Anda di halaman 1dari 5

TUGAS 2

TEKNIK PENULISAN KARYA ILMIAH


Semester Genap Tahun Akademik 2021/2022

Judul/Topik
Kajian Fitoremediasi Air Asam Tambang Batubara sebagai Solusi Permasalahan Lingkungan
Penulis
Di Ajeng Arum Kusuma (201910901013)
Latar Belakang
Pencemaran lingkungan terutama badan air oleh drainase air yang berasal dari batuan
yang mengandung belerang disebut sebagai Acid Mine Drainage (AMD) atau biasa dikenal
dengan Air Asam Tambang (AAT) menjadi perhatian utama akhir-akhir ini. Meskipun AAT
dapat terjadi secara alami, namun tetap saja, aktivitas antropogenik seperti penambangan dan
pengolahan bijih logam dan batubara dapat memberikan dampak yang signifikan dalam skala
besar. Mineral sulfida terpapar ke lingkungan selama proses penambangan, menghasilkan
pembentukan asam dalam jumlah berlebih yang dapat memiliki efek berbahaya baik
langsung maupun jangka panjang terhadap lingkungan. Air asam tambang merupakan hasil
reaksi oksidasi batuan tambang yang kaya akan mineral sulfida (Schipper, 2004). AAT
ditandai dengan berubahnya warna air menjadi merah jingga karena ion ferro (Fe2+) yang
terdapat pada mineral pirit teroksidasi menjadi ferri (Fe3+). Di samping Fe juga dijumpai
logam-logam lain seperti Mn, Zn, Cu, Ni, Pb, Cd, dan lain-lain. Mineral sulfida yang
terdapat pada lahan bekas tambang batubara selain pirit (FeS) antara lain spalerit (ZnS),
galena (PbS), milerit (NiS), grinokit (CdS), covelit (CuS), kalkopirit (CuFeS), dan lain-lain
(Costelo, 2003). AAT menimbulkan dampak yang serius bagi lingkungan. Dampak negatif
yang ditimbulkan yaitu terganggunya ekosistem perairan dari aliran penerima drainase,
korosi peralatan dan mesin pertambangan, degradasi kualitas tanah dan kontaminasi air tanah
dengan pencucian logam berat yang ada dalam air asam tambang, serta kesehatan.
Beberapa metode dalam mengatasi limbah air asam tambang diantaranya dengan
metode fitoremediasi. Fitoremediasi adalah suatu teknologi yang menggunaan tanaman
untuk memperbaiki sebagian atau subtansi kontaminan tertentu dalam tanah, endapan,
kotoran/lumpur, air tanah, air permukaan, dan air sampah. Melalui metode ini air asam
tambang dapat dikelola untuk meminimalisir penyebab terjadinya dampak lingkungan yang
utama, yakni penurunan pH yang disebabkan oleh asam sulfat, dan terlarutnya logam berat
yang disebabkan oleh terlarutmya ion besi (Pivetz, 2001). Beberapa metode dalam mengatasi
limbah Air Asam Tambang diantaranya dengan metode fitoremediasi. Fitoremediasi adalah
suatu teknologi yang menggunaan tanaman untuk memperbaiki sebagian atau subtansi
kontaminan tertentu dalam tanah, endapan, kotoran/lumpur, air tanah, air permukaan, dan air
sampah. Melalui metode ini air asam tambang dapat dikelola untuk meminimalisir penyebab
terjadinya dampak lingkungan yang utama, yakni penurunan pH yang disebabkan oleh asam
sulfat, dan terlarutnya logam berat yang disebabkan oleh terlarutmya ion besi (Pivetz, 2001).
Pelaksanaan fitoremediasi memerlukan tanaman yang cocok serta mempunyai
kemampuan untuk memperbaiki lingkungan (Priyanto & Prayitno, 2002). Tumbuhan
memiliki kemampuan untuk menyerap ion-ion dari lingkungan ke dalam jaringan melalui
membran sel dengan sifat penyerapan ion oleh tumbuhan. Salah satu contoh jenis tanaman
yang digunakan dalam fitoremediasi adalah purun tikus (Eleocharis dulcis) yang dapat
tumbuh pada tanah bekas tambang batubara (Widyati, 2009). Krisdianto et al., (2006)
mengatakan bahwa purun tikus dapat berfungsi menurunkan kandungan Fe dalam tanah pada
petak yang di tanami padi yang airnya berasal dari limbah batu bara, dengan serapan Fe rata-
rata 1,1766 mg/L. Oleh karena itu, perlu pengkajian lebih lanjut mengenai fitoremediasi
AAT agar mampu memberikan solusi bagi permasalahan lingkungan.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada artikel ini yaitu:
1. Bagaimana pentingnya solusi hijau dalam konteks AAT batubara?
2. Bagaimana dampak AAT batubara bagi lingkungan sekitar pertambangan?
3. Bagaimana pelaksanaan fitoremediasi untuk lingkungan yang terdapak AAT batubara?
4. Bagaimana prespektif baru di bidang fitoremediasi untuk menangani AAT batubara?
Tahapan Penelitian
1. Kajian Pustaka
Tahapan penelitian pertama yang dilakukan ialah kajian pustaka. Kajian pustaka
dilakukan dengan cara mencari berbagai pustaka/literatur yang berkaitan dengan
fitoremediasi Air Asam Tambang khususnya dalam bidang pertambangan batubara,
penerapan solusi hijau, pelaksanaan fitoremediasi untuk lingkungan, dan prespektif-
prespektif baru di bidang fitoremediasi untuk menangani AAT. Selain itu, dilakukan juga
kajian literatur yang berkaitan dengan fitoremediasi tumbuhan purun tikus (Eleocharis
dulcis). Dari pustaka/literatur ini, tulisan akan disusun dan ditulis kembali menggunakan
bahasa penulis sendiri. Jenis kepustakaan yang digunakan yaitu jurnal nasional dan
internasional, laporan studi literatur Tugas Akhir terdahulu, dan artikel.
2. Studi Kasus
Tahapan penelitian yang kedua ialah studi kasus. Studi kasus pada artikel ini yaitu
dampak AAT pertambangan batubara yang menyebabkan dampak pada lingkungan dan
masyarakat sekitar daerah pertambangan, serta penerapan fitoremediasi yang telah dilakukan
oleh perusahaan pertambangan batubara sebelumnya.
3. Perumusan masalah dan tujuan
Setelah mendapatkan referensi dari tahapan sebelumnya, selanjutnya ialah melakukan
perumusan masalah dengan melakukan pembatasan terhadap masalah yang akan dibahas
selanjutnya. Tujuan juga sudah ditentukan sesuai dengan rumusan masalah yang ada.
4. Pengumpulan Data
Tahapan keempat yaitu dilakukan pengumpulan data-data yang sesuai dengan topik
permasalahan dari kajian pustaka dan studi kasus yang sudah ditentukan. Data yang
dikumpulkan yaitu mengenai penerapan solusi hijau, pelaksanaan fitoremediasi untuk
lingkungan, prespektif-prespektif baru di bidang fitoremediasi untuk menangani AAT,
fitoremediasi tumbuhan purun tikus (Eleocharis dulcis), dampak pada lingkungan dan
masyarakat sekitar daerah pertambangan, serta penerapan fitoremediasi yang telah dilakukan
oleh perusahaan pertambangan batubara sebelumnya.
5. Analisa Data
Tahapan penelitian yang terakhir yaitu analisa data. Data-data yang telah didapatkan
pada tahap sebelumnya dianalisa agar mendapatkan hasil yang menjawab rumusan masalah.
Diagram Alir

Referensi
Ariyani, D., Ramlah S., Umi B., dan Indah. 2014. Kajian Absorpsi Logam Fe Dan Mn Oleh
Tanaman Purun Tikus (Eleocharis Dulcis) Pada Air Asam Tambang Secara
Fitoremediasi. Sains dan Terapan Kimia. 8(2):87-93.
Costello, C. 2003. Acid Mine Drainage: Innovative Treatment Technologises. www.clu-
in.org. (di akses tanggal 27 April 2022).
Das, P. Kumar. 2018. Phytoremediation and Nanoremediation : Emerging Techniques
for Treatment of Acid Mine Drainage Water. Defence Life Science Journal. 3(2):190-
196.
Krisdianto, E. Purnomo, & E. Mikrianto. 2006. Peran Purun Tikus dalam Menurunkan Fe di
dalam Air Limbah Tambang Batubara. Program Penelitian dan Pengembangan
IPTEK. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru.
Pivetz, E. Bruce. 2001. Phytoremediation of Contaminated Soil and Ground Water at
Hazardous Waste Sites. EPA Ground Water Issue.
Priyanto, B & Prayitno, J. 2002. Fitoremediasi sebagai sebuah teknologi pemulihan
pencemaran, khususnya logam berat. http://ltl.bppt.tripod.com/sublab/lflora .htm
(diakses tanggal 27 April 2022)
Schipper, A.. 2004. Biogeochemistry of metal sulfide oxidation in mining environments,
sediment and soils. In Amend, J.P., K.J. Edwards, T.W. Lyons (Eds). Sulfur
Biogeochemistry – Past and Present. Geological Soc. of America. 379: 49 – 62.
Thomas, G. Craig S., dan Peter E. Holm. 2022. A critical review of phytoremediation for
acid mine drainageimpacted environments.
Widyati, E. 2009. Kajian Fitoremediasi sebagai Salah Satu Upaya Menurunkan Akumulasi
Logam Akibat Air Asam Tambang pada Lahan Bekas Tambang Batubara. Tekno
Hutan Tanaman. 2(2): 67–75.

Anda mungkin juga menyukai