Anda di halaman 1dari 12

KARAKTERISTIK API PADA PEMBAKARAN PREMIKS MODEL

HELLE SHAW CELL DENGAN PENGADUKAN MEKANIK DAN TERMAL

MAKALAH SEMINAR HASIL


KONSENTRASI TEKNIK KONVERSI ENERGI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan


memperoleh gelar Sarjana Teknik

Disusun oleh:

Prabu Danahiswara Romadhona


NIM. 105060207111029 - 62

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
MALANG
2015

KARAKTERISTIK API PADA PEMBAKARAN PREMIKS MODEL


HELE SHAW CELL DENGAN PENGADUKAN MEKANIK DAN TERMAL
MAKALAH SEMNIAR HASIL
KONSENTRASI KONVERSI ENERGI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan


Memperoleh gelar sarjana teknik

Disusun oleh:
PRABU DANAHISWARA ROMADHONA
NIM. 105060207111029 -62

Telah diperiksa dan disetujui oleh ;

Dosen Pembimbing I

Dosen Pembimbing II

Dr.Eng. Denny Widhiyanuriyawan, ST., MT.


NIP. 19750113 200012 1 001

Dr.Eng. Mega Nur Sasongko, ST., MT.


NIP. 19740930 200012 1 001

KARAKTERISTIK API PADA PEMBAKARAN PREMIKAS CH4 MODEL


HELLE SHAW CELL DENGAN PENGADUKAN MEKANIK DAN TERMAL
Prabu Danahiswara R., Denny Widhiyanuriyawan, Mega Nur Sasongko
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jl. Mayjen Haryono No. 167, Malang, 65145, Indonesia
E-mail : danawara14@yahoo.com
Abstrak
Kebutuhan akan energi khususnya bahan bakar setiap tahunnya akan terus meningkat
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pertambahan jumlah
penduduk. Ketergantungan terhadap bahan bakar fosil yang terus menerus dari persediaan
minyak bumi menjadi salah satu faktor penyebab berkurangnya sumber daya alam yang
berangsur - angsur akan habis. Oleh sebab itu usaha - usaha untuk mengurangi ketergantungan
terhadap bahan bakar fosil diantaranya dengan mengunakan bahan bakar alternatif biogas.
Biogas sangatlah berpotensial untuk digunakan sebagai bahan bakar karena memiliki
kandungan gas metana (CH4) yang tinggi. Dalam pembakaran sering ditemukan istilah
pembakaran premiks yaitu bahan bakar bercampur terlebih dahulu sebelum masuk bahan
bakar, akan tetapi pada hasil pembakaranya juga sering ditemukan warna api yang masih
bewarna kuning. Hal ini berarti masih ada bahan bakar yang belum terbakar seluruhnya, maka
dari itu di penelitian ini menggunakan pembakaran premiks menggunakan gas mixer yang
digunakan untuk mengetahui flammability limits dan kecepatan rambat api pada pembakaran
bahan bakar metana. Pembakaran ini juga dilakukan penambahan temperatur pemanasan
50C, 75C, dan 100C pada campuran bahan bakar dan udara, dari proses ini akan diketahui
perbedaan kecepatan pembakaran.
Kata Kunci: Biogas, CH4, pembakaran premiks, gas mixer, temperatur.

\
PENDAHULUAN
Kebutuhan
akan
energi
khususnya bahan bakar setiap tahunnya
akan terus meningkat seiring dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi serta pertambahan jumlah
penduduk. Ketergantungan terhadap
bahan bakar fosil yang terus menerus
dari persediaan minyak bumi menjadi
salah satu faktor penyebab berkurangnya
sumber daya alam yang berangsur angsur akan habis. Oleh sebab itu usaha
usaha
untuk
mengurangi
ketergantungan terhadap bahan bakar
fosil diantaranya dengan mengunakan
bahan bakar alternatif biogas.

