KELOMPOK 4
PENYUSUN
ICHA/210203501003
QALZAM AL ASHIF/210203501004
MARYANUS/210203501005
AIMAN BANNE/210203502026
SULKIFLI/210203502033
SYAMSUL MA'RIF/210203502021
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat tuhan yang maha kuasa atas
limpahan rahmat taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan lancar dan tepat waktu.Makalah ini membahas
tentang kecepatan pembakaran atau reaksi pembakaran dan proses ignition pada
bahan bakar.
PRESENTER
ii
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN.................................................................................................. 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
B. Sistem pengapian........................................................................................ 9
PENUTUP ............................................................................................................ 24
A. KESIMPULAN......................................................................................... 24
B. SARAN ...................................................................................................... 24
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
terjadi pembakaran jika injector menyemprotkan bahan bakar solar.Itulah
sebabnya rasio kompresi mesin diesel lebih besar dari pada mesin bensin.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Dasar-dasar pembakaran
b. Temperature
Supaya proses pembakaran suatu zat dapat terjadi, maka temperatur dari
zat tersebut harus berada pada suatu harga tertentu yang cukup untuk
memulai terjadinya pembakaran.
3
Harga termperatur ini tergantung pada komposisi kimia dari masing-
masing zat dan temperatur ini disebut sebagai TEMPERATUR
PENYALAAN. Karena itu temperatur ruang bakar boiler harus cukup
tinggi menjamin bahwa campuran bahan bakar dan udara akan mencapai
termperatur penyalaan pada zona (daerah) pembakaran.
c. Turbulensi
Oksigen di dalam udara yang dialirkan keruang bakar ada kemungkinan
dapat langsung mengalir kecerobong tanpa kontak dengan bahan bakar.
Hal semacam ini dapat dihindari dengan cara memusarkan aliran udara.
Turbulensi udara akan membentuk pemcampuran yang baik antara bahan
bakar sehingga akan diperoleh proses pembakaran yang sempurna. Oleh
sebab itu faktor T tersebut harus selalu dijaga sebab:
1. Bila temperatur ruang bakar lebih rendah dari temperatur penyalaan
campuran , maka campuran tidak akan terbakar dengan baik , bahkan
dapat mematikan nyala api (flame failure).
2. Bila hembusan yang terlalu kuat pada posisi masuk ruang bakar,
turbulensi yang kurang baik, serta ukuran partikel bahan bakar yang
terlalu besar akan menghasilkan suatu pembakaran yang kurang
sempurna didalam ruang bakar. Artinya, bahan bakar yang belum
sempat terbakar diruang bakar akan terbakar diluar zone pembakaran
dalam ketel uap. Komplikasi selanjutnya adalah bahwa campuran
bahan bakar/udara pada ruang bakar yang volumenya besar. Sehingga
dapat membentuk campuran kurus (weak mixture) yang akan
meningkatkan resiko terjadinya ledakan.
4
Equivalence ratio menunjukkan bahwa apakah dalam suatu proses
pembakaran terjadi kelebihan udara atau campuran kelebihan bahan
bakar. Equivalence ratio sangat berpengaruh terhadap kecepatan
pembakaran.
Terbentuknya 2 sudut api disebabkan oleh karena komposisi dari bahan bakar
yang berubah, dengan ditambahkannya LPG ke dalam proses pembakaran.
Dimana LPG itu sendiri terdiri dari 2 jenis bahan bakar yaitu propana dan
butana. Dalam pembakaran premixed laminar, nilai besar sudut api
mempengaruhi kecepatan pembakaran, karena nilai sudut kerucut api
berbanding lurus dengan kecepatan pembakaran. Berdasarkan visualisasi foto
5
nyala api tersebut diatas, maka didapatkan 2 grafik kecepatan pembakaran,
yaitu grafik kecepatan pembakaran berdasarkan besar sudut a dan grafik
kecepatan pembakaran berdasarkan besar sudut b. Dari hasil pengukuran
besar sudut api yang terbentuk pada tiap sudut (sudut a dan sudut b),
kemudian diplot dalam bentuk grafik sebagai berikut : Grafik kecepatan
pembakaran berdasarkan sudut a Dari gambar grafik 10, terlihat bahwa untuk
sudut atas, penambahan prosentase LPG akan mengakibatkan kecepatan
pembakaran pada minyak jarak akan semakin menurun mendekati kecepatan
pembakaran LPG. Hal ini dikarenakan sudut api yang terbentuk cenderung
menurun mengikuti besar sudut api dari LPG, karena kecepatan pembakaran
berbanding lurus dengan besar sudut.Seperti terlihat pada Gambar 13, besar
sudut untuk masing-masing nyala api, pada ф ≈ 1.2 besar sudut untuk masing
- masing bahan bakar minyak jarak, 10%, 20%, 30%, dan 40% adalah sebesar
25˚, 14˚, 12˚, 7˚, dan 6˚. Dari Gambar 10 terlihat bahwa kecepatan
pembakaran uap minyak jarak pagar lebih tinggi dibandingkan dengan
kecepatan pembakaran LPG. Hal ini dikarenakan pada proses. pembakaran
LPG, sudut api yang terbentuk lebih kecil daripada sudut api yang terbentuk
pada pembakaran uap minyak jarak murni pada equivalence ratio yang sama.
Sehingga meskipun nilai kecepatan reaktan dari pembakaran LPG juga lebih
besar dibanding dengan kecepatan reaktan uap minyak jarak pada equivalence
ratio yang sama. Misalkan pada equivalence ratio 1.06. Terlihat bahwa besar
sudut api dan kecepatan reaktan pada pembakaran uap minyak jarak sebesar
27˚ dan 75.5 cm/detik. Sedangkan pada pembakaran LPG murni adalah
sebesar 7˚ dan 98.01 cm/detik. Kecepatan pembakaran campuran uap minyak
jarak dengan LPG memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan
kecepatan pembakaran uap minyak jarak pagar murni. Ini dikarenakan besar
sudut api pada pembakaran uap minyak jarak pagar dengan penambahan
berbagai prosentase LPG cenderung lebih kecil dibandingkan dengan sudut
api pada pembakaran uap minyak jarak.
6
GAMBAR 2.3 GRAFIK KECEPATAN PEMBAKARAN 1
7
GAMBAR 2.4 ECEPATAN PEMBAKARAN BAWAH 1
Reaktan uap minyak jarak pada equivalence ratio yang sama. Misalkan pada
equivalence ratio 1.06. Terlihat bahwa besar sudut api dan kecepatan reaktan
pada pembakaran uap minyak jarak sebesar 31˚ dan 75.5 cm/detik.
Sedangkan pada pembakaran LPG murni adalah sebesar 41˚ dan 98,01
cm/detik. Kecepatan pembakaran campuran uap minyak jarak dan LPG
memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan kecepatan pembakaran
uap minyak jarak pagar murni. Ini dikarenakan besar sudut api dan kecepatan
reaktan pada pembakaran uap minyak jarak pagar dengan penambahan
berbagai prosentase LPG cenderung lebih besar dibandingkan dengan sudut
api dan kecepatan reaktan pada pembakaran uap minyak jarak. Didapatkan
bahwa semakin besar equivalence ratio maka kecepatan pembakarannya akan
turun. Hal ini disebabkan karena semakin sedikitnya udara yang tersedia
untuk membakar bahan bakar pada kondisi kaya sehingga sudut api
cenderung lebih kecil dan kecepatan reaktannya rendah.
8
B. Sistem pengapian
9
tegangan yang diberikan padaa busi harus cukup tinggi untuk dapat
membangkitkan bunga api yang kuat, diantara elektroda busi.
Saat pengapian yang tepat untuk memperoleh pembakaran campuran
bahan bakar-udara yang paling efektir, harus dilengkapi beberapa
peralatan tambahan yang dapat merubah-rubah saat pengapian sesuai
dengan rpm dan beban mesin. Campuran udara-bahan bakar dengan
adanya loncatan pada busi campuran udara-bahan bakar sepanjang
loncatan api diaktifkan dan terjadi ―inti api‖ (flame nucleus). Molekul-
molekul campuaran udara-bahan bakar disekitar flame nucleus dengan
adanya kejutan yang ditimbulkannya oleh loncatan api. Kemudian
molekul-molekul keluar dari pusat pembakaran. Ketahanan yang cukup
Apabila sistem pengapian tidak bekerja, maka mesin akan mati. Oleh
karena itu, sistem pengapian harus mempunyai ketahanan yang cukup
untuk menahan getaran dan panas yang dibangkitkan oleh mesin,
demikian juga tegangan tinggi yang dibangkitkan oleh sistem. Sistem ini
bekerja mendeteksi kondisi mesin ( putaran mesin,aliran udara masuk,
temperatur mesin, dan lain-lain) berdasarkan signal dari setiap engine
sensor. Selanjutnya menentukan saat pengapian yang optimum sesuai
dengan kondisi mesin dengan mengirim signal pemutusan arus primer ke
igniter yang mengontrol saat pengapian.
