Anda di halaman 1dari 10

KONVERSI SAMPAH MENJADI ENERGI MENGGUNAKAN METODE

GASIFIKASI UNTUK PENANGGULANGAN SAMPAH HULU DI KECAMATAN


LENGKONG KOTA BANDUNG

A. Latar Belakang
Sampah merupakan masalah yang sering muncul di Negara Indonesia. Faktor
penyebabnya yaitu pertambahan penduduk dan perubahan pola konsumsi masyarakat
yang menimbulkan bertambahnya volume, jenis dan karakteristik sampah yang semakin
beragam. Salah satu upaya untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan dikonversi menjadi
energi panas menggunakan metode gasifikasi. Target EBT pada 2025 adalah 23 % dari
bauran energi Nasional (Kementerian ESDM, 2023). Upaya konversi energi tersebut
merupakan salah satu bentuk transisi energi menuju Energi Baru Terbarukan (EBT)
untuk mencapai target Pemerintah Republik Indonesia.
B. Biomassa
Biomassa merupakan produk fotosintesis, menyerap energi surya dan mengkonversinya
menjadi karbondioksida dengan air menjadi senyawa karbon, hidrogen dan oksigen.
Energi biomassa didapat dari sumber alam yang dapat diperbaharui
C. Teknologi Konversi Biomassa
1. Pembakaran langsung (paling sederhana)
2. Termokimiawi (memerlukan termal untuk memicu reaksi kimia)
3. Biokimiawi (mikroba)

D. Sampah Biomassa Padat


1. Biomassa Sawit
2. Biomassa Kelapa (serabut dan tempurung)
3. Biomassa jagung
4. Sampah Padat Perkotaan (RDF)
5. Residu dan Serbuk kayu (RDF)
E. Proses Gasifikasi pada Tungku Biomassa

Pirolisis
(proses pemecahan ikatan dari
padat menjadi gas)

Pembakaran
(proses oksidasi antara bahan
bakar dan oksidator)

Gasifikasi
(Gas sintetis atau syngas yang
memiliki nilai bakar)
 Pada proses pirolisis, biomassa ini secara alamiah akan terpirolisis pada tungku
biomassa natural draft ketika biomassa mulai mengalami kenaikan suhu atau
temperatur. Udara akan mengalir secara alami ke dalam reaktor melalui lubang
udara primer untuk memenuhi kebutuhan oksigen yang terbatas sehingga akan
menghasilkan gas. Pada peristiwa tersebut bahan bakar biomassa akan mengalami
pemecahan struktur kimia seperti karbon (C), hidrogen (H2), dan oksigen (O2)
yang berubah menjadi gas. Pada prinsipnya pirolisis merupakan proses
pemecahan ikatan dari padat menjadi gas
 pembakaran dapat didefinisikan sebagai proses reaksi kimia yang terjadi antara
bahan bakar dan oksidator yang menyebabkan lepasnya energi panas. Proses
pembakaran pada tungku biomassa natural draft ini terjadi ketika gas hasil pirolis
bereaksi dengan bahan bakar. Pembakaran (combustion) pada tahapan ini volatil
yang memiliki kandungan karbon (C) bereaksi dengan oksigen membentuk CO
dan CO2
 Proses gasifikasi pada bahan bakar biomassa menghasilkan gas yang sebagaian
besar terdiri dari H2, CO, dan CH4, emisi CO2 dan NO3, bahan padat (arang dan
abu). Proses Gasifikasi akan terjadi setelah proses pirolisis dan pembakaran
terjadi.

F. Tungku Biomassa
Tungku Biomassa (Natural Draft Stove)
Tujuannya untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi emisi

G. Spesifikasi
1. Tungku menggunakan bahan baku lembaran baja ringan dengan ketebalan 8 mm.
2. Tinggi total tungku adalah 45 cm dengan tinggi ruang bakar 35 cm.
3. Diameter luar dan diameter dalam kompor masing-masing adalah 15 cm dan 13,5
cm.
4. Pintu muat bahan bakar berukuran 7 cm x 13 cm, dilengkapi dengan 12 dan 40
lubang saluran masuk udara primer dan sekunder dengan diameter masing-masing
lubang 2 cm dan 8 mm.
Gambar 5.6. (a) Tungku Natural Draft dan (b) Sketsa Tungku Natural Draft
Sumber: Hasil Penelitian, 2023

Keterangan gambar :

1. Tempat memasukan bahan bakar


2. Lubang aliran udara primer
3. Ruang pembakaran (reaktor)
4. Lubang aliran udara sekunder

Tempat dengan temperatur rendah akan memiliki densitas udara yang lebih besar
dibandingkan dengan tempat dengan temperatur tinggi, sehingga udara akan bergerak atau
mengalir secara alami dari tempat yang temperaturnya rendah ke tempat yang bertemperatur
tinggi. Lubang aliran udara primer yang terletak di bagian bawah dibutuhkan untuk
melancarkan dan mempercepat proses pirolisis yang akan menghasilkan gas, sedangkan
aliran udara sekunder dibutuhkan untuk pembakaran sempurna gas hasil pirolisis biomassa
dan akan membakar gas tersebut sehingga menghasilkan nyala api. Lubang udara
pembakaran primer dan sekunder pada tungku akan mempengaruhi tingkat konsumsi bahan
bakar, daya api, temperatur nyala api serta efisiensi termal. Konsekuensinya, geometri
tungku, ukuran tungku, pintu muat bahan bakar, lubang aliran udara pembakaran dan grate
(alas bahan bakar) pada desain tungku harus dapat memastikan akomodasi udara pembakaran
dengan baik.

H. Metode Pengujian
Water Boiling Test (WBT): suatu metode pengujian unjuk kerja dengan cara
mendidihkan air yang berada dalam wajan atau panci, dengan tujuan untuk
mengetahui jumlah energi, efisiensi dan emisi yang dihasilkan oleh bahan bakar yang
ditransfer menuju wajan atau panci selama proses pembakaran (Subekti, 2012).
Parameter Pengujian (SNI 7926:2013)

Data
No Jenis Biomasa Standar SNI
Pengujian

1. Efisiensi termal (ηTh) [%] Minimum 20 26,49


Minimum 0,96 atau
2. Efisiensi pembakaran (ηc) [%] –
0,04

3. Konsumsi bahan spesifik (Sc) Maksimum 1


0,587
[kg/jam]

4. Emisi CO [g/kg] Maksimum 67 –

5. Emisi partikulat (PM 2,5) [mg/kg] Maksimum 1500 –

Parameter yang terdapat pada pengujian ini, yaitu :


a. Nyala Api
Nyala api yang dihasilkan dari setiap jenis biomassa akan diamati secara visual
dan akan berkaitan dengan kualitas pembakaran. Parameter ini diperlukan untuk
mengetahui suhu nyala api yang dihasilkan dari setiap jenis bahan bakar biomassa.
b. Waktu Start up (waktu penyulutan)
Parameter ini merupakan waktu yang diperlukan untuk menyalakan bahan
bakar sehingga gas-gas pirolisis diproduksi. Waktu start up diukur dari penyalaan
awal dengan pembakaran potongan kertas hingga timbulnya gas-gas pirolisis yang
dihasilkan hingga terbakar sempurna. Waktu start up berjalan saat kompor dingin
atau dimatikan dan melakukan penyulutan api terhadap bahan bakar. Parameter ini
diperlukan untuk perbandingan waktu penyulutan setiap jenis bahan bakar
biomassa.
c. Suhu air
Mengukur suhu awal air sebelum mendidih, dan mengukur suhu air saat
mendidih. Parameter ini digunakan untuk mengetahui titik didih air.
d. Suhu tungku
Mengukur suhu akhir tungku setelah pembakaran. Parameter ini digunakan
untuk mengetahui keakuratan suhu api dan tingkatan efisiensi jenis bahan bakar
biomassa yang digunakan.
e. Waktu mendidihkan air
Parameter ini merupakan waktu yang diperlukan untuk mendidihkan sejumlah
air dengan massa tertentu, diukur sejak panci diletakkan di atas kompor setelah
penyulutan api hingga air mencapai suhu ± 100 oC. Parameter ini diperlukan untuk
perbandingan waktu mendidihkan air setiap jenis bahan bakar biomassa.
f. Waktu Operasi
Parameter ini merupakan durasi waktu sejak gas-gas pirolisis timbul hingga
tidak nampak lagi gas tersebut diproduksi (berhentinya produksi gas ditunjukkan
dengan padamnya api karena volatile matter dalam bahan bakar habis dan hanya
tinggal char saja). Jadi waktu operasi dimulai dari waktu penyulutan api (waktu
start up) hingga api padam. Parameter ini diperlukan untuk perbandingan waktu
operasi setiap jenis bahan bakar biomassa
g. Massa bahan bakar
Menghitung massa awal bahan bakar sebelum pembakaran dengan neraca
digital dan menghitung bahan bakar yang tersisa (abu/arang) setelah pembakaran.
Parameter ini diperlukan untuk perhitungan dalam menentukan uji kinerja tungku
biomassa yaitu, konsumsi bahan bakar spesifik (Sc).
h. Massa air
Menghitung massa awal air sebelum mendidih dan menghitung massa akhir air
setelah mendidih. Parameter ini diperlukan untuk mengetahui jumlah air yang
menguap selama proses pendidihan.

I. Rumus yang digunakan


Rumus yang digunakan dalam pengujian ini, yaitu :
a. Sensible Heat
Sensible Heat adalah energi panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu air
yang diukur sebelum air mendidih dan sesudah mendidih. Hasil Sensible Heat akan
digunakan dalam perhitungan persamaan efisiensi termal. Sensible Heat dihitung
menggunakan persamaan sebagai berikut :
SH = Mw × Cp × (Tf – Ti) (4.1)
Keterangan :
SH = Sensible heat (kkal)
M𝑤 = Massa air, kg (1 kg/liter)
Cp = Panas spesifik air, 1 kkal/kg.°C / 4186 J
Tf = Suhu air mendidih (°C)
Ti = Suhu air sebelum mendidih (°C)
b. Latent Heat
Latent Heat adalah jumlah energi yang digunakan untuk menguapkan air.
Hasil Latent Heat akan digunakan dalam perhitungan persamaan efisiensi termal.
Latent Heat dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut :
LH = We × HFG (4.2)
Keterangan :
LH = Panas laten (kkal)
We = berat air yang menguap (kg)
HFG = Panas laten penguapan air, 539,4 kkal/kg (tabel entalpi uap)
c. Perhitungan efisiensi termal
Efesiensi termal adalah perbandingan antara nilai kalor yang diterima oleh air
dengan nilai kalor yang terkandung dalam bahan bakar. Hasil dari perhitungan
efisiensi termal akan menentukan kelayakan tungku biomassa sesuai SNI
7926:2013. Perhitungan efisiensi termal dilakukan dengan menggunakan
persamaan umum yang biasa digunakan metode Water Boiling Test (WBT) sebagai
berikut :
SH+ LH
η th= x 100 % (4.3)
mf x LHV
Keterangan :
ηth = Efisiensi termal (%)
SH = Sensible heat (kkal)
LH = Latent Heat/ Panas laten (kkal)
LHV = Heating value of fuel/ nilai kalor bahan bakar (kkal/kg)
mf = Weigh of fuel used/ berat bahan yang digunakan (kg)
d. Konsumsi Bahan Bakar Spesifik
Konsumsi bahan bakar spesifik atau (Sc) merupakan parameter unjuk kerja
tungku yang berhubungan dengan nilai ekonomis sebuah tungku, karena dengan
mengetahui hal ini dapat dihitung jumlah bahan bakar biomassa yang di butuhkan
untuk menghasilkan sejumlah daya dalam selang waktu tertentu. Hasil dari
perhitungan (Sc) akan menentukan kelayakan tungku biomassa sesuai SNI
7926:2016. Perhitungan konsumsi bahan bakar spesifik (Sc) dilakukan dengan
menggunakan persamaan umum yang biasa digunakan metode Water Boiling Test
(WBT) sebagai berikut.
∆ mk
Sc= (4.4)
∆t
Keterangan :
∆ mk = Massa bahan bakar yang telah digunakan saat pengujian (kg)
∆ t = lama waktu operasi pengujian (jam)

J. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan peneliti dalam pengujian sebagai berikut :
a. Kresek
b. karung
c. Palu
d. gergaji
e. pisau
f. Tungku biomassa Natural Draft Gasification
g. Termometer air raksa
h. Gelas ukur
i. Timbangan digital
j. Stopwatch
k. Panci alumunium
l. Tutup panci
m. Alat tulis
n. Kertas
o. Korek api
p. Baskom timbangan
q. Sarung tangan
Bahan yang digunakan dalam pengujian sebagai berikut :

a. Bahan bakar biomassa (kulit durian, batok kelapa, tongkol jagung, dan potongan
kayu)
b. Air
K. Diagram Alir Prosedur Pengujian
3.4.1. Analisis Proksimat
Analisis Proksimat dilakukan berdasarkan SNI 8021:2020 yang terdiri dari analisa
kadar air, analisa kadar bahan mudah menguap, analisa kadar abu, dan analisa fixed carbon.

a. Analisa kadar air, penetapan nilai kadar air dilakukan dengan 1 gram. Sampel
diletakkan diatas cawan porselen sebanyak 1 gram. Lalu dimasukkan ke dalam
oven dengan suhu sekitar 115 °C selama 3 jam sampai kadar air konstan. Setelah
itu sampel didinginkan dalam desikator sampai kondisi stabil kemudian timbang.

b. Kadar bahan mudah menguap, sampel ditimbang sebanyak 1-2 gram, lalu
disimpan ke dalam cawan porselen yang sudah diketahui bobotnya, kemudian
diatas cawan tersebut letakan cawan lain yang sudah diketahui bobotnya, maka
dari itu sampel berada diantara kedua cawan itu. Kemudian panaskan cawan dan
sample pada suhu 950 °C dalam tanur, setelah suhu tercapai cawan dan isinya
biarkan dingin. Setelah itu keluarkan dan dinginkan dalam desikator, lalu timbang.

c. Kandungan abu, sampel ditimbang sebanyak 2-3 gram ke dalam cawan platina
yang telah diketahui bobotnya. Setelah semua arang hilang, lalu nyala diperbesar
atau dipindahkan ke tanur (800-900 OC) selama 120 menit. Bila seluruh contoh
telah menjadi abu, cawan didinginkan dalam desikator, lalu ditimbang. Bila perlu
abukan kembali, timbang sampai bobot tetap.

d. Kandungan fixed carbon dihitung dari pengurangan 100 % terhadap bagian yang
hilang pada pemanasan 950 °C dan kadar abu.

3.4.2. Analisis Ultimat


Analisis Ultimat berfungsi untuk menentukan berbagai kandungan kimia unsur- unsur
seperti karbon, hidrogen, oksigen, sulfur, dan nitrogen. Analisis ini bermanfaat dalam
penentuan jumlah udara yang diperlukan untuk pembakaran dan volume serta komposisi
gas pembakaran. Hasil analisa ultimat diperlukan juga untuk perhitungan suhu nyala dan
perancangan saluran gas buang. Analisa ini dilakukan oleh alat yang sudah terhubung
dengan komputer. Prosedur analisis ultimat ini cukup ringkas yaitu cukup hanya dengan
memasukkan sampel ke dalam alat dan hasil analisis akan muncul pada layar komputer.

Metode standar yang digunakan untuk coal ultimate analysis salah satunya ialah
ASTM D3176-09 (Standard Practice for Ultimate Analysis of Coal and Coke). Selain itu ada
ASTM D5373 – 13 (Standard Test Methods for Determination of Carbon, Hydrogen and
Nitrogen in Analysis Samples of Coal and Carbon in Analysis Samples of Coal and Coke).
Penggunaan analisa ultimat ini sebagai berikut.

a. Nilai karbon dan hidrogen dapat berfungsi untuk menentukan jumlah oksigen (udara)
yang diperlukan ketika proses pembakaran dan untuk perhitungan efisiensi proses
pembakaran.

b. Penentuan karbon dan hidrogen dapat berfungsi untuk perhitungan material balance,
reaktivitas dan hasil produk yang relevan dengan proses konversi batubara, contohnya
seperti gasifikasi.

c. Nilai karbon dan nitrogen dapat digunakan dalam perhitungan material balance yang
digunakan untuk perhitungan emisi.

L. Variabel Pengujian
Variabel yang terdapat dalam pengujian ini dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

a. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah variabel yang nilainya kita tentukan terlebih dahulu dan
tidak dipengaruhi oleh variabel yang lain. Adapun variabel bebas dalam penelitian
ini adalah jenis bahan bakar biomassa (tongkol jagung, batok kelapa, kulit durian,
potongan kayu) dan massa bahan bakar biomassa masing-masing sebesar 1 kg dan
0,5 kg.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah suatu variabel yang besar nilainya tidak dapat
ditentukan melainkan tergantung pada nilai dari variabel bebasnya. Variabel terikat
yang diamati dalam penelitian pirolisis ini adalah komposisi bahan bakar biomassa,
hasil pengujian (temperatur tungku, temperatur air, dan lainnya) dan timbulan
sampah biomassa.
c. Variabel Terkontrol
Variabel terkontrol adalah suatu variabel yang ditentukan oleh peneliti dan
nilainya dikondisikan konstan. Adapun yang merupakan variabel terkontrol dalam
penelitian ini adalah massa air sebanyak 1 liter.

M. Nilai kalor dihitung menggunakan persamaan Dulong sebagai berikut :

1
HHV = +¿ (5.1)
100

LHV =HHV −9 x H 2 x 539 , 4 kkal (5.2)

Nilai kalor yang dimiliki oleh tongkol jagung adalah 2789,19 kkal/kg

Pengukuran kualitas panas

HHV : hasil pembakaran wujud cair

LHV : hasil pembakaran wujud uap

Pengukuran dan Perhitungan Nilai Kalor Bom Kalorimeter Pengukuran nilai kalor sampah
keseluruhan dengan menggunakan bom kalorimeter sangat rentan terhadap kesalahan, karena
sangat sedikitnya sampel sampah yang digunakan pada pengukuran, tidak cukup mewakili variasi
atau komposisi sampah sebenarnya. Oleh karena itu, pada penelitian ini, untuk mendapatkan nilai
kalor yang lebih representatif, dilakukan pengukuran terhadap tiap komponen sampah yang
menyusun sampah tersebut.

Pengaruh keberadaan air dan hydrogen pada nilai kalor (Low Heating Value) Keberadaan air dan
hidrogen berpengaruh besar pada pengurangan nilai kalor sampah. Sebagai contoh, sampah
makanan tercampur memiliki kadar air yang tinggi, mencapai 70% (lihat Gb.1). Nilai HHV dari
sampah keringnya sangat tinggi, namun karena kadar air yang tinggi, LHVnya turun hingga 73%
(Tabel.1). Sangat signifikannya perbedaan ini menjadi alasan kuat untuk menggunakan LHV sebagai
dasar pertimbangan pemilihan teknologi pengolahan yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai