Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM PTPSP

ANALISA LOGAM BERAT PADA TANAH DAN


ANALISA BOD COD PADA LINDI

DISUSUN OLEH

KELAS B KELOMPOK B
SEMESTER 3

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES
SURABAYA
TAHUN 2014

Nama Anggota Kelompok :


1. Maulana Mukhlisin

( P27833113049 )

2. Muhammad Ridho Dzulkarnain

( P27833113052 )

3. Fitria Alfiatus Solikhah

( P27833113047 )

4. Feryati Sudarsono

( P27833113050 )

5. Ratih Lukmitarani

( P27833113056 )

6. Rizqi Putri Husniyah

( P27833113062 )

7. Bisma Prabawa Adikara

( P27833113065 )

8. Imroatul Mufidah

( P27833113068 )

9. Nilam Sari

( P27833113071 )

10. Bella Zieta Parwitawinar

( P27833113076 )

11. Marifatun Nimah

( P27833113080 )

12. Lailatul Rochma Binti Juwaria

( P27833113083 )

13. Hasrini Indrias Tutik

( P27833113086 )

14. Muhammad Rizal Aisyudin

( P27833113089 )

15. Firda Rizki Aseda

( P27833113094 )

Judul praktikum
Hari, tanggal praktikum
Waktu praktikum
Tempat praktikum
Tujuan Praktikum

: Analisa Logam Berat Pada Tanah dan Analisa


BOD COD Pada Lindi
: Rabu, 25 September 2014
: 08.00-selesai
: Laboratorium kimia Kesehatan Lingkungan
Surabaya
: Mahasiswa dapat melakukan analisa logam
berat pada tanah dan mampu melakukan
analisa BOD COD pada lindi.

A. DASAR TEORI
1. Analisa Logam Berat Pada Tanah
Pencemaran

lingkungan

terjadi

karena

masuknya

atau

dimasukkannya bahan-bahan yang diakibatkan oleh berbagai kegiatan


manusia dan atau yang dapat menimbulkan perubahan yang merusak
karakteristik fisik, kimia, biologiatau estetika lingkungan tersebut
(Odum, 1971 dalam Institut Pertanian Bogor,2006).
Perubahan tersebut dapat terjadi di air, udara dan tanah sehingga
menimbulkan bahaya bagi kehidupan manusia atau spesies-spesies yang
berguna baik saat ini atau dimasa mendatang. Misalnya terlepasnya
senyawa organik dan anorganik berbahaya ke dalam lingkungan oleh
perilaku manusia seperti pembuangan limbah industri yang belum diolah
secara baik. Akibatnya akan terjadi perubahan sifat fisik, kimia dan
biologi yang tidak diinginkan terhadap tanah, air dan udara yang
selanjutnya dapat berdampak terhadap kehidupan makhluk hidup dan
habitatnya (Institut Pertanian Bogor, 2006).
Pencemaran tidak hanya dapat terjadi di air dan udara namun
dapat pula terjadi di tanah. Pencemaran yang terjadi di tanah akan
berpengaruh pada tumbuhan yang tumbuh di atasnya. Tanah adalah suatu
benda alam yang bersifat kompleks atau memiliki suatu sistem yang
hidup dan dinamis.
Bahan penyusun tanah adalah batuan, sisa-sisa tumbuhan dan
hewan serta jasad-jasad hidup, udara dan air (Sarief,1986 dalam Institut
Pertanian Bogor, 2006). Selain itu tanah adalah suatu lingkungan untuk

pertumbuhan tanaman. Bagian tanaman yang langsung berhubungan


dengan tanah adalah akar yang berperan dalam pertumbuhan dan
kelangsungan hidup tanaman dengan jalan menyerap hara dan air.
Kerusakan tanah akan terjadi bila daya sangga (kemampuan tanah untuk
menerima beban pencemaran tanpa harus menimbulkan dampak negatif)
telah terlampaui dan biasanya bahan pencemar ini mengandung bahan
beracun berbahaya (B3).
Dengan demikian tanah yang telah menurun kemampuannya
dalam mendukung kehidupan manusia dapat dikategorikan sebagai tanah
rusak dan umumnya kerusakan tanah lebih banyak disebabkan
berkurangnya kemampuan tanah untuk mendukung pertumbuhan
tumbuhan (Institut Pertanian Bogor, 2006). Kerusakan tanah akibat
adanya kegiatan industri pada daerah sekitarnya memberikan peluang
terjadinya penurunan kesuburan tanah dan bahkan dapat menjadi racun
bagi tanaman. Adanya kerusakan tanah memerlukan upaya perbaikan dan
pemulihan kembali sehingga kondisi tanah yang rusak dapat berfungsi
kembali secara optimal sebagai unsur produksi, media pengatur air, dan
sebagai unsur perlindungan alam (Zulfahmi, 1996 dalam Institut
Pertanian Bogor,2006).
Penyebab pencemaran pada tanah salah satunya karena pencemar
berupa logam-logam berat yang dihasilkan dari limbah industri seperti As
Pb, dan Cd yang dapat mencemari tanah. Diantara berbagai unsure
tersebut logam berat menyebabkan kerusakan paling parah bagi tanah.
Logam berat adalah komponen alamiah lingkungan yang mendapatkan
perhatian berlebih akibat bahaya yang mungkin ditimbulkan. Logam
berat berbahaya apabila diserap oleh tanaman, hewan atau manusia
dalam jumlah besar. Namun beberapa logam berat merupakan unsur
esensial bagi tanaman atau hewan (Nugroho, 2001).
Karakteristik logam berat sebagai berikut memiliki spesifikasi
graffiti yang sangat besar, mempunyai nomor atom 22-34 dan 40-5- serta
unsur-unsur lantanida dan aktinida, dan mempunyai respon biokimia
khas (spesifik) pada organisme hidup. (Palar, 2008).

Sedangkan menurut Darmono (1995) sifat logam berat sangat


unik, yaitu tidak dapat dihancurkan secara alami dan cenderung
terakumulasi dalam rantai makanan melalui proses biomagnifikasi.
Pencemaran logam berat ini menimbulkan berbagai permasalahan
diantaranya:
Berhubungan dengan estetika (perubahan bau, warna dan rasa
air).
Berbahaya bagi kehidupan tanaman dan binatang.
Berbahaya bagi kesehatan manusia.
Mengakibatkan kerusakan pada ekosistem
Berikut Keterangan Beberapa Logam Pencemar :
a) Pb (Timbal)
Penyebaran logam timbal di bumi sangat sedikit.
Jumlah timbal yang terdapat diseluruh lapisan bumi hanyalah
0,0002% dari jumlah seluruh kerak bumi. Jumlah ini sedikit
bila dibandingkan dengan jumlah kandungan logam berat
lainnya yang ada di bumi (Palar, 2008). Selain dalam bentuk
logam murni, timbal dapat ditemukan dalam bentuk senyawa
inorganik

dan

berpengaruh

organik.

sama

Semua

terhadap

bentuk

toksisitas

Pb

tersebut

pada

manusia

(Darmono, 2001).
Soepardi (1983) dalam Charlena (2004) menjelaskan
bahwa timbal (Pb) tidak akan larut ke dalam tanah jika tanah
tidak masam. Pengapuran tanah mengurangi ketersediaan
timbal (Pb) dan penyerapan oleh tanaman. Timbal akan
diendapkan sebagai hidroksida fosfat dan karbonat.
Sudarmaji, dkk (2008) juga mengatakan bahwa
secara alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya
berkisar antara 0,0001-0,001 g/m3. Tumbuh-tumbuhan
termasuk sayur-mayur dan padi-padian dapat mengandung
Pb, penelitian yang dilakukan di USA kadarnya berkisar

antara 0,1-1,0 g/kg berat kering. Logam berat Pb yang


berasal dari tambang dapat berubah menjadi PbS (golena),
PbCO3 (cerusite) dan PbSO4 (anglesite) dan ternyata golena
merupakan sumber utama Pb yang berasal dari tambang.
Logam berat Pb yang berasal dari tambang tersebut
bercampur dengan Zn (seng) dengan kontribusi 70%
kandungan Pb murni sekitar 20% dan sisanya 10% terdiri dari
campuran seng dan tembaga.
Kandungan Pb total pada tanah pertanian berkisar
antar 2-200 ppm (Nriagu, 1978). Kadar unsur Pb yang
tersedia dalam tanah sangat rendah, tetapi dibutuhkan
tanaman dalam jumlah sangat sedikit. Hasil analisis jaringan
tanaman

(rerumputan)

pada

masa

pertumbuhan

aktif

menunjukkan bahwa kandungan Pb berkisar dari 0,3-1,5


mg/kg bahan kering (Alloway, 1995).
Paparan Pb dosis tinggi mengakibatkan kadar Pb
darah mencapai 80 g/dL pada orang dewasa dan 70 g/dL
pada anak-anak sehingga terjadi ensefalopati,kerusakan
arteriol dan kapiler, edeme otak, meningkatkanya tekanan
alirserebrospinal, degenerasi neuron, serta perkembangbiakan
sel glia yang disertai dengan munculnya ataksia koma,
kejang-kejang, dan hiperaktivitas.
b) Cd (cadmium)
Unsur Cd tanah terkandung dalam bebatuan beku,
metamorfik, sedimen dan lain lain. Kadar Cd dalam tanah
dipengaruhi oleh reaksi tanah dan fraksi fraksi tanah yang
bersifat dapat mengikat ion Cd. Senyawa senyawa tertentu
seperti bahan ligand dapat mempengaruhi aktivitas ion Cd,
yaitu membentuk kompleks Cd - ligand yang stabil, gugus
gugus karboksil dan fenoksil berperan mengikat semua unsur
logam mikro (Pickering, 1980). Kadar Cd di alam tanah

dipengaruhi oleh reaksi tanah dan fraksi fraksi tanah yang


bersifat dapat mengikat ion Cd. Dengan peningkatan pH
kadar Cd dalam fase larutan menurun akibat meningkatnya
reaksi hidrolisis, kerapatan kompleks adsorpsi dan muatan
yang dimiliki koloid tanah. Disimpulkan bahwa pH bersama
sama dengan bahan mineral liat dan kandungan oksida
oksida hidrat dapat mengatur adsorpsi spesifik Cd yang
meningkat

secara

linear

dengan

pH

sampai

tingkat

maksimum (Pickering, 1980). Penambahan kadmium (Cd)


pada tanah terjadi melalui penggunaan pupuk fosfat, pupuk
kandang, dari buangan industri yang menggunakan bahan
bakar batubara dan minyak dan buangan inkineratur (tanur)
(Lahuddin, 2007).
Dalam kondisi asam lemah, kadmiu akan mudah
teradsorbsi ke dalam tubuh. Sebanyak 5% cadmium diserap
melalui saluran pencernaan, dan terakumulasi didalam hati
dan ginjal. Kadmium dan senyawanya bersifat karsinogen
dan bersifat racun kumulatif. Selain saluran pencernaan dan
paru-paru, organ yang paling parah akibat mencerna
kadmium adalah ginjal. Kerusakan yang terjadi disebabkan
oleh proses dekstruksi eritrosit. Di Indonesia terdapat kajian
kadarkadmium dalam beras coklat 0,04 mg/kg 0,39 mg/kg.
c) As (arsen)
Di batuan atau tanah, arsen (As) terdistribusi sebagai
mineral. Kadar As tertinggi dalam bentuk arsenida dari
amalgam tembaga, timah hitam, perak dan bentuk sulfida dari
emas. Mineral lain yang mengandung arsen adalah
arsenopyrite (FeAsS), realgar (As4S4) dan orpiment (As2S3).
Secara kasar kandungan arsen di bumi antara 1,5-2 mglkg
(NAS, 1977). Bentuk oksida arsen banyak ditemukan pada
deposit/sedimen dan akan stabil bila berada di lingkungan.

Tanah yang tidak terkontaminasi arsen ditemukan


mengandung kadar As antara 0,240 mg/kg, sedang yang
terkontaminasi mengandung kadar As rata-rata lebih dari 550
mg/kg (Walsh & Keeney, 1975).
Secara alami kandungan arsen dalam sedimen
biasanya di bawah 10 mg/kg berat kering. Sedimen bagian
bawah dapat terjadi karena kontaminasi yang berasal dari
sumber buatan kering ditemukan pada sedimen bagian bawah
yang dekat dengan buangan pelelehan tembaga.
Konsentrasi Arsen triorganik lebih dari 60000
mikrogram/kg

dalam

makanan

atau

minuman

dapat

menyebabkan kematian. Konsentrasi Arsen anorganik 300


mikrogram/kg 30000 mikrogram/kg dalam makanan atau
minuman menyebabkan iritasi perut dan usus disertai dengan
gejala mual, muntah dan diare. Tertelan arsen menyebabkan
penurunan

produksi

sel

darah

merah

(eritrosit).

Konsentrasi0,01 mg/L dalam air minum dapat menyebabkan


kerusakan kulit pada sistem sirkulasinya serta dapat
meningkatkan resiko kanker.
UNSUR KISARAN LOGAM
BERAT PADA TANAH
As
B
F
Cd
Mn
Ni
Zn
Cu
Pb

(Pickering, 1980)
2. Analisa BOD COD pada Lindi

(PPM)
0,1-4,0
2-100
30-300
0,1-7,0
100-4000
10-1000
10-300
2-100
2-200

Air lindi didefinisikan sebagai suatu cairan yang dihasilkan dari


pemaparan air hujan pada timbunan sampah. Dalam kehidupan seharihari air lindi ini dapat dianalogikan seperti seduhan air teh. Air lindi
membawa materi tersuspensi dan terlarut yang merupakan produk
degradasi sampah. Komposisi air lindi dipengaruhi oleh beberapa faktor
seperti jenis sampah terdeposit, jumlah curah hujan di daerah TPA dan
kondisi spesifik tempat pembuangan tersebut. Air lindi pada umumnya
mengandung senyawa-senyawa organik (Hidrokarbon, Asam Humat,
Sulfat, Tanat dan Galat) dan anorganik (Natrium, Kalium, Kalsium,
Magnesium, Khlor, Sulfat, Fosfat, Fenol, Nitrogen dan senyawa logam
berat) yang tinggi. Konsentrasi dari komponen-komponen tersebut dalam
air lindi bisa mencapai 1000 sampai 5000 kali lebih tinggi dari pada
konsentrasi dalam air tanah (Maramis, 2008).
Cairan pekat dari TPA yang berbahaya terhadap lingkungan
dikenal dengan istlah leacheat atau air lindi. Cairan ini berasal dari proses
perkolasi/percampuran (umumnya dari air hujan yang masuk kedalam
tumpukan sampah), sehingga bahan-bahan terlarut dari sampah akan
terekstraksi atau berbaur. Cairan ini harus diolah dari suatu unit
pengolahan aerobik atau anaerobik sebelum dibuang ke lingkungan.
Tingginya kadar COD dan ammonia pada air lindi (bisa mencapai ribuan
mg/L), sehingga pengolahan air lindi tidak boleh dilakukan sembarangan
(Machdar, I, 2008).
Menurut Soemirat, (1996), Leachate adalah larutan yang terjadi
akibat bercampurnya air limpasan hujan (baik melalui proses infiltrasi
maupun proses perkolasi) dengan sampah yang telah membusuk dan
mengandung zat tersuspensi yang sangat halus serta mikroba patogen.
Leachate dapat menyebabkan kontaminasi yang potensial baik bagi air
permukaan maupun air tanah. Hal ini diakibatkan karena kandungan
BOD yang tinggi yaitu sekitar 3.500 mg/L.
Air lindi dapat digolongkan sebagai senyawa yang sulit
didegradasi, yang mengandung bahan-bahan polimer (makro molekul)
dan bahan organik sintetik (Suprihatin 2002 in Sulinda, 2004). Pada

umumnya air lindi memiliki nilai rasio BOD5/COD sangat rendah (<0,4).
Nilai rasio yang sangat rendah ini mengindikasikan bahwa bahan organik
yang terdapat dalam air lindi bersifat sulit untuk didegradasi secara
biologis. Angka perbandingan yang semakin rendah mengindikasikan
bahan organik yang sulit terurai tinggi (Alaerts dan Santika, 1984).
Komposisi

air

lindi

sangat

bervariasi

karena

proses

pembentukannya dipengaruhi oleh karakteristik sampah (organikanorganik), mudah tidaknya penguraian (larut -tidak larut), kondisi
tumpukan sampah (suhu, pH, kelembaban, umur), karakteristik sumber
air (kuantitas dan kualitas air yang dipengaruhi iklim dan hidrogeologi),
komposisi tanah penutup, ketersediaan nutrien dan mikroba, dan
kehadiran in hibitor (Diana, 1992). Selain itu Sulinda (2004) menyatakan
bahwa proses penguraian bahan organik menjadi komponen yang lebih
sederhana oleh mikroorganisme aerobik dan anaerobik pada lokasi
pembuangan sampah dapat menjadi penyebab terbentuknya gas dan air
lindi.
Sebagian besar limbah yang dibuang pada lokasi pembuangan
sampah adalah padatan. Limbah tersebut berasal dari berbagai sumber
yang berbeda dengan tipe limbah yang berbeda pula, sehingga setiap air
lindi memiliki karakteristik tertentu (Pohland da n Harper, 1985).
Salah satu parameter kualitas air lindi adalah BOD dan COD :
a) BOD
Kebutuhan oksigen Biokimia atau BOD adalah
banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorganisme
untuk menguraikan bahan organiknya yang mudah terurai.
Bahan organik yang tidak mudah terurai umumnya berasal
dari limbah pertanian, pertambangan dan industri. Sehingga
makin banyak bahan organik dalam air, makin besar BOD
nya sedangkan DO (Dissolved Oxygen) akan makin rendah.
DO adalah oksigen terlarut yang terkandung di dalam air,
berasal dari udara dan hasil proses fotosintesis tumbuhan air.
Oksigen diperlukan oleh semua mahluk yang hidup di air

seperti ikan, udang, kerang dan hewan lainnya termasuk


mikroorganisme seperti bakteri.
Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung
oksigen paling sedikit 5 mg/ liter atau 5 ppm (part per
million). Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan
mati, tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih
rendah dari 5 ppm akan berkembang.
Apabila sungai menjadi tempat pembuangan limbah
yang mengandung bahan organik, sebagian besar oksigen
terlarut digunakan bakteri aerob untuk mengoksidasi karbon
dan nitrogen dalam bahan organik menjadi karbondioksida
dan air. Sehingga kadar oksigen terlarut akan berkurang
dengan cepat dan akibatnya hewan-hewan seperti ikan, udang
dan kerang akan mati. Penyebab bau busuk dari air yang
tercemar berasal dari gas NH3 dan H2S yang merupakan
hasil proses penguraian bahan organik lanjutan oleh bakteri
anaerob.
Parameter BOD merupakan salah satu parameter
yang di lakukan dalam pemantauan parameter air, khusunya
pencemaran bahan organik yang tidak mudah terurai. BOD
menunjukkan jumlah oksigen yang dikosumsi oleh respirasi
mikro aerob yang terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi
pada suhu sekitar 20oC selama lima hari, dalam keadaan
tanpa cahaya (Boyd,1998). Air yang bersih adalah yang BOD
nya kurang dari 1 mg/l atau 1 ppm, jika BOD nya di atas
4ppm, air dikatakan tercemar.
b) Chemical Oxigen Demand (COD)
Kebutuhan

oksigen

kimiawi

atau

COD

menggambarkan jumlah total oksigen yang dibutuhkan untuk


mengoksidasi bahan organik secara kimiawi, baik yang dapat
didegradasi secara biologis maupun yang sukar didegradasi
secara biologis menjadi CO2 dan H2O (Boyd, 1998).

Keberadaan bahan organik dapat berasal dari alam ataupun


dari aktivitas rumah tangga dan industri. Perairan yang
memiliki nilai COD tinggi tidak diinginkan bagi kepentingan
perikanan dan petanian. Nilai COD pada perairan yang tidak
tercemar biasanya kurang dari 29 mg/liter. Sedangkan pada
perairan yang tercemar dapat lebih dari 200 mg/liter pada
limbah

industri

dapat

mencapai

60.000

mg/liter

(UNISCO/WHO/UNEP. 1992).
Pengujian COD pada air limbah memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan pengujian BOD. Keunggulan itu
antara lain :
Sanggup menguji air limbah industri yang beracun
yang tidak dapat diuji dengan BOD karena bakteri akan
mati.
Waktu pengujian yang lebih singkat, kurang lebih
hanya 3 jam.
Tabel Kategori kekuatan organik lindi
Kisaran konsentrasi (mg/l)

Kategori kekuatan lindi

COD

BOD

Rendah

< 1.000

220 750

Sedang

1.000-10.000

750 1.500

Tinggi

> 10.000

1.500-36.000

Sumber : Pohland dan Harper, 1985


Tabel Perbandingan rata-rata angka BOD5/COD
untuk beberapa jenis air
Jenis air
Air buangan domestik (penduduk)
Air

buangan

domestik

pengendapan primer

BOD5/COD
0,40 0,60

setelah
0,60

Air buangan domestik setelah


pengolahan secara biologis

0,20

Air sungai
Sumber : Alaerts dan Santika,1984

0,10

B. ALAT
1. Pengukuran Logam Berat
-

Pengukuran Cadmium (Cd)


Lempengan bercak
Gelas arloji
Beaker glass
Pipet tetes
Etiket

Pengukuran Arsen (As)


Tabung reaksi
Penjepit
Kertas saring
Lampu Bunsen
Statif
Pipet ukur
Kapas
Etiket

Pengukuran Timbal/Plumbul (Pb)


Pipet ukur
Pipet tetes
Tabung reaksi
Etiket
Bunsen

statif
2. Destruksi Tanah
-

Ayakan

- Labu kjehdahl

Pipet ukur

- Lampu Bunsen

Statif

- Buret

Kertas saring

- Pipump

Cawan mortal

- Kaki tiga/tripot

Beaker glass

- Gelas ukur

Etiket

- Labu ukur

Petridish

- Botol winkler

Timbangan analitik

- Bunsen

3. Pembuatan Air Pengencer


-

Gelas ukur

Labu ukur

Beaker glass

Botol winkler

Pipet ukur

Pipump

4. Pengambilan Sampel
-

Cetok

Teef dari besi/paralon

Sekrop taman

Plastik sampel/petridish

Cool box

Ayakan

Etiket

5. Analisa COD
-

C.O.D reactor

- Mikro buret

Pipet gondok

- Erlenmeyer

Tabung reaksi khusus COD

- Labu ukur

Gelas ukur

- Beaker glass

Pipet ukur

- Pipet tetes

Statif

6. Analisa BOD
-

Botol winkler

- Incubator

Labu ukur

- Buret

Statif

- Petridish

Gelas ukur

- Pipet tetes

Pipet ukur

- Corong

Pipe pump

C. BAHAN
1. Pengukuran Cadmium (Cd)

NAOH 2M

Dinitro-p-difenil karbazida 0,1 %

KCNS 10 %

Formal Dehida 4 %

2. Pengukuran Arsen (As)

Zn murni

AgNO3 20 %

Asam Sulfat 4 N

Pb asetat murni

3. Pengukuran Timbal (Pb)

Pb asetat

Methanol

NaOH 2N

KOH

H2O2 3 %

Tetrametil diamino-difenilmetan / (CH3)2 NC6 H4)2 CH2 0,5 %

4. Destruksi Tanah

Tanah

HCl pekat

HNO3 pekat

Aquadest

5. Pembuatan Air Pengencer

Aquadest

Buffer fosfat

FeCl3

CaCl3

MgSO4

6. Pengambilan Sampel

Tanah

Air lindi

7. Analisa COD

K2Cr2O7 0,25 N

H2SO4 khusus untuk COD

Ferro Amonium Sulfat 0,1 N

AgSO4

HgSO4

Indicator Ferroin

8. Analisa BOD

Sampel

Aquadest

Larutan MnSO4

H2SO4 4 N

Na2S2O3 0,025 N

Amilum 1 %

Pereaksi oksigen

Larutan KI 10 %

H2SO4 pekat

KIO3 0,1 N

D. CARA KERJA
1. TEKNIK SAMPLING TANAH
-

Wadah/ tempat sampel yang diperlukan terlebih dulu dicuci dan


dibilas, kemudian dikeringkan

Alat

(auger,thief,sekop,cetok,cangkul/linggis)

dicuci

untuk

menghilangkan tanah dan bahan pencemar lainnya.


-

Timbangan , termos, ayakan pasir.

2. DESTRUKSI (larutan uji)


-

Sampel tanah terlebih dulu ditumbuk kemudian di ayak (100 / 80


mesh)

Timbang 1 gr sampel tanah dan masukkan ke dalam labu kejdal

Tambah 20 ml HCl pekat, 6 ml HNO3 pekat, kemudian diamkan 24


jam

Panaskan hingga mendekati kering, lalu dinginkan

Bilas dinding dalam labu kejdal dengan asam pembilas sebanyak


40 ml. Asam pembilas = 5 ml HCL pekat + 5 ml HNO3 pekat +
aquadest hingga 100 ml

Tambahkan 3 HCL pekat dan 10-20 ml aquadest panas

Cuci kertas saring 1 dengan asam pembilas dan saring campuran di


atas dengan kertas saring 1 ke dalam labu ukur 100 ml

Tambahkan 5 ml HCL pekat (sampai kertas saring hancur)

Cuci kertas saring 2 dengan asam pembilas dan saring campuran di


atas dengan kertas saring 2 ke dalam labu ukur 100 ml

Larutan uji / sampel siap dilanjutkan

3. Pengukuran cadmium (cd)


-

Masukkan setetes larutan uji / sampel di atas lempengan bercak

Tambahkan 1 tetes NaOH 2 M

Tambahkan 1 tetes KCNS 10%

Tambahkan 1 tetes Dinitro-p-difenil karbazida 0,1% (akan


terbentuk endapan coklat)

Tambahkan 2 tetes larutan formaldehida 4% (akan terbentuk


endapan biru kehijauan)

4. Pengukuran Arsen (As)


-

Masukkan air sampel 1 ml dan Timbang 1-2 gr zink (Zn) atau


aluminium, masukkan dalam tabung reaksi

Tambahkan 5-7 ml asam sulfat (H2SO4) 4 N / asam klorida (HCl)


4N

Sumbat secara longgar tabung reaksi dengan kapas yang telah


dibasahi dengn CuCl / Pb asetat

Letakkan kertas saring yang dibasahi dengan AgNO3 20% atau


dibasahi dengan merkurium klorida / HgCl2 di atas mulut tabung
reaksi

Panaskan tabung reaksi

secara perlahan-lahan di atas lampu

bunsen atau tidak perlu dipanaskan


-

Tunggu selama 2-5 menit

Ambil kertas saringnya dan amati warna yang terbentuk pada


kertas saring tersebut

5. Pengukuran Plumbum (Pb)


-

Masukkan 1 ml larutan uji / sampel ke dalam tabung reaksi

Tambahkan 1 ml KOH / Kalium Hidroksida 2 M

Tambahkan 0,5 1 ml larutan hidrogen peroksida 3%

Diamkan selama 5 menit

Pisahkan endapan dengan pemusing

Cuci satu kali dengan air dingin

Tambahkan 2 ml tetrametil diamino difenilmetan / (CH 3)2 NC6 H4)2


CH2

Kocok dan pusingkan cairan supernatant sampai warna menjadi


biru.

6. Pemeriksaan BOD
-

Ambil 6 botol winkler


3 botol digunakan untuk air pengencer
3 botol sampel digunakan untuk air sampel

Untuk membuat air sampel harus diencerkan terlebih dahulu


Mis pengenceran 20X =

1000
20

50 ml

1000
20

air

sampel
-

950 ml air pengencer


Masukkan air sampel tersebut ke dalam 3 botol winkler (hindari

aerasi)
Satu botol digunakan untuk DO awal
Dua botol digunakan untuk DO 5 hari
Ambil 100 ml air pengencer masukkan kedalam 3 botol winkler

(hindari aerasi)
Satu botol digunakan untuk DO awal
Dua botol digunakan untuk DO 5 hari
Tetesi botol winkler dengan pereaksi oksigen sebanyak 2 ml

(terjadi gumpalan-gumpalan berwarna coklat)


Tunggu beberapa menit hingga mengendap
MnSO4
Tambahkan
(warna berubah menjadi kuning)

Tutup botol dan bolak-balik hingga merata


Masukkan larutan tersebut ke dalam erlenmeyer sebanyak 200 ml

(hindari aerasi)
-

Titrasi larutan dengan


kuning muda)

Na 2 S2 O3

(sampai warna berubah menjadi

Tambahkan amilum 1% sebanyak 1 ml (warna menjadi biru)


Na 2 S2 O3
Titrasi kembali dengan
(sampai warna berubah

menjadi biru yang sangat muda)


Na 2 S2 O3
Catat volume
yang habis digunakan untuk titrasi

7.Pemeriksaan COD
Penentuan Normalitet F A S (Ferroin Ammonium Sulfat) 0,1N
K 2 Cr 2 O7
- Ambil 10 ml
- 0,25N dengan pipet gondok,
encerkan sampai 100 ml dalam labu ukur, normalitet adalah
0,025N.

K 2 Cr 2 O7

Ambil 25 ml larutan

tersebut dengan pipet

gondok masukkan ke dalam erlenmeyer.


H 2 SO 4
Tambahkan 20 ml
pekat, dinginkan pada suhu

kamar
Tambahkan 2-3 tetes indikator ferroin
Titar dengan F A S 0,1N
Catat hasilnya

Penentuan COD
- Ambil 2 ml sampel menggunakan pipet gondok masukkan ke
dalam tabung COD reaktor. 1 tabung untuk blangko dan 1
tabung untuk sampel

Hg SO 4

Tambahkan sepucuk sendok (0,04 grm)

Tambahkan 2 ml

Tambahkan 3 ml (khusus COD), kemudian kocok

Panaskan dengan suhu 140C selama 2 jam pada COD

K 2 Cr 2 O7

-0,25N dengan pipet gondok

reaktor
-

Dinginkan

Pindahkan ke dalam erlenmeyer, tabung COD dibilasi dengan


aquadest hingga 30 ml

Tambahkan 2-3 tetes indikator ferroin

Titar dengan FAS-0,1N

Amati perubahan warna (dari kuning ke warna merah coklat)

E. HASIL PRAKTIKUM
1. Tanah
-

Analisa Cd, Arsen, Pb


Parameter
Cadmium
Arsen
Pb

Warna
Merah tua
Coklat
Coklat

Hasil
Negative
Positif
Negative

2. Air lindi
-

Diket :
DO0 :
A (ml titrasi)pengencer

= 7,3

A (ml titrasi)sampel

= 7,7

A (ml titrasi)pengencer

= 6,1

A (ml titrasi)sampel

= 4,6

DO5 :

Ditanya : BOD ?

Jawab :
DO0 Sampel

7,3 X 8000 X 0,025


2004

DO0 Pengencer =

DO5 Sampel

DO5 Pengencer=

BOD

7,7 X 8000 X 0,025


2004

= 7,85

= 7,4

4,6 X 8000 X 0,025


2004
6,1 X 8000 X 0,025
2004

= 4,7

= 6,2

= (DO0 DO5) (DO0 DO5) x P


Sampel

Pengencer

= (7,85 4,7) (7,4 6,2 ) x 20


= 3,15 1,2 x 20
= 39

3. Air Lindi
-

Diket :
Titrasi blangko = 200 ml
Titrasi sampel = 197 ml

Ditanya :

Jawab :

COD ?

Mg/l COD

( titrasi blangkotittrasi sampel ) x 0.1 x 8000


vol sampel
=

( 200197 ) x 0.1 x 8000


2

= 1200 mg/l

F. KESIMPULAN
Dari praktikum di atas, menunjukkan bahwa tanah yang di uji
positif mengandung arsen. Tanah yang tidak terkontaminasi arsen ditemukan
mengandung kadar As antara 0,240 mg/kg, sedang yang terkontaminasi
mengandung kadar As rata-rata lebih dari 550 mg/kg (Walsh & Keeney,
1975). Meskipun kami tidak menganalisa kadar arsen di dalam tanah, namun
tetap saja jika tanah tersebut dimanfaatkan secara berlebihan akan
menimbulkan dampak yang buruk bagi manusia salah satunya yaitu
menurunnya produksi sel darah merah.
Untuk air lindi setelah dianalisa BOD menunjukkan bahwa BOD
yang terkandung 39 mg/l. Menurut Pohland dan Harper, 1985 kategori lindi
rendah yaitu 220-750 mg/l sehingga air lindi yang kami uji masih tergolong
kategori rendah. Kandungan COD air lindi adalah 1200 mg/l. Menurut
Pohland dan Harper, 1985 kategori lindi sedang yaitu 1000-10000 sehingga
air lindi juga termasuk kategori sedang. Nilai COD 2 kali nilai BOD
dikarenakan jumlah senyawa kimia yang bisa di oksidasi secara kimiawi lebih
besar dibandingkan oksidasi secara biologis

DOKUMENTASI

DAFTAR PUSTAKA

Novi, Lingga. 2012. Analisis

Cemaran

Logam Berat

Dan Mikroba.

http://www.scribd.com/doc/76640050/Analisis-Cemaran-Logam-BeratDan-Mikroba. (diakses pada 28 September 2014, 21.00)


http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31785/4/Chapter%20II.pdf.
(diakses pada 28 September 2014, 21.00)
Bangazul.

2013.

Pencemaran

Tanah

atau

http://www.bangazul.com/pencemaran-tanah/.

Soil

Contamination.

(diakses

pada

28

September 2014, 21.00)


Muhammad Sadiqul Iman. 2010. Cemaran Logam Berat Kadmium Dalam Tanah,
Dan

Akibatnya

Bagi

Kesehatan

Manusia.

http://www.scribd.com/doc/46938977/Cemaran-Logam-Berat-KadmiumDalam-Tanah-Dan-Akibatnya-Bagi-Kesehatan-Manusia. (diakses pada


28 September 2014, 21.00)

Anda mungkin juga menyukai