DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD FAHMI ALFARIZI
KELAS XII TBSM
Puji syukur kita panjatkan kepada allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya.
Sholawat beserta salamnya mari kita curah limpahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.
Sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah hasil pembelajaran kuliah motor bakar,
dengan judul “SISTEM PENGAPIAN KENDARAAN “ yang merupakan salah satu syarat
untuk mendapatkan nilai US (Ujian Semester).
Di dalam makalah ini tersusun beberapa informasi-informasi mengenai pengertian sistem
pengapian , menfaat sistem pengapian dan tentang permasalahan-permasalahan sistem pengapian
serta cara-cara mengatasi permasalahan-permasalahan sistem pengapian.
Dalam pengerjaan makalah ini tim Penyusun menyadari bahwa masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu dengan hati yang terbuka, Penyusun mengharapkan kritik serta
saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr,Wb.
Penyusun
DAFTAR ISI
Seiring berjalanya waktu ,di era saat ini Perkembangan dunia Otomotif mengalami
perkembangan yang begitu cepat,dan hal yang paling menonjol perkembangannya adalah bagian
sistem yang berkaitan dengan kelistrikan.Hal ini terjadi karena bagian ini mudah untuk dilakukan
inovasi.Namun kemudhan ini bukan berarti bahwa mempelajari sistem ini mudah ,tapi justru
sebaliknya .Karena kelistrikan itu sesuatu yang tidak terlihat,sehingga dalam mempelajarinya
memerlukan riset terlebih dahulu,dan jika tidak melakukan riset setidaknya pernah melakukan uji
coba sederhana. Seorang sarjana teknik mesin,harus memilik kemampuan dibidang ini. Karena
mereka kedepannya merupakan calon –calon pendidik dan bahkan tidak menutup kemungkinan
akan bekerja di perusahaan –perusahaan otomotif.dan apabila kemampuan ini tidak dimliki maka
kita akan tersingkirkan oleh lulusan-lulusan perguruan tinggi yang lain.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai sistem pengapian,dimana sistem ini merupakan
sistem yang sangat penting ,karena tanpa sistem ini mobil tidak akan dapat bergerak.
Mobil bergerak karena ada proses pembakaran, pembakaran terjadi karena ada suatu sistem yang
membuat terjadinya proses pembakaran,dan sistem tersebut adalah sistem pengapian.
BAB II.
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Ada tiga sarat suatu pembakaran dapat terjadi yakni ada bahan bakar,udara dan ada api.Api
dalam pembakaran tidak mungkin muncul dengan begitu saja,pasti ada sebab
kemunculannya.Untuk memunculkan api ini maka perlu dibuat suatu sistem yang disebut sistem
pengapian.Jadi sistem pengapian adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang
memilki fungsi yang berbeda yang dirangkai sedemikian rupa sehinga menjadi memiliki satu
fungsi yakni memercikan bunga api.
Sistem pengapian pada motor bensin berfungsi mengatur proses pembakaran campuran
bensin dan udara di dalam silinder sesuai waktu yang sudah ditentukan yaitu pada akhir langkah
kompresi. Permulaan pembakaran diperlukan karena, pada motor bensin pembakaran tidak bisa
terjadi dengan sendirinya. Pembakaran campuran bensin-udara yang dikompresikan terjadi di
dalam silinder setelah busi memercikkan bunga api, sehingga diperoleh tenaga akibat pemuaian
gas (eksplosif) hasil pembakaran, mendorong piston ke TMB menjadi langkah usaha .Sedangkan
pada motor diesel udara dikompresikan dengan tekanan yang tinggi sehingga menjadi sangat
panas, dan bila bahan bakar disemprotkan ke dalam selinder akan terbakar.