10
a. Sistem Pengapian Konvensional.
Sistem pengapian konvensional menggunakan breaker point
untuk memutus dan menghubungkan arus pada kumparan primer
koil. Sistem ini memerlukan perawatan berkala terutama pada
breaker point yang dikarenakan kontak antar logam disertai arus
listrik hingga menyebabkan breaker point cepat aus, namun sistem
ini masih banyak digunakan sampai saat ini.
1. Konstruksi Comound.
Baterai ini sel-selnya berdiri sendiri-sendiri dan antara sel
yang satu dengan yang lain dihubungkan dengan lead bar
(connector) diluar case.
2. Konstruksi Solid.
Baterai ini antara sel yang satu dengan yang lain
dihubungkan dengan lead bar di dalam case. Terminal yang
kelihatan hanya dua buah hasil hubungan seri dari sel-selnya.
11
1. Baterai Tipe Basah (Wet Type)
Baterai tipe basah (wet type) terdiri dari elemen-elemen
yang telah diisi penuh dengan muatan listrik (full
charged) dan dalam penyimpanannya telah diisi dengan
elektrolit. Baterai ini tidak bisa dipertahankan tetap dalam
kondisi full charge. Sehingga harus diisi (charge) secara
periodik. Selama baterai tidak digunakan dalam
penyimpanan, akan terjadi reaksi kimia secara lambat
yang menyebabkan berkurangnya kapasitas baterai.
Reaksi ini disebut ―Self Discharge‖.
2. Baterai Tipe kering (Dry Type
Baterai tipe kering (Dry Type) terdiri dari plat-plat
(positif & negatif) yang telah diisi penuh dengan muatan
listrik, tetapi dalam penyimpanannya tidak diisi dengan
elektrolit. Jadi keluar pabrik dalam kondisi kering. Pada
dasarnya baterai ini sama seperti dengan baterai tipe
basah. Elemen-elemen baterai ini diisi secara khusus
dengan cara memberikan arus DC pada plat yang
direndamkan ke dalam larutan elektrolit lemah. Setelah
plat-plat itu terisi penuh dengan muatan listrik, kemudian
diangkat dari larutan elektrolit lalu dicuci dengan air dan
dikeringkan. Kemudian plat-plat tersebut dirangkai dalam
case baterai. Sehingga biala baterai tersebut akan dipakai,
cukup diisi elektrolit dan langsung bisa digunakan tanpa
discharge kembali.
a. Vent Plug
Vent plug terdapat pada tutup disetiap sel. Fungsinya adalah
untuk mencegah masuknya debu dan kotoran kedalam sel.
Fungsi yang lebih penting lagi adalah agar tersedia saluran
(lubang). Untuk membebaskan gas dan kemungkinan
12
terbentuknya lagi asam sulfat yang terkandung di dalam uap
asam yang terbentuk pada saat pengisian baterai.
b. Kunci Kontak
Kunci kontak berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan
listrik pada rangkaian atau mematikan dan menghidupkan
sistem. Kunci kontak pada kendaraan memiliki 3 atau lebih
terminal. Terminal utama pada kontak adalah terminal B atau
AM dihubungkan ke baterai, Terminal IG dihubungkan ke (+)
koil pengapian dan beban lain yang membutuhkan, terminal ST
dihubungkan ke selenoid starter. Jika kunci kontak tersebut
memiliki 4 terminal maka terminal yang ke 4 yaitu terminal
ACC yang dihubungkan ke accesoris kendaraan, seperti: radio,
tape, dan lain-lainnya. Kunci kontak memiliki 4 posisi yaitu: off,
acc, on dan start. Hubungan kontak untuk masing-masing posisi
adalah sebagai berikut:
Ignition Coil
Fungsi Coil Fungsi koil pada sistem pengapian kendaraan sangat
sederhana, yaitu menaikkan tegangan listrik dari aki yang cuma
12 volt, menjadi ribuan volt. Arus listrik yang besar ini
disalurkan ke busi, sehingga busi mampu meletikkan pijaran
bunga api.
Yang biasa disebut sebagai "Coil Racing" adalah coil yang
mampu menghasilkan tegangan listrik jauh lebih besar
ketimbang coil standar. Apabila koil standar rata-rata
menghasilkan tegangan antara 12.000—15.000 volt, maka coil
racing bisa menghasilkan tegangan antara 60.000—90.000 volt.
Dengan tegangan listrik yang lebih besar itu, maka busi dapat
menghasilkan pijaran api yang juga lebih besar. Hasilnya adalah
pembakaran yang lebih sempurna. Coil yang baik adalah coil
yang mampu menghasilkan tegangan listrik relatif besar dan
13
stabil pada hampir seluruh putaran mesin. Karena itu setelah
menghasilkan tegangan maksimal pada putaran mesin tertentu,
kurva tidak boleh menukik terlalu tajam. Kurva yang menukik
terlalu banyak, menunjukkan kinerja yang buruk pada putaran
(rpm) tinggi. Padahal pada rpm tinggi justru dibutuhkan
pembakaran yang baik.
Distributor
Fungsi distributor dapat dibagi dalam 4 bagian :
1. Bagian Pemutus Arus
a) Breaker Point (contact point)
Fungsinya adalah untuk memutuskan arus listrik dan
menghubungkannya dari kumparan primer coil ke massa
agar terjadi induksi pada kumparan sekunder coil. Induksi
terjadi pada saat breaker point tertutup atau terbuka.
b) Camlobe (nok)
Fungsinya adalah untuk mengungkit breaker point agar
dapat memutus dan menghubungkan arus listrik pada
kumparan primer coil.
c) Condensor
Fungsinya adalah untuk menghilangkan /mencegah
terjadinya loncatan api atau bunga api listrik pada breaker
point. Kemampuan dari suatu condensor dapat di
tunjukkan dengan berapa besar kapasitasnya.kapasitas
kondenser di ukur dalam mikro farad (µF). Sebuah
Kondensor terdiri dari beberapa lembar kertas timah
masing-masing lapisan diberi isolasi kertas paraffin,
lembar tersebut digulung dengan ketat sehingga berbentuk
silinder, masing-masing kumpulan plat dihubungkan
dengan satu kawat sebagai kutub positif dan negative.
14
Kondensor biasanya dipasang didalam distributor dan ada
juga yang dipasang diluar distributor.
2. Bagian Distributor
Bagian ini berfungsi membagi–bagikan (mendistribusikan)
arus tegangan tinggi yang dihasilkan atau dibangkitkan oleh
kumparan sekunder pada ignition coil ke busi pada tiap– tiap
silinder sesuai dengan urutan pengapian. Bagian ini terdiri
dari tutup distributor dan rotor.
a) Bagian Governor Advancer
Bagian ini berfungsi untuk memajukan saat pengapian
sesuai dengan pertambahan mesin. Bagian ini terdiri dari
Governor weight dan governor spring (pegas governor).
b) Bagian Vacum Advancer
Bagian ini berfungsi untuk memundurkan atau
memajukan saat pengapian pada saat beban mesin
bertanmbah atau berkurang. Bagian ini terdiri dari breaker
plate vakum advancer, yang akan bekerja atas dasar
kevakuman yang terjadi di dalam intake manifold.
b. Sistem Pengapian Semi Transistor
Sistem pengapian semi transistor menggunakan transistor
untuk memutus dan menghubungkan arus ke kumparan primer koil,
sedangkan untuk menghidupkan transistor menggunakan breaker
point. Sistem ini relatif lebih bagus bila dibandingkan dengan sistem
pengapian konvensional karena breaker point tidak menghubungkan
arus yang besar, sehingga relatif lebih tahan terhadap keausan.
Sistem pengapian ini hasil modifikasi dari sistem pengapian
konvensional. Sistem pengapian semi transistor merupakan sistem
pengapian elektronik yang masih menggunakan platina. Namun
demikian, fungsi dari platina (breaker point) tidak sama persis
seperti pada pengapian konvensional. Aliran arus dari rangkaian
15
primer tidak langsung diputuskan dan dihubungkan oleh platina, tapi
perannya diganti oleh transistor sehingga platina cenderung lebih
awet (tidak cepat aus) karena tidak langsung menerima beban arus
yang besar dari rangkaian primer tersebut. Dalam hal ini platina
hanyalah bertugas sebagai switch (saklar) untuk meng-on-kan dan
meng-off-kan transistor. Arus listrik yang mengalir melalui platina
diperkecil dan platina diusahakan tidak berhubungan langsung
dengan kumparan primer agar tidak arus induksi yang mengalir saat
platina membuka. Terjadinya percikan bunga api pada busi yaitu
saat transistor off disebabkan oleh arus dari rangkaian primer yang
menuju ke massa (ground) terputus, sehingga terjadi induksi pada
koil pengapian.
16
terjadinya percikan bunga api pada busi untuk pembakaran
campuran bahan bakar dan udara.
Signal Generator
Berupa gulungan yang disebut pick-up coil, yang menghasilkan
tegangan induksi karena adanya perubahan flux magnet pada
saat signal rotor berputar.
Igniter
Rangkaian elektronik yang berfungsi untuk meutus dan
menghubungkan arus lisktrik pada primary koil.
Pick – Up Coil
Generator yang berfungsi untuk menghasilkan arus maupun
tegangan untuk mengaktifkan ignitor.
17
Magnet Permanen
Sebagai sumber induksi, memberi magnet kepada pick up coil.
Cara Kerja Signal Generator
Igniter
Igniter terdiri dari 3 bagian utama : Switching circuit ,
medeteksi signal pengapian dari pick-up coil Driving circuit,
memperkuat signal, memutus dan menghubungkan arus primer
Over voltage circuit atau protective circuit, pengaman
kelebihan tegangan.
2. Prinsip Kerja Sistem Pengapian Full Transistor
Mesin Hidup ( ½ Periode Positif ) : Jika mesin berputar, signal
rotor pada distributor berputar, akibatnya pada pick-up coil
dibangkitkan tegangan. Pada saat dibangkitkan tegangan positif
pada pick-up koil, tegangan tersebut akan ditambahkan pada
tegangan yang sudah ada pada titik ―P‖ sehingga tegangan pada
titik ―Q‖ menjadi lebih besar dari tegangan operasi transistor.
Akibatnya transistor menjadi ―On‖ arus dari primari koil dapat
mengalir melalui colector ke emitor.
Mesin Hidup ( ½ Periode Negatif ) : Pada saat dibangkitkan
tegangan negatif pada pick-up koil, tegangan tersebut akan
ditambahkan pada tegangan yang sudah ada pada titik ―P‖
sehingga tegangan pada titik ―Q‖ turun drastis dibawah dari
tegangan operasi transistor. Akibatnya transistor menjadi
―Off― arus dari primari koil tidak dapat mengalir melalui
colector ke emitor.
18
R2 sehingga transistor akan tetap ― Off― arus dari primari koil
tidak dapat mengalir.
Baterai
Baterai berfungsi sebagai sumber listrik untuk mengaktifkan
sistem pengapian, dan komponen yang lainnya. Baterai terdiri
dari beberapa buah sel yang dihubungkan secara seri dan setiap
sel mempunyai tegangan listrik sebesar 2 volt, jadi baterai yang
berkekuatan 6 volt terdiri dari tiga buah sel dan baterai 12 volt
terdiri dari 6 buah sel.Setiap sel mempunyai 2 buah pelat yang
diberi atau direndam larutan sulphuric arid, larutan sulphuric
arid ini lebih dikenal dengan nama cairan electrolyte.
Coil
Coil berfungsi sebagai pembangkit tegangan 12 volt menjadi
15000 volt. Sebagai pembangkit tegangan ke primer coil dan
inti besi terjadi medan magnet. Jika arus primer coil terputus
dan medan magnet hilang akan terjadi induksi pada sekunder
coil yang membangkitkan tegangan 15.000 volt. Fungsi coil
dengan resistor bila arus mulai mengalir melalui coil maka arus
yang mengalir ini cenderung terhalang oleh efek self-induction (
yang terjadi mulai saat breaker point tertutup sampai tercapai
19
nilai arus jenuh. Pada saat aliran arus mukai mengalir pada
kumparan primer ingnition coil, arus primer akan naik secara
bertahap. Aliran arus akan semakin lambat bila banyaknya
gulungan dalam kumparan bertambah. Keuntungan lain dari
pengunaan ingnition coil dengan resistor ialah mempermudah
starter mesin. Karena arus yang mengalir ke motor starter pada
saat engine start cukup besar, maka tegangan baterai akan
menurun, mengurangi arus primer pada ignition coil. Akibatnya
tegangan sekundermenurun dan loncatan bung api menjadi
lemah. Untuk mencegah hal itu, resistor dihubungkan bypass
selama mesin diputar oleh motor starter dengan tujuan
memberikan arus langsung pada kumparan primer untuk
menghasilkan bunga api yang kuat. Pada saat resistor
dihubungkan bypass, maka arus primer naik.
Signal Generator
Sinal generator adalah semacam generator AC ( arus bolak
balik) berfungsi untuk menghidupkan power transistor di dalam
igniter. Jika tegangan yang di hasilkan negatif transistor akan
off, jika positif transistor akan on. Singal generator terdiri dari
magnet permanent yang memberi magnet kepada pick-up coil,
pick-up coil untuk membangkitkan arus bolak balik (AC) dan
signal rotor yang meninduksi tegangan AC didalam pick-up coil
sesuai dengan saat pengapian. signal rotor mempunyai gigi-gigi
sebanyak jumlah silinder (4 gigi untuk 4 silinder dan 6 gigi
untuk 6 silinder). Garis gaya magnet (magnetic flux) dari
magnet permanent mengalir dari signal rotor melui pick-up coil.
Celah udara antara rotor dengan pick-up coil yang berubah-
ubah, maka kepadatan garis gaya magnet pad pick-up coil
berubah. Perubahan kepadatan garis gaya (flux density) ini
membangkitkan EMF (tegangan) dalam pick-up coil.
20
Ingniter Igniter terdiri dari sebuah detektor yang mendeteksi
EMF yangdibangkitkan oleh signal generator;signal amlifier dan
power transistor, yang melakukan pemutusan arus primer
ignition coil pada saat yang tepat sesuai dengan signal yang
diperkuat. Pengaturan dwell angle untuk mengoreksi primary
signal sesuai dengan bertambahnya putaran mesin disatukan di
dalam igniter.
2. Prinsip Kerja Sistem Pengapian IIA Dalam sistem IIA ini harga
saat pengapian optimum disimpan dalam engine control
computer untuk setiap kondisi mesin. Sistem ini bekerja
mendeteksi kondisi mesin (putaran mesin, aliran
udara masuk, temperatur mesin, dan lain-lain) berdasarkan
signal dari setiap engine sensor. Jadi sistem pengapian berfungsi
untuk membakar campuran udara dan bensin didalam ruang
bakar pada akhir langkah kompresi, dimana untuk menghasilkan
percikan api digunakan tegangan listrik sebagai pemercik api.
Sistem ini bekerja mendeteksi kondisi mesin (putaran mesin,
aliran udara masuk, temperatur mesin, dan lain-lain)
berdasarkan signal dari setiap engine sensor. Berikut ini skema
aliran pengapian IIA :
Mesin mati Pada saat kunci kontak ―On‖ mesin mati arus dari
baterai tidak bisa mengalir ke primer coil, karena transistor off
pada inti besi tidak ada medan magnet.
Mesin hidup Bila mesin di hidupkan signal rotor pada distributor
akan berputar, jika tegangan yang dihasilkan positif (+) maka
transistor akan ―On‖, primer coil terhubung dengan massa,
pada inti besi ada medan magnet. Bila mesin di hidupkan signal
rotor pada distributor akan berputar, jika tegangan yang
dihasilkan negatif (-) maka transistor akan ―Off‖, primer coil
akan terputus dan medan magnet akan hilang secara tiba–tiba,
21
terjadinya induksi pada sekunder coil dengan tegangan 15000
volt yang menuju ke rotor dan rotor akan membagi ke tiap – tiap
busi untuk memercikan bunga api.
22
Peran igniter Pemantik merespon sinyal IGT yang di output
ECU mesin untuk sewaktu-waktu memberikan tegangan ke
kumparan pengapian. Ia juga mengirim sinyal konfirmasi
pengapian (IGF) ke ECU mesin.
23
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
24
DAFTAR PUSTAKA
https://pdfcoffee.com/1-pengertian-sistem-pengapian-ignition-system-technic-
automotive-politeknik-negeri-jakarta-pdf-free.html
ile:///C:/Users/atkuser/Downloads/127751-ID-kecepatan-pembakaran-
premixed-campuran-m.pdf
https://spada.uns.ac.id/pluginfile.php/124666/mod_resource/content/0/Reaksi
%20pembakaran%20rev.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/69166-ID-pengaruh-ignition-
timing-dengan-bahan-ba.pdf
25