Biogas merupakan salah satu


energi alternatif yang sekarang sedang
dikembangkan. Hal ini dikarenakan gas
yang dihasilkan dari proses biologis
(anaerobic
digester)
mampu
menghasilkan gas gas seperti CH4,
CO2, H2S, H2O dan gasgas lain.
Dalam hal ini tentu saja yang
dimanfaatkan adalah gas metana (CH4),
karena CH4 memiliki nilai kalor (panas)
yang dapat digunakan sebagai bahan
bakar. Biogas didominasi gas metana
yang terdiri dari CH4 (55-75%), CO2
(24-45%), N2 ( 2%), O2 ( 2%), H2S (
2%), dan H2( 1%) (Sumber : Faruq
dkk,2012).

Kemurnian CH4 yang dihasilkan


dari
biogas
tersebut
menjadi
pertimbangan yang sangat penting, hal
ini dikarenakan berpengaruh terhadap
nilai kalor (panas) yang dihasilkan.
Sehingga CH4 yang dihasilkan perlu
dilakukan
pemurnian
terhadap
komponen-komponen yang lain.
Penelitian
yang
dilakukan
Buckmaster dan Kimolaitis (1982)
mengenai perambatan api yang terjadi
dalam
pipa
transparan
dengan
pergerakan api dari bawah dan dari atas
dengan menggunakan bahan bakar
metana (CH4). Dalam penelitian ini,
pergerakan api dari bawah cenderung
berbentuk parabola, berbeda dengan
pergerakan api dari atas yang cenderung
tidak stabil akibat adanya proses
pendinginan pada hasil pembakaran
yang berdekatan dengan dinding pipa.
Winarta (2007) juga melakukan
penelitian
tentang
pengaruh
perbandingan campuran udara dengan
bahan bakar terhadap kecepatan rambat
api tetapi menggunakan bahan bakar gas
(BBG), hasil penelitian menunjukkan
bahwa stoichiometry untuk pembakaran
BBG adalah pada (AFR) 8 : 1 dan
kecepatan rambat api maksimum dicapai
pada campuran stoichiometry.
Penelitian
yang
dilakukan
Ilminnafik (2010) mengenai pengaruh
karbondioksida
pada
kecepatan
pembakaran dari refrigeran hidrokarbon,
hasil penelitian menunjukan bahwa
dengan penambahan inhibitor berupa
karbondioksida
mempengaruhi
kecepatan
pembakaran.
Hal
ini
disebabkan adanya CO2 sebagai inhibitor
pada campuran LPG dan udara akan
menghalangi terjadinya tumbukan antara
molekul LPG dan molekul udara
sehingga reaksi pembakaran tertunda.
Uwar dkk (2012) melakukan
penelitian
mengenai
karakteristik
pembakaran menggunakan bahan bakar
metana dengan penambahan CO2 pada
penyalaan bawah Helle Shaw Cell. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa

pembakaran CH4 tanpa CO2 api


berwarna biru sedangkan dengan
penambahan CO2 warna api berwarna
kuning
kemerah-merahan
dan
menghambat laju rambat api.
Selain itu Purwantoro dkk (2014)
melakukan penelitian mengenai batas
mampu nyala dan kecepatan rambat api
dengan penambahan gas mixer dan CO2
pada pembakaran menggunakan bahan
bakar gas CH4. Pola rambat api yang
terbentuk dengan gas mixer dapat
merambat hingga mencapai dasar ruang
bakar namun tanpa gas mixer pola
rambat api tidak mencapai dasar bahkan
padam. Kecepatan maksimum terjadi
pada
pembakaran
CH4
tanpa
penambahan CO2. Hal ini dikarenakan
CO2 merupakan inhibitor pada campuran
bahan bakar dan udara pada saat proses
pembakaran.
Dari beberapa penelitian diatas
untuk mendapatkan pembakaran yang
efektif selain memurnikan kandungan
biogas adalah dengan mempercepat laju
reaksinya. Salah satu cara untuk
mempercepat laju reaksinya adalah
dengan menambahkan temperatur pada
proses pencampuran bahan bakar dan
udara. Semakin tinggi nilai temperatur
menyebabkan meningkatnya energi
kinetik partikel
zat-zat
sehingga
mempengaruhi laju reaksi pembakaran.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan metode penelitian
eksperimental. Yaitu dengan melakukan
pengujian secara langsung pada objek
yang diteliti untuk memperoleh data
sebab akibat.
Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas, adalah variabel
yang besarnya ditentukan oleh
peneliti dan ditentukan sebelum
penelitian. Dalam penelitian ini
variabel bebasnya adalah dengan
penambahan
gas
mixer
dan
temperatur pemanasan 50C, 75C,
2