Agar busi dapat memercikkan bunga api, maka diperlukan suatu sistem yang bekerja
secara akurat. Sistem pengapian terdiri dari berbagai komponen, yang bekerja bersama-sama
dalam waktu yang sangat cepat dan singkat
Setelah campuran bahan bakar dibakar oleh bunga api, maka diperlukan waktu tertentu bagi api
untuk merambat di dalam ruangan bakar. Oleh sebab itu akan terjadi sedikit keterlambatan antara
awal pembakaran dengan pencapaian tekanan pembakaran maksimum. Dengan demikian, agar
diperoleh output maksimum pada engine dengan tekanan pembakaran mencapai titik tertinggi
(sekitar 100 setelah TMA), periode perambatan api harus diperhitungkan pada saat menentukan
saat pengapian (ignition timing). Karena diperlukannya waktu untuk perambatan api, maka
campuran bahan bakar – udara harus sudah dibakar sebelum TMA. Saat mulai terjadinya
pembakaran campuran bahan bakar dan udara tersebut disebut dengan saat pengapian (ignition
timing). Agar saat pengapian dapat disesuaikan dengan kecepatan, beban mesin dan lainnya
diperlukan peralatan untuk merubah (memajukan atau memundurkan) saat pengapian. Salah satu
diantaranya adalah dengan menggunakan vacuum advancer dan governor advancer untuk
pengapian konvensional. Dalam sepeda motor biasanya disebut dengan unit pengatur saat
pengapian otomatis atau ATU (Automatic Timing Unit). ATU akan mengatur pemajuan saat
pengapian. Pada sepeda motor dengan sistem pengapian konvensional (menggunakan platina)
ATU diatur secara mekanik sedangkan pada sistem pengapian elektronik ATU diatur secara
Elektronik.
8. Ignition coil
Ignition coil ini berfungsi menaikan tegangan kelistrikan motor, menjadi tegangan super tinggi
mencapai 200 KV melalui proses induksi spontan. Prinsip kerjanya hampir sama dengan trafo
step up.
9. Kabel busi
Selanjutnya fungsi dari kabel busi ini sebagai penyalur listrik bertegangan tinggi dari ignition
coil.
Kabel busi memang memiliki bentuk seperti kabel pada umumnya, namun kabel ini memiliki
diameter lebih besar.
Mungkin bisa sampai 5 mm. Biasanya kabel busi menggunakan satu helai kawat tembaga dengan
diameter besar, dan ada beberapa helai serabut tembaga yang mengitarinya.
Kawat tersebut digunakan untuk mengalirkan tegangan dari coil dan serabut tembaga disekitar
kawat utama digunakan untuk mencegah terjadinya penurunan tegangan.
10. Cop busi
Cop busi ini adalah ujung dari kabel busi yang ditempelkan pada ujung busi. Meski fungsinya
hanya sebagai penghubung antara kabel busi dan busi, bentuk cop busi ini tidak boleh
sembarangan.
Karena kalau kawat dari kabel busi tidak melekat dengan sempurna ke konduktor didalam cop
busi maka tegangan yang sampai ke busi menjadi lebih kecil.
11. Busi
Fungsi busi adalah untuk memercikan api didalam ruang bakar yang didapat dari skema induksi
elektromagnet pada coil.
Cara kerja busi adalah dengan mendekatkan elektroda yang bermuatan positif ke masa yang
bermuatan negative.
2.5 Pemeliharaan
SEPEDA MOTOR
Sistem CDI yang menggunakan sumber tegangan primer dari kumparan pengapian disebut
dengan CDI AC. Penamaan itu karena kumparan pengapian menghasilkan arus AC.
Sedangkan system pengapian yang sumber tegangan primernya dari baterai di sebut system
CDI DC. Penyebutan ini di karenakan arus yang dikeluarkan oleh baterai berupa tegangan
DC.
Khusus untuk system pengapian TCI atau yang di control langsung oleh ECU,
tegangan primer selalu beasal dari baterai. Arus yang berasal dari baterai cenderung lebih
stabil dan berupa arus searah murni. Oleh karena itu, hampir semua kendaraan modern
lebih banyak menggunakan system pengapian baterai daripada system pengapian dengan
kumparan pengapian. Pada system CDI ACpun, arus listrik yang dihasilkan kumparan
primer akan diubah menjadi arus searah oleh diode. Jadi dengan penggunaan arus searah
tidak lagi dibutuhkan komponen pengubah arus AC menjadi DC.
5. Pickup Coil/Pulser Coil
Komponen picup/pulser coil hanya digunakan pada pengapian elektronik,
seperti CDI ataupun TCI. Komponen ini berfungsi memberikan signal kepada modul
pengapian CDI dan TCI yang digunakan sebagai pedoman menentukan waktu yang tepat
memercikan bunga api di busi.
