Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

BAHAN BAKAR DAN PELUMAS

KELOMPOK 4

KECEPATAN REAKSI PEMBAKARAN DAN PROSES IGNITION BAHAN


BAKAR

PENYUSUN

ICHA/210203501003

QALZAM AL ASHIF/210203501004

MARYANUS/210203501005

JAY HARUN SETIAWAN/210203501010

AIMAN BANNE/210203502026

SULKIFLI/210203502033

SYAMSUL MA'RIF/210203502021

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat tuhan yang maha kuasa atas
limpahan rahmat taufik dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dengan lancar dan tepat waktu.Makalah ini membahas
tentang kecepatan pembakaran atau reaksi pembakaran dan proses ignition pada
bahan bakar.

Ucapan terima kasih kami kepada bapak wabdillah S.Pd.,M.Pd,selaku


dosen pengampu mata kuliah bahan bakar dan pelumas karena telah membimbing
kami selama proses perkuliahan berlangsung serta memberikan tugas makalah ini
kepada kami sehingga kami dapat menambah wawasan dan pemahaman mengenai
kecepatan reaksi pembakaran dan proses penyalaan bahan bakar atau ignition.

Demikian yang dapat kami sampaikan semoga makalah ini dapat


bermanfaat bagi orang banyak yang membacanya.Kami juga mohon maaf jika ada
kekurangan atau kesalahan pada makalah ini.Oleh karena itu kami mengahrap
saran dan kritik yang bersifat membangun agar kami dapat mengintropeksi terkait
kesalahan pada makalah dan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi pada
penyusunan makalah kedepannya.

Makassar,Rabu 27 April 2022

PRESENTER

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN.................................................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2

C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II .................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .................................................................................................... 3

A. Kecepatan reaksi pembakaran ................................................................. 3

Dasar-dasar pembakaran ..................................................................................... 3

Hubungan equivalence ratio terhadap kecepatan pembakaran pada berbagai


prosentase LPG .................................................................................................... 5

B. Sistem pengapian........................................................................................ 9

BAB III ................................................................................................................. 24

PENUTUP ............................................................................................................ 24

A. KESIMPULAN......................................................................................... 24

B. SARAN ...................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 25

iii
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 VISUALISASI NYALA API 1 ...................................................... 5

GAMBAR 2.2 PENGUURAN BESAR SUDUT API 1 ......................................... 5

GAMBAR 2.3 GRAFIK KECEPATAN PEMBAKARAN 1 ................................ 7

GAMBAR 2.4 ECEPATAN PEMBAKARAN BAWAH 1 ................................... 8

GAMBAR 2.5 JARAK BAHAN BAKAR 1 .......................................................... 8

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembakaran adalah proses/reaksi oksidasi yang sangat cepat antara


bahan bakar (fuel) dan oksidator dengan menimbulkan nyala dan
panas.Syarat terjadinya pembakaran yaitu adanya bahan bakar,oksigen,dan
panas.Seiring berkembangnya teknologi khususnya teknologi otomotif,maka
proses pembakaran adalah salah-satu poin utama yang menjadi
pengembangan teknologi,agar pembakaran didalam mesin dapat berlangsung
sempurna dan minim akan emisi gas buang yang berbahaya.Oleh karena itu
seorang mahasiswa dan engineer diharapkan mampu menganalisa proses atau
reaksi pembakaran dengan mengusahakan terjadinya pembakaran sempurna
pada mesin.Dalam reaksi pembakaran,terjadi reaksi antara reaktan atau
pereaksi dengan bahan bakar yang kemudian menghasilkan hasil
reaksi.misalnya karbon dan oksigen bereaksi menghasilkan karbon dioksida
artinya karbon yang telah teroksidasi.Selain itu dalam proses pembakaran
berlangsung pembakaran yang sangat cepat.Cepat dan lambatnya bahan bakar
terbakar dapat dihitung pada persamaan laju reaksi.Adapun untuk konsep dari
laju reaksi adalah laju dapat ditentukan dengan dua cara yaitu dengan
mengukur berkurangnya massa pereaksi per satuan waktu dan bertambahnya
massa produk atau hasil reaksi persatuan waktu.Laju atau kecepatan reaksi
suatu pembakaran sangat berkaitan dengan proses penyalaan bahan bakar dan
udara didalam ruang bakar.Dalam mesin pembakaran dalam proses penyalaan
campuran bahan bakar dan udara dibagi berdasarkan bahan bakar yang
digunakan dan jenis mesin.Misalnya mesin bensin dan mesin diesel,pada
mesin bensin penyalaan bahan bakar dilakukan oleh busi sedangkan pada
mesin diesel penyalaan bahan bakar terjadinya karena kompresi yang tinggi
sehingga ,menyebabkan temperature udara didalam mesin naik dan akan

1
terjadi pembakaran jika injector menyemprotkan bahan bakar solar.Itulah
sebabnya rasio kompresi mesin diesel lebih besar dari pada mesin bensin.

B. Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud kecepatan reaksi pembakaran ?


2) Bagaimana menghitung reaksi dan laju reaksi pembakaran ?
3) Bagaimana proses penyalaan atau ignition pada bahan bakar ?

C. Tujuan

1) Mahasiswa dapat mengetahui kecepatan pada reaksi pembakaran


2) Mahasiswa dapat menghitung kecepatan atau laju reaksi pembakaran
3) Mahasiswa dapat menjelaskan proses ignition pada bahan bakar

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kecepatan reaksi pembakaran

Pembakaran dapat didefinisikan sebagai kombinasi kimiawi dari unsur


oksigen dengan unsur yang mudah terbakar dari bahan bakar yang
berlangsung secara cepat maupun lambat pada suhu dan tekanan tertentu.
Pada semua jenis pembakaran, kondisi campuran udara dan bahan bakar
merupakan factor utama yang harus diperhatikan untuk mendapatkan
campuran yang sempurna, pada reaksi pembakaran pada unsur-unsur yang
dapat terbakar dari bahan bakar menghasilkan pembebasan energi yang
tergantung pada produk pembakaran yang terbentuk tiga unsur utama yang
dapat terbakar pada Sebagian besar bahan bakar adalah karbon, hydrogen,
dan belerang.

Dasar-dasar pembakaran

Kecepatan pembakaran dan efisiensi pembakaran akan tergantung pada ―tiga


T‖. yaitu:
a. Time (waktu)

Setiap reaksi kimia memerlukan waktu tertentu untuk pembakaran bahan


bakar harus diusahakan tetap berada pada zone pembakaran diruang bakar
pada waktu yang cukup seluruh bahan bakar akan terbakar dengan
sempurna.

b. Temperature
Supaya proses pembakaran suatu zat dapat terjadi, maka temperatur dari
zat tersebut harus berada pada suatu harga tertentu yang cukup untuk
memulai terjadinya pembakaran.

3
Harga termperatur ini tergantung pada komposisi kimia dari masing-
masing zat dan temperatur ini disebut sebagai TEMPERATUR
PENYALAAN. Karena itu temperatur ruang bakar boiler harus cukup
tinggi menjamin bahwa campuran bahan bakar dan udara akan mencapai
termperatur penyalaan pada zona (daerah) pembakaran.
c. Turbulensi
Oksigen di dalam udara yang dialirkan keruang bakar ada kemungkinan
dapat langsung mengalir kecerobong tanpa kontak dengan bahan bakar.
Hal semacam ini dapat dihindari dengan cara memusarkan aliran udara.
Turbulensi udara akan membentuk pemcampuran yang baik antara bahan
bakar sehingga akan diperoleh proses pembakaran yang sempurna. Oleh
sebab itu faktor T tersebut harus selalu dijaga sebab:
1. Bila temperatur ruang bakar lebih rendah dari temperatur penyalaan
campuran , maka campuran tidak akan terbakar dengan baik , bahkan
dapat mematikan nyala api (flame failure).
2. Bila hembusan yang terlalu kuat pada posisi masuk ruang bakar,
turbulensi yang kurang baik, serta ukuran partikel bahan bakar yang
terlalu besar akan menghasilkan suatu pembakaran yang kurang
sempurna didalam ruang bakar. Artinya, bahan bakar yang belum
sempat terbakar diruang bakar akan terbakar diluar zone pembakaran
dalam ketel uap. Komplikasi selanjutnya adalah bahwa campuran
bahan bakar/udara pada ruang bakar yang volumenya besar. Sehingga
dapat membentuk campuran kurus (weak mixture) yang akan
meningkatkan resiko terjadinya ledakan.

Dalam suatu proses pembakaran, kestabilan api sangat penting. Api


dikatakan stabil apabila stasioner pada posisi tertentu dan terjadi pada
saat kecepatan reaktan sama dengan kecepatan perambatan api.
Kecepatan rambatan api terbesar terjadi pada Φ ≈1. Sedangkan pada
campuran diluar itu, kecepatan api akan menjadi lebih rendah. Pada
kondisi terlalu banyak udara berlebih juga akan mengakibatkan
kehilangan panas dan efisiensi pembakaran berkurang.

4
Equivalence ratio menunjukkan bahwa apakah dalam suatu proses
pembakaran terjadi kelebihan udara atau campuran kelebihan bahan
bakar. Equivalence ratio sangat berpengaruh terhadap kecepatan
pembakaran.

Hubungan equivalence ratio terhadap kecepatan pembakaran pada


berbagai prosentase LPG

GAMBAR 2.1 VISUALISASI NYALA API 1

GAMBAR 2.2 PENGUURAN BESAR SUDUT API 1

Terbentuknya 2 sudut api disebabkan oleh karena komposisi dari bahan bakar
yang berubah, dengan ditambahkannya LPG ke dalam proses pembakaran.
Dimana LPG itu sendiri terdiri dari 2 jenis bahan bakar yaitu propana dan
butana. Dalam pembakaran premixed laminar, nilai besar sudut api
mempengaruhi kecepatan pembakaran, karena nilai sudut kerucut api
berbanding lurus dengan kecepatan pembakaran. Berdasarkan visualisasi foto

5
nyala api tersebut diatas, maka didapatkan 2 grafik kecepatan pembakaran,
yaitu grafik kecepatan pembakaran berdasarkan besar sudut a dan grafik
kecepatan pembakaran berdasarkan besar sudut b. Dari hasil pengukuran
besar sudut api yang terbentuk pada tiap sudut (sudut a dan sudut b),
kemudian diplot dalam bentuk grafik sebagai berikut : Grafik kecepatan
pembakaran berdasarkan sudut a Dari gambar grafik 10, terlihat bahwa untuk
sudut atas, penambahan prosentase LPG akan mengakibatkan kecepatan
pembakaran pada minyak jarak akan semakin menurun mendekati kecepatan
pembakaran LPG. Hal ini dikarenakan sudut api yang terbentuk cenderung
menurun mengikuti besar sudut api dari LPG, karena kecepatan pembakaran
berbanding lurus dengan besar sudut.Seperti terlihat pada Gambar 13, besar
sudut untuk masing-masing nyala api, pada ф ≈ 1.2 besar sudut untuk masing
- masing bahan bakar minyak jarak, 10%, 20%, 30%, dan 40% adalah sebesar
25˚, 14˚, 12˚, 7˚, dan 6˚. Dari Gambar 10 terlihat bahwa kecepatan
pembakaran uap minyak jarak pagar lebih tinggi dibandingkan dengan
kecepatan pembakaran LPG. Hal ini dikarenakan pada proses. pembakaran
LPG, sudut api yang terbentuk lebih kecil daripada sudut api yang terbentuk
pada pembakaran uap minyak jarak murni pada equivalence ratio yang sama.
Sehingga meskipun nilai kecepatan reaktan dari pembakaran LPG juga lebih
besar dibanding dengan kecepatan reaktan uap minyak jarak pada equivalence
ratio yang sama. Misalkan pada equivalence ratio 1.06. Terlihat bahwa besar
sudut api dan kecepatan reaktan pada pembakaran uap minyak jarak sebesar
27˚ dan 75.5 cm/detik. Sedangkan pada pembakaran LPG murni adalah
sebesar 7˚ dan 98.01 cm/detik. Kecepatan pembakaran campuran uap minyak
jarak dengan LPG memiliki nilai yang lebih rendah dibandingkan dengan
kecepatan pembakaran uap minyak jarak pagar murni. Ini dikarenakan besar
sudut api pada pembakaran uap minyak jarak pagar dengan penambahan
berbagai prosentase LPG cenderung lebih kecil dibandingkan dengan sudut
api pada pembakaran uap minyak jarak.

6
GAMBAR 2.3 GRAFIK KECEPATAN PEMBAKARAN 1

Pada besar sudut bawah, penambahan prosentase LPG akan mengakibatkan


sudut api yang terbentuk cenderung semakin bertambah seperti terlihat pada
Gambar 11. Dari grafik terlihat bahwa semakin besar prosentase penambahan
bahan bakar LPG, maka kecepatan pembakaran semakin besar pada
equivaprosentase bahan bakar semakin besar pada equivalence ratio yang
sama. Misalkan pada equivalence ratio 1.2 terlihat besar sudut api untuk
masing-masing prosentase yaitu 0% atau minyak jarak murni, 10%, 20%,
30% dan 40% berturut-turut adalah sebesar 25˚, 28˚, 32˚, 33˚ dan 40˚. Nilai
sudut api yang semakin besar maka akan mengakibatkan kecepatan
pembakaran juga meningkat, karena nilai sudut kerucut api berbanding lurus
dengan kecepatan pembakaran (SL). Selain itu penambahan bahan bakar juga
akan mengakibatkan kecepatan reaktan akan meningkat sehingga nilai
kecepatan pembakaran juga akan semakin meningkat.lence ratio yang sama.
Karena sudut api yang terbentuk pada tiap penambahan.

7
GAMBAR 2.4 ECEPATAN PEMBAKARAN BAWAH 1

GAMBAR 2.5 JARAK BAHAN BAKAR 1

Reaktan uap minyak jarak pada equivalence ratio yang sama. Misalkan pada
equivalence ratio 1.06. Terlihat bahwa besar sudut api dan kecepatan reaktan
pada pembakaran uap minyak jarak sebesar 31˚ dan 75.5 cm/detik.
Sedangkan pada pembakaran LPG murni adalah sebesar 41˚ dan 98,01
cm/detik. Kecepatan pembakaran campuran uap minyak jarak dan LPG
memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan kecepatan pembakaran
uap minyak jarak pagar murni. Ini dikarenakan besar sudut api dan kecepatan
reaktan pada pembakaran uap minyak jarak pagar dengan penambahan
berbagai prosentase LPG cenderung lebih besar dibandingkan dengan sudut
api dan kecepatan reaktan pada pembakaran uap minyak jarak. Didapatkan
bahwa semakin besar equivalence ratio maka kecepatan pembakarannya akan
turun. Hal ini disebabkan karena semakin sedikitnya udara yang tersedia
untuk membakar bahan bakar pada kondisi kaya sehingga sudut api
cenderung lebih kecil dan kecepatan reaktannya rendah.

8
B. Sistem pengapian

1. Pengertian sistem pengapian


Sistem pengapian (ignition system) motor pembakaran dalam
menghasilkan tenaga dengan jalan membakar campuran udara dan bahan
bakar didalam silinder. Pada motor bensin, loncatan bunga api pada busi
diperlukan untuk menyalakan campuran udara bahan bakar yang telah
dikompresikan oleh tork didalma silinder. Sedangkan pada motor diesel
udara dikompresikan dengan tekanan yang tinggi menjadi sangat panas
dan bila bahan bakar disemprotkan kedalam silinder, akan terbakar secara
bersama. Karena pada motor bensin prosess pembakaran dimulai oleh
loncatan api tegangan yang dihasilkan oleh busi, beberapa metode
diperlukan untuk menghasilkan tegangan tinggi yang diperlukan. Sistem
pengapian pada auto mobil berfungsi untuk menaikkan tegangan baterai
menjadi 10 KV atau lebih dengan memperrgunakan ignition coil dan
kemudian membagi-bagikan tegangan tinggi tersebut kemasing-masing
busi melalui distributor dan kabel tegangan tinggi. Pada motor bensin,
campuran udaraa dan bahan bakar dikompresikan didalam silinder harus
dibakar untuk menghasilkan tenaga system pengapian berfungsi untuk
membakar campuran udara dan bensin didalam ruang bakar pada akhir
langkah kompresi. System pengapian yang digunakan adalah pengapian
listrik, dimana untuk menghasilkan percikan api digunakan tenaga listrik
sebagai pemercik api.

2. Fungsi sistem pengapian


Pengapian pada mesin berfungsi untuk membangkitkan bunga api yang
dapat membakar campuran bahan bakar-udara didalam silinder. Oleh
karena itu syarat-syarat berikut harus dipenuhi:
Bunga api yang kuat pada saat campuran bahan bakar-udara
dikompresikan didalam silinder, sangat sulit bagi bunga api untuk
melewati udara (ini disebabkan udara mempunyai tahanan listrik dan
tahanan ini naik pada udara dikompresi). Dengan alasan ini, maka

9
tegangan yang diberikan padaa busi harus cukup tinggi untuk dapat
membangkitkan bunga api yang kuat, diantara elektroda busi.
Saat pengapian yang tepat untuk memperoleh pembakaran campuran
bahan bakar-udara yang paling efektir, harus dilengkapi beberapa
peralatan tambahan yang dapat merubah-rubah saat pengapian sesuai
dengan rpm dan beban mesin. Campuran udara-bahan bakar dengan
adanya loncatan pada busi campuran udara-bahan bakar sepanjang
loncatan api diaktifkan dan terjadi ―inti api‖ (flame nucleus). Molekul-
molekul campuaran udara-bahan bakar disekitar flame nucleus dengan
adanya kejutan yang ditimbulkannya oleh loncatan api. Kemudian
molekul-molekul keluar dari pusat pembakaran. Ketahanan yang cukup
Apabila sistem pengapian tidak bekerja, maka mesin akan mati. Oleh
karena itu, sistem pengapian harus mempunyai ketahanan yang cukup
untuk menahan getaran dan panas yang dibangkitkan oleh mesin,
demikian juga tegangan tinggi yang dibangkitkan oleh sistem. Sistem ini
bekerja mendeteksi kondisi mesin ( putaran mesin,aliran udara masuk,
temperatur mesin, dan lain-lain) berdasarkan signal dari setiap engine
sensor. Selanjutnya menentukan saat pengapian yang optimum sesuai
dengan kondisi mesin dengan mengirim signal pemutusan arus primer ke
igniter yang mengontrol saat pengapian.

3. Macam-Macam Sistem Pengapian (Ignition System).


Sistem pengapian pada perkembangannya telah mengalami banyak
inovasi yang tentu tujuannya untuk memperoleh kualitas pengapian yang
semakin sempurna, diantaranya : Sistem Pengapian Konvensional Sistem
Pengapian Semi Transistor Sistem Pengapian Full Transistor Sistem
Pengapian IIA (Integrated Ignition Assembly) Sistem Pengapian ESA
(Electronic Spark Advancer) Sistem Pengapian DLI (Distributor Less
Ignition) Sistem Pengapian DIS (Direct Ignition System)

10
a. Sistem Pengapian Konvensional.
Sistem pengapian konvensional menggunakan breaker point
untuk memutus dan menghubungkan arus pada kumparan primer
koil. Sistem ini memerlukan perawatan berkala terutama pada
breaker point yang dikarenakan kontak antar logam disertai arus
listrik hingga menyebabkan breaker point cepat aus, namun sistem
ini masih banyak digunakan sampai saat ini.

1. Komponen Sistem Pengapian Konvensional.


Sistem pengapian konvensional terdiri dari beberapa komponen.
Berikut akan dijelaskan apa saja komponen sistem pengapian
beserta dengan fungsi masing-masing komponen sistem
pengapian, diantaranya : Baterai Baterai adalah alat listrik
kimiawi yang menyimpan energi dan mengeluarkannya dalam
bentuk listrik. Fungsi baterai adalah sebagai penyedia listrik
pada sistem kelistrikan pada kendaraan.

Konstruksi Berdasarkan konstruksi baterai dibedakan menjadi 2


macam yaitu :

1. Konstruksi Comound.
Baterai ini sel-selnya berdiri sendiri-sendiri dan antara sel
yang satu dengan yang lain dihubungkan dengan lead bar
(connector) diluar case.
2. Konstruksi Solid.
Baterai ini antara sel yang satu dengan yang lain
dihubungkan dengan lead bar di dalam case. Terminal yang
kelihatan hanya dua buah hasil hubungan seri dari sel-selnya.

Tipe Baterai Berdasarkan tipe baterai dibedakan menjadi 2


macam yaitu :

11
1. Baterai Tipe Basah (Wet Type)
Baterai tipe basah (wet type) terdiri dari elemen-elemen
yang telah diisi penuh dengan muatan listrik (full
charged) dan dalam penyimpanannya telah diisi dengan
elektrolit. Baterai ini tidak bisa dipertahankan tetap dalam
kondisi full charge. Sehingga harus diisi (charge) secara
periodik. Selama baterai tidak digunakan dalam
penyimpanan, akan terjadi reaksi kimia secara lambat
yang menyebabkan berkurangnya kapasitas baterai.
Reaksi ini disebut ―Self Discharge‖.
2. Baterai Tipe kering (Dry Type
Baterai tipe kering (Dry Type) terdiri dari plat-plat
(positif & negatif) yang telah diisi penuh dengan muatan
listrik, tetapi dalam penyimpanannya tidak diisi dengan
elektrolit. Jadi keluar pabrik dalam kondisi kering. Pada
dasarnya baterai ini sama seperti dengan baterai tipe
basah. Elemen-elemen baterai ini diisi secara khusus
dengan cara memberikan arus DC pada plat yang
direndamkan ke dalam larutan elektrolit lemah. Setelah
plat-plat itu terisi penuh dengan muatan listrik, kemudian
diangkat dari larutan elektrolit lalu dicuci dengan air dan
dikeringkan. Kemudian plat-plat tersebut dirangkai dalam
case baterai. Sehingga biala baterai tersebut akan dipakai,
cukup diisi elektrolit dan langsung bisa digunakan tanpa
discharge kembali.

a. Vent Plug
Vent plug terdapat pada tutup disetiap sel. Fungsinya adalah
untuk mencegah masuknya debu dan kotoran kedalam sel.
Fungsi yang lebih penting lagi adalah agar tersedia saluran
(lubang). Untuk membebaskan gas dan kemungkinan

12
terbentuknya lagi asam sulfat yang terkandung di dalam uap
asam yang terbentuk pada saat pengisian baterai.

b. Kunci Kontak
Kunci kontak berfungsi untuk memutuskan dan menghubungkan
listrik pada rangkaian atau mematikan dan menghidupkan
sistem. Kunci kontak pada kendaraan memiliki 3 atau lebih
terminal. Terminal utama pada kontak adalah terminal B atau
AM dihubungkan ke baterai, Terminal IG dihubungkan ke (+)
koil pengapian dan beban lain yang membutuhkan, terminal ST
dihubungkan ke selenoid starter. Jika kunci kontak tersebut
memiliki 4 terminal maka terminal yang ke 4 yaitu terminal
ACC yang dihubungkan ke accesoris kendaraan, seperti: radio,
tape, dan lain-lainnya. Kunci kontak memiliki 4 posisi yaitu: off,
acc, on dan start. Hubungan kontak untuk masing-masing posisi
adalah sebagai berikut:
Ignition Coil
Fungsi Coil Fungsi koil pada sistem pengapian kendaraan sangat
sederhana, yaitu menaikkan tegangan listrik dari aki yang cuma
12 volt, menjadi ribuan volt. Arus listrik yang besar ini
disalurkan ke busi, sehingga busi mampu meletikkan pijaran
bunga api.
Yang biasa disebut sebagai "Coil Racing" adalah coil yang
mampu menghasilkan tegangan listrik jauh lebih besar
ketimbang coil standar. Apabila koil standar rata-rata
menghasilkan tegangan antara 12.000—15.000 volt, maka coil
racing bisa menghasilkan tegangan antara 60.000—90.000 volt.
Dengan tegangan listrik yang lebih besar itu, maka busi dapat
menghasilkan pijaran api yang juga lebih besar. Hasilnya adalah
pembakaran yang lebih sempurna. Coil yang baik adalah coil
yang mampu menghasilkan tegangan listrik relatif besar dan

13
stabil pada hampir seluruh putaran mesin. Karena itu setelah
menghasilkan tegangan maksimal pada putaran mesin tertentu,
kurva tidak boleh menukik terlalu tajam. Kurva yang menukik
terlalu banyak, menunjukkan kinerja yang buruk pada putaran
(rpm) tinggi. Padahal pada rpm tinggi justru dibutuhkan
pembakaran yang baik.

Distributor
Fungsi distributor dapat dibagi dalam 4 bagian :
1. Bagian Pemutus Arus
a) Breaker Point (contact point)
Fungsinya adalah untuk memutuskan arus listrik dan
menghubungkannya dari kumparan primer coil ke massa
agar terjadi induksi pada kumparan sekunder coil. Induksi
terjadi pada saat breaker point tertutup atau terbuka.

b) Camlobe (nok)
Fungsinya adalah untuk mengungkit breaker point agar
dapat memutus dan menghubungkan arus listrik pada
kumparan primer coil.
c) Condensor
Fungsinya adalah untuk menghilangkan /mencegah
terjadinya loncatan api atau bunga api listrik pada breaker
point. Kemampuan dari suatu condensor dapat di
tunjukkan dengan berapa besar kapasitasnya.kapasitas
kondenser di ukur dalam mikro farad (µF). Sebuah
Kondensor terdiri dari beberapa lembar kertas timah
masing-masing lapisan diberi isolasi kertas paraffin,
lembar tersebut digulung dengan ketat sehingga berbentuk
silinder, masing-masing kumpulan plat dihubungkan
dengan satu kawat sebagai kutub positif dan negative.

14
Kondensor biasanya dipasang didalam distributor dan ada
juga yang dipasang diluar distributor.

2. Bagian Distributor
Bagian ini berfungsi membagi–bagikan (mendistribusikan)
arus tegangan tinggi yang dihasilkan atau dibangkitkan oleh
kumparan sekunder pada ignition coil ke busi pada tiap– tiap
silinder sesuai dengan urutan pengapian. Bagian ini terdiri
dari tutup distributor dan rotor.
a) Bagian Governor Advancer
Bagian ini berfungsi untuk memajukan saat pengapian
sesuai dengan pertambahan mesin. Bagian ini terdiri dari
Governor weight dan governor spring (pegas governor).
b) Bagian Vacum Advancer
Bagian ini berfungsi untuk memundurkan atau
memajukan saat pengapian pada saat beban mesin
bertanmbah atau berkurang. Bagian ini terdiri dari breaker
plate vakum advancer, yang akan bekerja atas dasar
kevakuman yang terjadi di dalam intake manifold.
b. Sistem Pengapian Semi Transistor
Sistem pengapian semi transistor menggunakan transistor
untuk memutus dan menghubungkan arus ke kumparan primer koil,
sedangkan untuk menghidupkan transistor menggunakan breaker
point. Sistem ini relatif lebih bagus bila dibandingkan dengan sistem
pengapian konvensional karena breaker point tidak menghubungkan
arus yang besar, sehingga relatif lebih tahan terhadap keausan.
Sistem pengapian ini hasil modifikasi dari sistem pengapian
konvensional. Sistem pengapian semi transistor merupakan sistem
pengapian elektronik yang masih menggunakan platina. Namun
demikian, fungsi dari platina (breaker point) tidak sama persis
seperti pada pengapian konvensional. Aliran arus dari rangkaian

15
primer tidak langsung diputuskan dan dihubungkan oleh platina, tapi
perannya diganti oleh transistor sehingga platina cenderung lebih
awet (tidak cepat aus) karena tidak langsung menerima beban arus
yang besar dari rangkaian primer tersebut. Dalam hal ini platina
hanyalah bertugas sebagai switch (saklar) untuk meng-on-kan dan
meng-off-kan transistor. Arus listrik yang mengalir melalui platina
diperkecil dan platina diusahakan tidak berhubungan langsung
dengan kumparan primer agar tidak arus induksi yang mengalir saat
platina membuka. Terjadinya percikan bunga api pada busi yaitu
saat transistor off disebabkan oleh arus dari rangkaian primer yang
menuju ke massa (ground) terputus, sehingga terjadi induksi pada
koil pengapian.

1) Prinsip Kerja Sistem Pengapian Semi Transistor Apabila kunci


kontak (ignition switch) posisi ―on‖ dan platina dalam posisi
tertutup, maka arus listrik mengalir dari terminal E pada TR1 ke
`terminal B. Selanjutnya melalui R1 dan platina, arus mengalir
ke massa, sehingga TR1 menjadi ON. Dengan demikian arus
dari terminal E TR1 mengalir ke terminal C. Selanjutnya arus
mengalir melalui R2 menuju terminal B terus ke terminal E pada
TR2 yang diteruskan ke massa. Akibat dari kejadian arus listrik
yang mengalir dari B ke E pada TR2 yang diteruskan ke massa
tersebut menyebabkan mengalirnya arus listrik dari kunci kontak
ke kumparan primer, terminal C, E pada TR2 terus ke massa.
Dengan mengalirnya arus pada rangkaian primer tersebut, maka
terjadi kemagnetan pada kumparan primer koil pengapian.
Apabila platina terbuka maka TR1 akan Off dan TR2 juga akan
Off sehingga timbul induksi pada kumparan - kumparan ignition
coil yang menyebabkan timbulnya tegangan tinggi pada
kumparan sekunder. Induksi pada kumparan sekunder membuat

16
terjadinya percikan bunga api pada busi untuk pembakaran
campuran bahan bakar dan udara.

c. Sistem Pengapian Full Transistor


Sistem pengapian full transistor dikembangkan untuk
menghapuskan perlunya biaya pemeliharaan berkala karena sistem
pengapian ini sudah tidak menggunakan breaker point seperti pada
sistem pengapian yang sebelumnya (sistem pegapian konvensional
dan sistem pengapian semi transistor). Signal generator dipasang
untuk menggantikan breaker point dan cam, sedangkan transistor
digunakan untuk memutuskan aliran arus primer koil dengan tidak
mengadakan kontak logam dengan logam.

1. Kompoen Sistem Pengapian Full Transistor Pada sistim


pengapian full transistor didalam distributor terdapat :
Signal Rotor
Berupa rotor yang terpasang pada poros distributor dan berputar
sesuai dengan putaran poros distributor, dan memiliki tonjolan
sesuai dengan jumlah silinder mesin.

Signal Generator
Berupa gulungan yang disebut pick-up coil, yang menghasilkan
tegangan induksi karena adanya perubahan flux magnet pada
saat signal rotor berputar.

Igniter
Rangkaian elektronik yang berfungsi untuk meutus dan
menghubungkan arus lisktrik pada primary koil.

Pick – Up Coil
Generator yang berfungsi untuk menghasilkan arus maupun
tegangan untuk mengaktifkan ignitor.

17
Magnet Permanen
Sebagai sumber induksi, memberi magnet kepada pick up coil.
Cara Kerja Signal Generator

Igniter
Igniter terdiri dari 3 bagian utama : Switching circuit ,
medeteksi signal pengapian dari pick-up coil Driving circuit,
memperkuat signal, memutus dan menghubungkan arus primer
Over voltage circuit atau protective circuit, pengaman
kelebihan tegangan.
2. Prinsip Kerja Sistem Pengapian Full Transistor
Mesin Hidup ( ½ Periode Positif ) : Jika mesin berputar, signal
rotor pada distributor berputar, akibatnya pada pick-up coil
dibangkitkan tegangan. Pada saat dibangkitkan tegangan positif
pada pick-up koil, tegangan tersebut akan ditambahkan pada
tegangan yang sudah ada pada titik ―P‖ sehingga tegangan pada
titik ―Q‖ menjadi lebih besar dari tegangan operasi transistor.
Akibatnya transistor menjadi ―On‖ arus dari primari koil dapat
mengalir melalui colector ke emitor.
Mesin Hidup ( ½ Periode Negatif ) : Pada saat dibangkitkan
tegangan negatif pada pick-up koil, tegangan tersebut akan
ditambahkan pada tegangan yang sudah ada pada titik ―P‖
sehingga tegangan pada titik ―Q‖ turun drastis dibawah dari
tegangan operasi transistor. Akibatnya transistor menjadi
―Off― arus dari primari koil tidak dapat mengalir melalui
colector ke emitor.

Kunci Kontak On Mesin Mati : Pada titik ―P‖ diset pada


tegangan dibawah operasi transistor dengan menggunakan R1 &

18
R2 sehingga transistor akan tetap ― Off― arus dari primari koil
tidak dapat mengalir.

d. Sistem Pengapian IIA (Integrated Ignition Assembly)


Sistem pengapian IIA termasuk dalam sistem pengapian
transistor, hanya pada sistem pengapian ini igniter dan ignition coil
disatukan dengan distributor.
1. Komponen Sistem Pengapian IIA Sistem pengapian
konvensional terdiri dari beberapa komponen. Berikut akan
dijelaskan apa saja komponen sistem pengapian beserta dengan
fungsi masing-masing komponen sistem pengapian, diantaranya:

Baterai
Baterai berfungsi sebagai sumber listrik untuk mengaktifkan
sistem pengapian, dan komponen yang lainnya. Baterai terdiri
dari beberapa buah sel yang dihubungkan secara seri dan setiap
sel mempunyai tegangan listrik sebesar 2 volt, jadi baterai yang
berkekuatan 6 volt terdiri dari tiga buah sel dan baterai 12 volt
terdiri dari 6 buah sel.Setiap sel mempunyai 2 buah pelat yang
diberi atau direndam larutan sulphuric arid, larutan sulphuric
arid ini lebih dikenal dengan nama cairan electrolyte.

Coil
Coil berfungsi sebagai pembangkit tegangan 12 volt menjadi
15000 volt. Sebagai pembangkit tegangan ke primer coil dan
inti besi terjadi medan magnet. Jika arus primer coil terputus
dan medan magnet hilang akan terjadi induksi pada sekunder
coil yang membangkitkan tegangan 15.000 volt. Fungsi coil
dengan resistor bila arus mulai mengalir melalui coil maka arus
yang mengalir ini cenderung terhalang oleh efek self-induction (
yang terjadi mulai saat breaker point tertutup sampai tercapai

19
nilai arus jenuh. Pada saat aliran arus mukai mengalir pada
kumparan primer ingnition coil, arus primer akan naik secara
bertahap. Aliran arus akan semakin lambat bila banyaknya
gulungan dalam kumparan bertambah. Keuntungan lain dari
pengunaan ingnition coil dengan resistor ialah mempermudah
starter mesin. Karena arus yang mengalir ke motor starter pada
saat engine start cukup besar, maka tegangan baterai akan
menurun, mengurangi arus primer pada ignition coil. Akibatnya
tegangan sekundermenurun dan loncatan bung api menjadi
lemah. Untuk mencegah hal itu, resistor dihubungkan bypass
selama mesin diputar oleh motor starter dengan tujuan
memberikan arus langsung pada kumparan primer untuk
menghasilkan bunga api yang kuat. Pada saat resistor
dihubungkan bypass, maka arus primer naik.

Signal Generator
Sinal generator adalah semacam generator AC ( arus bolak
balik) berfungsi untuk menghidupkan power transistor di dalam
igniter. Jika tegangan yang di hasilkan negatif transistor akan
off, jika positif transistor akan on. Singal generator terdiri dari
magnet permanent yang memberi magnet kepada pick-up coil,
pick-up coil untuk membangkitkan arus bolak balik (AC) dan
signal rotor yang meninduksi tegangan AC didalam pick-up coil
sesuai dengan saat pengapian. signal rotor mempunyai gigi-gigi
sebanyak jumlah silinder (4 gigi untuk 4 silinder dan 6 gigi
untuk 6 silinder). Garis gaya magnet (magnetic flux) dari
magnet permanent mengalir dari signal rotor melui pick-up coil.
Celah udara antara rotor dengan pick-up coil yang berubah-
ubah, maka kepadatan garis gaya magnet pad pick-up coil
berubah. Perubahan kepadatan garis gaya (flux density) ini
membangkitkan EMF (tegangan) dalam pick-up coil.

20
Ingniter Igniter terdiri dari sebuah detektor yang mendeteksi
EMF yangdibangkitkan oleh signal generator;signal amlifier dan
power transistor, yang melakukan pemutusan arus primer
ignition coil pada saat yang tepat sesuai dengan signal yang
diperkuat. Pengaturan dwell angle untuk mengoreksi primary
signal sesuai dengan bertambahnya putaran mesin disatukan di
dalam igniter.

2. Prinsip Kerja Sistem Pengapian IIA Dalam sistem IIA ini harga
saat pengapian optimum disimpan dalam engine control
computer untuk setiap kondisi mesin. Sistem ini bekerja
mendeteksi kondisi mesin (putaran mesin, aliran
udara masuk, temperatur mesin, dan lain-lain) berdasarkan
signal dari setiap engine sensor. Jadi sistem pengapian berfungsi
untuk membakar campuran udara dan bensin didalam ruang
bakar pada akhir langkah kompresi, dimana untuk menghasilkan
percikan api digunakan tegangan listrik sebagai pemercik api.
Sistem ini bekerja mendeteksi kondisi mesin (putaran mesin,
aliran udara masuk, temperatur mesin, dan lain-lain)
berdasarkan signal dari setiap engine sensor. Berikut ini skema
aliran pengapian IIA :
Mesin mati Pada saat kunci kontak ―On‖ mesin mati arus dari
baterai tidak bisa mengalir ke primer coil, karena transistor off
pada inti besi tidak ada medan magnet.
Mesin hidup Bila mesin di hidupkan signal rotor pada distributor
akan berputar, jika tegangan yang dihasilkan positif (+) maka
transistor akan ―On‖, primer coil terhubung dengan massa,
pada inti besi ada medan magnet. Bila mesin di hidupkan signal
rotor pada distributor akan berputar, jika tegangan yang
dihasilkan negatif (-) maka transistor akan ―Off‖, primer coil
akan terputus dan medan magnet akan hilang secara tiba–tiba,

21
terjadinya induksi pada sekunder coil dengan tegangan 15000
volt yang menuju ke rotor dan rotor akan membagi ke tiap – tiap
busi untuk memercikan bunga api.

e. Sistem Pengapian ESA (Electronic Spark Advancer)


ESA adalah singkatan dari ―Electronic Spark Advancer‖
dalam sistem ini, harga saat pengapian optimum disimpan dalam
engine control computer untuk setiap kondisi mesin. Sistem ini
bekerja mendektisi kondisi mesin (putaran mesin, aliran udara
masuk, temperatur mesin dan lain-lain) berdasarkan singnal dari
setiap engine sensor, selanjutnya menentukan saat pengapian yang
optimum sesuia dengan kondisi mesin dengan mengirim sinyal
pemutus arus primer ke ignition yang mengontrol saat pengapian.

1. Komponen Sistem Pengapian ESA Sistem ESA terdiri dari


berbagai sensor, ECU mesin, pemantik (igniter) kumparan
pengapian, dan busi. Peranan sensor Sensor posisi camshaft
(sinyal G) : Ini mendeteksi sudut engkol standar dan camshaft
timing. Sensor posisi crankshaft (sinyal NE) : Ini mendeteksi
sudut engkol dan kecepatan mesin.

Meteran aliran udara atau sensor tekanan manifold (sinyal VG


atau PIM) : Ini mendeteksi massa intake udara atau tekanan
manifold. Sensor posisi throttle (sinyal IDL) : Ini mendeteksi
kondisi idling. Sensor suhu air (sinyal THW) : Ini mendeteksi
suhu pendingin. Sensor ketukan (sinyal KNK) : Ini
mendeteksi kondisi ketukan. Sensor oksigen (sinyal OX) : Ini
mendeteksi konsentrasi oksigen dalam gas buangan.

Peran engine ECU ECU mesin menerima sinyal dari sensor,


menghitung waktu pengapian optimal untuk kondisi mesin, dan
mengirim sinyal (IGT) ke pemantik.

22
Peran igniter Pemantik merespon sinyal IGT yang di output
ECU mesin untuk sewaktu-waktu memberikan tegangan ke
kumparan pengapian. Ia juga mengirim sinyal konfirmasi
pengapian (IGF) ke ECU mesin.

23
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat di ambil dari materi i atas adalah:


a. Pembakaran adalah proses/reaksi oksidasi yang sangat cepat antara bahan
bakar (fuel) dan oksidator dengan menimbulkan nyala dan panas.Syarat
terjadinya pembakaran yaitu adanya bahan bakar,oksigen,dan panas.

b. Pembakaran dapat didefinisikan sebagai kombinasi kimiawi dari unsur


oksigen dengan unsur yang mudah terbakar dari bahan bakar yang
berlangsung secara cepat maupun lambat pada suhu dan tekanan tertentu.
Dan Kecepatan pembakaran serta efisiensi pembakaran akan tergantung
pada ―tiga T‖. yaitu: Time (waktu), Temperature, dan Turbulensi.

c. Terdapat lima jenis sistem pengapian dalam bidang otomotif yaitu:


1) Sistem Pengapian Konvensional.
2) Sistem Pengapian Semi Transistor
3) Sistem Pengapian Full Transistor
4) Sistem Pengapian IIA (Integrated Ignition Assembly)
5) Sistem Pengapian ESA (Electronic Spark Advancer)

B. SARAN

Sebagai seorang mahasiswa tenik otomotif haruslah dapat mengetahui tentang


apa itu kecepatan reaksi pembakaran dan bagaimana proses ignition bahan
bakar pada mesin. Selain itu mahasiswa teknik otomotif juga harus dapat
mengetahui tentang faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi
kecepatan dan efisiensi reaksi pembakaran serta mengetahui proses ignition
bahan bakar juga mengetahui tentang jenis-jenis sistem pengapian pada bidang
otomotif.

24
DAFTAR PUSTAKA

https://pdfcoffee.com/1-pengertian-sistem-pengapian-ignition-system-technic-
automotive-politeknik-negeri-jakarta-pdf-free.html

ile:///C:/Users/atkuser/Downloads/127751-ID-kecepatan-pembakaran-
premixed-campuran-m.pdf

https://spada.uns.ac.id/pluginfile.php/124666/mod_resource/content/0/Reaksi
%20pembakaran%20rev.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/69166-ID-pengaruh-ignition-
timing-dengan-bahan-ba.pdf

25

Anda mungkin juga menyukai