2.

dan 100C pada campuran bahan


bakar dan udara.
Variabel Terikat, adalah variabel
yang besarnya tergantung variabel
bebas
dan
diketahui
setelah
penelitian. Dalam penelitian ini
adalah batas mampu nyala, pola dan
kecepatan rambat api.

Instalasi Penelitian
Instalasi yang digunakan dalam
penelitian seperti pada gambar 1.

Keterangan :

Gambar 1 Instalasi Penelitian


Gambar
1
menggambarkan
proses awal hingga akhir dalam
pengujian karakteristik api pembakaran
premiks model Helle Shaw Cell.
Langkah pertama untuk mengatur
komposisi campuran bahan bakar dan
udara dengan membuka regulator (2)
pada tabung CH4 (1). Selanjutnya dengan
membuka flowmeter (4a) sebelum masuk
ruang pencampuran (6) yang berisi air
dan terbuat dari bahan acrylic dengan
ukuran dimensi 400 x 100 x 10 mm.
Langkah selanjutnya setelah
bahan bakar yang sudah masuk ke ruang
pencampuran sesuai dengan komposisi,

memasukkan
udara
dengan
menggunakan kompresor (3). Flowmeter
(4b) dibuka sehingga udara masuk
menuju ruang pencampuran (6). Pada
ruang ini terdapat pengaduk mekanik (5)
yang berfungsi untuk mencampur bahan
bakar CH4 dengan udara agar
distribusinya merata. Selain itu juga
terdapat wadah pelimpah air (7) yang
berfungsi untuk wadah air yang
terdorong oleh reaktan.
Untuk memasukkan reaktan
menuju Heater (9) dengan cara
membuka katup (8a dan b). Reaktan
dimasukkan melalui atas permukaan
sehingga mendorong oli yang berada
pada heater menuju wadah pelimpah oli
(10). Untuk mengatur suhu pemanasan
menggunakan thermocontrol (11) dan
memasang thermocouple
tipe
K
sehingga suhu pemanasan dapat terbaca,
setelah itu katup (8b dan c) dibuka
sehingga reaktan mengalir menuju ke
ruang pembakaran Helle Shaw Cell (13).
Helle Shaw Cell (13) terbuat dari bahan
acrylic dengan ukuran dimensi 500 x
200 x 1 mm. Pada ruangan ini juga
terdapat air sehingga ketika reaktan
masuk mendorong air menuju ruang
pelimpah (14).
Proses pembakaran dilakukan
setelah reaktan memasuki Helle Shaw
Cell (13) dengan menyalakan saklar
pemantik (15 a dan b). Saklar pemantik
atas (15 a) digunakan untuk Penyalaan
api atas dan saklar pemantik bawah (15
b) untuk penyalaan api bawah.
Pengambilan data dilakukan dengan
merekam
proses
pembakaran
menggunakan kamera (16).
METODE PENGOLAHAN DATA
Hasil
rekaman
proses
pembakaran gas metana dan udara yang
berupa video, terlebih dahulu dirubah
menjadi
gambar
diam
dengan
menggunakan software Video to JPG
Converter. Video tersebut dipotong
dengan kecepatan 25 fps (frame per
sekon), dimana dalam satu detik dapat
3

menghasilkan 25 gambar diam. Setelah


didapatkan potongan dari video tersebut,
langkah selanjutnya yaitu mengambil
potongan potongan gambar disaat api
mulai
terbentuk
hingga
padam.
Kemudian gambar gambar tersebut
dipotong hanya pada bagian ruang bakar,
dengan menggunakan software Adobe
Photoshop sesuai dengan ukuran
sebenarnya. Gambar hasil dari Adobe
Photoshop tersebut, kemudian disusun
berjajar
sehingga
akan
nampak
pergerakan api dimana saat mulai
terbentuk hingga padam.
Untuk perhitungan cepat rambat
api, gambar susunan rambatan api yang
telah dihasilkan kemudian dimasukkan
kedalam software Adobe Photoshop.
Sehingga
dapat
dihitung
jarak
perpindahan api tiap framenya. Dari
hasil jarak tersebut dapat diketahui cepat
rambat api dengan membagi jarak per
satuan waktu. Kemudian dengan
menggunakan software Excel akan
diperoleh
tabel
kecepatan
yang
kemudian dibuat grafik hubunganhubungan yang dicari.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pembahasan ini dilakukan untuk
mendapatkan batas mampu nyala dan
karakteristik api dengan penambahan
temperatur pemanasan campuran bahan
bakar metana dan udara. Batas mampu
nyala dari AFR kaya hingga miskin
bahan bakar dimana AFR stoikiometri
1:9,5 pada penyalaan atas dan bawah
dapat dilihat pada table 1 dan 2.
Tabel 1. Batas Mampu Nyala Penyalaan Atas

Tabel 2. Batas mampu Nyala Penyalaan


Bawah

Dari tabel 1 pada penyalaan atas


batas mampu nyala api dengan dan tanpa
penambahan gas mixer pada temperatur
50C dan 75C antara AFR 8 12
sedangkan pada temperatur 100C antara
AFR 8-13. Pada tabel 2 penyalaan
bawah batas mampu nyala dengan dan
tanpa penambahan gas mixer pada
temperatur 50C, 75C, dan 100C
terletak pada AFR 7-12. Tidak terjadinya
perbedaan pada penyalaan atas dengan
dan tanpa menggunakan gas mixer
maupun pada penyalaan bawah karena
setelah dilakukan pencampuran bahan
bakar
dan
udara
pada
ruang
pencampuran, campuran reaktan melalui
proses pemanasan pada heater sesuai
dengan temperatur yang divariasikan.
Penambahan pemanasan pada heater
akan meningkatkan energi kinetik
molekul-molekul bahan bakar dan udara
yang
sudah
tercampur
yang
menyebabkan molekulnya bergerak
menjadi lebih aktif sehingga terjadi
persebaran campuran reaktan yang sama
akibat
gerakan
molekul-molekul
tersebut.
Pada penyalaan atas dengan dan
tanpa menggunakan gas mixer di
temperatur pemanasan 100C memiliki
batas mampu nyala lebih luas antara
AFR 8-13. Semakin meningkatnya
energi kinetik molekul-molekulnya
sehingga
semakin
sering
terjadi
tumbukan pada campuran reaktan yang
menyebabkan bisa menyala pada AFR
miskin bahan bakar.

apung. Gaya apung terjadi karena


adanya perbedaan
temperatur yang
mempengaruhi densitas reaktan. Secara
vertikal temperatur pembakaran bagian
bawah lebih besar dari temperatur
pembakaran bagian atas, sehingga
densitas reaktan dibawah lebih ringan
yang menyebabkan aliran secara
vertical dari bawah ke atas, aliran ini
akan menghambat rambatan api dari atas
ke bawah pada penyalaan atas.

Gambar 2 Pola rambat api penyalaan atas


dengan gas mixer.

Gambar 4. Pola rambat api penyalaan atas


tanpa gas mixer

Gambar 3. Pola rambat api penyalaan bawah


dengan gas mixer.
Pada gambar 2 dan 3 dapat
diketahui bahwa dengan penambahan
temperatur pemanasan jarak rambat api
lebih cepat sampai ke ujung ruang
pembakaran. Hal ini disebabkan
meningkatkan energi kinetik molekulmolekulnya yang membuat persebaran
campuran reaktan pada ruang bakar lebih
tersebar sehingga pembakaranya dapat
terbakar secara merata.
Bentuk pola rambat api pada
penyalaan bawah cenderung lebih stabil
berbentuk parabola dibandingkan dengan
penyalaan atas karena adanya gaya

