Penambangan adalah seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengolahan,
dan pemurnian pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pacsa tambang. Menurut (Sukandarrumidi,1998), usaha pertambangan adalah semua usaha yang dilakukan oleh seseorang atau badan hukum atau badan usaha untuk mengambil bahan galian dengan tujuan untuk dimanfaatkan lebih lanjut bagi kepentingan manusia. Sedangkan kegiatan penambangan adalah serangkaian kegiatan dari mencari dan mempelajari kelayakan sampai dengan pemanfaatan mineral, baik untuk kepentingan perusahaan, masyarakat sekitar, maupun pemerintah (daerah dan pusat). Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil bumi, terutama pada hasil tambang. Sebagian besar kegiatan penambangan menggunakan metode tambang terbuka. (warsito,2018). Semakin besar skala kegiatan pertambangan, makin besar pula area dampak yang ditimbulkan. Perubahan lingkungan akibat kegiatan pertambangan dapat bersifat permanen, atau tidak dapat dikembalikan kepada keadaan semula. Dampak negative dari penambangan dapat menimbulkan masalah yang sangat serius terkait dengan masalah lingkungan dimana orang menggunakan bahan kimia berbahaya, bahan-bahan yang digunakan tidak hanya dapat menggangu dan merusak ekosistem, tetapi juga mempengaruhi kesehatan manusia itu sendiri.Adapun salah satu dampak negative dari penambangan adalah menurunnya kualitas air contohnya pada pemisahan batuabara dan belerang, limbah pemcucian tersebut mencemari air sungai, membuat air sungai menjadi keruh dan asam. Penelitian telah menujukan bahwa limbah pencucian batubara mengandung zat berbahaya bagi kesehatan saat mengkomsumsi air dan dapat menyebabkan penyakit kulit seperti kanker kulit pada manusia(Ananda,2022). Menurut (said M S,2019) Air asam tambang (AAT) merupakan dampak lingkungan penting dari kegiatan pertambangan, baik tambang bijih maupun tambang batubara yang teroksidasi dengan mineral sulfida. Isu ini menjadi semakin penting apabila penanganan AAT tidak dilakukan dengan baik maka akan menjadi beban pada masa pascatambang. Berdasarkan keputusan Menteri negara lingkungan hidup nomor 113 tahun 2003 tentang baku mutu air limbah bagi usaha atau kegiatan pertambangan mengatakan bahwa nilai pH air diangka 6-9 mg/l.(samosir,2014). upaya pengolahan yang telah diaplikasikan untuk mengurangi dampak limbah cair pertambangan telah banyak dilakukan,metode yang umun digunakan(metode konvensional) adalah dengan menambahkan bahan kimia tertentu seperti tawas (prihatini N.S,2015).tetapi menurut (samosir,2014) penggunaan tawas untuk menetralkan air asam tambang kurang efektif. Untuk mengatasi hal tersebut digunakan limbah batu bara yaitu fly ash dan bottom ash. Fly ash dan bottom ash adalah sbu sisa pembakaran. Fly ash adalah material yang memiliki ukuran butiran yang halus yang terbawa gas buang dan di peroleh dari hasil pembakaran batubara sedangngkan bottom ash adalah abu halus yang tertinggal dan dikeluarkan dari bawah tungku proses pembembakaran. Hasil Uji analisa sampel dilakukan menggunakan instrument analisa X-Ray Fluorescence (XRF) Diperoleh kandungan mineral penyusun fly ash sebagai berikut: Feri Oksida (Fe2O3) 18,60%, Aluminium Oksida (Al2O3) 14,96%, Kalsium Oksida / Kapur Tohor (CaO) 14,78%, Magnesium Oksida (MgO) 2,74%, Sulfur/Belerang Trioksida (SO3) 1,97%, Unburn Carbon (Lost On Ignition/LOI) 1,29%, Natrium Oksida (Na2O) 0,47% dan terakhir Kalium Oksida (K2O) dengan kadar 0,56%. Dan Diperoleh mineral penyusun bottom ash sebagai berikut: Silikon dioksida (SiO2) yang memiliki kadar 68,38%. Selebihnya kandungan mineral penyusun pada bottom ash tersebut berturut-turut adalah Kalsium Oksida / Kapur Tohor (CaO) 10,98%, Aluminium Oksida (Al2O3) 8,47%, Feri Oksida (Fe2O3) 6,63%, Magnesium Oksida (MgO) 3,44%, Unburn Carbon (Lost On Ignition/LOI) 1,29%, Sulfur/Belerang Trioksida (SO3) 1,97%, Natrium Oksida (Na2O) 0,48% dan terakhir Kalium Oksida (K2O) dengan kadar 0,07% (samosir,2014). kandungan aluminium oksida dan mineral yang mengandung kapur dapat menetralkan air asam karena memiliki sifat alkalinitas (said,2019). Pada penelitian sebelumnya juga telah ada yang menggunakan fly ash dan bottom ash untuk menetralkan air asam tambang seperti pada penelitian (said,2019). yaitu “Analisis Kandungan Fly Ash Sebagai Alternatif Bahan Penetral Dalam Penanggulangan Air Asam Tambang”, penelitian ( herlina,2012). Yaitu” pengaruh fly ash dan kapur tohor pada netralisasi air asam tambang terhadap kualitas air asam tambang ( ph,Fe,& Mn) di iup tambang air laya PT.Bukit asam”. Adapun penelitian ini mengacu pada penelitian (samosir,2014) yaitu” pemanfaatan fly ash bottom ash dan tawas untuk penetralan air asam tambang”, dengan menentukan komposisi tertentu untuk mengetahui massa optimal fly ash bottom ash dan tawas untuk menetralkan air asam tambang serta mengetahui perbandingan massa optimal campuran FABA dan tawas untuk menetralkan air asam tambang. \
POTENSI HAYATI SERAT PURUN TIKUS (Eleocharis Dulcis) DALAM PROSES ADSORPSI KANDUNGAN LOGAM BERAT Merkuri (HG), TSS, DAN COD PADA LIMBAH CAIR PERTAMBANGAN EMAS