Anda di halaman 1dari 56

PENGELOLAAN BATUAN

PENUTUP PADA PENANGANAN


AIR ASAM TAMBANG
HERU SUHARYADI, S.T., M.T.
Workshop Pengelolaan Lingkungan Pertambangan
Kamis – Jum’at, 23 – 24 Juni 2022

YAYASAN ALUMNI MINERAL DAN BATUBARA


DAN
UPN “VETERAN” YOGYAKARTA
OUTLINE
.
PENDAHULUAN
01

DASAR HUKUM PENGELOLAAN BATUAN PENUTUP


02

ANALISIA GEOKIMIA BATUAN DAN KINETIK TEST


03

04 PENANGULANGAN AIR ASAM TAMBANG

HERU SUHARYADI
Good Mining Practice

PENDAHULUAN
Latar Belakang
SALAH SATU
DAMPAK YANG
MUNGKIN TERJADI
YAITU
PEMBENTUKAN
AAT.

KEGIATAN
PENGALIAN PADA
KEGIATAN PERLU DILAKUKAN
PENAMBANGAN MANAJEMEN AAT
AKAN BAIK PENCEGAHAN
MENGEKPOSE MAUPUN
BATUAN YANG PENGELOLAAN
MENGANDUNG
SULFIDA

https://engineeringsawit.blogspot.com/ KEGIATAN
PERTAMBANGAN DENGAN
MANAJEMEN AAT
BERPOTENSI
AKAN
MENYEBABKAN
PERUBAHAN MENGURANGI
RESIKO AAT YANG
KONDISI
MUNGKIN TERJADI
LINGKUNGAN
AIR ASAM TAMBANG AIR ASAM TAMBANG
Air asam tambang (AAT) merupakan air
dengan nilai pH yang rendah dan kelarutan
logam yang cenderung meningkat yang
terbentuk karena adanya reaksi antara mineral
Pertambangan adalah sebagian atau sulfida, oksigen, dan air.
seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan Mineral
mineral atau batubara yang meliputi Sulfida
penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta
kegiatan pascatambang .
AAT

Udara Air SUMBER AIR ASAM TAMBANG


Sumber AAT adalah batuan yang mengandung
mineral sulfida (pirit, kalkopirit, galena, sinabar,
d!I) yang tersingkap dan terkontaminasi
dengan air dan udara (oksigen) sehingga
Tahap 1: FeS2 + 7/2 O2 + H2O ====> Fe2+ + 2SO42- + 2H+ terjadi reaksi membentuk persenyawaan
oksida dan bila terjadi kontak dengan air (baik
Tahap 2: Fe2+ + ¼ O2 + H+ ====> Fe3+ + ½ H2O yang berasal dari air hujan ataupun air dari
Tahap 3: Fe3+ + 3H2O =====> Fe (OH)3 + 3H+ dalam tambang) akan membentuk besi (ferro)
sulfat dan asam sulfa
Tahap 4: FeS2 + 14Fe3+ + 8H2O ====> 15Fe2+ + 2SO42- + 16H+
MINERAL SULFIDA
PEMBENTUK AIR ASAM TAMBANG

Sulfida yang menghasilkan AAT dengan oksigen sebagai Tambahan sulfida yang dapat menghasilkan
oksidan Air Asam Tambang dengan oksidan besi ferri:

Mineral Formula Mineral Formula


Pyrite, marcasite FeS2
Sphalerite ZnS
Pyrrhotite Fe1-xS
Bornite Cu5FeS4 Galena PbS
Arsenopyrite FeAsS Chalcopyrite CuFeS2
Enargite/famatinite Cu3AsS4/Cu3SbS4 Covellite CuS
(Cu,Fe,Zn)12As4S13/(Cu,Fe,Zn) Cinnabar HgS
Tennantite/tetrahedrite
12Sb4S13
Millerite NiS
Realgar AsS
Orpiment As2S3 Pentlandite (Fe,Ni)9S8
Stibnite Sb2S3 Greenockite CdS

Sumber : Ges Buletin PT. Ganeca Environmental Services Quarterly Buletin Vol 1 Edisi
Oktober 2018
PENGELOLAAN LINGKUNGAN DI PERTAMBANGAN
KHUSUSNYA AIR ASAM TAMBANG