Gambar 5. Pola rambat api penyalaan bawah


tanpa gas mixer

4000
3500

AFR 8

3000

AFR 9

2500

AFR 9.5

2000

AFR 10

1500

AFR 11

1000

AFR 12

500
1,96

1,84

1,72

1,6

1,48

1,36

1,24

1,12

0,88

0,76

0,64

0,52

0,4

0,28

Waktu (s)

4500
4000

AFR 8

3500

AFR 9

3000

AFR 9.5

2500

AFR 10

2000

AFR 11

1500

AFR 12

1000
500

1,96

1,84

1,72

1,6

1,48

1,36

Waktu (s)

1,24

1,12

0,88

0,76

0,64

0,52

0,4

0,28

0,16

4500
4000

AFR 8

3500

AFR 9

3000

AFR 9.5

2500

AFR 10

2000

AFR 11

1500

AFR 12

1000

AFR 13

500

1,96

1,84

1,72

1,6

1,48

1,36

Waktu (s)

1,24

1,12

0,88

0,76

0,64

0,52

0,4

0,28

0,16

0
0,04

Kecepatan Rambat Api (mm/s)

(c)

0,16

0,04

Kecepatan Rambat Api (mm/s)

(b)

karena adanya gaya apung. Gaya apung


menyebabkan aliran secara vertikal dari
bawah ke atas sehingga menghambat
aliran pada penyalaan atas.

4500

0,04

(a)

Kecepatan Rambat Api (mm/s)

Pola rambat api pada gambar 5


penyalaan bawah cenderung lebih stabil
berbentuk
parabola
dibandingkan
dengan penyalaan atas pada gambar 4

Gambar 6. Kecepatan rambat api penyalaan atas dengan gas mixer pada temperatur (a) 50C,
(b) 75C, (c) 100C.
Pada gambar 6 kecepatan
rambat api penyalaan atas dengan gas
mixer diketahui dengan semakin
tingginya
temperatur
akan
meningkatkan kecepatan dan waktu

rambat api dari atas hingga bawah


ruang pembakaran. Kecepatan rambat
api maksimal terjadi pada campuran
reaktan kaya bahan bakar mendekati
stoikiometri. Kelebihan udara dari udara
6

4000

AFR 7

3500

AFR 8

3000

AFR 9

2500
2000

AFR 9.5

1500

AFR 10

1000

AFR 11

500

AFR 12

1,96

1,84

1,72

1,6

1,48

1,36

1,24

1,12

0,88

0,76

0,64

0,52

0,4

0,28

Waktu (s)

4500
4000

AFR 7

3500

AFR 8

3000

AFR 9

2500

AFR 9.5

2000

AFR 10

1500

AFR 11

1000

AFR 12

500

1,96

1,84

1,72

1,6

1,48

1,36

Waktu (s)

1,24

1,12

0,88

0,76

0,64

0,52

0,4

0,28

0,16

4500
4000

AFR 7

3500

AFR 8

3000

AFR 9

2500
2000

AFR 9.5

1500

AFR 10

1000

AFR 11

500

AFR 12
1,96

1,84

1,72

1,6

1,48

1,36

Waktu (s)

1,24

1,12

0,88

0,76

0,64

0,52

0,4

0,28

0,16

0
0,04

Kecepatan Rambat Api (mm/s)

(c)

0,16

0,04

Kecepatan Rambat Api (mm/s)

(b)

2382.5 mm/s, 2900 mm/s, dan 2995


mm/s. Pada AFR 12:1 memiliki waktu
rambat api lebih cepat dibandingkan
AFR 11:1, hal ini disebabkan karena
campuran kaya udara ynag membuat
rambatan api tidak mencapai bagian
bawah ruang pembakaran.