Pada dasarnya komponen ini berupa kumparan dan saat bekerja akan
menghasilkan tenaga listrik yang kecil untuk di jadikan sinyal waktu pengapian. Pickup
coil biasanya terpasang diruang magnet/rotor. Cara kerja pickup koil sangat sederhana,
yaitu bila tonjolan yang ada di magnet melewati pickup coil, pickup coil akan
membangkitkan tenaga listrik. Tegangan listrik ini yang di kirim ke CDI atau TCI dan
memicu proses pengapian.
6. Komponen lainnya
Kunci kontak, sekring dan rangkaian kabel termasuk dalam komponen system
pengapian yang mengatur kerja system pengapian secara tidak langsung. Kunci kontak
berfungsi mengalirkan dan memutus aliran arus listrik ke system pengapian.
Dihasilkannya tegangan tinggi pada koil terjadi saat pickup coil dilewati
oleh (tonjolan) magnet. Hal ini berarti waktu pengapian (Ignition Timing) ditentikan
oleh lokasi pe,asangan Pickup Coil, sehingga sistem pengapian CDI tidak membutuhka
penyetelan pengapian. Pemajuan waktu pengapian terjadi secara otomatis yaitu
sewaktu pengapian dimajukan bersamaan dengan bertambahnya tegangan pickup coil
akibat kecepatan poros engkol. SCR pada sistem pengapian CDI beerja lebih cepat dari
platina dan kapasitor melakukan pengosongan arus sangat cepat, sehingga kumparan
sekunder coil terinduksi dengan cepat dan mampu menghasilkan tegangan yang cukup
tinggi untuk memercikkan bunga api di busi.
b. Sistem Pengapian CDI DC (Searah)
Sistem pengapian CDI DC tidak jauh beda dengan sistem CDI AC,
perbedaan utamanya terletak pada sumber arus pengapian yang digunakan. Cara
kerjanya juga sangat identik dengan sistem CDI AC. Pada sistem CDI DC terdapat
tambahan komponen yaitu DC Inverter yang berfungsi menaikan tegangan baterai dari
12V menjadi 350V. tegangan baterai perlu dinaikkan karena tidak cukup besar untuk
membangkitkan induksi diri pada kumparan sekunder koil. Tegangan yang sudah
dinaikkan.
Proses selanjutnya sama dengan yang terjado pada sistem CDI AC, yaitu
tegangan yang sudah dinaikkan disearahkan kembali oleh diode dan disimpan di dalam
kapasitor. Tegangan tinggi yang dihasilkan oleh inverter masih perlu diserahkan karena
setelah di naikkan tegangan berubah menjadi tegangan AC. Bila pickup coil
menghasilkan arus arus listrik dan mengalir ke gerbang SCR, SCR menjadi aktif.
Akibatnya muatan listrik yang tersimpan di dalam kapasitor akan langsung mengalir
ke kumparan primer koil. Aliran listrik di kumparan primer akan memicu induksi pada
kumparan sekunder dan dihasilkan tegangan tinggi yang mengalir ke busi.
Untuk CDI modern tidak lagi hanya menggunakan sinyal analog, tetapi
sudah menggunakan metode digital. Beberapa CDI ditambahi beberapa fungsi
pengontrolan lain, seperti kipas radiator atau pengapian sesuai dengan bukaan katup
gas (Pengapian Variable).
2. Sistem Pengapian TCI (Transistor Controlled Ignition)
Sistem engapian TCI akhir-akhir ini mulai marak digunakan di sepeda motor
seiring dengan perkembangan teknologi transistor dan perkembangan metode
pengontrolan dari metode analog menjadi digital. Secara sederhana sistem pengapian TCI
menggunakan transistor untuk memutuskan dan mengalirkan arus listrik pada kumparan
primerkoil.
Perbedaan sistem pengapian TCI dan CDI adalah, pada pengapian TCI
menggunakan prinsip Field Collaps (menghilangkan kemagnetan), sedangkan pada CDI
membangkitkan kemagnetan field built-up (membangkitkan kemagnetan).
Perbedaan lainnya yaitu pada jenis Coil yang dipakai dan bagaimana cara
membangkitkan tegangan tinggi pada coil. Sistem tegangan TCI menggunakan pickup coil
untuk mendeteksi waktu pengapian dan membangkitkan tegangan tinggi pada kumparan
sekunder koil. Selain itu komponen lain yang berperan sangat penting adalah transistor.
Cara kerja sistem pengapian TCI yang terdapat dalam gambar diatas dapat dijelaskan
sebagai berikut : saat kunci kontack (switch) dalam posisi on, aus listrik dari baterai akan
mengalir ke basis transistor pertama (TR1). Adanya aliran arus listrik di basis TR1
menyebabkan transistor aktif (on), sehingga arus listrik dari baterai juga ikut mengalir pada
kumparan primer koil.
Saat mesin mulai berputar, reluctor juga akan ikut berputar dan pickup koil
akan mengirimkan sinyal (tegangan listrik) ke basis transistor kedua (TR2). TR2 menjadi
aktif (on) sehingga arus listrik dan baterai yang mengalir dari basis TR1 menjadi terhenti
dan TR1 menjadi tidak aktif (off ). Karena TR1 tidak aktif, otomatus arus listrik dari Baterai
tidak dapat mengalir ke kumparan primer koil. Hilangnya arus secara tiba-tiba pada
kumparan primer koil akan menimbulkan induksi bersama pada kumparan seconder coil.
Induksi bersama tersebut akan membangkitkan tegangan listrik yang tinggi pada kumparan
sekunder. Tegangan tersebut selanjutnya di alikan ke busi sehingga timbul percikan bunga
api pada TR2 sehingga kumparan primer teraliri arus listrik kembali.
Perbedaan sistem pengapian CDI dan TCI yaitu :
a. Pada sistem CDI kumparan primer hanya dialiri arus listrik saat kapasitor
melepaskan muatannya sedangkan pada sistem TCI kumparan primernya
selalu dialiri arus listrik sejak kunci kontak dalam posisi on.
b. Pada sistem CDI, pickup coil I gunakan sebagai pemicu untuk melepaskan
muatan listrik kapasitor, sedangkan pada sistem TCI pickup koil digunakan
untuk memutuskan aliran arus listrik di kumparan primer.
c. Sistem TCI tidak menggunakan inverter untuk menaikkan tegangan yang akan
di alirkan ke kumparan primer koil.
d. Sumber tegangan pada sistem TCI harus selalu tersedia sehingga harus
menggunakan baterai. Jika tidak, sistem pengapian tidak akan dapat bekerja.
e. Pada sistem CDI, saat pelepasan muatan kapasitor akan menghasilkan
gelombang electromagnet yang cukup besar, sedangkan pada sistem TCI
hanya menghasilkan sedikit gelombang electromagnet.
Sistem injeksi sekarang banyak ditinggalkan, terutama bagi sepeda motor
injeksi.
C. Perawatan Berkala Sistem Pengapian Elektronik
Sama seperti komponen sepeda motor lainnya, sistem pengapian elektronik juga
membutuhkan perawatan secara periodik, walaupun perawatannya sudah tidak sesulit
perawatan pengapian konvensional.
1. Pemeriksaan dan Penggantian Busi
Busi adalah satu-satunya komponen pengapian elektronik yang harus diganti
secara berkala. Bila mesin dalam kondisi normal, busi tidak perlu di setel dan di bersihkan,
cukup diganti jika sudah mencapai usia pakainya. Usia busi bermacam-macam, untuk
melihat berapa usianya maka perlu dilihat di buku pedoman pemilik.
Pemeriksaan busi sebaiknya menggunakan spark plug tester, khusus busi
beresistor maka penggantiannya juga harus menggunakan busi beresistor. Gunakan kunci
yang tepat untuk membuka busi, agar terhindar dari kerusakan alur pada busi. Untuk
memasang cukup menggunkan tangan kosong, baru menggunakan alat jika mulai
mengencangkan. Bila celah busi dirasa tidak sesuia dengan spesifikasi, maka perlu
dilakukan penyetelan dengan feeler gauge. Endapan
2. Pemeriksaan Kondisi Tutup Busi, Kabel Busi dan Koil Pemeriksaan tutup busi dapat
dilakukan secara visual dan menggunakan alat
ukur. Secara visul, lihat apakah ada retakan pada tutup busi. Perhatikan pula kemampuan
tutup busi untuk menutup busi. Kemudian ukur hambatan busi dengan alat uku, lihat di
buku manual apakah masih sesuai dengan standart.
Periksa juga kondisi kabel busi, apakah ada retakan. Seta lihat pada saat mesin
hidup, apakah adal loncatan bunga api yang keluar melalui kabel busi. Ukur pula hambatan
kabel busi, sesuaikan dengan standart yang ada di buku maual.
Perlu juga melakukan pengukuran hambatan pada koil, yaitu hambatan pada
kumparan primer dan pada kumparan sekunder. Nilai hambatai kumparan primer selalu
lebih kecil dari kumparan sekunder. Pada pengukuran hambatan kumparan primer, arahkan
selector pada posisi x1 dan arahkan pada x1k jika mengukur kumparan sekunder. Setelah
mengukur kumparan primer dan sekunder, kemudian bandingkan dengan nilai standar pada
buku manual.
3. Pemeriksaan Unit CDI atau TCI
Mayoritas CDI dan TCI tidak memerlukan pemerikasaan, komponen ini adalah
komponen terakhir yang diperiksa jika terjadi gangguan disistem pengapian. Bila CDI atau
TCI rusak, satu-satunya cara untuk memperbaiki adalah dengan acara mengganti denga
perangkat yang baru
4. Pemeriksaan Sumber Tegangan Sistem Pengapian (Baterai/Kumparan Pengapian)
Terdapat dua jenis suber tegangan sistem pengapian elektronik, yaitu baterai
dan generator. Bila memeriksa baterai basah maka prosedurnya adalah dengan melihat
kondisi fisik baterai, lalu melihat tegangan baterai juga melihat berat jenis air aki. Untuk
baterai MF cukup memeriksa kondisi fisik baterai dan tegangan saja.
Pemeriksaan kumparan pengapian (yang hanya digunakan sistem CDI AC)
dilakukan dengan mengukur nilai hambatan dan kontinutasnya. Bila didapatkan nilai
hambatan yang tidak sesuai spesifikasi, maka kumparan harus diganti.
5. Pemeriksaan Pickup Koil/Pulser Koil
Pada pemeriksaan kali ini cukup memeriksa kontinutasnya dan memeriksa
hambatannya. Jika sudah tidak sesuai dengan ukuran standartnya maka harus diganti
dengan baru.
6. Pemriksaan Sekering, Kunci kontak dan Rangkaian Kabel Untuk pemeriksaan sekering, kunci
kontak dan rangakaian kabel, cukup memeriksa kontinutasnya. Jika tidak sesai maka harus
dilakukan penggantian dengan yang
baru.
2.6 Gangguan pada system pengapian
5.1 Kesimpulan Setelah menyelesaikan tugas akhir “Troubleshooting Sistem Pengapian dan
Pengisian Sepeda Motor Yamaha Mio“ penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Cara kerja sistem pengapian ketika arus masuk dari baterai melalui kunci kontak, dan CDI
mengalirkan arus menuju koil lalu diinduksi sehingga menghasilkan percikan bunga api pada
busi disaat yang tepat untuk membakar campuran bahan bakar dan udara di dalam didalam ruang
bakar. 2. Troubleshooting sistem pengapian yang sering terjadi berupa konsleting dan arus
meghilang secara tiba – tiba, hal ini dapat diketahui jika rutin melakukan pengecekan pada
komponen sistem pengapian, dengan cara memeriksa percikan bunga api melalui busi. 3. Cara
kerja sistem pengisian ketika mesin menyala alternator berputar dan menghasilkan tenaga listrik
untuk mengisi kembali baterai sekaligus mendukung kinerja baterai dan mensuplai kebutuhan
listrik ke sistem yang membutuhkannya pada saat sepeda motor dihidupkan
DAFTAR PUSTAKA
Apriaman, (2006), “media pembelajaran sistem pengapian konvensional” Tugas Akhir.
Universitas Negeri Semarang.
Fahrudin dkk, (2012), “penggunaan ignition booster dan variasi jenis busi terhadap torsi dan
daya mesin pada yamaha mio soul tahun 2010” Tugas Akhir. Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Ludfianto, (2013), “penggunaan twin spark ignition dengan konfigurasi berhadapan secara
horizontal pada motor yamaha f1zr dua langkah 110 cc ” Tugas Akhir. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
Nurdianto, (2015), “pengaruh variasi tingkat panas busi terhadap performa mesin dan emisi gas
buang sepeda motor 4 tak” Tugas Akhir. Universitas Negeri Surabaya.
Prabowo, (2005), “sistem pengapian cdi pada honda gl pro 1997” Tugas Akhir. Universitas
Negeri Semarang.
Setiawan, (2015), „‟ kajian tentang penggunaan bahan bakar gas lpg dan pertamax plus terhadap
kinerja konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang pada motor empat langkah 125 cc‟‟ Tugas
Akhir. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.