Sumber : Abfertiawan, 2010 dalam Ges Buletin PT. Ganeca Environmental Services
Quarterly Buletin Vol 1 Edisi Oktober 2018
Good Mining Practice

DASAR HUKUM
AIR ASAM TAMBANG

Kegiatan penambangan, yang kegiatan utamanya adalah penggalian, mempercepat proses pembentukan
AAT karena mengakibatkan terpajannya mineral sulfida ke udara, air dan mikroorganisme

Berdasarkan Undang-undang No. 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara serta
Undang-undang No. 32 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, kegiatan
usaha pertambangan harus bertanggungjawab terhadap berbagai dampak lingkungan yang
ditimbulkannya salah satunnya adalah pembentukan air asam tambang yang terjadi di daerah IUP nya
Pengolahan AAT diperlukan untuk agar memenuhi baku mutu lingkungan sebelum dilepaskan ke
badan perairan alami
Parameter Satuan Kadar
Maksimum

pH mg/l 6-9
ResiduTersusp mg/l 400
ensi
Kepmen LH No. 113 Tahun 2003
Besi (Fe) Total mg/l 7
Mangan (Mn) mg/l 4
Total
Kepmen ESDM Nomer 1827 K/30/MEM/2018
Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang baik

LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 1827 K/30/MEM/2018 TANGGAL : 7 Mei 2018 PEDOMAN PENGELOLAAN TEKNIS
PERTAMBANGAN
Air asam tambang adalah air yang bersifat asam akibat oksidasi mineral sulfida pada kegiatan
pertambangan.
kajian kelayakan teknis dalam studi kelayakan paling kurang terdiri atas:
a) keadaan umum;
b) geologi dan keadaan endapan;
c) sumber daya dan cadangan;
d) kajian geoteknik tambang;
e) infrastruktur yang telah tersedia;
f) kajian hidrologi dan hidrogeologi;
g) kajian air asam tambang;
h) perencanaan tambang;
i) perencanaan pengolahan dan/atau pemurnian;
j) perencanaan pengangkutan dan penumpukan; dan k) kajian risiko
Kepmen ESDM Nomer 1827 K/30/MEM/2018
Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang baik

LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 1827 K/30/MEM/2018 TANGGAL : 7 Mei 2018 PEDOMAN PENGELOLAAN TEKNIS
PERTAMBANGAN
Kajian Air Asam Tambang :

a) kajian air asam tambang paling kurang terdiri atas studi geokimia batuan sebagai material berpotensi
asam/Potentially Acid Forming (PAF) dan material yang tidak berpotensi asam/Non Acid Forming (NAF);
b) kajian air asam tambang meliputi permodelan sebaran material PAF dan NAF serta volume tiap material
dan metode penanganan material PAF dan NAF;
c) studi geokimia batuan dimulai sejak kegiatan eksplorasi;
d) pengambilan sampel untuk studi geokimia batuan dilakukan melalui pengeboran eksplorasi dan/atau
geoteknik;
Kepmen ESDM Nomer 1827 K/30/MEM/2018
Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang baik

Kajian Geokimia
1) Dalam hal terdapat potensi air asam tambang dan pelindian logam, pemegang IUP dan IUPK
melakukan kajian geokimia.
2) Kajian geokimia tersebut sedikitnya meliputi:
a) identifikasi potensi pembentukan air asam tambang
b) pencegahan pembentukan air asam tambang; dan
c) penanggulangan air asam tambang
Kepmen ESDM Nomer 1827 K/30/MEM/2018
Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang baik

Pengelolaan Air Asam Tambang

Dalam hal terdapat potensi terbentuknya air asam tambang, pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK
Operasi Produksi melakukan pencegahan terhadap pembentukan air asam tambang.

Pencegahan terhadap pembentukan air asam tambang terdiri atas:


a) manajemen penempatan batuan penutup;
b) pengkapsulan (dry cover);
c) metode perendaman (wet cover);
d) pencampuran material pembentuk asam dengan material yang tidak berpotensi membentuk asam
atau bersifat basa; dan/atau
e) penggunaan metode lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam hal telah dilakukan pencegahan terhadap pembentukan air asam tambang tetapi masih
terbentuk air asam tambang, maka pemegang IUP Operasi Produksi dan IUPK Operasi Produksi
melakukan penanggulangan terhadap terbentuknya air asam tambang sampai memenuhi baku mutu
lingkungan hidup sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan sebelum dilepas ke badan
perairan umum.
Kepmen ESDM Nomer 1827 K/30/MEM/2018
Tentang Pedoman Pelaksanaan Kaidah Teknik Pertambangan yang baik

Pengelolaan Air Asam Tambang

Penanggulangan terhadap terbentuknya air asam tambang terdiri atas:


a) cara aktif; dan/atau
b) b) cara pasif.

Penanggulangan terhadap terbentuknya air asam tambang dengan cara aktif terdiri atas:
a) penggunaan bahan kimia penetral asam seperti kapur, soda kaustik; dan/atau
b) penggunaan metode lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Penanggulangan terhadap terbentuknya air asam tambang dengan cara pasif terdiri atas:
a) lahan basah;
b) open limestone channel; dan/atau
c) penggunaan metode lainnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Diskusi
3
1
Apakah Perusahaan Telah
Apakah Perusahaan Telah menerapkan pengelolaan AAT?..
Melakukan Kegiatan Pencegahan
pembentukan AAT?

Diskusi

2
Apakah Perusahaan Sudah
Menetapkan SOP pelaksanaan
Identifikasi Potensi Pembentukan
AAT? PENGELOLAAN
TAMBANG
Good Mining Practice

ANALISIA GEOKIMIA
BATUAN DAN
KINETIK TEST
TUJUAN PENELITIAN

Menganalisis PAF dan Negatif Acid


Form (NAF) melalui uji statik dengan
analisis geokimia batuan dan uji XRD
(X-Ray Difragtion).

Menganalisis terbentuknya air asam


02 tambang dengan mengunakan kinetic
PENGELOLAAN test penerapan Column in Leach.
AIR ASAM TAMBANG
ANALISIS
STATIS
Uji statik dimaksudkan untuk memprediksi apakah
suatu sampel atau batuan yang mewakili akan
memproduksi asam setelah tersingkap. Pengujian ini
sesuai dengan SNI 6597 : 2011 tentang uji static
pengidentifikasian sumber AAT
ions.

Uji geokimia statik meliputi identifikasi dan


pemahaman distribusi mineral pembentuk asam dan
mineral penetral asam. Tujuan karakterisasi
geokimia statik adalah untuk mengembangkan
sistem klasifikasi yang dapat mengidentifikasi
material PAF-NAF yang akan terganggu karena
kegiatan penambangan

Net Acid
Acid Neutralization
Producing
Capacity (ANC) ) ABA DAN NAG
Potential (NAPP)
ANALISIA GEOKIMIA BATUAN
Pengujian terhadap sampel batuan bertujuan untuk mengetahui karakteristik geokimia batuan terkait
dengan pembentukan AAT
Konsep perhitungan potensi asam:

• Kandungan sulfur sebesar 1% pada batuan sebanyak 1 ton akan menghasilkan asam sulfat
sebanyak 30,62 kg yang membutuhkan 31,25 kg CaCO3 untuk menetralkannya.
• Jika sulfur dalam batuan tersebut terdapat dalam bentuk pirit, kandungan sulfur total dalam
batuan secara akurat mengkuantifikasi potensi pembentukan asam
• Jika terdapat juga sulfur organik atau sulfat dalam jumlah yang cukup besar, maka total
sulfur akan memberikan prediksi yang “overestimate”.
• Di dalam batuan selain pirit bisa juga terdapat material basa (alkaline), umumnya dalam
bentuk karbonat atau exchange cation dalam lempung, yang dapat mengurangi proses
oksidasi atau menetralkan asam yang terbentuk. Material alkaline juga dapat mengontrol
bakteri dan membatasi kelarutan dari besi ferri.
• Jumlah material alkaline ini diukur dengan kemampuannya untuk menetralkan asam

Prof. Dr. Rudy Sayoga Gautama. 2012 Bimbingan Teknis Reklamasi Dan Pascatambang Pada Kegiatan
Pertambangan Mineral & Batubara Ditjen Mineral & Batubara, Kesdm
ANALISIA GEOKIMIA BATUAN PEMBENTUKAN ASAM

uji untuk menentukan potensi pembentukan asam, yaitu:

• Potensi pembentukan asam melalui penentuan secara independen komponen yang dapat
membangkitkan dan menetralkan asam → dikenal sebagai ABA (Acid-Base Accounting)
• Potensi pembentukan asam dinyatakan dalam satu nilai yang digunakan untuk menggambarkan
kemungkinan asam yang dibangkitkan atau pelepasan asam yang terkandung dalam sampel → NAG
test dan paste pH
Kombinasi uji Acid Base Accounting (ABA) dan Net Acid Generation (NAG) akan meningkatkan akurasi
prediksi pembentukan asam pada sampel material overburden.

• Penentuan total sulfur (SNI 13-3481-1994 )


• Kapasitas penetralan asam atau acid neutralizing capacity (ANC) – mengacu pada SNI 13-7170-2006,
• Pembentukan asam neto atau net acid generating (NAG) – mengacu pada SNI 13-6599-2001
• pH pasta atau paste pH – mengacu pada Sobek et al (1978) dan AMIRA (2002)

https://www.bsn.go.id/main/bsn/isi_bsn/20261/022-abolisi-sni-16-jan-15-feb-2019
ANALISIA GEOKIMIA BATUAN PEMBENTUKAN ASAM

Untuk mengklasifikasi batuan menjadi: – Batuan yang berpotensi membentuk asam (potentially acid
forming PAF) – Batuan bukan pembentuk asam (non acid forming NAF)

• Cara perhitungan:
1. Hitung potensi keasaman maksimum (maximum potential of acidity MPA) = total sulfur x 30,62
dalam satuan [kg H2 SO4 /ton batuan]
2. Hitung potensi pembentukan asam neto (nett acid producing potential NAPP) = MPA – ANC dalam
satuan [kg H2 SO4 /ton batuan]
3. Hitung nisbah potensi neto (net potential ratio NPR) = ANC/MPA

• Kriteria batuan PAF


– NAPP > 0
– NPR < 1
– pH NAG < 4,5
ANALISIA GEOKIMIA BATUAN PEMBENTUKAN ASAM

Penentuan Net Acid Generating Untuk prosedur pengujian NAG yaitu


(menurut SNI 13-6599-2001):

1. Timbang sebanyak 1 gr sampel tanah


2. Tambahkan 250 ml H2O2 15%.
3. Biarkan bereaksi satu malam atau minimal 12 jam.
4. Setelah dibiarkan bereaksi dengan waktu yang di tentukan, maka panaskan sampel
untuk mengoksida sulfida sisa yang belum bereaksi. Pemanasan dilakukan dengan
suhu ±80o C selama ±1 jam.
5. Dinginkan sampel sampai mencapai suhu ruangan dan bereaksi dengan sempurna.
Reaksi yang sempurna biasanya ditandai dengan sudah tidak ada buih di permukaan
larutan sampel.
6. Ukur pH larutan sampel dengan sampel diaduk menggunakan pengaduk magnetik, jika
pH ≥ 7 maka catat pH larutan sebagai NAG pH dan tidak perlu dilakukan pengujian
selanjutnya. Jika pH ≤ 4,5 maka lanjutkan dengan titrasi menggunakan NaOH 0,1 M
hingga sampel bernilai pH 4,5 ditulis volume penitar, kemudian dilanjutkan lagi hingga
pH menjadi 7.
ANALISIA GEOKIMIA BATUAN PEMBENTUKAN ASAM

Penentuan Acid Neutralizing Capacity (ANC) Adapun prosedur pengujiannya yaitu


(menurut SNI 7170-2006):

1. Tetapkan fizz rating dari setiap sampel dengan cara meneteskan 2-3 tetes HCL 8%
pada sampel seberat 0,5 gr, lihat reaksi setelah ditetesi HCL.
2. Timbang 2 gr sampel yang disimpan dalam gelas piala ukuran 250 ml.
3. Tambahkan HCL berdasarkan fizz rating serta 20 ml aquadest.
4. Panaskan larutan selama ±2 jam dengan suhu ±90o C.
5. Setelah dipanaskan simpan sampel sampai mencapai suhu ruangan.
6. Ukur pH larutan sampel dengan sampel diaduk menggunakan pengaduk magnetik.
Nilai pH yang dibutuhkan berkisar antara 0,8 – 1,5, maka sampel dilakukan uji analisis,
kecuali jika sampel dengan nilai fizz rating 0 atau tidak bereaksi.
7. Titrasi sampel larutan dengan NaOH 0,5 M hingga pH bernilai 7, catat volume NaOH
yang digunakan.
ANALISIA GEOKIMIA BATUAN PEMBENTUKAN ASAM
CONTO PERHITUNGAN

%TS = 2,6
• Kriteria batuan PAF
MPA = 0,026 x 30,625 kg H2SO4/ton batuan
– NAPP > 0
= 0,80 kg H2SO4/ton batuan
– NPR < 1
ANC = - 0,15 kg H2SO4/ton batuan
– pH NAG < 4,5
NAPP = MPA – ANC NAPP
= 0,80 kg H2SO4/ton batuan – (- 0,15 kg
H2SO4/ton batuan)
NAPP = 0,95 kg H2SO4/ton batuan
NAG pH = 2,98

Maka Batuan Bersifat PAF


KLASIFIKASI AAT
No Golongan Jenis Batuan Keterangan

Nilai pH uji NAG lebih besar atau sama


1 Tipe 1 Bukan pembentuk asam
dengan 4,5 dan atau nilai NAPP negatif

pH uji NAG lebih kecil 4,5; nilai NAG


Potensi pembentuk asam
2 Tipe 2 pada pH 4,5 lebih kecil dari 5 kg H2S04
kapasitas rendah
per ton; NAPP 0-10 kg H2SO4 per ton

pH uji NAG lebih kecil 4,5; nilai NAG


pada pH 4,5 lebih besar atau sama
Potensi pembentuk asam
3 Tipe 3 dengan 5 kg H2S04 per ton; NAPP lebih
kapasitas tinggi
besar atau sama dengan 10 kg H2SO4 per
ton

pH uji NAG lebih kecil 4,5; dan pH batuan


(1:2) lebih kecil dari 4,5; nilai NAG pada
4 Tipe 4 Pembentuk asam pH 4,5 lebih besar atau sama dengan 5 kg
H2SO4 per ton; NAPP lebih besar atau
sama dengan 10 kg H2SO4 per ton

klasifikasi SNI
ANALISIA GEOKIMIA BATUAN PEMBENTUKAN ASAM
Plot Klasifikasi Geokimia
ANALISIA GEOKIMIA BATUAN PEMBENTUKAN ASAM
Prediksi Berdasarkan Keterdapatan Mineral Berpotensi Asam

X-ray Diffraction (XRD)


• Analisis XRD merupakan metode yang dapat
memberikan informasi mengenai jenis mineral yang
terdapat dalam suatu sampel. Mekanisme kerja analisis
XRD yakni sampel yang akan dianalisis XRD digerus
sampai halus seperti bubuk kemudian dipreparasi lebih
lanjut menjadi lebih padat dalam suatu holder
kemudian holder tersebut diletakkan pada alat XRD
dan diradiasi dengan Sinar X.
• Data hasil penyinaran Sinar X berupa spektrum difraksi
Sinar X dideteksi oleh detektor dan kemudian data
difraksi tersebut direkam dan dicatat oleh komputer
dalam bentuk grafik peak intensitas, yang lebih lanjut
dianalisis jarak antara bidang kisi kristalnya dan
dibandingkan dengan hukum Bragg pada komputer
dengan menggunakan software Match sehingga dapat
menghasilkan suatu data.
Conto Olah Data
ANALISA SULFUR

ANALISIS GEOKIMIA
ANALISIS GEOKIMIA

ANC VS KEDALAMAN pH NAG dan hasil pH


(TINGKAT PENETRALAN) Pasta
ANALISIS GEOKIMIA
No Golongan Jenis Batuan Keterangan
Bukan pembentuk asam Nilai pH uji NAG lebih besar atau
1 Tipe 1 sama dengan 4,5 dan atau nilai NAPP
negatif
pH uji NAG lebih kecil 4,5; nilai
Potensi pembentuk asam NAG pada pH 4,5 lebih kecil dari 5
2 Tipe 2
kapasitas rendah kg H2S04per ton; NAPP 0-10 kg
H2SO4 per ton
pH uji NAG lebih kecil 4,5; nilai
Rasio PAF, NAF dan UNCERTAIN NAG
Potensi pembentuk asam pada pH 4,5 lebih besar atau sama
3 Tipe 3
kapasitas tinggi dengan 5 kg H2S04 per ton; NAPP
4%
4% lebih besar atau sama dengan 10 kg
H2SO4 per ton
PAF
NAF pH uji NAG lebih kecil 4,5; dan pH
92% Uncertein batuan (1:2) lebih kecil dari 4,5; nilai
NAG pada pH 4,5 lebih besar atau
4 Tipe 4 Pembentuk asam
sama dengan 5 kg H2SO4 per ton;
NAPP lebih besar atau sama dengan
10 kg H2SO4 per ton
ANALISIS XRD
1 Hasil Analisa Jumlah
Mineral
2 Hasil Analisa Jumlah Mineral
4% 4% 6%
3 Hasil Analisa Jumlah Mineral
4% 4% 5%
6% 6%
6%
13% 15%

5%4%
4%
5% 15%
61%
66%

67%
Kaolinite/Chlorite Vanadinite
Chlorite Vanadinite Augite
Augite Andalusite
Dolomite Quartz Pyrophillite
Chlorite Vanadinite Augite Dolomite Quartz
Pyrite Dolomite Quartz Pyrophillite

4 Hasil Analisa Jumlah Mineral


5 Hasil Analisa Jumlah Mineral
10% 10%
6 Hasil Analisa Jumlah Mineral

18% 6%12%
13%
14%
18% 37%
82% 9%
59%
12%

Vanadinite Augite Chlorite Vanadinite Pyrite Dolomite Quartz Pyrophillite


Chlorite Vanadinite Andalusite Augite Dolomite
Conto Pengambilan Data
Sampel Batuan Sampel Timbunan

Pengambilan sampel batuan untuk Pengambilan sampel pada timbunan


analisis XRD dilakukan pada batuan untuk dilakukan pengujian kinetic test
Fresh yang ada pada dinding batuan dengan metode field colum in leach
dan hasil dari pengeboran

Sampel Air
Pengambilan data kualitas air dari
kegiatan penambangan di setiap outlet
Model Kondisi OB
Membuat Model Penyebaran PAF dan NAF

Upaya pencegahan air asam tambang dilakukan dengan identifikasi overburden untuk mengetahui
karakteristik overburden yang akan digunakan sebagai data dalam pembuatan model geokimia dan sebagai
pedoman pada saat proses penambangan (Zulkarnain dan Abdiyanto, 2012). Model geokimia persebaran
batuan berpotensi membentuk asam dan batuan yang tidak berpotensi membentuk asam akan bermanfaat
untuk mengetahui karakteristik dan volume batuan penutup sehigga dapat dilakukan perencanaan terhadap
desain daerah penimbunan/disposal. Telah diketahui bahwa polusi dari aktivitas penambangan dapat
berlangsung selama operasi tambang atau setelah pascatambang. Dampak alamiah kegiatan tambang
memerlukan alat prediksi dan pengamatan terhadap perubahan negatif pada geokimia material overburden
(Magombedze, 2006).

Waterman Sulistyana B dan Hamzah Uma


JGP (Jurnal Geologi Pertambangan)
Volume 1 (No. 17) Februari 2015
PENYEBARAN PAF dan NAF

ANALISIS GEOKIMIA
Perhitungan Jumlah Materil Terbongkar Berdasarkan potensi PAN dan NAF

IRA MUGHNI PRATIWI, 2016 Thesis


Magister Teknik Pertambangan UPN

ANALISIS GEOKIMIA
Manajemen OB
Melakukan Pencegahan dengan Melakukan
Mekanisme Penimbunan OB
Upaya yang dapat dilakukan adalah mencegah terbentuknya AAT di daerah penimbunan batuan penutup –
rencana pengelolaan overburden (overburden management plan)
Prinsip dasar pencegahan pencemaran adalah menerapkan suatu proses perencanaan dan perancangan
untuk
• mencegah, menahan, atau menghentikan proses-proses hidrologi, kimia, mikrobiologi, atau
termodinamika yang menyebabkan pencemaran pada lingkungan perairan, pada atau sedekat mungkin
dengan lokasi dimana terjadinya penurunan kualitas air (reduksi pada sumber) atau
• menerapkan upaya-upaya fisik untuk mencegah atau menahan transpor dari kontaminan ke badan air
(antara lain dengan recycling, pengolahan/treatment dan/atau mengamankan timbunan)

Dapat dilakukan dengan simulasi menggunakan mekanisme timbunan melalui Kinetick Test

Prof. Dr. Rudy Sayoga Gautama. 2012 Bimbingan Teknis Reklamasi Dan Pascatambang Pada Kegiatan
Pertambangan Mineral & Batubara Ditjen Mineral & Batubara, Kesdm
Kinetik Test dalam
Mekanisme Penimbunan OB

HUMIDIFIED AIR/GAS
Leaching Column

Kinetic Test Method for the Prediction of Mine Drainage Quality May 2009 EPA-821-R-09-002
Kinetik Test dalam
Mekanisme Penimbunan OB

Rudy Sayoga Gautama, dkk 2015 10 Th ICARDIMWA https://www.researchgate.net/publication/285591219


Kinetik Test dalam
Mekanisme Penimbunan OB

Rudy Sayoga Gautama, dkk 2015 10 Th ICARDIMWA https://www.researchgate.net/publication/285591219


HASIL UJI KINETIK
%FE DAN %MN DALAM SAMPEL
Fe (%) Mn (%)

0,857
0,442
0,182

0,122

0,112
0,039
0,024
0,017

0,005

0,01
OM A OM B OM C OM D OM E

Hasil Uji pH Harian Air Lindi Logam Berat Terlarut pada Air Lindi
HASIL UJI KINETIK
Hasil Uji XRD pada Endapan Dasar Pengujian
Melakukan Pencegahan dengan Melakukan
Mekanisme Penimbunan OB
Upaya penanganan OB untuk mencegah Pembentukan Asam sesuai dengan : SNI 7082:2016
Melakukan Pencegahan dengan Melakukan
Mekanisme Penimbunan OB

Sumber : www.ecoz.com.au Roper Bar Project Area Western Desert Resources Ltd Acid
Metalliferous/Mine Drainage (AMD) and Management, 2012
Melakukan Pencegahan dengan Melakukan
Mekanisme Penimbunan OB

Heru Suharyadi, 2019 Tesis UPN “Veteran”


Prof. Dr. Rudy Sayoga Gautama. 2012 Bimbingan Teknis Yogyakarta
Reklamasi Dan Pascatambang Pada Kegiatan Pertambangan
Mineral & Batubara Ditjen Mineral & Batubara, Kesdm
Pemantauan Kualitas Air
Permukaan
HASIL PEMANTAUAN KUALITAS AIR

pH air
Good Mining Practice

PENANGULANGAN
AIR ASAM TAMBANG
Penangulangan Air Asam Tambang

Pengolahan AAT dapat digolongkan menjadi:


– Pengolahan aktif (active treatment)
– Pengolahan pasif (passive treatment)
Penangulangan Air Asam Tambang

Pengolahan aktif (active treatment)


Instalasi Penambahan Kapur

Prof. Dr. Rudy Sayoga Gautama. 2012 Bimbingan Teknis Reklamasi Dan Pascatambang Pada
Kegiatan Pertambangan Mineral & Batubara Ditjen Mineral & Batubara, Kesdm
Penangulangan Air Asam Tambang

Pengolahan Pasif (passive treatment)


Pembuatan wetland Yang ditanami Typha Angustifolia
Conto Penerapan Pasif Treatmen dalam
Mereduksi Logam Fe dan Mn pada
pengelolaan Air Tambang
Heavy Metal BCF value
Fe 0.404
Mn 4.586

28.149 m2

10.504 m2
Penangulangan Air Asam Tambang

Pengolahan Pasif (passive treatment)


Pembuatan Open Limestone

Muhammad Sonny Abfertiawan, 2014, Conference: Seminar Air Asam Tambang ke-5 dan Pascatambang di
IndonesiaAt: Bandung, Indonesia Volume: 5
Thank You
Belajar dari waktu

Anda mungkin juga menyukai