4500

0,04

(a)

Kecepatan Rambat Api (mm/s)

terjebak pada selang instalasi dapat


menyebabkan adanya tambahan udara
pada perbandingan campuran bahan
bakar dan udara.
Kecepatan rambat api maksimal
pada temperatur (a) 50C, (b) 75C, dan
(c) 100C adalah pada AFR 9:1 sebesar

Gambar 7. Kecepatan rambat api penyalaan bawah dengan gas mixer pada temperatur (a)
50C, (b) 75C, (c) 100C.
Pada gambar 7 kecepatan
rambat api penyalaan bawah dengan gas

mixer diketahui dengan


tingginya
temperatur

semakin
akan
7

perbandingan AFR 12:1 memiliki


waktu rambat api lebih cepat
dibandingkan AFR 10:1 dan 11:1, hal
ini disebabkan karena campuran kaya
udara yang membuat rambatan api
padam pada waktu 0,68 detik sehingga
rambatan api tidak mencapai bagian
bawah ruang pembakaran.

4500
4000
3500

AFR 8

3000

AFR 9

2500

AFR 9.5

2000

AFR 10

1500

AFR 11

1000

AFR 12

500

1,96

1,84

1,72

1,6

1,48

1,36

1,24

1,12

0,88

0,76

0,64

0,52

0,4

0,28

0,16

0
0,04

(a)

Kecepatan Rambat Api (mm/s)

meningkatkan kecepatan dan waktu


rambat api dari bawah hingga atas
ruang pembakaran.
Kecepatan rambat api maksimal
pada temperatur (a) 50C, (b) 75C, dan
(c) 100C adalah pada AFR 9:1 sebesar
2805 mm/s, 3317.5 mm/s, dan 3995
mm/s. Pada temperatur pemanasan 50C

4000

AFR 8

3500

AFR 9

3000

AFR 9.5

2500
2000

AFR 10

1500

AFR 11

1000

AFR 12

500
1,96

1,84

1,72

1,6

1,48

1,36

1,24

1,12

0,88

0,76

0,64

0,52

0,4

0,28

0,16

0
0,04

(b)

Kecepatan Rambat Api (mm/s)

Waktu (s)
4500

4000

AFR 8

3500

AFR 9

3000

AFR 9.5

2500

AFR 10

2000
1500

AFR 11

1000

AFR 12

500

AFR 13
1,96

1,84

1,72

1,6

1,48

1,36

Waktu (s)

1,24

1,12

0,88

0,76

0,64

0,52

0,4

0,28

0,16

0
0,04

(c)

Kecepatan Rambat Api (mm/s)

Waktu (s)
4500

Gambar 8. Kecepatan rambat api penyalaan atas tanpa gas mixer pada temperatur (a) 50C,
(b) 75C, (c) 100C.

4000

AFR 7

3500

AFR 8

3000

AFR 9

2500

AFR 9.5

2000

AFR 10

1500
1000

AFR 11

500

AFR 12

1,96

1,84

1,72

1,6

1,48

1,36

1,24

1,12

0,88

0,76

0,64

0,52

0,4

0,28

Waktu (s)

4500
4000
3500

AFR 7

3000

AFR 8

2500

AFR 9

2000

AFR 9.5

1500

AFR 10

1000

AFR 11

500

AFR 12
1,96

1,84

1,72

1,6

1,48

1,36

Waktu (s)

1,24

1,12

0,88

0,76

0,64

0,52

0,4

0,28

0,16

4500
4000
3500

AFR 7

3000

AFR 8

2500

AFR 9

2000

AFR 9.5

1500

AFR 10

1000

AFR 11

500

AFR 12
1,96

1,84

1,72

1,6

1,48

1,36

Waktu (s)

1,24

1,12

0,88

0,76

0,64

0,52

0,4

0,28

0,16

0
0,04

Kecepatan Rambat Api (mm/s)

(c)

0,16

0,04

Kecepatan Rambat Api (mm/s)

(b)

2672.5 mm/s, 3352.5 mm/s, 3475 mm/s.


Pada temperatur pemanasan 50C
perbandingan AFR 12:1 memiliki
waktu rambat api lebih cepat
dibandingkan AFR 11:1, hal ini
disebabkan karena campuran kaya
udara yang membuat rambatan api
padam pada waktu 0,28 detik sehingga
rambatan api tidak mencapai bagian
bawah ruang pembakaran.

4500

0,04

(a)

Kecepatan Rambat Api (mm/s)

Pada gambar 8 kecepatan


rambat api penyalaan atas tanpa gas
mixer diketahui dengan semakin
tingginya
temperatur
akan
meningkatkan kecepatan dan waktu
rambat api dari atas hingga bawah
ruang pembakaran.
Kecepatan rambat api maksimal
pada temperatur (a) 50C, (b) 75C, dan
(c) 100C adalah pada AFR 9:1 sebesar

Gambar 9. Grafik kecepatan rambat api penyalaan bawah tanpa gas mixer pada temperatur (a)
50C, (b) 75C, (c) 100C.
9

Pada gambar 9 kecepatan


rambat api penyalaan bawah dengan gas
mixer diketahui dengan semakin
tingginya
temperatur
akan
meningkatkan kecepatan dan waktu
Kecepatan rambat api maksimal
pada temperatur (a) 50C, (b) 75C, dan
(c) 100C adalah pada AFR 9:1 sebesar
2892.5 (mm/s), 3440 (mm/s), dan 3545
(mm/s). Waktu kecepatan rambat api
maksimal juga terjadi pada AFR 9:1
selama 0,2 detik.
Dari grafik juga dapat diketahui
bahwa laju rambat api pada penyalaan
bawah memiliki kecepatan rambat yang
lebih tinggi daripada penyalaan atas.
Hal ini dipengaruhi oleh tekanan
yang diberikan gaya apung yang
mempercepat laju rambat api dari
bawah ke atas.
KESIMPULAN
1. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan dengan
adanya penambahan temperatur
pemanasan dapat meningkatkan
kecepatan rambat dan batas mampu
nyala.
2. Penyalaan
bawah
memiliki
kecepatan rambat api yang lebih
tinggi dibandingkan penyalaan atas.
3. Pengadukan campuran reaktan
dengan
gas
mixer
sebelum
dipanaskan memiliki batas mampu
nyala yang sama dengan campuran
reaktan yang tidak menggunakan
gas mixer.
4. Pada penyalaan atas semakin tinggi
temperatur pemanasan campuran
reaktan mempengaruhi pergeseran
batas mampu nyala kearah miskin
bahan bakar.

rambat api dari bawah hingga atas


ruang pembakaran. Kecepatan rambat
api maksimal terjadi pada campuran
reaktan kaya bahan bakar mendekati
stoikiometri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Adi Winarta. 2007. Pengaruh
Perbandingan Campuran BBG dan
Udara
Terhadap
Pola
dan
Kecepatan Api Premix, Tesis
Jurusan Teknik Mesin, Fakultas
Teknik, Universitas Brawijaya,
Malang.
2. Buckmaster, J. D. And Kimolaitis.
1982. A Flammability-Limit Model
for Upward Propargation Throught
Lean Methane/Air Mixture in a
Standart
Flammability
Tube
Combustion Flame 45 (II) : 109119
3. Nasrul Ilminafik. 2010. Perilaku
Rambat Api pada Pembakaran
Refrigeran Hidrokarbon dengan
Inhibitor Karbondioksida. Tesis.
Universitas Brawijaya, Malang.
4. Nur Aini Uwar, ING. Wardana,
Denny Widhiyanuriyawan. 2012.
Karakteristik Pembakaran CH4
dengan Penambahan CO2 pada
Model Helle Shaw Cell pada
Penyalaan Bawah. Tesis. Jurusan
Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Universitas Brawijaya, Malang.
5. Rudi
Purwantoro,
Denny
Widhiyanuriyawan , Mega Nur
Sasongko.
2014.
Karakteritik
Pembakaran premiks CH4/CO2
Model Helle Shaw Cell dengan
Penambahan Gas Mixer. Jurusan
Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Universitas Brawijaya, Malang.
6. Wardana, ING. 2008. Bahan Bakar
dan
Teknologi
Pembakaran.
Universitas Brawijaya, Malang.

10

Anda mungkin juga menyukai