Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SISTEM PENGAPIAN SEPEDA MOTOR


GURU PEMBIMBING :
AHMAD UBAIDILLAH A.md

DISUSUN OLEH :
MUHAMMAD FAHMI ALFARIZI
KELAS XII TBSM

SMK AL FUSHA KEDUNGWUNI


KABUPATEN PEKALONGAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya.
Sholawat beserta salamnya mari kita curah limpahkan kepada Nabi Muhammad S.A.W.
Sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah hasil pembelajaran kuliah motor bakar,
dengan judul “SISTEM PENGAPIAN KENDARAAN “ yang merupakan salah satu syarat
untuk mendapatkan nilai US (Ujian Semester).
Di dalam makalah ini tersusun beberapa informasi-informasi mengenai pengertian sistem
pengapian , menfaat sistem pengapian dan tentang permasalahan-permasalahan sistem pengapian
serta cara-cara mengatasi permasalahan-permasalahan sistem pengapian.
Dalam pengerjaan makalah ini tim Penyusun menyadari bahwa masih jauh dari
kesempurnaan, oleh sebab itu dengan hati yang terbuka, Penyusun mengharapkan kritik serta
saran yang membangun guna kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr,Wb.

Pekalongan,08 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .......................................................................................................1


Daftar isi .................................................................................................................2
BAB I .Pendahuluan................................................................................................3
Latar belakang..........................................................................................................3
BAB II .....................................................................................................................4
Pembahasan .............................................................................................................4
Pengertian ................................................................................................................4
Fungsi sistem pengapian.......................................................................................... 4
Cara kerja sistem pengapian ....................................................................................4
Nama komponen sistem pengapian .........................................................................7
Pemeliharaan ...........................................................................................................18
Gangguan sistem pengapian.................................................................................... 24
BAB III.....................................................................................................................25
Penutup ....................................................................................................................26
Kesimpulan ............................................................................................................. 26
Saran ....................................................................................................................... 26
Daftar pustaka ..........................................................................................................27
BAB 1.
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Seiring berjalanya waktu ,di era saat ini Perkembangan dunia Otomotif mengalami
perkembangan yang begitu cepat,dan hal yang paling menonjol perkembangannya adalah bagian
sistem yang berkaitan dengan kelistrikan.Hal ini terjadi karena bagian ini mudah untuk dilakukan
inovasi.Namun kemudhan ini bukan berarti bahwa mempelajari sistem ini mudah ,tapi justru
sebaliknya .Karena kelistrikan itu sesuatu yang tidak terlihat,sehingga dalam mempelajarinya
memerlukan riset terlebih dahulu,dan jika tidak melakukan riset setidaknya pernah melakukan uji
coba sederhana. Seorang sarjana teknik mesin,harus memilik kemampuan dibidang ini. Karena
mereka kedepannya merupakan calon –calon pendidik dan bahkan tidak menutup kemungkinan
akan bekerja di perusahaan –perusahaan otomotif.dan apabila kemampuan ini tidak dimliki maka
kita akan tersingkirkan oleh lulusan-lulusan perguruan tinggi yang lain.
Dalam makalah ini akan dibahas mengenai sistem pengapian,dimana sistem ini merupakan
sistem yang sangat penting ,karena tanpa sistem ini mobil tidak akan dapat bergerak.
Mobil bergerak karena ada proses pembakaran, pembakaran terjadi karena ada suatu sistem yang
membuat terjadinya proses pembakaran,dan sistem tersebut adalah sistem pengapian.
BAB II.
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian
Ada tiga sarat suatu pembakaran dapat terjadi yakni ada bahan bakar,udara dan ada api.Api
dalam pembakaran tidak mungkin muncul dengan begitu saja,pasti ada sebab
kemunculannya.Untuk memunculkan api ini maka perlu dibuat suatu sistem yang disebut sistem
pengapian.Jadi sistem pengapian adalah suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang
memilki fungsi yang berbeda yang dirangkai sedemikian rupa sehinga menjadi memiliki satu
fungsi yakni memercikan bunga api.

2.2.Fungsi Sistem Pengapian

Sistem pengapian pada motor bensin berfungsi mengatur proses pembakaran campuran
bensin dan udara di dalam silinder sesuai waktu yang sudah ditentukan yaitu pada akhir langkah
kompresi. Permulaan pembakaran diperlukan karena, pada motor bensin pembakaran tidak bisa
terjadi dengan sendirinya. Pembakaran campuran bensin-udara yang dikompresikan terjadi di
dalam silinder setelah busi memercikkan bunga api, sehingga diperoleh tenaga akibat pemuaian
gas (eksplosif) hasil pembakaran, mendorong piston ke TMB menjadi langkah usaha .Sedangkan
pada motor diesel udara dikompresikan dengan tekanan yang tinggi sehingga menjadi sangat
panas, dan bila bahan bakar disemprotkan ke dalam selinder akan terbakar.
Agar busi dapat memercikkan bunga api, maka diperlukan suatu sistem yang bekerja
secara akurat. Sistem pengapian terdiri dari berbagai komponen, yang bekerja bersama-sama
dalam waktu yang sangat cepat dan singkat

2.3. Cara kerja system pengapian

Agar sistem pengapian bisa berfungsi secara optimal, maka


sistem pengapian harus memiliki kriteria seperti di bawah ini:
1. Percikan Bunga Api Harus Kuat
Pada saat campuran bensin-udara dikompresi di dalam silinder, maka kesulitan utama yang
terjadi adalah bunga api meloncat di antara celah elektroda busi sangat sulit, hal ini disebabkan
udara merupakan tahanan listrik dan tahanannya akan naik pada saat dikompresikan. Tegangan
listrik yang diperlukan harus cukup tinggi,
sehingga dapat membangkitkan bunga api yang kuat di antara celah elektroda busi Terjadinya
percikan bunga api yang kuat antara lain dipengaruhi oleh pembentukan tegangan induksi yang
dihasilkan oleh sistem pengapian. Semakin tinggi tegangan yang dihasilkan, maka bunga api
yang dihasilkan bisa semakin kuat. Namun secara garis besar agar diperoleh tegangan induksi
yang baik dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini:
a. Pemakaian koil pengapian yang sesuai
b. Pemakaian kondensor yang tepat
c. Penyetelan saat pengapian yang sesuai
d. Penyetelan celah busi yang tepat
e. Pemakaian tingkat panas busi yang tepat
f. Pemakaian kabel tegangan yang tepat

2. Saat Pengapian Harus Tepat


Untuk memperoleh pembakaran, maka campuran bensin-udara yang paling tepat, maka
saat pengapian harus sesuai dan tidak statis pada titik tertentu, saat pengapian harus dapat
berubah mengikuti berbagai perubahan kondisi operasional mesin.
Saat Pengapian (Ignition Timing)
Saat pengapian dari campuran bensin dan udara adalah saat terjadinya percikan bunga api
busi beberapa derajat sebelum Titik Mati Atas (TMA) pada akhir langkah kompresi. Saat
terjadinya percikan waktunya harus ditentukan dengan tepat supaya dapat membakar
dengan sempurna campuran bensin dan udara agar dicapai energi maksimum

Gambar Batas TMA dan TMB piston

Setelah campuran bahan bakar dibakar oleh bunga api, maka diperlukan waktu tertentu bagi api
untuk merambat di dalam ruangan bakar. Oleh sebab itu akan terjadi sedikit keterlambatan antara
awal pembakaran dengan pencapaian tekanan pembakaran maksimum. Dengan demikian, agar
diperoleh output maksimum pada engine dengan tekanan pembakaran mencapai titik tertinggi
(sekitar 100 setelah TMA), periode perambatan api harus diperhitungkan pada saat menentukan
saat pengapian (ignition timing). Karena diperlukannya waktu untuk perambatan api, maka
campuran bahan bakar – udara harus sudah dibakar sebelum TMA. Saat mulai terjadinya
pembakaran campuran bahan bakar dan udara tersebut disebut dengan saat pengapian (ignition
timing). Agar saat pengapian dapat disesuaikan dengan kecepatan, beban mesin dan lainnya
diperlukan peralatan untuk merubah (memajukan atau memundurkan) saat pengapian. Salah satu
diantaranya adalah dengan menggunakan vacuum advancer dan governor advancer untuk
pengapian konvensional. Dalam sepeda motor biasanya disebut dengan unit pengatur saat
pengapian otomatis atau ATU (Automatic Timing Unit). ATU akan mengatur pemajuan saat
pengapian. Pada sepeda motor dengan sistem pengapian konvensional (menggunakan platina)
ATU diatur secara mekanik sedangkan pada sistem pengapian elektronik ATU diatur secara
Elektronik.

3. Sistem Pengapian Harus Kuat dan Tahan


Sisem pengapian harus kuat dan tahan terhadap perubahan yang terjadi setiap saat pada
ruang mesin atau perubahan kondisi operasional kendaraan; harus tahan terhadap getaran, panas,
atau tahan terhadap tegangan tinggi yang dibangkitkan oleh sistem pengapian itu sendiri.
Komponen-komponen sistem pengapian seperti koil pengapian, kondensor, kabel busi (kabel
2.4 Nama komponen system pengapian
1. Baterai
Baterai berfungsi sebagai penyimpan arus listrik. terutama pada motor injeksi. Hal ini terjadi
karena baterai merupakan komponen yang penting untuk mengaktifkan ECU.
2. Spul & Rotor magnet
Selanjutnya ada Spul & Rotor magnet. Tujuan komponen ini mengubah putaran dari poros
engkol mesin menjadi listrik AC. Listrik ini yang menjadi sumber tenaga dari sistem pengapian.
Spul adalah komponen berbentuk kumparan statis yang terletak didalam rotor magnet, sementara
rotor magnet adalah magnet berbentuk tromol yang terhubung ke poros engkol mesin.
Sementara itu Rotor ini memiliki magnet permanen sehingga ketika poros mesin hidup, spul
akan langsung meghasilkan arus.
3. Pulse igniter/pick up coil
Fungsi komponen ini berfungsi sebagai penjemput sinyal yang menunjukan timming pengapian
mesin.
Cara kerjanya hampir sama seperti spul. Namun fungsinya lebih sederhana. Dalam satu putaran
engkol, itu hanya terjadi satu kali perpotongan.
Sehingga bukan arus listrik yang dikirimkan, melainkan sebuah sinyal PWM yang menunjukan
RPM mesin dan timming pengapian.
4. Voltage converter
Pengkonversi tegangan diperlukan untuk memaksimalkan arus discharge. Hal ini terjadi karena
pengapian CDI motor, induksi akan terjadi justru ketika arus primer dialiri oleh arus discharger.
Namun agar induksi berjalan dengan maksimal dan cepat, maka arus discharge yang mengalir ke
kumparan primer juga harus bertegangan lebih tinggi.
5. CDI unit
CDI unit ini bisa dibilang menjadi modul utama dari sistem pengapian CDI. Fungsinya yaitu
sebagai penyalur tegangan ke coil melalui prinsip discharge.
6. Kunci kontak
Selanjutnya kunci kontak yang berfungsi sebagai saklar utama sistem pengapian.
Untuk lebih jelasnya kunci kontak ini berada di tempat Anda memasangkan kunci motor Anda di
motor.
Saat kunci kontak off, apa bisa kita hidupkan mesin ? tentu tidak. Meski spul menghasilkan arus
listrik namun karena kunci kontak masih off maka CDI tidak akan memperloleh arus listrik.
7. Sekering
Fungsi komponen ini sebagai pengaman rangkaian kelistrikan dari short to ground atau
kosleting. Termasuk pada sistem pengapian.
Cara kerja dari sekering ini adalah dengan memutuskan kawat tipis di dalam fuse secara otomatis
ketika arus yang melewati melebihi batas kemampuan fuse.

8. Ignition coil
Ignition coil ini berfungsi menaikan tegangan kelistrikan motor, menjadi tegangan super tinggi
mencapai 200 KV melalui proses induksi spontan. Prinsip kerjanya hampir sama dengan trafo
step up.
9. Kabel busi
Selanjutnya fungsi dari kabel busi ini sebagai penyalur listrik bertegangan tinggi dari ignition
coil.
Kabel busi memang memiliki bentuk seperti kabel pada umumnya, namun kabel ini memiliki
diameter lebih besar.
Mungkin bisa sampai 5 mm. Biasanya kabel busi menggunakan satu helai kawat tembaga dengan
diameter besar, dan ada beberapa helai serabut tembaga yang mengitarinya.
Kawat tersebut digunakan untuk mengalirkan tegangan dari coil dan serabut tembaga disekitar
kawat utama digunakan untuk mencegah terjadinya penurunan tegangan.
10. Cop busi
Cop busi ini adalah ujung dari kabel busi yang ditempelkan pada ujung busi. Meski fungsinya
hanya sebagai penghubung antara kabel busi dan busi, bentuk cop busi ini tidak boleh
sembarangan.
Karena kalau kawat dari kabel busi tidak melekat dengan sempurna ke konduktor didalam cop
busi maka tegangan yang sampai ke busi menjadi lebih kecil.
11. Busi
Fungsi busi adalah untuk memercikan api didalam ruang bakar yang didapat dari skema induksi
elektromagnet pada coil.
Cara kerja busi adalah dengan mendekatkan elektroda yang bermuatan positif ke masa yang
bermuatan negative.
2.5 Pemeliharaan

PERAWATAN BERKALA SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK

SEPEDA MOTOR

Setelah pengembangan teknologi control mekanis berhenti karena menemui berbagai


keterbatasan, teknologi control elektronik muncul dan menggantikannya. Sejak dimulainya
aplikasi control elektronik di dunia otomotif perkembangannya sangat pesat hingga saat ini.
Kinerja pengapian elektronik relative lebih sederhana dan lebih stabil dan dapat diandalakan di
berbagai kondisi. Untuk perawatan system pengapian elektronik secara berkala juga semakin
sederhana.
Sistem pengapian elektronik sudah berkembang sangat lama, yaitu sejak puluhan
tahun yang lalu. Ada beberapa macam system pengapian elektronik, namun yang paling popular
dan banyak di ketahua masyarakat adalah Capasitor Dishcharge Ignition (CDI). Sebelum kita
melangkah lebih jauh, mari kita berdo’a kepada Allah SWT sebagai rasa syukur kita atas nikmat
ilmu yang telah kita dapatkan.
A. Komponen Sistem Pengapian Elektronik

Sebagai sebuah system, system pengapian elektronik terdirir dari beberapa


komponen. Beberapa komponen diantaranya memiliki kesamaan dengan komponen pengapian
konvensional. Perbedaan utama antara pengapian konvensional dan elektronik terletak pada
piranti
elektroniknya. Mari kita pelajari komponen-komponen system pengapian elektronik
1. Busi
Busi adalah komponen pengapian elektronik yang berfungsi sebagai penghasil
percikan bunga api dalam silinder. Beberapa tahun ini marak busi yang menggunakan
resistor yang berfungsi untuk mengurangi efek dari gelombang elektro magnetic, pada
berbagai komponen sepeda motor. Beberapa komponen yang sensitive terhadap
gelombang elektro magnetic busi yaitu sensor-sensor, speedo meter digital (elektrik), panel
instrument digital dan komponen lainnya.
 

Busi dengan resistor memang digunakan untuk seoeda motor dengan


penggunan komponen tersebut, maka jika busi kendaraan rusak (mati) jangan pernah
mengganti dengan busi tanpa resistor karena akan menggangu beberapa komponen tadi.
Untuk mengetahui busi dengan resistor cukup melihat kode “R” yang di pasang pada kode
busi, contoh busi tanpa resistor akanmemberikan kode C6HSA maka busi dengan resistor
akan tertulis CR6HSA.
2. Koil, kabel busi dan tutp busi
Ketiga komponen ini masih sama dengan komponen pengapian konvensional,
ketiganya berfungsi untuk membangkitkan tegangan tinggi dan mengalirkan ke busi.
Konstruksinyapun serupa, yaitu kabel busi dank oil menyatu, sedangkan tutp busi bisa
dilepas dari kabel busi
Koil CDI mempunyai ciri hanya memiliki satu terminal kabel. Sedangkan koil
yang digunakan pada system pengapian Transistor (Transistor Controlled Ignition/TCI),
konstruksi dan spesifikasi sedikit berbeda. Perbedaan terjadi karena cara kerja kedua
komponen juga berbeda (nanti akan di bahas pada sub bab berikutnya). Pada koil system
CDI, kabel terhubung dengan output CDI.
 

Dua Koil TCI masing-masing terhubung dengan dengan tegangan 12 V Baterai


dan massa. Massa TCI tidak langsung terhubung dengan body kendaraan, tetapi
dihungungkan dengan modul khusus. Sedangkan hambatan kumparan primer koil TCI
lebih besar daripada kumparan primer koil system CDI.
3. Komponen Pengontrol Waktu Pengapian
Ada dua macam komponen pengontrol waktu pengapian yang digunakan
system elektroni, yaitu komponen pengontrol yang menggunakan CDI dan TCI. CDI
umumnya mempunyai warna hitam dan memiliki satu soket kabel. CDI biasanya berbentuk
kotak dan bagian luarnya terbuat dari plastic keras.CDI adalah rangkaian kelistrikan yang
dibuat pada sebuah PCB. Komponen CDi sangat bermacam-macam dan bervariasi
tergantung jenis CDI dan sepeda motornya. CDI dirancang untuk tidak diperbaiki, maka
jika CDI rusak harus diganti.
 

Sebagian besar sepeda motor (Karburator) menggunakan CDI. CDI hampir


sama dengan TCI, hanya saja komponen penyusun saja yang berbeda. TCI menggunakan
Transistor, resistor,IC dan komponen lainnya.biasanya TCI lebih banyak digunakan pada
sepeda motor Injeksi, yang mana TCI menjadi satu dengan ECU.
4. Sumber Tegangan Primer Sistem Pengapian Elektronik
Sama seperti pengapian konvensional, ada dua macam tegangan primer yang
digunakan system pengapian elektronik, yaitu dari baterai dan kumparan pengapian.
 

Sistem CDI yang menggunakan sumber tegangan primer dari kumparan pengapian disebut
dengan CDI AC. Penamaan itu karena kumparan pengapian menghasilkan arus AC.
Sedangkan system pengapian yang sumber tegangan primernya dari baterai di sebut system
CDI DC. Penyebutan ini di karenakan arus yang dikeluarkan oleh baterai berupa tegangan
DC.
Khusus untuk system pengapian TCI atau yang di control langsung oleh ECU,
tegangan primer selalu beasal dari baterai. Arus yang berasal dari baterai cenderung lebih
stabil dan berupa arus searah murni. Oleh karena itu, hampir semua kendaraan modern
lebih banyak menggunakan system pengapian baterai daripada system pengapian dengan
kumparan pengapian. Pada system CDI ACpun, arus listrik yang dihasilkan kumparan
primer akan diubah menjadi arus searah oleh diode. Jadi dengan penggunaan arus searah
tidak lagi dibutuhkan komponen pengubah arus AC menjadi DC.
5. Pickup Coil/Pulser Coil
Komponen picup/pulser coil hanya digunakan pada pengapian elektronik,
seperti CDI ataupun TCI. Komponen ini berfungsi memberikan signal kepada modul
pengapian CDI dan TCI yang digunakan sebagai pedoman menentukan waktu yang tepat
memercikan bunga api di busi.
 

Pada dasarnya komponen ini berupa kumparan dan saat bekerja akan
menghasilkan tenaga listrik yang kecil untuk di jadikan sinyal waktu pengapian. Pickup
coil biasanya terpasang diruang magnet/rotor. Cara kerja pickup koil sangat sederhana,
yaitu bila tonjolan yang ada di magnet melewati pickup coil, pickup coil akan
membangkitkan tenaga listrik. Tegangan listrik ini yang di kirim ke CDI atau TCI dan
memicu proses pengapian.
6. Komponen lainnya
Kunci kontak, sekring dan rangkaian kabel termasuk dalam komponen system
pengapian yang mengatur kerja system pengapian secara tidak langsung. Kunci kontak
berfungsi mengalirkan dan memutus aliran arus listrik ke system pengapian.
 

Sekring berfungsi melindungi system pengapian dan komponen-komponennya


bila terjadi hubungan pendek.
Rangkaian kabel berfungsi menghubungkan kabel berfungsi menghubungkan
komponen-komponen pengapian hingga membentuk sebuah system pengapian.
 

Selain komponen-komponen tadi, pada sepeda motor tertentu masih ada


komponen tambahan yang berfungsi sebagai komponen pengaman. Contohnya sakelar
standart samping yang akan memutus arus pengapian saat standar samping belum
dilipat/dinaikkan.
 

B. Prinsip Kerja Sistem Pengapian Elektronik


Sistem pengapian elektronik berbeda dengan system pengapian konvensional.
Yangmana pada sistem pengapian elektronik sudah menggunakan sakelar elektronik untuk
memutuskan dan menyambungkan aliran arus listrik yang mengalir ke kumparan primer.
Betikut penjelasan lebih lengkap tentang kedua sistem pengapian elektronik tersebut :
1. Sistem Pengapian CDI (Capasitor Discharge Ignition)
Sistem CDI adalah sistem pengapian yang sering digunakan pada sepdeda
motor kecil diindonesia. Tegangan yang dihasilkan daris sistem CDI sebesar 40 KV dan
stabil, sehingga proses pembakaran menjadi sempurna. Pembakaran yang sempurna akan
mengurangi endapan karbon di ruang bakar dan busi. CDI idak memerlukan penyetelan
pada sistem platina. Fungsi pada platina telah digantikan Thyristor sebagai saklar
elektronik dan pulser coil atau pickup coil yang dipasang didekat flywell generator atau
rotor alternator. Kelebihan sistem pengapian CDI disbanding pengapian konvensional
antara lain adalah :
a. Tidak membutuhkan penyetelan waktu pengapian karena waktu pengapian telah diatur
secara otomatis oleh komponen lektronik
b. Lebih stabil karena tidak terjadi loncatan bunga api pada platina di sistem pengapian
konvensional.
c. Mesin lebih mudah distater karena tidak tergantung pada kondisi platina.
d. Unit CDI dikemas dalam kontak plastic keras yang dicetak sehingga lebih tahan
terhadap air dan guncangan .
e. Perawatan lebih mudah karena tidak menggunakan platina yang dapat aus.
Sistem CDI terdiri dari sebuah Thyristor atau sering disebut sebagai Silicon-
Controlled Rectifier (SCR) sepasang diode, sebuah capasitor dan rangkaian tambahan
untuk mengontrol pemajuan pengapian. SCR adalah komponen elektronik sebagai saklar
elektronik. Capasitor adalah merupakan komponen yang dapat menyimpan energy listrik
dalam jangka waktu tertentu. Sistem CDI dibedakan menjadi dua, yaitu sistem CDI AC
dan CDI DC.
a. Sistem Pengapian CDI AC (Bolak balik)

Sistem pengapian CDI AC adalah sistem pengapian elektronik yang suplai


arus listriknya berasal dari Source Coil (Kumparan Pengapian) dalam Flywell magnet
(Flywell Generator).
Pada saat magnet permanen (rotor) berputar akan dihasilkan arus listrik
AC dalam bentuk induksi listrik dari kumparan pengapian. Arus listrik tersebut akan
mengalir ke CDI dengan tegangan 100-400V. Selanjutnya arus listrik diubah menjadi
arus listrik searah (DC) oleh diode kemudian disimpan dalam kapasitor. Kapasitor
tersebut tidak akan melepaskan arus listrik yang disimpan sebelum SCR bekerja.
Pada saat pickup coil akan menghasilkan arus signal. Arus signal ini akan
mengalir ke gerbang (gate) SCR. Dengan adanya pemicu (Trigger) dari gerbang
tersebut, SCR menjadi aktif dan menyalurkan arus listrik dari Anoda (A) ke Katoda
(K). Aktifnya SCR menyebabkan kapasitor melepaskan arus listrik (discharge) dengan
cepat. Arus listrik tersebut mengalir ke kumparan primer koil dan membangkitkan
tegangan sebesar 100-400 V sebagai tegangan induksi sendiri (Lihat arah anak panah
aliran arus pada kumparan primer koil). Akibat induksi diri dari kumparan primer,
kemudian terjadi induksi pada kumparan sekunder dengan tegangan sebesar 12-20 KV.
Tegangan tinggi tersebut selanjutnya mengalir kebusi dalam bentuk loncatan bunga api
yang akan memicu proses pembakaran campuran bahan bakar dan udara dalam ruang
bakar.
 

Dihasilkannya tegangan tinggi pada koil terjadi saat pickup coil dilewati
oleh (tonjolan) magnet. Hal ini berarti waktu pengapian (Ignition Timing) ditentikan
oleh lokasi pe,asangan Pickup Coil, sehingga sistem pengapian CDI tidak membutuhka
penyetelan pengapian. Pemajuan waktu pengapian terjadi secara otomatis yaitu
sewaktu pengapian dimajukan bersamaan dengan bertambahnya tegangan pickup coil
akibat kecepatan poros engkol. SCR pada sistem pengapian CDI beerja lebih cepat dari
platina dan kapasitor melakukan pengosongan arus sangat cepat, sehingga kumparan
sekunder coil terinduksi dengan cepat dan mampu menghasilkan tegangan yang cukup
tinggi untuk memercikkan bunga api di busi.
b. Sistem Pengapian CDI DC (Searah)
Sistem pengapian CDI DC tidak jauh beda dengan sistem CDI AC,
perbedaan utamanya terletak pada sumber arus pengapian yang digunakan. Cara
kerjanya juga sangat identik dengan sistem CDI AC. Pada sistem CDI DC terdapat
tambahan komponen yaitu DC Inverter yang berfungsi menaikan tegangan baterai dari
12V menjadi 350V. tegangan baterai perlu dinaikkan karena tidak cukup besar untuk
membangkitkan induksi diri pada kumparan sekunder koil. Tegangan yang sudah
dinaikkan.
 

Proses selanjutnya sama dengan yang terjado pada sistem CDI AC, yaitu
tegangan yang sudah dinaikkan disearahkan kembali oleh diode dan disimpan di dalam
kapasitor. Tegangan tinggi yang dihasilkan oleh inverter masih perlu diserahkan karena
setelah di naikkan tegangan berubah menjadi tegangan AC. Bila pickup coil
menghasilkan arus arus listrik dan mengalir ke gerbang SCR, SCR menjadi aktif.
Akibatnya muatan listrik yang tersimpan di dalam kapasitor akan langsung mengalir
ke kumparan primer koil. Aliran listrik di kumparan primer akan memicu induksi pada
kumparan sekunder dan dihasilkan tegangan tinggi yang mengalir ke busi.
Untuk CDI modern tidak lagi hanya menggunakan sinyal analog, tetapi
sudah menggunakan metode digital. Beberapa CDI ditambahi beberapa fungsi
pengontrolan lain, seperti kipas radiator atau pengapian sesuai dengan bukaan katup
gas (Pengapian Variable).
2. Sistem Pengapian TCI (Transistor Controlled Ignition)
Sistem engapian TCI akhir-akhir ini mulai marak digunakan di sepeda motor
seiring dengan perkembangan teknologi transistor dan perkembangan metode
pengontrolan dari metode analog menjadi digital. Secara sederhana sistem pengapian TCI
 

menggunakan transistor untuk memutuskan dan mengalirkan arus listrik pada kumparan
primerkoil.
Perbedaan sistem pengapian TCI dan CDI adalah, pada pengapian TCI
menggunakan prinsip Field Collaps (menghilangkan kemagnetan), sedangkan pada CDI
membangkitkan kemagnetan field built-up (membangkitkan kemagnetan).
Perbedaan lainnya yaitu pada jenis Coil yang dipakai dan bagaimana cara
membangkitkan tegangan tinggi pada coil. Sistem tegangan TCI menggunakan pickup coil
untuk mendeteksi waktu pengapian dan membangkitkan tegangan tinggi pada kumparan
sekunder koil. Selain itu komponen lain yang berperan sangat penting adalah transistor.
Cara kerja sistem pengapian TCI yang terdapat dalam gambar diatas dapat dijelaskan
sebagai berikut : saat kunci kontack (switch) dalam posisi on, aus listrik dari baterai akan
mengalir ke basis transistor pertama (TR1). Adanya aliran arus listrik di basis TR1
menyebabkan transistor aktif (on), sehingga arus listrik dari baterai juga ikut mengalir pada
kumparan primer koil.
Saat mesin mulai berputar, reluctor juga akan ikut berputar dan pickup koil
akan mengirimkan sinyal (tegangan listrik) ke basis transistor kedua (TR2). TR2 menjadi
aktif (on) sehingga arus listrik dan baterai yang mengalir dari basis TR1 menjadi terhenti
dan TR1 menjadi tidak aktif (off ). Karena TR1 tidak aktif, otomatus arus listrik dari Baterai
tidak dapat mengalir ke kumparan primer koil. Hilangnya arus secara tiba-tiba pada
kumparan primer koil akan menimbulkan induksi bersama pada kumparan seconder coil.
Induksi bersama tersebut akan membangkitkan tegangan listrik yang tinggi pada kumparan
sekunder. Tegangan tersebut selanjutnya di alikan ke busi sehingga timbul percikan bunga
api pada TR2 sehingga kumparan primer teraliri arus listrik kembali.
Perbedaan sistem pengapian CDI dan TCI yaitu :
a. Pada sistem CDI kumparan primer hanya dialiri arus listrik saat kapasitor
melepaskan muatannya sedangkan pada sistem TCI kumparan primernya
selalu dialiri arus listrik sejak kunci kontak dalam posisi on.
 

b. Pada sistem CDI, pickup coil I gunakan sebagai pemicu untuk melepaskan
muatan listrik kapasitor, sedangkan pada sistem TCI pickup koil digunakan
untuk memutuskan aliran arus listrik di kumparan primer.
c. Sistem TCI tidak menggunakan inverter untuk menaikkan tegangan yang akan
di alirkan ke kumparan primer koil.
d. Sumber tegangan pada sistem TCI harus selalu tersedia sehingga harus
menggunakan baterai. Jika tidak, sistem pengapian tidak akan dapat bekerja.
e. Pada sistem CDI, saat pelepasan muatan kapasitor akan menghasilkan
gelombang electromagnet yang cukup besar, sedangkan pada sistem TCI
hanya menghasilkan sedikit gelombang electromagnet.
Sistem injeksi sekarang banyak ditinggalkan, terutama bagi sepeda motor
injeksi.
C. Perawatan Berkala Sistem Pengapian Elektronik
Sama seperti komponen sepeda motor lainnya, sistem pengapian elektronik juga
membutuhkan perawatan secara periodik, walaupun perawatannya sudah tidak sesulit
perawatan pengapian konvensional.
1. Pemeriksaan dan Penggantian Busi
Busi adalah satu-satunya komponen pengapian elektronik yang harus diganti
secara berkala. Bila mesin dalam kondisi normal, busi tidak perlu di setel dan di bersihkan,
cukup diganti jika sudah mencapai usia pakainya. Usia busi bermacam-macam, untuk
melihat berapa usianya maka perlu dilihat di buku pedoman pemilik.
Pemeriksaan busi sebaiknya menggunakan spark plug tester, khusus busi
beresistor maka penggantiannya juga harus menggunakan busi beresistor. Gunakan kunci
yang tepat untuk membuka busi, agar terhindar dari kerusakan alur pada busi. Untuk
memasang cukup menggunkan tangan kosong, baru menggunakan alat jika mulai
mengencangkan. Bila celah busi dirasa tidak sesuia dengan spesifikasi, maka perlu
dilakukan penyetelan dengan feeler gauge. Endapan
2. Pemeriksaan Kondisi Tutup Busi, Kabel Busi dan Koil Pemeriksaan tutup busi dapat
dilakukan secara visual dan menggunakan alat
ukur. Secara visul, lihat apakah ada retakan pada tutup busi. Perhatikan pula kemampuan
tutup busi untuk menutup busi. Kemudian ukur hambatan busi dengan alat uku, lihat di
buku manual apakah masih sesuai dengan standart.
Periksa juga kondisi kabel busi, apakah ada retakan. Seta lihat pada saat mesin
hidup, apakah adal loncatan bunga api yang keluar melalui kabel busi. Ukur pula hambatan
kabel busi, sesuaikan dengan standart yang ada di buku maual.
Perlu juga melakukan pengukuran hambatan pada koil, yaitu hambatan pada
kumparan primer dan pada kumparan sekunder. Nilai hambatai kumparan primer selalu
lebih kecil dari kumparan sekunder. Pada pengukuran hambatan kumparan primer, arahkan
selector pada posisi x1 dan arahkan pada x1k jika mengukur kumparan sekunder. Setelah
mengukur kumparan primer dan sekunder, kemudian bandingkan dengan nilai standar pada
buku manual.
3. Pemeriksaan Unit CDI atau TCI
Mayoritas CDI dan TCI tidak memerlukan pemerikasaan, komponen ini adalah
komponen terakhir yang diperiksa jika terjadi gangguan disistem pengapian. Bila CDI atau
TCI rusak, satu-satunya cara untuk memperbaiki adalah dengan acara mengganti denga
perangkat yang baru
4. Pemeriksaan Sumber Tegangan Sistem Pengapian (Baterai/Kumparan Pengapian)
Terdapat dua jenis suber tegangan sistem pengapian elektronik, yaitu baterai
dan generator. Bila memeriksa baterai basah maka prosedurnya adalah dengan melihat
kondisi fisik baterai, lalu melihat tegangan baterai juga melihat berat jenis air aki. Untuk
baterai MF cukup memeriksa kondisi fisik baterai dan tegangan saja.
Pemeriksaan kumparan pengapian (yang hanya digunakan sistem CDI AC)
dilakukan dengan mengukur nilai hambatan dan kontinutasnya. Bila didapatkan nilai
hambatan yang tidak sesuai spesifikasi, maka kumparan harus diganti.
5. Pemeriksaan Pickup Koil/Pulser Koil
Pada pemeriksaan kali ini cukup memeriksa kontinutasnya dan memeriksa
hambatannya. Jika sudah tidak sesuai dengan ukuran standartnya maka harus diganti
dengan baru.
6. Pemriksaan Sekering, Kunci kontak dan Rangkaian Kabel Untuk pemeriksaan sekering, kunci
kontak dan rangakaian kabel, cukup memeriksa kontinutasnya. Jika tidak sesai maka harus
dilakukan penggantian dengan yang
baru.
2.6 Gangguan pada system pengapian

NO GEJALA KEMUNGKINAN PENYEBAB CARA MENGATASI


1. Mesin tidak dapat hidup Busi mati atau deposit berlebihan. Ganti busi atau bersihkan.
(tidak ada percikan api di Kabel tegangan tinggi bocor Ganti kabel tegangan tinggi.
busi) berlebihan.
Rotor tidak terpasang. Pasang rotor.
Urutan pengapian tidak benar. Perbaiki urutan pengapian.
Platina terganjal kotoran. Bersihkan kotorannya.
Platina menutup terus atau membuka Setel celah platina atau sudut dwell
terus.
Koil mati. Ganti koil.
Kondensor mati. Ganti kondensor.
Konektor kabel lepas. Pasang konektor kabel yang lepas.
Kabel putus. Ganti atau perbaiki kabel yang
putus.
Kontak rusak. Ganti kontak.
2. Mesin sulit hidup Deposit (penumpukan kerak) dibusi Bersihkan atau ganti busi.
(percikan api dibusi kecil) berlebihan.
Kabel tegangan tinggi bocor. Ganti kabel tegangan tinggi.
Tutup distributor kotor. Bersihkan terminal ditutup
distributor.
Karbon ditutup distributor hilang. Pasang karbon atau ganti tutup
distributor.
Tutup distributor retak. Ganti tutup distributor.
Urutan pengapian tidak benar. Perbaiki urutan pengapian.
Kontak platina kotor. Bersihkan kontak atau ganti.
Setelan celah platina tidak tepat. Setel celah platina atau sudut dwell.
Saat pengapian tidak tepat. Stel saat pengapian.
Koil rusak. Ganti koil.
Kondensor rusak. Ganti kondensor.
Konektor kabel kotor. Bersihkan terminal konektor kabel.

NO GEJALA KEMUNGKINAN PENYEBAB CARA MENGATASI


3. Terjadi ledakan di knalpot Busi kotor. Bersihkan busi atau ganti busi
Platina kotor. Bersihkan platina atau ganti.
Saat pengapian terlalu mundur. Stel saat pengapian.
4. Terjadi ledakan di knalpot Kerja vacum advancer kurang Perbaiki mekanisme vacum
saat pedal gas dilepas sempurna. advancer.
5. Terjadi ledakan di knalpot Kerja centrifugal advancer kurang Perbaiki mekanisme centrifugal
saat pedal gas ditekan sempurna. advancer.
6. Busi cepat kotor Pemakaian busi yang tidak tepat Ganti busi dengan tingkat panas
yang tepat.
Platina kotor. Bersihkan atau ganti platina.
Saat pengapian tidak tepat. Stel saat pengapian.
7. Elektroda busi meleleh Pemakaian tingkat busi yang terlalu Ganti busi dengan tingkat panas
panas. busi yang lebih dingin.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan Setelah menyelesaikan tugas akhir “Troubleshooting Sistem Pengapian dan
Pengisian Sepeda Motor Yamaha Mio“ penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1.
Cara kerja sistem pengapian ketika arus masuk dari baterai melalui kunci kontak, dan CDI
mengalirkan arus menuju koil lalu diinduksi sehingga menghasilkan percikan bunga api pada
busi disaat yang tepat untuk membakar campuran bahan bakar dan udara di dalam didalam ruang
bakar. 2. Troubleshooting sistem pengapian yang sering terjadi berupa konsleting dan arus
meghilang secara tiba – tiba, hal ini dapat diketahui jika rutin melakukan pengecekan pada
komponen sistem pengapian, dengan cara memeriksa percikan bunga api melalui busi. 3. Cara
kerja sistem pengisian ketika mesin menyala alternator berputar dan menghasilkan tenaga listrik
untuk mengisi kembali baterai sekaligus mendukung kinerja baterai dan mensuplai kebutuhan
listrik ke sistem yang membutuhkannya pada saat sepeda motor dihidupkan

DAFTAR PUSTAKA
Apriaman, (2006), “media pembelajaran sistem pengapian konvensional” Tugas Akhir.
Universitas Negeri Semarang.

Arismunandar, (2002), „‟Motor Bakar Torak‟‟ ITB Bandung.

Fahrudin dkk, (2012), “penggunaan ignition booster dan variasi jenis busi terhadap torsi dan
daya mesin pada yamaha mio soul tahun 2010” Tugas Akhir. Universitas Sebelas Maret
Surakarta.

Ludfianto, (2013), “penggunaan twin spark ignition dengan konfigurasi berhadapan secara
horizontal pada motor yamaha f1zr dua langkah 110 cc ” Tugas Akhir. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.

Nurdianto, (2015), “pengaruh variasi tingkat panas busi terhadap performa mesin dan emisi gas
buang sepeda motor 4 tak” Tugas Akhir. Universitas Negeri Surabaya.
Prabowo, (2005), “sistem pengapian cdi pada honda gl pro 1997” Tugas Akhir. Universitas
Negeri Semarang.

Setiawan, (2015), „‟ kajian tentang penggunaan bahan bakar gas lpg dan pertamax plus terhadap
kinerja konsumsi bahan bakar dan emisi gas buang pada motor empat langkah 125 cc‟‟ Tugas
Akhir. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai