Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Energi dan Elektrifikasi Pertanian
Oleh:
BAB 1. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dilaksanakan praktikum Energi Fosil adalah sebagai berikut.
1. Agar mahasiswa memahami konsep konversi energi minyak menjadi
energi panas.
2. Agar mahasiswa mampu menghitung dan menaikkan efisiensi thermal
pada kompor bahan bakar minyak.
3. Agar mahasiswa memahami prinsip kerja lampu petromaks.
4. Agar mahasiswa mampu merancang sebuah sistem biogas yang dapat
dimanfaatkan sebagai energi alternatif.
3
BAB 2. METODOLOGI
2.2.1 Alat yang digunakan dalam praktikum energi fosil sebagai berikut.
1. Buah kompor masak
2. Tangki bahan bakar
3. Penggaris
4. Panci untuk menjerang air
5. Termometer
6. Selang
7. Pengukur waktu (stopwatch)
2.2.2 Bahan yang digunakan dalam praktikum energi fosil sebagai berikut.
1. Air
2. Bahan bakar minyak (minyak tanah)
4
Prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum Energi Air dapat dilihat pada
gambar 2.1
Mulai
Laporan Praktikum
Selesai
3.1 Hasil
3.2 Pembahasan
Hasil praktikum enegi fosil menggunakan bakan bakar minyak tanah dengan
pembahasan sebagai berikut.
6
Minyak Tanah
142,9 cm
89,3 cm
Kompor/Tungku
= . .
Keterangan :
Q = kalor yang diterima benda (Joule)
m = massa benda (Kg)
c = kalor jenis benda (J/kgoC)
t = kenaikan suhu (oC)
8
= .V
Qminyak = m. c. T2-1
= 0,0324 kg . 220 J/kgoC . (67-32)oC
= 0,0324 kg . 220 J/kgoC . 35 oC
= 248,48 Joule
2) Massa minyak = x Vminyak terbakar 2-3
= 0,8 g/cm3 x 32,4 cm3
= 25,92 gram
Qminyak = m. c. T3-2
= 0,02592 kg . 220 J/kgoC . (93-67)oC
= 0,02592 kg . 220 J/kgoC . 26 oC
= 148,26 Joule
Jadi besarnya panas yang dihasilkan oleh pembakaran minyak pada pengamatan
kedua dan ketiga adalah sebesar 248,48 ; 148,26 Joule
Sedangkan untuk percobaan yang kedua letak tangki minyak diletakkan lebih
rendah dengan jarak 89,3 cm di atas kompor, maka untuk mengetahui panas yang
dihasilkan adalah sebagai berikut.
1) Massa minyak = x Vminyak terbakar 1-2
= 0,8 g/cm3 x 8,1 cm3
= 6,48 gram
Qminyak = m. c. T2-1
= 0,00648 kg . 220 J/kgoC . (62-28)oC
= 0,00648 kg . 220 J/kgoC . 34 oC
= 48,47 Joule
2) Massa minyak = x Vminyak terbakar 2-3
= 0,8 g/cm3 x 8,1 cm3
= 6,48 gram
Qminyak = m. c. T3-2
= 0,00648 kg . 220 J/kgoC . (85-62)oC
= 0,00648 kg . 220 J/kgoC . 23 oC
= 32,78 Joule
10
Jadi besarnya panas yang dihasilkan oleh pembakaran minyak pada pengamatan
pertama dan kedua adalah sebesar 48.47 ; 32,78 Joule.
3.2.3 Panas yang Diserap Air pada Pengamatan Pertama sampai Pengamatan
Kedua
1) Massa air = x V
= 1 g/cm3 x 1000 cm3
= 1000 gram
Qair = m. c. T2-1
= 1 kg . 4200 J/kgC . (67-32)oC
= 1 kg . 4200 J/kgC . 35 C
= 147.000 Joule
2) Massa air = x V
= 1 g/cm3 x 1000 cm3
= 1000 gram
Qair = m. c. T3-2
= 1 kg . 4200 J/kgC . (93-67)oC
= 1 kg . 4200 J/kgC . 26C
= 109.200 Joule
Jadi besarnya panas yang diserap oleh air pada pengamatan pertama dan kedua ini
adalah sebesar 147.000 ; 109.200 Joule.
11
Sedangkan untuk percobaan yang kedua letak tangki minyak diletakkan lebih
tinggi dengan jarak 89,3 cm di atas kompor, maka untuk mengetahui panas yang
diserap air adalah sebagai berikut.
1) Massa air = x V
= 1 g/cm3 x 1000 cm3
= 1000 gram
Qair = m. c. T2-1
= 1 kg . 4200 J/kgC . (62-28)C
= 1 kg . 4200 J/kgC . 34 C
= 142.800 Joule
2) Massa air = x V
= 1 g/cm3 x 1000 cm3
= 1000 gram
Qair = m. c. T
= 1 kg . 4200 J/kgC . (85-62)oC
= 1 kg . 4200 J/kgC . 23C
= 96.600 Joule
Jadi besarnya panas yang diserap oleh air pada pengamatan pertama dan
kedua ini adalah sebesar 142.800 ; 96.600 Joule.
Perhitungan efisiensi termal tungku pada saat tangki minyak setinggi 142,9 cm di
atas kompor sebagai berikut.
Diketahui tinggi minyak pada saat awal sebelum dilakukan pembakaran
adalah 10,7 cm kemudian diakhir pembakaran tinggi minyak menjadi 7,1 cm,
sehingga dapat diketahui total minyak yang terbakar setinggi 3,6 cm. Kemudian
pada awal pembakaran suhu airnya 32C dan diakhir pengamatan suhunya 100C
sehingga diketahui perubahan suhunya sebesar 68C.
1)
V total minyak terbakar = V0 V1
= 866,7 cm3 761,4 cm3
= 105,3 cm3
T = T1 T0
= 100C 32C = 68C
Massa minyak total = x Vtotal minyak terbakar
= 0,8 g/cm3 x 105,3 cm3
= 84,24 gram
= 0,08424 kg
Q minyak total = m. c. T
= 0,08424 kg . 220 J/kgC . 68C
= 1260,23 Joule
Volume air pada saat awal pembakaran volumenya 1 L = 1000 cm3 dan setelah
terjadi pembakaran volumenya turun menjadi 0,85 L = 850 cm3. Jadi untuk kalor
total yang diserap air berdasarkan jumlah air yang teruapkan adalah sebagai
berikut.
1)
V total air teruapkan = V0-V1
= 1000 cm3- 850 cm3
= 150 cm3
13
T = T1-T0
= 100C 32C
= 68C
Massa air teruapkan =xV
= 1 g/cm3 x 150 cm3
= 150 gram
= 0,15 kg
1)
V total minyak terbakar = V0 V1
= 923,4 cm3 891 cm3
= 32,4 cm3
T = T1 T0
= 100C 28C = 72C
14
T = T1-T0
= 100C 28C
= 72C
Massa air teruapkan =xV
= 1 g/cm3 x 140 cm3
= 140 gram
= 0,14 kg
Untuk menaikkan efisiensi dari sebuah tungku yaitu dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai cara yaitu dengan memperhitungkan bahan konstruksi
tungku, bahan bakar (biomassa), rasio pencampuran bahan bakar dengan udara,
luas permukaan penghantar panas (konduktor) dan perawatan. Bahan konstruksi
tungku yang terbuat bahan-bahan konduktor atau penghantar panas yang mampu
menghantarkan panas dengan baik dan dapat menghasilkan rendemen panas yang
tinggi seperti contohnya alumunium, besi, dan logam lainnya. Bahan biomassa
juga berpengaruh terhadap efisiensi tungku. Misalnya dengan menggunakan
biomassa atau bahan bakar yang memiliki kandungan gas metan tinggi maka
menghasilkan suhu yang tinggi serta dapat menghemat pennggunaan bahan bakar
karena terjadi pembakaran sempurna. Pengaturan nosel juga berpengaruh pada
pembakaran yaitu pencampuran atau rasio antara udara (oksigen) dan bahan bakar
harus tepat guna sehingga bahan bakar yang dikeluarkan terbilang irit. Selain itu,
dapat juga dilakukan dengan membuat luas permukaan yang lebih besar karena
semakin besar luas permukaan maka perambatan panas menjadi lebih besar pula.
Daya hantar panas akan lebih cepat apabila terdapat konduktor yang besar. Hal
yang harus diperhatikan lainnya yaitu perawatan tungku. Jika perawatannya baik
dan teratur maka umur tungku akan lebih lama dan tingkat efisiensinya akan
meningkat karena bagian-bagian tungku bekerja dengan optimal.
3.2.6 Perubahan Energi Minyak Menjadi Energi Cahaya Pada Lampu Petromaks
menyala. Untuk menghasilkan nyala yang besar maka dibutuhkan luas permukaan
yang besar pula. Agar energi pembakaran kecil, maka massa benda yang
dibakarpun harus kecil. Mengingat prinsip inilah maka kaos lampu petromax
dibuat seperti Gambar 3 dibawah. Setelah terbakar, maka kain katun akan habis
dan tinggalah oksida logam yang rapuh. Sehingga setelah sekali dibakar, kaos
lampu petromax ini harus dilindungi dari tiupan angin dan atau goncangan agar
tidak hancur (Burhanuddin, Tanpa Tahun : 2).
Prinsip kerja dari lampu petromaks yaitu yaitu tangki bahan bakar
bertekanan untuk sekitar 2 atmosfer (2 bar, atau 30 psi) dengan udara yang dibuat
dengan pompa tangan. Tekanan ini digunakan untuk memaksa cairan minyak
tanah menjadi uap. Awalnya, alat penguap harus dipanaskan terlebih dahulu
sehingga merubah minyak tanah menjadi gas sebelum menyalakan bahan/kaos
petromak. Preheating ini dapat dicapai dengan membakar alkohol yang
dituangkan dalam suatu cangkir preheating yang terletak di dasar alat penguap
atau dibawah kaus. Setelah beroperasi, panas dari pijaran api biru (terbungkus
dalam kaus) digunakan untuk mengubah minyak tanah cair menjadi gas/uap yang
naik melalui alat penguap. Minyak tanah cair menjadi uap pada suhu sekitar
250C, sekitar setengah jalan ke puncak alat penguap. Uap Minyak tanah
melanjutkan perjalanan melalui alat penguap yang melingkar, dan mengalami
peningkatan suhu, sampai keluar dari lubang kecil di ujung alat penguap
mendekati kecepatan suara (1000 ft/sec).
Setelah keluar uap, minyak tanah mulai menyebar dan bercampur dengan
udara di ruang persegi kecil di sisi lampu petromak. Bercampurnya uap minyak
tanah dengan udara yang mengakibatkan bunyi mendesis lampu Petromaks pada
saat digunakan. Uap minyak tanah dan udara bergerak ke dalam tabung di mana
keduanya bercampur dalam satu aliran yang berputar (turbulen). Hal ini menjamin
pembakaran yang sempurna dan keluar dari nosel keramik, menghasilkan panas
dan nyala api warna biru yang bersih dan membakar kaos petromaks.
17
karbon dioksida (CO2) yang volumenya lebih besar dari gas hidrogen (H2), gas
nitrogen (N2) dan asam sulfida (H2S). Proses fermentasi memerlukan waktu 7
sampai 10 hari untuk menghasilkan biogas dengan suhu optimum 35C dan pH
optimum pada range 6,4 7,9. Bakteri pembentuk biogas yang digunakan yaitu
bakteri anaerob seperti, Methanobacterium, Methanobacillus, Methanococcus dan
Methanosarcina. Secara umum, reaksi pembentukan CH4 yaitu :
Sebagai contoh, pada pembuatan biogas dari bahan baku kotoran sapi atau
kerbau yang banyak mengandung selulosa. Bahan baku dalam bentuk selulosa
akan lebih mudah dicerna oleh bakteri anaerob. Reaksi pembentukan CH4 adalah:
(C6H10O5)n + n H2O 3n CO2 + 3n CH4
Agar proses produksi gas methan tersebut dapat maksimal maka kondisi
lingkungan harus dijaga karena bakteri metagonik ini senndiri sangat peka
20
terhadap oksigen, senyawa yang memiliki tingat oksidasi tinggi dan perubahan
pH. Hasil dari tahap inilah merupakan biogas yang dapat digunakan sebagai bahan
bakar pengganti bahan bakar minyak.
21
BAB 4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Mahandari, C.P. 2010. Fenomena Flame Lift-Up Pada Pembakaran Premixed Gas
Propana. [Artikel Online]. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/124886-
R020885-Perbandingan%20temperatur-Literatur.pdf. [Diakses pada tanggal
10 April 2017].
Price, E.C and Cheremisinoff, P.N. 1981. Biogas Production and Utilization. Ann
Arbor Science Publishers, Inc : United States of America