Anda di halaman 1dari 19

KEGIATAN

HIBAH DOSEN PEMULA

JUDUL PENELITIAN:
ANALISIS POTENSI AIR ASAM TAMBANG PADA BATUAN BIJIH
EMAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK GEOKIMIA

KELOMPOK RISET-DIMAS:
TEKNOLOGI SUMBER DAYA
MINERAL (TESRAL)

PENELITI
Siti Aminah S.Si., M.T., Ketua
Haeruddin, S.Si., M.T., Anggota 1
Ir. Fanteri Aji Dharma Suparno, S.T., M.S., Anggota 2
Ir Januar Fery Irawan S.T., M.Eng, Anggota 3

Level KeRis-DiMas Prodi/Bagian/Jurusan/Lab


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS JEMBER
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI
OKTOBER, 2023

2
RINGKASAN

Hubungan antara kegiatan penambangan dengan lingkungan selalu menjadi isu hangat
hingga saat ini. Salah satu bagian yang menjadi perhatian adalah adanya pencemaran air
yang disebabkan oleh kegiatan penambangan, Kegiatan penambangan, umumnya
tambang terbuka, mengakibatkan banyak dampak terhadap lingkungan. Lubang lubang
besar yang terbentuk serta rona lingkungan sekitarnya yang terganggu perlu dikelolah
dengan baik dan benar agar tidak membahayakan lingkungan sekitar (Arif, 2014).
Keasaman air tambang dapat sangat bervariasi tergantung pada jumlah dan jenis mineral
yang dikandungnya. Apabila dalam material tambang banyak mengandung mineral
karbonat maka tingkat keasaman air lindinya lebih rendah bahkan bisa menetralkan asam
yang terbentuk. Sifat setiap lapisan dapat mengandung mineral yang berbeda-beda.
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengetahui material batuan yang
berpotensi menghasilkan air asam tambang sebagai batuan Potentially Acid Forming
(PAF) dan Non-Acid Forming (NAF) dan mengidentifikasi mineral sulfida apa saja yang
terdapat pada batuan bijih emas tersebut. AAT sering juga disebut sebagai air asam
batuan (AAB) yaitu air pada kegiatan penambangan atau penggalian yang bersifat asam
dan memiliki keasaman tinggi dan terbentuknya akibat teroksidasinya mineral sulfida
disertai udara. Sumber keasaman adalah mineral sulfida yang dapat teroksidasi. Sumber
pengoksidasi yang utama adalah oksigen dalam udara (Gautama, 2014). Dengan
mengetahui sifat Potentially Acid Forming (PAF) dan Non-Acid Forming (NAF) dari
batuan bijih emas , maka dapat memilih proses pengolahan bahan galian, ekstraksi emas
dan penanganan setelah proses penambangan dan ekstraksi sehingga bisa meminimalisir
terbentuknya air asam tambang yang akan merugikan lingkungan. Adapun tujuan dari
penelitian ini adalah: mengidentifikasi dan mengetahui material batuan yang berpotensi
menghasilkan air asam tambang sebagai batuan Potentially Acid Forming (PAF) dan
Non-Acid Forming (NAF) dan mengidentifikasi mineral sulfida apa saja yang terdapat
pada batuan bijih emas tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel disusun
oleh kuarsa sebagai komponen dominan, beberapa butiran hematit dan goethite
dijumpai sebagai isian pori berbentuk lengkung lengkung halus. Au berada dalam
mineral elektrum (AuAg), mineral yang terkandung dalam batuan bijih emas
sebagian besar adalah mineral oksida yaitu 84,7 % SiO2, 8,23% Fe2O3 dan
lainnya. Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa batuan sampel bersifat
NAF yang ditunjukkan dari analisa ph pasta yaitu 7,05 dan 6,94; analisa S Total
0,37 dan 6,43% dan nilai NAPP -5,1 dan -3,5

KATA KUNCI: ore, AAT, lingkungan

3
DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan..................................................................................................................1
Ringkasan...................................................................................................................................2
Daftar Isi.....................................................................................................................................3
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................4
1.2 Perumusan Masalah..............................................................................................................5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian.............................................................................................5
BAB 2. KERANGKA TEORI (PENYELESAIAN MASALAH PENELITIAN).....................6
BAB 3. METODE PENELITIAN............... ..........................................................................9
BAB 4. HASIL YANG DICAPAI
4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan... ...................................................................................12
4.1 Status Luaran Penelitian......................................................................................................14
BAB 5. RENCANA PENYELESAIAN....................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................15
LAMPIRAN..............................................................................................................................15

