pada briket A4K1 sebesar 5,67%


dan tertinggi pada briket A1K4 sebesar 6,89%. Fixed carbon
dipengaruhi oleh nilai kadar abu dan zat menguap, kadarnya
akan bernilai tinggi apabila kadar abu dan zat menguap
rendah. Proses pembuatan briket pada penelitian kali ini
adalah tanpa karbonasi, sehingga kandungan fixed carbonnya
sangat rendah. Fixed carbon merupakan penghasil utama
panas pada proses pembakaran.
Nilai Kalor
Nilai Kalor (kal/gr)

Kadar Air

Uji proximate dilakukan untuk mengetahui nilai kalor,


kadar air, kadar abu, kadar volatile matter dan fixed carbon.
Kadar Air
11.85%
11.53%
11.60%
11.34%

Nilai kadar abu terendah pada briket A3K2 sebesar


0,10% dan tertinggi pada briket A2K3 sebesar 1,27%.
Pengaruh variasi komposisi bahan adalah setiap penambahan
komposisi kulit kopi maka akan terjadi kenaikan pada kadar
abunya. Semakin tinggi kadar abu maka semakin rendah
kualitas briket karena kandungan abu yang tinggi dapat
menurunkan nilai kalor briket.

4713

4800
4600

4566 4530 4578


4425

4400
4200
A1K1 A2K3 A3K2 A1K4 A4K1
Variasi Komposisi Briket

Gambar 7. Hubungan Nilai Kalor dengan Variasi Komposisi

Nilai kalor terendah pada briket A4K1 sebesar 4.425


kal/gram dan tertinggi pada briket A1K4 sebesar 4713
kal/gram. Hubungan variasi komposisi yaitu setiap
penambahan komposisi kulit kopi maka nilai kalor akan
meningkat. Namun setiap penambahan komposisi ampas kopi
instan menyebabkan penurunan nilai kalor. Hal ini
dikarenakan nilai kalor tergantung pada kadar air briket.
Semakin tinggi kadar airnya maka semakin rendah nilai kalor
briket yang dihasilkan. Nilai kalor juga tergantung pada kadar
abu briket. Semakin rendah kadar abunya maka semakin
rendah tinggi kalor dan sebaliknya. Hal ini dapat dilihat pada
variasi briket A3K2 dengan nilai kadar abu terendah 0,10%,
nilai kalor yang cukup besar 4.578 kal/gram dengan kadar air
terendah 10.76%.

JURNAL TEKNIK POMITS

Tabel 5.
Perbandingan Nilai Kalor Biobriket Hasil Penelitian dengan
Beberapa Standar Nilai Kalor tentang Briket

Jika dibandingkan dengan standar tersebut, nilai kalor


untuk briket organik ini memenuhi standar Permen ESDM
No.47 2006 dan standar briket arang buatan Amerika.
Namun dengan teknik pembuatan briket karbonisasi maka
nilai kalor dari komposisi briket ampas kopi instan dan kulit
kopi ini dapat ditingkatkan lagi.
Pada pengujian ultimate ini hanya diambil satu sampel
briket dengan variasi komposisi A1K1.
Tabel 4.
Hasil Uji Ultimate Briket

Dari grafik tersebut terlihat bahwa briket A1K1


mempunyai massa sisa 0.229 gram pada menit ke-65, briket
A2K3 mempunyai massa sisa 0.235 gram pada menit ke-62,
briket A3K2 mempunyai massa sisa 0.211 gram pada menit
ke-72, briket A1K4 mempunyai massa sisa 0.205 gram pada
menit ke-59, dan briket A4K1 mempunyai massa sisa 0.3
gram pada menit ke-51. Briket pada waktu pembakaran nol
menit mempunyai massa rata-rata sebesar 10,462 gram.
Pengurangan massa per-60 detik mencapai 0,065 gram.
Pada grafik, penurunan nilai massanya relatif konstan.
Hal ini dikarenakan pada saat penyalaan awal pembakaran
briket, api membakar hampir seluruh permukaan briket hingga
merata menjadi bara yang menyala stabil diseluruh permukaan
briket. Pengurangan massa terjadi ketika briket sudah mulai
menjadi bara. Laju pengurangan massa briket paling besar
rata-rata terjadi pada menit-menit awal akibat dari lonjakan
temperatur briket. Semakin tinggi prosentase kulit kopi dalam
komposisi briket maka semakin banyak sisa pembakarannya
atau abu yang terbentuk dan sebaliknya semakin tinggi
prosentase ampas kopi instan maka akan semakin sedikit abu
yang terbentuk. Semakin banyak massa yang terbakar maka
briket tersebut akan meninggalkan sedikit abu.

Briket

C
(%)

N
(%)

H
(%)

O
(%)

P
(%)

S
(%)

A1K1

54,5

6,26

6,54

26,46

0,43

0,1

Kandungan emisi C yang cukup besar yaitu 54,50%


sangat dipengaruhi oleh kandungan karbon dalam bahan
dasar penyusun briket. Berdasarkan hasil penelitian Pusat
Penelitian Kopi Kakao (2004), menunjukkan bahwa kadar
C-organik kulit buah kopi adalah 45,3%. Semakin tinggi
kandungan kulit kopi dalam komposisi briket maka
kandungan karbonnya semakin tinggi. Semakin besar
kandungan karbon dalam suatu bahan, makin baik fungsi
bahan tersebut sebagai bahan bakar karena akan
menghasilkan energi yang lebih besar dan semakin lama
nyala briket.
Laju Pengurangan Massa

Lama Pembakaran
(menit)

Lama Pembakaran
80
60
40
20
0

65

62

72

59

51

A1K1 A2K3 A3K2 A1K4 A4K1


Variasi Komposisi Briket

Gambar 9. Hubungan Lama Pembakaran dengan Variasi Komposisi

Briket yang kadar airnya dan kadar karbon terikat


cukup tinggi menghasilkan nyala api besar dan yang paling
lama. Jika kadar volatile matternya tinggi maka akan mudah
terbakar dan kecepatan pembakaran lebih tinggi. Hal ini dapat
dilihat pada briket A3K2 dengan kadar volatile matter rendah
82,17 % mempunyai lama pembakaran 72 menit dan briket
A4K1 dengan volatile matter tertinggi 83,04% mempunyai
lama pembakaran 51 menit. Hubungan antara lama
pembakaran dan kadar volatile matter adalah berbanding
lurus. Semakin tinggi kadar volatile matter briket maka
semakin cepat waktu nyala briketnya dan sebaliknya.
Tabel 5.
Perbandingan Hasil Proximate Briket Organik
dengan Penelitian Sebelumnya

Gambar 8. Grafik Perbandingan Laju Pengurangan Massa


Tiap Variasi Komposisi Briket

JURNAL TEKNIK POMITS


*) Putri Eka Rizky, 2009
**) Nurlela, 2011
***) Haris Purnawan, 2011
****) Kharis Akbar, 2012
*****) Enik Sri Widarti, 2010
Proses Pengujian Briket untuk Pemanasan 1 liter air
Lima buah briket dapat mendidihkan satu liter air selama 718 menit. Rata-rata menyala briket lima buah sampai menjadi
abu adalah 131 menit, sedangkan satu buah briket dapat
menyala rata-rata selama 45 menit.
Analisis Biaya
Analisis biaya bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya
yang dibutuhkan dalam pembuatan briket dan hubungannya
dengan energi yang dihasilkan.
1. Biaya Peralatan (alat press hidrolik) Rp.15.000.000
2. a. Biaya Bahan Baku
- Ampas Kopi Instan/kg
Rp.
200
- Kulit Kopi /kg
Rp.
400
- Tepung Kanji /kg
Rp.
5.000
- Bahan Bakar /liter
Rp.
8.000
Total
Rp.
13.600
b. Biaya Tenaga Kerja (jam kerja 08.00-16.00)
Upah tenaga kerja per hari
Rp.
15.000
Waktu pembuatan produk adalah 3 menit
Dari data tersebut dapat diketahui biaya produksi untuk 1
kali produksi dengan kapasitas mesin produksi 16 unit/3
menit dengan berat 0.011 kg maka dalam satu kali proses
akan menghasilkan 0.176 kg biobriket sehingga bahan baku
yang diperlukan adalah sebagai berikut :
Ampas Kopi Instan
50/100 x 23 kg = 11,5 kg
Kulit Kopi
50/100 x 23 kg = 11,5 kg
Biaya ampas kopi instan 11,5 kg x 200 = Rp. 2.300
Biaya kulit kopi
11,5 kg x 400 = Rp. 4.600
Tepung kanji
5 kg x 5000 =Rp. 25.000
Total bahan baku per hari = Rp. 31.900
Total biaya produksi per hari
= Rp. 15.000 + Rp. 31.900 = Rp. 46.900
Maka untuk 1 kali produksi bisa menghasilkan 2560 unit
atau setara dengan 28 kg bahan dengan berat 1 unit produk
kering 0.011 kg.
Harga Pokok Produksi Per Unit

6
V. KESIMPULAN/RINGKASAN
Berdasarkan penelitian tugas akhir ini didapatkan
optimalisasi briket dari penelitian ini adalah briket A1K4
karena memiliki nilai kalor tertinggi sebesar 4713 kal/gram
dengan kadar air terendah sebesar 10.76% dan kandungan
fixed carbon tertinggi sebesar 6,89%. Penambahan ampas
kopi instan menyebabkan peningkatan kadar air sehingga
menurunkan nilai kalor briket. Sedangkan setiap
penambahan kulit kopi menyebabkan semakin banyak massa
sisa pembakaran atau abu yang terbentuk. Komposisi briket
A3K2 dengan kadar volatile matter rendah 82,17%
mempunyai lama pembakaran paling lama 72 menit.
Hubungan antara waktu nyala dan kadar volatile matter
adalah semakin rendah kadar volatile matter maka semakin
lama waktu nyala briket. Hasil dari uji eksperimental yaitu
laju pengurangan massa per-60 detik rata-rata mencapai
0,065 gram.
Untuk selanjutnya, dari penelitian ini bisa dilakukan
penelitian lebih lanjut mengenai uji eksperimental laju
pembakaran dan perubahan temperatur briket. Pembuatan
briket dengan variasi tekanan, ukuran partikel, bentuk briket
dan bahan baku briket yang lain agar nantinya dapat
digunakan sebagai pembanding. Penelitian ini juga dapat
dikembangkan dengan menggunakan simulasi software
CFD.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ridho
Hantoro, ST, MT yang bersedia membantu proses perizinan
hingga penulis dapat melakukan studi kasus mengenai tugas
akhir ini dan memberikan informasi mengenai Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia serta Dr. Ir. Sri
Mulato, MS selaku Ketua Peneliti Puslit Koka Indonesia dan
Ibu Eka Cahya P.A serta staf-staf Puslit Koka Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
[1]

[2]

[3]

[4]

Harga Pokok Produksi


Dalam proses pembuatan biobriket menghabiskan biaya
total sebesar Rp. 15.046.900 dengan biaya satu kali produksi
Rp. 46.900/hari ini akan menghasilkan produk 2.560
unit/hari atau setara dengan 28 kg briket dengan
menggunakan 1 unit peralatan press dengan kapasitas 16
unit per 3 menit seharga Rp. 15.000.000,00 dengan sistem
kerja semi manual. Dengan harga pokok produksi Rp. 18 per
unit yaitu setara dengan harga pokok produksi Rp. 1.700.

[5]

[6]

[7]

[8]

Mulato, S., Widyotomo, S., dan Suharyanto, E., 2010. Teknologi


Proses dan Pengolahan Produk Primer dan Sekunder Kopi. Pusat
Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia Edisi 04 : Jember.
Antolin, G., Velasco, Irusta, dan R. Segovia, J.J., 1991.Combustion of
Coffee Lignocellulose Waste. Proceedings of First International
Conference Vilamoura. Portugal.
Saenger, M ., Werther, J., Hartge, E.U., Ogada, T., dan Siagi, Z., 2001.
Combustion of Coffee Husks. Renewable Energy. Vol.23, pp 103
121.
Garca, R., Consuelo, P., Antonio, G., Lavn, dan Julio L. B., 2012.
Characterization of Spanish Biomass Wastes for Energy Use.
Bioresource Technology. Vol 103, pp. 249-258.
Sinurat, Erikson. 2011. Studi Pemanfaatan Briket Kulit Jambu Mete dan
Tongkol Jagung sebagai Bahan Bakar Alternatif. Tugas Akhir Jurusan
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. Makasar.
Sri Widarti, Enik. 2010. Studi Eksperimental Karakteristik Briket
Organik Dengan Bahan Baku Dari PPLH Seloliman. Tugas Akhir
Jurusan Teknik Fisika FTIITS. Surabaya.
Annual Book of ASTM Standards. 1989. Standards Method of
Proximate Analysis of Coal and Coke, in Gaseous Fuels. Coal and
Coke Section 5. Vol. 05.05, p. 299-305.
Rizki, Putri Eka dan Sudarsono. 2009. Eco-Briquette Dari Komposit
Kulit Kopi, Lumpur IPAL PT. SIER, dan Sampah Plastik LDPE. Tugas
Akhir Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS. Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai