Pendahuluan
• Potensi nilai kalor yang dimiliki limbah padat
→ Dapat digunakan sebagai sumber energi, antara lain melalui proses thermal
• Salahsatu keterbatasan yang dimiliki suatu daerah adalah ketersediaan lahan
untuk fasilitas pengolahan limbah padat
→ Diklaim sebagai salahsatu keunggulan teknologi insinerasi
• Di lain sisi, proses pembakaran membutuhkan biaya tinggi dan kontrol yang
sangat ketat
→ Dianggap sebagai tindakan memindahkan masalah karena potensi
pencemaran udara
→ Alternatif Proses Thermal: Pirolisis dan Gasifikasi
3
Proses Insinerasi
• Insinerasi merupakan salah satu cara pengolahan limbah secara thermal
→ Dapat digunakan untuk mengolah limbah padat, limbah cair (misal:
buangan industri), limbah gas, limbah B3 serta sampah.
• Insinerasi menggunakan oksidasi termal untuk mengkonversi limbah organik
menjadi anorganik.
• Sasaran insinerasi limbah adalah :
➢ Reduksi massa dan volume.
➢ Mengurangi sifat bahaya dari limbah (misal : virus, materi toksik berkurang
pada limbah padat rumag sakit)
➢ Memudahkan penanganan limbah selanjutnya.
4
Proses Insinerasi
• Pengolahan limbah tidak akan mempunyai efisiensi 100%
→ Masih ada komponen yang non combustible (misalnya abu) yang
perlu penanganan lebih lanjut, misalnya ditimbun ke landfill.
• Prinsip kerja suatu insinerator yang baik adalah kontinu
→ Sekali dinyalakan, proses berjalan terus untuk pembakaran, bahan
bakar hanya ditambahkan di awal saja, selanjutnya limbah jadi
bahan bakar.
• Temperatur suatu insinerator yang baik adalah > 800ºC.
→ Kegagalan mempertahankan temperatur dapat menyebabkan
insinerator tidak berfungsi baik.
• Bila insinerator bekerja baik, pembakaran akan berlangsung
sempurna.
→ Reduksi volume 80-95%, dan reduksi berat berat 70-80%.
→ Sangat tergantung pada kualitas tungku bakar serta karakteristik
limbah
5
Proses Insinerasi
• Selama proses pembakaran limbah di dalam tungku bakar,
energi akan digunakan untuk :
• Mula-mula membuat air menjadi uap air yang akan menghasilkan
limbah kering yang akan siap terbakar.
• Selanjutnya terjadi proses pirolisis (pembakaran tidak sempurna
dimana temperatur belum terlalu tinggi dan dalam keadaan oksigen
yang sedikit jumlahnya). Suplai air pendingin
• Pembakaran sempurna.
Abu dasar
Proses Insinerasi
Untuk proses insinerasi yang optimal maka terdapat beberapa aspek dari
limbah yang harus diperhatikan, antara lain:
➢ Aspek keterbakaran
• Menyangkut nilai kalor, kadar air, kadar volatil, kadar abu dari limbah padat
➢Aspek keamanan
• Menyangkut titik nyala, tekanan uap, deteksi logam berat, yang berhubungan dengan
keamanan selama operasional terhadap operator dari insinerator.
➢ Aspek pencegahan pencemaran udara
• Menyangkut penanganan debu terbang, gas toksik, dan uap metal.
➢ Aspek penanganan abu/materi inert dari residu akhir
7
Proses Insinerasi
9
Komponen Insinerator
(Dengan Energy Recovery)
10
Kebutuhan Udara
• Kebutuhan udara dapat ditentukan dengan:
• Perhitungan teoritis, yang ditujukan agar pembakaran sempurna.
• Pemberian udara berlebih untuk mencegah pembakaran yang tidak sempurna, disamping
untuk pendinginan.
• Jumlah udara dari perhitungan teoritis dan udara berlebih yang diberikan
merupakan kebutuhan udara total.
• Secara teoritis kebutuhan udara dihitung berdasarkan stoichiometri dari unsur
yang terdapat dalam limbah, seperti C, S, H, O, Cl, F, Br, N dll, yang dapat
dinyatakan dalam fraksi berat.
• Biasanya perhitungan didasarkan pada kebutuhan oksigen dalam reaksi,
namun yang digunakan adalah udara bebas, misalnya dalam volume maupun
berat.
12
• Dengan cara yang sama dapat dihitung kebutuhan udara, misalnya untuk pembakaran :
• H2 : H2 + 1/2O2 → H2O + panas
• S : S + O2 → SO2
• Karbon
• 1 gram C membutuhkan 8,98 l udara untuk terjadinya pembakaran sempurna
• 1 kilogram C ≈ 8,98 m3 udara
• Fraksi karbon dalam 1 kg =
• Volume kebutuhan udara = 8,98 x = 0,0898 C
• Sulfur (S)
• S : Kebutuhan udara = x = 3,37 l/g S
• Bila fraksi → Volume udara = 3,37 x = 0,0337 S
• Hidrogen :
• Kebutuhan udara = x = 26,94 l/g H = 26,94 m3/kg H
• Untuk fraksi maka volume udara = 26,94 x = 0,2694 H (m3)
•
• O2 merupakan O2 yang berasal dari oksigen yang dihasilkan.
• Volume udara = x = 3,37 l/g O2
• Pembakaran memerlukan udara dan ini tergantung dari elemen bahan yang
dibakar, sehingga kebutuhan udara teoritis untuk pembakaran 1 kg materi :
Pembakaran
• Secara sederhana hubungan antara NKN dan NKB dapat
didekati dengan
• NKN = NKB – 1040 W
• NKN dan NKB dalam BTU/lb dan
• W = berat air (lb) terbentuk/ berat (lb) bahan bakar
• Proses pembakaran bisa dihitung dengan Formula Dulong
:
• NKN - Btu/lb = 14.544 C + 62.028 (H2 - ) + 4050 S
• NKN- Kkal/kg = 8071,92 C + 34425,5 (H2 - ) + 2247,75 S
• C, H, S, O dinyatakan dalam fraksi berat (misal C =
75% maka fraksi berat = 0,75)
25
Konversi Satuan
• 1 BTU = 0,252 kkal.
• 1 KWH = 3600 J = 860 kkal.
• 1 BTU/lb = 0,555 kal/g = 2,32 J/g
• 1 kkal = 4185 J
•1J = 2,389 . 10-4 kkal
•1J = 0,239 kal = 9,48 x 10-4 BTU
• 1 kal/g = 1,8 BTU/lb
• Tekanan :
• 106 N/m2 = 103 kPa
• 1 kPa = 103 N/m2
Pirolisis
Definisi Pirolisis
• Pirolisis adalah degradasi limbah organik secara thermal dalam
kondisi tanpa oksigen untuk menghasilkan arang karbon, minyak
dan gas yang dapat dibakar.
• Besarnya produk yang akan dihasilkan dipengaruhi kondisi proses,
terutama temperatur dan laju pemanasan.
• Perbedaan utama pirolisis, gasifikasi dan insinerasi: jumlah
oksigen yang disuplai ke rekator thermal.
Definisi Pirolisis(2)
Proses Pirolisis
• Temperatur relatif rendah, yaitu dalam rentang 400-
800 oC.
• Kondisi proses yang bervariasi mengakibatkan
perbedaan produk arang, gas atau minyak yang
dihasilkan.
• Panas disuplai melalui pemanasan tidak langsung,
seperti pembakaran dari gas atau minyak, atau
pemanasan langsung menggunakan transfer gas
panas.
• Pirolisis memiliki kelebihan dalam menghasilkan gas
atau produk minyak dari limbah yang dapat
digunakan sebagai bahan bakar untuk proses
pirolisis itu sendiri.
Proses Pirolisis(2)
Produk Pirolisis
• Pirolisis dari limbah domestik (sampah kota)
menghasilkan:
• 35% produk arang
• kadar abu hingga 37%
• Pirolisis dengan laju pemanasan yang lambat
terhadap limbah ban akan menghasilkan:
• Arang hingga 50%
• kadar abu sekitar 10%.
• Pemanfaatan arang:
• Digunakan langsung sebagai bahan bakar
• Dipadatkan menjadi briket bahan bakar
• Digunakan sebagai bahan adsorpsi spt karbon aktif
• Dihancurkan dan dicampur dengan produk minyak priolisis
menghasilkan lumpur (slurry) untuk pembakaran.
Produk Pirolisis(2)
• Nilai kalori arang relatif tinggi:
➢ Arang dari sampah kota sekitar 19 MJ/kg,
➢ Arang dari ban sekitar 29 KJ/kg
➢ Arang limbah kayu sekitar 33 MJ/kg
Nilai kalori batu bara 30 MJ/kg.
Arang dari limbah dapat digunakan sebagai bahan bakar
kelas menengah.
• Produk minyak dari pirolisis limbah dapat digunakan dalam
sistem pembangkitan listrik secara konvensional, seperti
mesin diesel dan turbin gas.
• Karakteristik dari bahan bakar proses pirolisis tidak sama
dengan bahan bakar minyak alam
→ Memerlukan modifikasi sebagai pembangkit tenaga atau
peningkatan kualitas bahan bakar.
Produk Pirolisis(2)
• Nilai kalor minyak dari pirolisis
• 25 MJ/kg untuk minyak dari limbah domestik (sampah)
• 42 MJ/kg untuk minyak dari limbah ban.
• Updraft (medium
mengalir keatas
Produk Gasifikasi
• Gasifikasi udara menghasilkan gas dengan nilai panas yang
rendah (5000–6000 kJ/kg atau 3–6 MJ/m3, LHV), yang terdiri dari
sekitar 50% nitrogen dan dapat digunakan sebagai bahan bakar
mesin dan furnace.
• Oksigen yang dialirkan bebas dari pencampur seperti nitrogen
akan menghasilkan LHV yang lebih tinggi (15000 kJ/kg atau 10-12
MJ/m3).
Gas alam mempunyai LHV sekitar 50000 kJ/kg atau 40 MJ/m3.
Produk Gasifikasi(2)
Reaktor Gasifikasi
Sumber Materi:
Mata kuliah Pengelolaan Limbah Padat
Teknik Lingkungan ITB
Oleh Dr. Moch. Chaerul (Dosen Teknik Lingkungan ITB)