4
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Emas adalah salah satu logam mulia yang mempunyai peran penting dan banyak
dipergunakan dalam kehidupan manusia. Keberadaan emas di alam sebagian besar
ditemukan dalam bentuk mineral, misalnya emas native, elektrum, calaverite, sylvanite
dan dalam mineral dimana emas sebagai unsur minor, misalnya arsenopirit, pirit dan
kalkopirit. Berdasarkan kemudahannya diekstraksi, bijih emas dapat diklasifikasikan
menjadi 3 tipe yaitu bijih emas tipefree-milling, bijih emas kompleks dan bijih emas tipe
refraktori. Bijih emas free-milling dapat ekstraksi dengan metode sianidasi konvensional
dan ukuran yang tidak terlalu halus menghasilkan persen ekstraksi diatas 90% (Lunt and
Weeks, 2005). Bijih emas kompleks mengandung komponen-komponen yang ikut
mengkonsumsi sianida dan oksigen sehingga konsumsi reagen pelindi yang dibutuhkan
sangat tinggi. Pada bijih refraktori, partikel emasyang berukuran halus terjebak dalam
mineral sulfida yang sulit dilarutkan dalam proses sianidasi. Termasuk dalam bijih
refraktori adalah tipe bijihpreg-robbing dimana bijih mengandung material-material
karbon (carbonaceous materials) yang cenderung mengadsorpsi emas yang sudah terlarut
pada proses sianidasi.
Hubungan antara kegiatan penambangan dengan lingkungan selalu menjadi isu hangat
hingga saat ini. Salah satu bagian yang menjadi perhatian adalah adanya pencemaran air
yang disebabkan oleh kegiatan penambangan, Kegiatan penambangan, umumnya
tambang terbuka, mengakibatkan banyak dampak terhadap lingkungan. Lubang lubang
besar yang terbentuk serta rona lingkungan sekitarnya yang terganggu perlu dikelolah
dengan baik dan benar agar tidak membahayakan lingkungan sekitar (Arif, 2014).
Keasaman air tambang dapat sangat bervariasi tergantung pada jumlah dan jenis mineral
yang dikandungnya. Apabila dalam material tambang banyak mengandung mineral
karbonat maka tingkat keasaman air lindinya lebih rendah bahkan bisa menetralkan asam
yang terbentuk. Sifat setiap lapisan dapat mengandung mineral yang berbeda-beda.
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi dan mengetahui material batuan yang
berpotensi menghasilkan air asam tambang sebagai batuan Potentially Acid Forming
(PAF) dan Non-Acid Forming (NAF) dan mengidentifikasi mineral sulfida apa saja yang
terdapat pada batuan bijih emas tersebut. AAT sering juga disebut sebagai air asam batuan
(AAB) yaitu air pada kegiatan penambangan atau penggalian yang bersifat asam dan
memiliki keasaman tinggi dan terbentuknya akibat teroksidasinya mineral sulfida disertai
udara. Sumber keasaman adalah mineral sulfida yang dapat teroksidasi. Sumber
pengoksidasi yang utama adalah oksigen dalam udara. Air merupakan salah satu reaktan
dalam proses pembentukan AAT dan juga sebagai media yang "mencuci" atau melarutkan
hasil oksidasi dalam air. Sumber air dapat berupa air limpasan hujan atau air tanah
(Gautama, 2014). Dengan mengetahui sifat Potentially Acid Forming (PAF) dan Non-
Acid Forming (NAF) dari batuan bijih emas , maka dapat memilih proses pengolahan
bahan galian, ekstraksi emas dan penanganan setelah proses penambangan dan ekstraksi
sehingga bisa meminimalisir terbentuknya air asam tambang yang akan merugikan
lingkungan.

Berdasarkan uraian tersebut, maka potensi SDM UNEJ sangat diperlukan dalam
pengelolaan sumberdaya alam baik dalam proses penambangan maupunpengelolaan
lingkungan yang berkaitan dengan proses penambangan dan pasca tambang. Potensi

5
sumberdaya mineral harus dimanfaatkan dan diolah dengan baik,agar tercapai gest mining
practise . Good mining practices adalah bagian dari upaya penerapan ESG
(Environmental, Social and Governance) yang dapat dicapai dengan cara ramah
lingkungan baik dari operasional hingga hasil produknya. Berdasarkan RIPP UNEJ 2021-
2025, maka penelitian ini sejalan dengan topik riset unggulan Universitas Jember, yaitu
Lingkungan dan Kebencanaan, dengan tema penelitiaan Teknologi Green Mining
Terintegrasi, dan sub tema Eksplorasi dan Pengolahan Tambang Ramah Lingkungan.

Penelitian ini sejalan dengan roadmap penelitian KeRis TESRAL 2019-2023 (Gambar 1)
tentang cadangan potensi sumber daya mineral wilayah tapal kuda dan kajian
lingkungannya. Penelitian ini juga sesuai dengan RIP Unej dengan riset unggulan
‘Lingkungan dan kebencanaan” dengan sub tema unggulan “Eksplorasi dan pengolahan
tambang ramah lingkungan”.

Gambar 1. Roadmap penelitian KeRis TESRAL 2022-2023

1.2 Perumusan Masalah

- Bagaimana karakterisasi sampel batuan bijih emas


- Mineral apa saja yang terdapat di dalam batuan bijih emas?
- Apakah batuan tersebut berpotensi menghasilkan air asam tambang?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:


1. Mengidentifikasi dan mengetahui material batuan yang berpotensi menghasilkan
air asam tambang sebagai batuan Potentially Acid Forming (PAF) dan Non-Acid Forming
(NAF)
2. Mengidentifikasi mineral sulfida apa saja yang terdapat pada batuan bijih emas
tersebut
Penelitian ini memberikan manfaat antara lain:
1. Memberikan informasi tentang karakterisasi sampel
6
2. Menberikan informasi mengenai potensi terbentuknya air asam tambang

BAB 2. KERANGKA TEORI (PENYELESAIAN MASALAH PENELITIAN)

1. Mineral Emas
Mineral-mineral emas yang penting ditunjukkan dalam Tabel 1 (Vaughan, 2004). Mineral
emas pada kelompok A adalah mineral dimana emas terdapat sebagai logam berharga
yang utama., sedangkan pada kelompok B emas terdapat sebagai unsur minor yang tetap
dianggap penting dalam proses pengolahan emas.

Tabel 1. Mineral-mineral emas yang penting (Vaughan, 2004)


Kelompok A Kelompok B
Mineral Emas Umum Mineral lain yang mengandung emas
Native gold, Au Arsenopyrite, (FeAsS), <0.3 ppm-1.7 wt%
Elektrum, (Au,Ag) (20-50%Ag) Loellingite, (FeAs2), 1.5-1.087 ppm
Calaverite, AuTe2 Pyrite, (FeS2), <0.25-800 ppm
Krennerite, (Au,Ag)Te2 Tetrahedrite, (Cu12As4S13), <0.25-59 ppm
Sylvanite, AuAgTe4 Pyrrhotite, (Fe1-xS), 0.006-1.8 ppm
Petzite, Ag3AuTe2 Marcasite, (FeS2), 0.05-4.1 ppm
Aurostibite, AuSb2
Maldonite, Au2Bi
Auricupride, AuCu3

Berdasarkan kemudahannya ketika diekstraksi, bijih emas dapat diklasifikasikan menjadi


beberapa tipe (Lunt & Weeks, 2005):

1. Bijih emas free-milling.


Beberapa pertimbangan tambahan dalam pengolahan bijih emas jenis ini adalah:
a. Kadar emas dan tingkat rekoveri yang diharapkan
Pengolahan cadangan emas berkadar rendah dapat dilakukan dengan pelindian tumpukan.
Proses pelindian ini lebih ekonomis karena tidak memerlukan proses pengecilan ukuran
bijih ataupun pemisahan padat- cair antara residu dengan larutan hasil pelindian.Akan
tetapi, proses pelindian tumpukan biasanya menghasilkan rekoveri yang rendah dan
waktu proses yang lama serta permasalahan penyumbatan dalam tumpukan bijih bila bijih
mengandung clay yang tinggi.
Pelindian agitasi pada suhu ruangandapat dipilih apabila kadar emasnya cukup tinggi
meskipun diperlukan biaya untuk proses penggerusan dan pengadukan.
b. GRG (Gravity-Recoverable Gold)
7
Persentase GRG dari keseluruhan kandungan emas menunjukkan banyaknya emas yang
dapat diperoleh terlebih dahulu dengan menggunakan peralatan konsentrasi gravitasi
(shaking table, spiral, jig dan konsentrator sentrifugal seperti Knelson dan Falcon
Concentrator).
c. Rasio emas-perak
Pada umumnya, semakin besar rasio perak-emas,proses rekoveri emas terlarut yang
cocok adalahProses Merrill-Crowe.

2. Bijih emas kompleks.


Bijih ini membutuhkan konsumsi sianida dan oksigen yang lebih banyak saat sianidasi
apabila dibandingkan bijih emas free-milling. Pengolahan dan biaya pengolahan bijih tipe
ini berada di antara jenis free-milling dan refraktori. Dalam jenis ini, bijih mengandung
pengotor (gangue mineral) yang memiliki salahsatu atau lebih dari sifat-sifat berikut.
a. Cyanicidies (mengkonsumsi sianida).
Mineral pengotor yang ikut mengkonsumsi sianida contohnya adalah mineral-mineral
tembaga (malachite, native Cu, cuprite, bornite) dan sulfur elemental.
b. Mengkonsumsi oksigen.
Mmineral pengotor yang dapat mengkonsumsi oksigen secara signifikan adalah mineral-
mineral Fe/Sb/As.

3. Bijih emas refraktori, bijih ini lebih sulit diekstraksi dan persen ekstraksinya pun
rendah karena emas berukuran sangat halus danterjebak didalam matriks mineral-mineral
sulfida yang sulit dilarutkan.Selain itu, yang termasuk dalam bijih refraktori adalah bijih
preg-robbing, yaitu bijih yang mengandung material-material karbon(carbonaceous
materials)yang cenderung mengadsorpsi emas yang sudah terlarut pada proses sianidasi.

4. Berdasarkan sifat tingkat rekoveri emas, bijih dapat diklasifikasikan menjadi non-refraktori
(rekoveri >95%), refraktori ringan (rekoveri 80- 95%), refraktori sedang (rekoveri 50-80%) dan
refraktori berat (rekoveri
<50%) (Vaugan, 2004).

2. Air Asam Tambang


Air Asam Tambang merupakan salah satu isu lingkungan yang berpotensi terjadi di
kegiatan penambangan baik batubara maupun bijih. Air asam tambang terbentuk karena
adanya mineral sulfida yang tersingkap akibat kegiatan penggalian dan penimbunan
batuan penutup. Mineral sulfida tersebut kontak dan teroksidasi oleh oksidator utama
yakni oksigen dan membentuk produk-produk oksidasi. Produk-produk oksidasi tersebut
kemudian terlindi oleh adanya air (air hujan). Hal ini menyebabkan peningkatan
keasaman di badan air penerima yang ditandai dengan rendahnya nilai pH. Selain
peningkatan keasaman, pembentukan air asam tambang juga menyebabkan peningkatan
terhadap konsentrasi logam-logam terlarut di badan air penerima. Direktorat Jenderal
Mineral dan Batubara (2013), mendefinisikan air asam tambang sebagai berikut:“Air
tambang yang mengandung sulfat bebas yang terjadi sebagai air lindian (leachate), air
rembesan (seepage), atau air penirisan (drainage), yang kemudian terpengaruh oleh
proses oksidasi mineral-minreal sulfide yang terdapat pada batuan, sebagai akibat
kegiatan eksplorasi dan/atau eksploitasi, sehingga air tersebut mempunyai nilai pH
rendah (<7)”.
Di pertambangan batubara atau bijih yang menerapkan metode tambang terbuka (open
pitmine), air asam tambang berpotensi terbentuk di dua lokasi yakni pit penambangan
8
(mine pit) dan timbunan batuan penutup (overburden disposal). Pembentukan air asam
tambang di pit penambangan tidak dapat dihindari ketika lapisan batuan penutup yang
berpotensi membentuk air asam tambang tersingkap menjadi dinding pit dan kontak
dengan oksigen dan air. Mineral sulfida merupakan mineral yang secara alami
berdasarkan proses pembentukannya sudah terkandung didalam batuan. Mineral yang
menjadi sumber pembentuk air asam tambang ini berpotensi dapat ditemukan di area
penambangan baik tambang batubara maupun mineral (emas, lead, zinc, dll). Terdapat
beberapa jenis mineral yang menyebabkan terbentuknya air asam tambang.
Air asam tambang (AAT) dihasilkan di atau dalam sisa batuan, tailing, dinding pit
tambang terbuka dan tambang bawah tanah. Mineral sulfida seperti pirit teroksidasi dan
hadir di air dan udara melalui oksigen yang menghasilkan air asam tambang melalui
proses kimia dan biokimia. Oksidasi mineral sulfida dapat dideskripsikan dengan
persamaan (Morin and Hutt, 1997 dalam Bussiere, 2009) dengan langkah pertama
terjadinya oksidasi langsung dari pirit (FeS2) oleh oksigenyang menghasilkan sulfat (SO
2-
), ferrous iron (Fe2+) dan keasaman (H+) :
2FeS2 + 7O2 + 2H2O = 2Fe2+ + 4SO42- + 4H+ (1)
Reaksi selanjutnya ferrous iron teroksidasi menjadi ferric iron
(Fe3+). 2Fe2+ + 1/2O2 + 2H+ = 2Fe3+4+ H2O (2)
Ferrous iron juga dapat teroksidasi menghasilkan iron hidroksida (FeOOH) dankeasaman.
Fe2+ + 1/4O2 + 3/2H2O = FeOOH + 2H+ (3)
3+
Pada saat pH > 4, Fe akan terendapkan sebagai ferric hidroksida (Fe(OH)3),lepas ke
lingkungan dengan sangat asam.
Fe3+ + 3H2O = Fe(OH)3 + 3H+ (4)
Pada saat pH < 4, Ferric iron akan larut dan mengoksidasi pirit secara langsung dan
melepas asam kesekelilingnya dengan bebas.
FeS2 + 14Fe3+ + 8H2O = 15Fe2+ + 2SO 2- + 16H+ (5) 4
Secara keseluruhan reaksi oksidasi pirit dapat diperlihatkan sebagai berikut :
FeS2 + 15/4O2 + 7/2H2O = Fe(OH)3 + 2H2SO4 (6)
Permasalahan air asam tambang adalah salah satu dampak potensial yang dihadapi
industri pertambangan. Air asam tambang juga mengandung logam berat seperti besi (Fe),
alumunium (Al), mangan (Mn). Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Selatan
Nomor 08 Tahun 2012 tentang Baku Mutu Limbah Cair (BMLC)Bagi Kegiatan Industri,
Hotel, Rumah Sakit, Domestik dan Kegiatan Pertambangan.

Tabel 2. Baku Mutu Limbah Cair dan Pertambangan


Parameter Satuan Kadar Maksimum
pH 6–9
Residu Tersuspensi mg/l 300
Besi (Fe) mg/l 7
Mangan (Mn) mg/l 4
sumber : Anonim, 2012.

Air Asam Tambang (AAT) merupakan limbah yang berbahaya sebab mengandung
logam-logam berat dan sulfat yang tinggi. Pengolahan AAT dapat dilakukan melalui 2
cara, yaitu secara aktif maupun pasif. Pengolahan secara aktif adalah melalui penambahan
bahan kimia bersifat alkali (Zahriska Dewani, 2015).
9
Pengolahan yang paling umum digunakan adalah dengan metode mengolah debit air asam
tambang dengan pengolahan aktif dimana pengolahan menggunakankimia penetral yang
ditambahkan terus menerus ke air asam tambang, (Johnson and Hallberg, 2005 dalam
Newcombe, 2009). Proses penetralan air asam tambang ini akan mengendapkan logam-
logam terlarut dan akan membentuk selimut lumpur (sludge blanket). Kelemahan dari
pengolahan aktif ini adalah memerlukan biaya yang besar dan memindahkan atau
membuang selimut lumpur yang mengandung logam.

BAB 3. METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas Jember.


Kegiatan penelitian berlangsung mulai bulan Juli 2023 sampai Desember 2023. Analisis
sampel batuan dilaksanakan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral
dan Batu Bara.
Peralatan gelas yang digunakan meliputi beaker glass, gelas ukur, labu ukur, corong,
erlenmeyer, pipet ukur dan buret titrasi. Alat untuk analisis dan pengukuran yang
digunakan adalah Atomic Absorption Spectrophotometer (AAS), pH-meter dan timbangan
digital.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi sampel bijih (ore) dan bahan reagen
kimia yaitu natrium hidroksida, NaCN padat, Ca(OH)2 dan akuades.
1. Preparasi Sampel
Preparasi bijih :
• Bijih dikeringkan di oven 105OC selama semalaman atau ± 24 jam.
• Bijih kering dikecilkan ukurannya sehingga mendapatkan ukuran minimal sekitar
80%<200# (74 mikron) dan selanjutnya akan melalui proses pengayakan
• Contoh bijih akan dibagi menjadi paket-paket contoh yang homogen
2. Analisis Mineragrafi
Analisis mineragrafi bertujuan untuk mendeskripsikan tekstur dan susunan mineral bijih
menggunakan mikroskop reflektif yang baik pada batuan samping dan urat kuarsa yang
mengandung mineral opak (sulfida/oksida). Selama analisis mineragrafi dari . sampel
batuan, . persiapan yang tepat harus dilakukan agar analisis berhasil hampir sempurna.
Preparat yang digunakan dalam analisis minerografi adalah bagian yang dipoles.
Potongan yang dipoles adalah sampel batuan yang telah dihaluskan pada satu atau lebih
permukaan dan kemudian dibentuk dengan menggunakan bubuk transoptik.
3. AAS
AAS (spektrometri serapan atom ) adalah teknik yang paling umum digunakan untuk
analisis elemen tunggal standar. AAS (Atomic Absorption Spectrometry) adalah alat yang
digunakan dalam metode analisis untuk penentuan unsur logam dan metaloid berdasarkan
serapan dari radiasi atom bebas.
4. Uji Statik
Uji statik pada umumnya dilakukan untuk mengetahui karakteristik pada batuan dalam
pembentuk PAF dan NAF. Uji statik ini telah dirancang untuk menghitung neraca antara
komponen pembentuk asam yang berupa mineral sulfida serta kompenen pengkonsumsi
asam, yang paling utama didalam sampel batuan yaitu terdapat mineral karbonat. Dapat
10
disebut uji statik karena uji ini tidak mempetimbangkan laju pembentuk dan penetral
asam. Adapun parameter dari hasil uji statik ini yaitu diurutkan pH Pasta , %TS, NAG,
MPA, ANC dan NAPP. Tujuan dari hasil uji ini yaitu untuk mengetahui potensi atau
tidaknya dalam menghasilkan asam (PAF / NAF) yang terjadi pada batuan (SNI 6579,
2011).
5. XRD
XRD digunakan untuk menganalisis komposisi fase atau senyawa dalam suatu material
dan juga untuk mengkarakterisasi kristal. Prinsip dasar XRD adalah pembiasan cahaya
melalui celah kristal. Pembiasan cahaya dari kisi atau kristal ini dapat terjadi jika difraksi
berasal dari berkas yang panjang gelombangnya sesuai dengan jarak antar atom, yaitu
kira-kira 1 Angstrom. Sinar-X, elektron dan neutron digunakan sebagai radiasi. Sinar-X
adalah foton berenergi tinggi dengan panjang gelombang antara 0,5 dan 2,5 angstrom.
Ketika berkas sinar-X berinteraksi dengan suatu bahan, sebagian sinar tersebut diserap,
dipancarkan, dan sebagian lagi dibiaskan. XRD mendeteksi hamburan difus ini. Beberapa
sinar-X yang dihamburkan saling meniadakan karena fasenya berbeda, dan beberapa
saling memperkuat karena fasenya sama. Sinar-X yang saling menguatkan ini disebut
sinar difraksi. Hukum Bragg mendefinisikan persyaratan yang harus dipenuhi agar sinar
X-ray yang tersebar menjadi sinar yang tersebar.

Sampel Bijih Emas

Preparasi

Uji Komposisi: XRF, XRD, Mineragrafi dan AAS


Uji PAF dan NAF

Analisis hasil uji komosisi dan PAF NAF

Analisis geokimia dan pembentuk asam

Keterkaitan geokimia batuan


dengan mineral pembentuk asam
dan lingkungan

Hasil
Gambar 2. Diagram alir pelaksanaan penelitian

Luaran utama yang ditargetkan yaitu Riset Geologi dan Pertambangan) terakreditasi Sinta
2, dan luaran tambahan. Penjelasan terkait target luaran penelitian ini lebih rincinnya
tertera pada Tabel 2.

11
Tabel 3. Rencana target capaian tahunan
No Jenis Luaran Indikator Capaian
Kategori Sub Kategori Wajib Tambahan TS1 TS+1 TS+2
Artikel ilmiah dimuat Internasional bereputasi - -
1 di jurnal2)
Nasional Terakreditasi √ Submitted Accepted Published
Nasional tidak terakreditasi - -

2 Artikel ilmiah dimuat di Internasional - -


prosiding3) Terindeks
Nasional - -

3 Invited speaker Internasional - -


dalam temu ilmiah4)
Nasional - -
4 Visiting Lecturer5) Internasional - -

Paten - -
Paten sederhana - -
Hak Cipta - -
Merek dagang - -
Hak Kekayaan Rahasia dagang - -
5 Intelektual (HKI)6)
Desain Produk Industri - -
Indikasi Geografis - -
Perlindungan Varietas - -
Tanaman
Perlindungan Topografi - -
Sirkuit
Terpadu
6 Teknologi Tepat Guna7) - -
7 Model/Purwarupa/Desain/Karya seni/ Rekayasa - -
Sosial8)
8 Bahan Ajar9) - √ Tidak ada Draft Sudah ada
9 Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT)10) 2 - 2 3 4

Tabel 4. Personel penelitian dan tugas serta tanggungjawabnya


No. Nama Bidang Keahlian Tugas dan Tanggung Jawab
1. Siti Aminah, S.Si., M.T. Pengolahan Bahan Mengkoordinir tim dan bertanggung jawab atas
Galian seluruh perencanaan dan pelaksanaan
Penelitian, mengidentifikasi karakteristik batuan,
menganalisis hasil penelitian dan mempersiapkan
administrasi untuk keperluan penelitian
2. Januar Fery Irawan, S.T., Geologi Lingkungan Melakukan interpretasi data penelitian dan melihat
M.Eng dari aspek geologi

3. Fanteri Aji Dharma S, PerencanaanTambang Mengidentifikasi pemanfaatan mineral


S.T., M.S. batuan berdasarkan karakteristik geokimia yang
berkaitan dengan potensi sumberdaya
mineral logam berharga
4. Haeruddin, S.Si., M.T. Eksplorasi Menganalisis pemanfaatan mineral batuan
Sumberdaya Mineral berdasarkan karakteristik geokimia yang berkaitan
dengan potensi sumberdaya mineral logam berharga
5. Pembantu Peneliti Survey dan Membantu mempersiapkan alat selama survey dan
pengolahan data pengolahan data

12
BAB 4. HASIL YANG DICAPAI

4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan

- Analisa Hasil Mineragrafi


Analisis mineragrafi sayat poles dilakukan untuk mengatahui letak, ukuran emas
dan mineral pengikut emas yang terkandung dalam bijih emas tersebut. Contoh sampel
akan dibuat preparat agar analisis bias dilakukan dengan baik, yaitu preparat sayat poles.
. Pengambilan gambar dilakukan di bawah cahaya pantul Nikon Eclipse 50 iPol.

Sampel berwarna putih keruh dan memiliki bercak coklat, strukturnya berongga
dan teksturnya dari yang halus hingga kasar. Preparat poles batuan dibuat dari impregnasi
butiran pasir kasar yang berasal dari penggerusan sampel, memperlihatkan tebaran
pecahan mineral kuarsa dan oksida logam dalam matrik akrilik. Kemelimpahan mineral
tidak mencerminkan proporsi dalam sampel karena butiran hasil gerusan sampel telah
mengalami pendulangan hingga didapatkan konsentrat mineral bijih. Pengamatan
dibawah mikroskop pantul memperlihatkan kemelimpaham mineral secara relatif.
Sampel B disusun oleh kuarsa sebagai komponen dominan, beberapa butiran hematit dan
goethite dijumpai sebagai isian pori berbentuk lengkung lengkung halus.

Gambar 3. Sampel

Beberapa mineral yang terkandung dalam batuan bijih emas adalah sebagai
berikut:
1. Hematit (Fe2 O3): putih abu abu terang, pecahan tidak beraturan, menempel pada
pecahan kuarsa, sebagai isian pori batuan yang tidak penuh, berbentuk banding halus
pada dinding pori, kadang dijumpai berasosiasi dengan goethite
2. Gutit (Fe O2 nH2O): abu-abu gelap, pecahan tidak beraturan, menempel pada
pecahan kuarsa, sebagai isian pori batuan yang tidak penuh, berbentuk banding halus
pada dinding pori, kadang dijumpai berasosiasi dengan hematite.
3. Kuarsa (SiO2): abu-abu gelap, pecahan tidak beraturan, biasanya granuler, sebagai
komponen paling dominan.
Tabel 5. Intensitas kandungan mineral
Mineral logam % Mineral non logam %
Hematit >> Kuarsa >>>>>
Gutit > argilit <

13
Gambar 4. Micrografi sampel B, qz : kuarsa, hm : hematit, gt : goethite

- Analisa Hasil X-Ray Fluorescence (XRF)


Analisis komposisi unsur kimia beserta konsentrasinya dalam bijih dilakukan
dengan X-Ray Fluorescence (XRF). Analisis ini umumnya memang digunakan untuk
menganalisa unsure dalam mineral atau batuan, dikarenakan analisis ini dapat dilakukan
secara kualitatif dan kuantitatif.

Tabel 6. Hasil analisis kandungan senyawa

14
Tabel 7. Hasil analisis kandungan unsur

Tabel 5. Komposisi unsur yang terkandung dalam contoh sampel


Senyawa Komposisi (%) Unsur Komposisi (%)
Na2O 0.0777 Na 0.0840
Al2O3 0.653 Al 0.574
SiO2 84.7 Si 72.9
SO3 4.46 S 4.43
Cl 0.0580 Cl 0.147
K2O 0.0394 K 0.0836
CaO 0.0920 Ca 0.169
TiO2 0.525 Ti 0.831
Cr2O3 0.0867 Cr 0.163
Fe2O3 8.23 Fe 17.2
CuO 0.0319 Cu 00.0875
As2O3 0.0180 As 0.0476
SrO 0.0614 Sr 0.183
ZrO2 0.0075 Zr -
BaO 0.997 Ba 3.07

- Analisa pH pasta
Paste pH atau pH pasta merupakan salah satu metode uji potensi pembentukan air
asam tambang yang sangat sederhana. Pencampuran sampel batuan dengan air deionisasi
diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap reaksi langsung ketika mineral sulfida
kontak dengan air dan oksigen. Jika mineral sulfida cukup reaktif, maka pH paste akan
menunjukkan pH yang rendah. Perilaku ini kan sangat bergantung pada tingkat
sensitifitas dan kereaktifan mineral sulfida pada sampel. Hasil pengujian sampel
menunjukkan pH pasta sampel adalah 7,05 dan 6,94. Dengan melihat nilai pH pasta yang
menunjukkan pH basa, maka batuan sampell bisa dikelompokkan menjadi batuan NAF.
15
- Analisa pH NAG
NAG Test merupakan uji lainnya yang digunakan untuk mengklasifikasikan jenis
batuan yang berpotensi membentuk air asam tambang yang dinyatakan dalam kg
H2SO4/ton material. Hasil dari NAG Test mengindikasikan potensi pembentukan asam
dari sampel batuan setelah waktu terdedah dan terlapuknya. Uji ini khususnya digunakan
untuk mengkonfirmasi prediksi NAPP berdasarkan kandungan sulfur dan nilai ANC. Uji
NAPP dan NAG saling melengkapi dimana NAPP menyediakan potensi pembentukan
maksimum asam secara teoritis dan NAG adalah pengukuran langsung hasil net dari
kedua reaksi. Nilai pH larutan NAG (pH NAG) dan nilai keasaman yang dapat
dititrasikan sampai dengan pH 4,5 dan pH 7,0 ditentukan setelah sampel bereaksi dan
dipanaskan serta didinginkan. Selama pengujian, pembentukan dan penetralan asam bisa
terjadi secara menerus sehingga pada akhir pengukuran akan didapatkan pembentukan
asam bersih dari sampel. Hasil analisis untuk ph NAG menunjukkan nilai 4,11 dan 5,39.

- Analisa S Total
Nilai TS sampel dari hasil analisa adalah 0,37 dan 6,43%. Nilai ini bisa dibilang rendah dan
dalam kondisi ini diasumsikan bahwa semua sulfur yang terbentuk yaitu sulfur organik, dan
juga dengan nilai kapasitas kemampuan menetralkan asam yang cukup tinggi.

- Analisa NAPP
Metode NAPP (Net Acid Production Potential/ Potensi Produksi Asam Netto) adalah
merupakan metode pencegahan pembentukan air asam tambang melalui identifikasi
karateristik batuan dengan menggunakan potensi keasaman maksimum (MPA/Maximum
Potential Acidity) yang diturunkan dari % berat sulfida, dan kapasitas netralisasi asam
(ANC/Acid Neutralization Capacity) wt% Ca . NAG (Net Acid Generation) merupakan
analisa jumlah potensi keasaman yang terbentuk setelah terjadi reaksi pirit dalam batuan
di area tambang. Adapun reaksi yang terjadi dalam NAG antara lain, reaksi keasaman dan
penetralan dengan hasil akhir reaksi oksidasi adalah nilai NAG pH yang menunjukkan
indikasi sifat keasaman atau kebasaan dari sampel batuan Nilai NAPP hasil analisa adalah
-5,1 dan -3,5. Hasil ini menunjukkan bahwa batuan sampel bersifat NAF.

BAB 5. KESIMPULAN

- Sampel berwarna putih keruh dan memiliki bercak coklat, strukturnya berongga
dan teksturnya dari yang halus hingga kasar. Sampel disusun oleh kuarsa sebagai
komponen dominan, beberapa butiran hematit dan goethite dijumpai sebagai
isian pori berbentuk lengkung lengkung halus. Au berada dalam mineral
elektrum (AuAg).
- Mineral yang terkandung dalam batuan bijih emas sebagian besar adalah mineral
oksida yaitu 84,7 % SiO2, 8,23% Fe2O3 dan lainnya.
- Berdasarkan hasil pengujian menunjukkan bahwa batuan sampel bersifat NAF
yang ditunjukkan dari analisa ph pasta yaitu 7,05 dan 6,94; analisa S Tolah 0,37
dan 6,43% dan nilai NAPP -5,1 dan -3,5

DAFTAR PUSTAKA

[1] Andini, DE. (2017). Prediksi Kualitas Air Tambang Cebakan Emas Epithermal
High Sulfidation. Tesis Magister Rekayasa Pertambangan. ITB. Bandung
16
[2] Apriliansyah, Rifqi. Sri Widayanti. Noor Fauri I. 2020. Prediksi Pembentukan Air
Asam Tambang Berdasarkan Hidrokimia Air Tanah dan Air Permukaan di
Tambang Batubara. Prosiding Teknik Pertambangan. Prodi Teknik Pertambangan,
Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung. Indonesia
[3] Arif, I. 2014. Batubara Indonesia. Bandung: Gramedia Pustaka Utama.
[4] Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara (2013)
[5] Gautama, R.S. 2014. Pembentukan, Pengendalian, dan Pengelolaan Air Asam
Tambang. Bandung: ITB.
[6] Hedenquist, JW., Arribas, A. (2021). Exploration Implications of Multiple
Formation Environments of Advanced Argillic Minerals. Economic Geology
[7] Lunt,D., Weeks, T. 2005. Process Flowsheet Selection. Developments in Minera
Processing, Vol. 15, Elsevier
[8] Marsden, John and C. Iain House. 2006. The Chemistry of Gold Extraction,
2nd edition. Society for Mining, Metallurgy and Exploration, Inc. : USA.
[9] Morin, K.A., Hutt, N.M., 1997, Environmental geochemistry of minesite drainage:
Practical and case studies: Vancouver, B.C., Minesite Drainage Assessment Group
(MDAG) Publishing, 333 p.
[10] Rencana Induk Penelitian Universitas Jember 2021-2025
[11] Siregar, LH., Nasution, Z., Fatimah. (2021). Pengelolaan Air Asam Tambang dari
Batuan Sisa di Pit Barani dan Ramba Joring serta Aplikasi Model Enkapsulasi pada
Bendungan Tailing di Tambang Emas Martabe. Serambi Engineering
[12] Syaputra, R. (2022). Identifikasi Pelapukan Batuan dalam Evolusi Pembentukan
Air Asam Tambang pada Uji Kinetik Skala Laboratorium menggunakan
Pendekatan Geokimia-Mineralogi-Tekstur: Studi Kasus Endapan High
Sulphidation Epithermal. Tesis Magister Rekayasa Pertambangan. ITB. Bandung.
[13] Vaughan, J. P. 2004. The Process Mineralogy of Gold: The Classification of
Ore Types. Journal of Metallurgy.
[14] Yibas, B. (2021). Oxidation Process and Formation of Acid Mine Drainage from
Gold Mine Tailings: A South African Perspective.

LAMPIRAN
- Artikel ilmiah (bukti submit) dan atau output penelitian lainnya

17

Anda mungkin juga menyukai