JUDUL PENELITIAN:
ANALISIS POTENSI AIR ASAM TAMBANG PADA BATUAN BIJIH
EMAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK GEOKIMIA
KELOMPOK RISET-DIMAS:
TEKNOLOGI SUMBER DAYA
MINERAL (TESRAL)
PENELITI
Siti Aminah S.Si., M.T., Ketua
Haeruddin, S.Si., M.T., Anggota 1
Ir. Fanteri Aji Dharma Suparno, S.T., M.S., Anggota 2
Ir Januar Fery Irawan S.T., M.Eng, Anggota 3
2
RINGKASAN
Hubungan antara kegiatan penambangan dengan lingkungan selalu menjadi isu hangat
hingga saat ini. Salah satu bagian yang menjadi perhatian adalah adanya pencemaran air
yang disebabkan oleh kegiatan penambangan, Kegiatan penambangan, umumnya
tambang terbuka, mengakibatkan banyak dampak terhadap lingkungan. Lubang lubang
besar yang terbentuk serta rona lingkungan sekitarnya yang terganggu perlu dikelolah
dengan baik dan benar agar tidak membahayakan lingkungan sekitar (Arif, 2014).
Keasaman air tambang dapat sangat bervariasi tergantung pada jumlah dan jenis mineral
yang dikandungnya. Apabila dalam material tambang banyak mengandung mineral
karbonat maka tingkat keasaman air lindinya lebih rendah bahkan bisa menetralkan asam
yang terbentuk. Sifat setiap lapisan dapat mengandung mineral yang berbeda-beda.
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengetahui material batuan yang
berpotensi menghasilkan air asam tambang sebagai batuan Potentially Acid Forming
(PAF) dan Non-Acid Forming (NAF) dan mengidentifikasi mineral sulfida apa saja yang
terdapat pada batuan bijih emas tersebut. AAT sering juga disebut sebagai air asam
batuan (AAB) yaitu air pada kegiatan penambangan atau penggalian yang bersifat asam
dan memiliki keasaman tinggi dan terbentuknya akibat teroksidasinya mineral sulfida
disertai udara. Sumber keasaman adalah mineral sulfida yang dapat teroksidasi. Sumber
pengoksidasi yang utama adalah oksigen dalam udara (Gautama, 2014). Dengan
mengetahui sifat Potentially Acid Forming (PAF) dan Non-Acid Forming (NAF) dari
batuan bijih emas , maka dapat memilih proses pengolahan bahan galian, ekstraksi emas
dan penanganan setelah proses penambangan dan ekstraksi sehingga bisa meminimalisir
terbentuknya air asam tambang yang akan merugikan lingkungan. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah: mengidentifikasi dan mengetahui material batuan yang berpotensi
menghasilkan air asam tambang sebagai batuan Potentially Acid Forming (PAF) dan
Non-Acid Forming (NAF) dan mengidentifikasi mineral sulfida apa saja yang terdapat
pada batuan bijih emas tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel disusun
oleh kuarsa sebagai komponen dominan, beberapa butiran hematit dan goethite
dijumpai sebagai isian pori berbentuk lengkung lengkung halus. Au berada dalam
mineral elektrum (AuAg), mineral yang terkandung dalam batuan bijih emas
sebagian besar adalah mineral oksida yaitu 84,7 % SiO2, 8,23% Fe2O3 dan
lainnya. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa batuan sampel bersifat
NAF yang ditunjukkan dari analisa ph pasta yaitu 7,05 dan 6,94; analisa S Total
0,37 dan 6,43% dan nilai NAPP -5,1 dan -3,5
3
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan..................................................................................................................1
Ringkasan...................................................................................................................................2
Daftar Isi.....................................................................................................................................3
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................4
1.2 Perumusan Masalah..............................................................................................................5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................................................5
BAB 2. KERANGKA TEORI (PENYELESAIAN MASALAH PENELITIAN).....................6
BAB 3. METODE PENELITIAN............... ..........................................................................9
BAB 4. HASIL YANG DICAPAI
4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan... ...................................................................................12
4.1 Status Luaran Penelitian......................................................................................................14
BAB 5. RENCANA PENYELESAIAN....................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................15
LAMPIRAN..............................................................................................................................15
4
BAB 1. PENDAHULUAN
Emas adalah salah satu logam mulia yang mempunyai peran penting dan banyak
dipergunakan dalam kehidupan manusia. Keberadaan emas di alam sebagian besar
ditemukan dalam bentuk mineral, misalnya emas native, elektrum, calaverite, sylvanite
dan dalam mineral dimana emas sebagai unsur minor, misalnya arsenopirit, pirit dan
kalkopirit. Berdasarkan kemudahannya diekstraksi, bijih emas dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tipe yaitu bijih emas tipefree-milling, bijih emas kompleks dan bijih emas tipe
refraktori. Bijih emas free-milling dapat ekstraksi dengan metode sianidasi konvensional
dan ukuran yang tidak terlalu halus menghasilkan persen ekstraksi diatas 90% (Lunt and
Weeks, 2005). Bijih emas kompleks mengandung komponen-komponen yang ikut
mengkonsumsi sianida dan oksigen sehingga konsumsi reagen pelindi yang dibutuhkan
sangat tinggi. Pada bijih refraktori, partikel emasyang berukuran halus terjebak dalam
mineral sulfida yang sulit dilarutkan dalam proses sianidasi. Termasuk dalam bijih
refraktori adalah tipe bijihpreg-robbing dimana bijih mengandung material-material
karbon (carbonaceous materials) yang cenderung mengadsorpsi emas yang sudah terlarut
pada proses sianidasi.
Hubungan antara kegiatan penambangan dengan lingkungan selalu menjadi isu hangat
hingga saat ini. Salah satu bagian yang menjadi perhatian adalah adanya pencemaran air
yang disebabkan oleh kegiatan penambangan, Kegiatan penambangan, umumnya
tambang terbuka, mengakibatkan banyak dampak terhadap lingkungan. Lubang lubang
besar yang terbentuk serta rona lingkungan sekitarnya yang terganggu perlu dikelolah
dengan baik dan benar agar tidak membahayakan lingkungan sekitar (Arif, 2014).
Keasaman air tambang dapat sangat bervariasi tergantung pada jumlah dan jenis mineral
yang dikandungnya. Apabila dalam material tambang banyak mengandung mineral
karbonat maka tingkat keasaman air lindinya lebih rendah bahkan bisa menetralkan asam
yang terbentuk. Sifat setiap lapisan dapat mengandung mineral yang berbeda-beda.
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengetahui material batuan yang
berpotensi menghasilkan air asam tambang sebagai batuan Potentially Acid Forming
(PAF) dan Non-Acid Forming (NAF) dan mengidentifikasi mineral sulfida apa saja yang
terdapat pada batuan bijih emas tersebut. AAT sering juga disebut sebagai air asam batuan
(AAB) yaitu air pada kegiatan penambangan atau penggalian yang bersifat asam dan
memiliki keasaman tinggi dan terbentuknya akibat teroksidasinya mineral sulfida disertai
udara. Sumber keasaman adalah mineral sulfida yang dapat teroksidasi. Sumber
pengoksidasi yang utama adalah oksigen dalam udara. Air merupakan salah satu reaktan
dalam proses pembentukan AAT dan juga sebagai media yang "mencuci" atau melarutkan
hasil oksidasi dalam air. Sumber air dapat berupa air limpasan hujan atau air tanah
(Gautama, 2014). Dengan mengetahui sifat Potentially Acid Forming (PAF) dan Non-
Acid Forming (NAF) dari batuan bijih emas , maka dapat memilih proses pengolahan
bahan galian, ekstraksi emas dan penanganan setelah proses penambangan dan ekstraksi
sehingga bisa meminimalisir terbentuknya air asam tambang yang akan merugikan
lingkungan.
Berdasarkan uraian tersebut, maka potensi SDM UNEJ sangat diperlukan dalam
pengelolaan sumberdaya alam baik dalam proses penambangan maupunpengelolaan
lingkungan yang berkaitan dengan proses penambangan dan pasca tambang. Potensi
5
sumberdaya mineral harus dimanfaatkan dan diolah dengan baik,agar tercapai gest mining
practise . Good mining practices adalah bagian dari upaya penerapan ESG
(Environmental, Social and Governance) yang dapat dicapai dengan cara ramah
lingkungan baik dari operasional hingga hasil produknya. Berdasarkan RIPP UNEJ 2021-
2025, maka penelitian ini sejalan dengan topik riset unggulan Universitas Jember, yaitu
Lingkungan dan Kebencanaan, dengan tema penelitiaan Teknologi Green Mining
Terintegrasi, dan sub tema Eksplorasi dan Pengolahan Tambang Ramah Lingkungan.
Penelitian ini sejalan dengan roadmap penelitian KeRis TESRAL 2019-2023 (Gambar 1)
tentang cadangan potensi sumber daya mineral wilayah tapal kuda dan kajian
lingkungannya. Penelitian ini juga sesuai dengan RIP Unej dengan riset unggulan
‘Lingkungan dan kebencanaan” dengan sub tema unggulan “Eksplorasi dan pengolahan
tambang ramah lingkungan”.
1. Mineral Emas
Mineral-mineral emas yang penting ditunjukkan dalam Tabel 1 (Vaughan, 2004). Mineral
emas pada kelompok A adalah mineral dimana emas terdapat sebagai logam berharga
yang utama., sedangkan pada kelompok B emas terdapat sebagai unsur minor yang tetap
dianggap penting dalam proses pengolahan emas.
3. Bijih emas refraktori, bijih ini lebih sulit diekstraksi dan persen ekstraksinya pun
rendah karena emas berukuran sangat halus danterjebak didalam matriks mineral-mineral
sulfida yang sulit dilarutkan.Selain itu, yang termasuk dalam bijih refraktori adalah bijih
preg-robbing, yaitu bijih yang mengandung material-material karbon(carbonaceous
materials)yang cenderung mengadsorpsi emas yang sudah terlarut pada proses sianidasi.
4. Berdasarkan sifat tingkat rekoveri emas, bijih dapat diklasifikasikan menjadi non-refraktori
(rekoveri >95%), refraktori ringan (rekoveri 80- 95%), refraktori sedang (rekoveri 50-80%) dan
refraktori berat (rekoveri
<50%) (Vaugan, 2004).
Air Asam Tambang (AAT) merupakan limbah yang berbahaya sebab mengandung
logam-logam berat dan sulfat yang tinggi. Pengolahan AAT dapat dilakukan melalui 2
cara, yaitu secara aktif maupun pasif. Pengolahan secara aktif adalah melalui penambahan
bahan kimia bersifat alkali (Zahriska Dewani, 2015).
9
Pengolahan yang paling umum digunakan adalah dengan metode mengolah debit air asam
tambang dengan pengolahan aktif dimana pengolahan menggunakankimia penetral yang
ditambahkan terus menerus ke air asam tambang, (Johnson and Hallberg, 2005 dalam
Newcombe, 2009). Proses penetralan air asam tambang ini akan mengendapkan logam-
logam terlarut dan akan membentuk selimut lumpur (sludge blanket). Kelemahan dari
pengolahan aktif ini adalah memerlukan biaya yang besar dan memindahkan atau
membuang selimut lumpur yang mengandung logam.
Preparasi
Hasil
Gambar 2. Diagram alir pelaksanaan penelitian
Luaran utama yang ditargetkan yaitu Riset Geologi dan Pertambangan) terakreditasi Sinta
2, dan luaran tambahan. Penjelasan terkait target luaran penelitian ini lebih rincinnya
tertera pada Tabel 2.
11
Tabel 3. Rencana target capaian tahunan
No Jenis Luaran Indikator Capaian
Kategori Sub Kategori Wajib Tambahan TS1 TS+1 TS+2
Artikel ilmiah dimuat Internasional bereputasi - -
1 di jurnal2)
Nasional Terakreditasi √ Submitted Accepted Published
Nasional tidak terakreditasi - -
Paten - -
Paten sederhana - -
Hak Cipta - -
Merek dagang - -
Hak Kekayaan Rahasia dagang - -
5 Intelektual (HKI)6)
Desain Produk Industri - -
Indikasi Geografis - -
Perlindungan Varietas - -
Tanaman
Perlindungan Topografi - -
Sirkuit
Terpadu
6 Teknologi Tepat Guna7) - -
7 Model/Purwarupa/Desain/Karya seni/ Rekayasa - -
Sosial8)
8 Bahan Ajar9) - √ Tidak ada Draft Sudah ada
9 Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT)10) 2 - 2 3 4
12
BAB 4. HASIL YANG DICAPAI
Sampel berwarna putih keruh dan memiliki bercak coklat, strukturnya berongga
dan teksturnya dari yang halus hingga kasar. Preparat poles batuan dibuat dari impregnasi
butiran pasir kasar yang berasal dari penggerusan sampel, memperlihatkan tebaran
pecahan mineral kuarsa dan oksida logam dalam matrik akrilik. Kemelimpahan mineral
tidak mencerminkan proporsi dalam sampel karena butiran hasil gerusan sampel telah
mengalami pendulangan hingga didapatkan konsentrat mineral bijih. Pengamatan
dibawah mikroskop pantul memperlihatkan kemelimpaham mineral secara relatif.
Sampel B disusun oleh kuarsa sebagai komponen dominan, beberapa butiran hematit dan
goethite dijumpai sebagai isian pori berbentuk lengkung lengkung halus.
Gambar 3. Sampel
Beberapa mineral yang terkandung dalam batuan bijih emas adalah sebagai
berikut:
1. Hematit (Fe2 O3): putih abu abu terang, pecahan tidak beraturan, menempel pada
pecahan kuarsa, sebagai isian pori batuan yang tidak penuh, berbentuk banding halus
pada dinding pori, kadang dijumpai berasosiasi dengan goethite
2. Gutit (Fe O2 nH2O): abu-abu gelap, pecahan tidak beraturan, menempel pada
pecahan kuarsa, sebagai isian pori batuan yang tidak penuh, berbentuk banding halus
pada dinding pori, kadang dijumpai berasosiasi dengan hematite.
3. Kuarsa (SiO2): abu-abu gelap, pecahan tidak beraturan, biasanya granuler, sebagai
komponen paling dominan.
Tabel 5. Intensitas kandungan mineral
Mineral logam % Mineral non logam %
Hematit >> Kuarsa >>>>>
Gutit > argilit <
13
Gambar 4. Micrografi sampel B, qz : kuarsa, hm : hematit, gt : goethite
14
Tabel 7. Hasil analisis kandungan unsur
- Analisa pH pasta
Paste pH atau pH pasta merupakan salah satu metode uji potensi pembentukan air
asam tambang yang sangat sederhana. Pencampuran sampel batuan dengan air deionisasi
diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap reaksi langsung ketika mineral sulfida
kontak dengan air dan oksigen. Jika mineral sulfida cukup reaktif, maka pH paste akan
menunjukkan pH yang rendah. Perilaku ini kan sangat bergantung pada tingkat
sensitifitas dan kereaktifan mineral sulfida pada sampel. Hasil pengujian sampel
menunjukkan pH pasta sampel adalah 7,05 dan 6,94. Dengan melihat nilai pH pasta yang
menunjukkan pH basa, maka batuan sampell bisa dikelompokkan menjadi batuan NAF.
15
- Analisa pH NAG
NAG Test merupakan uji lainnya yang digunakan untuk mengklasifikasikan jenis
batuan yang berpotensi membentuk air asam tambang yang dinyatakan dalam kg
H2SO4/ton material. Hasil dari NAG Test mengindikasikan potensi pembentukan asam
dari sampel batuan setelah waktu terdedah dan terlapuknya. Uji ini khususnya digunakan
untuk mengkonfirmasi prediksi NAPP berdasarkan kandungan sulfur dan nilai ANC. Uji
NAPP dan NAG saling melengkapi dimana NAPP menyediakan potensi pembentukan
maksimum asam secara teoritis dan NAG adalah pengukuran langsung hasil net dari
kedua reaksi. Nilai pH larutan NAG (pH NAG) dan nilai keasaman yang dapat
dititrasikan sampai dengan pH 4,5 dan pH 7,0 ditentukan setelah sampel bereaksi dan
dipanaskan serta didinginkan. Selama pengujian, pembentukan dan penetralan asam bisa
terjadi secara menerus sehingga pada akhir pengukuran akan didapatkan pembentukan
asam bersih dari sampel. Hasil analisis untuk ph NAG menunjukkan nilai 4,11 dan 5,39.
- Analisa S Total
Nilai TS sampel dari hasil analisa adalah 0,37 dan 6,43%. Nilai ini bisa dibilang rendah dan
dalam kondisi ini diasumsikan bahwa semua sulfur yang terbentuk yaitu sulfur organik, dan
juga dengan nilai kapasitas kemampuan menetralkan asam yang cukup tinggi.
- Analisa NAPP
Metode NAPP (Net Acid Production Potential/ Potensi Produksi Asam Netto) adalah
merupakan metode pencegahan pembentukan air asam tambang melalui identifikasi
karateristik batuan dengan menggunakan potensi keasaman maksimum (MPA/Maximum
Potential Acidity) yang diturunkan dari % berat sulfida, dan kapasitas netralisasi asam
(ANC/Acid Neutralization Capacity) wt% Ca . NAG (Net Acid Generation) merupakan
analisa jumlah potensi keasaman yang terbentuk setelah terjadi reaksi pirit dalam batuan
di area tambang. Adapun reaksi yang terjadi dalam NAG antara lain, reaksi keasaman dan
penetralan dengan hasil akhir reaksi oksidasi adalah nilai NAG pH yang menunjukkan
indikasi sifat keasaman atau kebasaan dari sampel batuan Nilai NAPP hasil analisa adalah
-5,1 dan -3,5. Hasil ini menunjukkan bahwa batuan sampel bersifat NAF.
BAB 5. KESIMPULAN
- Sampel berwarna putih keruh dan memiliki bercak coklat, strukturnya berongga
dan teksturnya dari yang halus hingga kasar. Sampel disusun oleh kuarsa sebagai
komponen dominan, beberapa butiran hematit dan goethite dijumpai sebagai
isian pori berbentuk lengkung lengkung halus. Au berada dalam mineral
elektrum (AuAg).
- Mineral yang terkandung dalam batuan bijih emas sebagian besar adalah mineral
oksida yaitu 84,7 % SiO2, 8,23% Fe2O3 dan lainnya.
- Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa batuan sampel bersifat NAF
yang ditunjukkan dari analisa ph pasta yaitu 7,05 dan 6,94; analisa S Tolah 0,37
dan 6,43% dan nilai NAPP -5,1 dan -3,5
DAFTAR PUSTAKA
[1] Andini, DE. (2017). Prediksi Kualitas Air Tambang Cebakan Emas Epithermal
High Sulfidation. Tesis Magister Rekayasa Pertambangan. ITB. Bandung
16
[2] Apriliansyah, Rifqi. Sri Widayanti. Noor Fauri I. 2020. Prediksi Pembentukan Air
Asam Tambang Berdasarkan Hidrokimia Air Tanah dan Air Permukaan di
Tambang Batubara. Prosiding Teknik Pertambangan. Prodi Teknik Pertambangan,
Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung. Indonesia
[3] Arif, I. 2014. Batubara Indonesia. Bandung: Gramedia Pustaka Utama.
[4] Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (2013)
[5] Gautama, R.S. 2014. Pembentukan, Pengendalian, dan Pengelolaan Air Asam
Tambang. Bandung: ITB.
[6] Hedenquist, JW., Arribas, A. (2021). Exploration Implications of Multiple
Formation Environments of Advanced Argillic Minerals. Economic Geology
[7] Lunt,D., Weeks, T. 2005. Process Flowsheet Selection. Developments in Minera
Processing, Vol. 15, Elsevier
[8] Marsden, John and C. Iain House. 2006. The Chemistry of Gold Extraction,
2nd edition. Society for Mining, Metallurgy and Exploration, Inc. : USA.
[9] Morin, K.A., Hutt, N.M., 1997, Environmental geochemistry of minesite drainage:
Practical and case studies: Vancouver, B.C., Minesite Drainage Assessment Group
(MDAG) Publishing, 333 p.
[10] Rencana Induk Penelitian Universitas Jember 2021-2025
[11] Siregar, LH., Nasution, Z., Fatimah. (2021). Pengelolaan Air Asam Tambang dari
Batuan Sisa di Pit Barani dan Ramba Joring serta Aplikasi Model Enkapsulasi pada
Bendungan Tailing di Tambang Emas Martabe. Serambi Engineering
[12] Syaputra, R. (2022). Identifikasi Pelapukan Batuan dalam Evolusi Pembentukan
Air Asam Tambang pada Uji Kinetik Skala Laboratorium menggunakan
Pendekatan Geokimia-Mineralogi-Tekstur: Studi Kasus Endapan High
Sulphidation Epithermal. Tesis Magister Rekayasa Pertambangan. ITB. Bandung.
[13] Vaughan, J. P. 2004. The Process Mineralogy of Gold: The Classification of
Ore Types. Journal of Metallurgy.
[14] Yibas, B. (2021). Oxidation Process and Formation of Acid Mine Drainage from
Gold Mine Tailings: A South African Perspective.
LAMPIRAN
- Artikel ilmiah (bukti submit) dan atau output penelitian lainnya
17