Anda di halaman 1dari 26

PROPOSAL PENELITIAN

“ANALISIS KADAR LOGAM BERAT SENG (Zn) PADA TANAH SAWAH”

MARTINUS R. DOLLU
NIM :1606070096

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

KUPANG

2021

BAB I

1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesiah merupakan Negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah
terkususnya dalam bidang pertanian. Sumber daya alam yang melimpa dapat memberi
keuntunggan bagi masyarakat Indonesia, terkususnya bagi masyarakat yang bekerja di
bidang pertanian. Peran tanah dianggap sanggat penting bagi kehidupan manusia karena
berhubunggan dengan kebutuhan pangan manusia. Tanah jugah dianggap sebagai media
tumbuh bagi tanaman (Hanafiah, 2013)

Tanah merupakan lapisan teratas pada lapisan bumi. Tanah memiliki cirikas dan
sifat-yang berbeda antarah tanah di suatu lokasi dengan lokasi yang lainnya. Menurut
Dokuchaev (1870) dalam tanah, ada lapisan permukaan bumi yang berasal dari material-
material induk yang telah menggalami proses lanjut, diakibatkan karna terjadi perubahan
alami dibawa pengaruh air, udara, dan macam-macam organisme baik yang masih hidup
maupu yang telah mati. Tingkat perubahan terlihat pada komposisi, strutur dan warna
hasil dari pelapukan. (Fauizek dkk 2018)

Menurut Hardiyatmo (1992) dalam Apriliyandi (2017), tanah adalah ikatan antara
butiran yang relatif lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat organik, atau oksida-
oksida yang mengendap-ngendap di antara partikel-partikel. Ruang di antara partikel-
partikel dapat berisi air, udara, ataupun yang lainnya.

Ada lima faktor pokok yang mempengaruhi pembentukan tanah. Dengan


peningkatan intensitas penggunaan tanah, khusus dalam bidang pertanian, manusia dapat
dimasukkan sebagai faktor pembentuk tanah. Dengan tindakannya mengolah tanah,
mengirigasi, memupuk, mengubah bentuk muka tanah (meratakan, menteras) dan
mereklamasi, manusia dapat mengubah atau mengganti proses tanah yang semula
dikendalikan oleh faktor-faktor alam. Pada Proses pembentukan tanah berlangsung
dengan berbagai reaksi fisik, kimia dan biologi. Reaksi menghasilkan sifat-sifat tanah
dan karena memiliki sifat maka tanah dapat menjalankan fungsi-fungsi tertentu. Proses
pembentukan tanah berlangsung dengan tiga tahapan : (1) mengubah bahan mentah
menjadi bahan induk tanah, (2) mengubah bahan induk tanah menjadi bahan penyusun
tanah, dan (3) menata bahan penyusun tanah menjadi tubuh tanah. (Ilmu Tanah
Universitas Gadjah Mada, 2006).
2
Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman dan memiliki arti yang penting dalam
kegiatan pertanian. Tanah yang mendukung dalam proses pertumbuhan tanaman akan
memiliki unsur hara yang diperlukan oleh tanaman dalam jumblah yang cukup dan
seimbang agar dapat tumbuh secara maksimal dan menghasilkan produktivitas yang
tinggi. Karakterristik tanah yang mendukung dalam proses pertumbuhan tanaman
sepatutnya harus dipertahankan, salah satunya yaitu dengan proses tindakan konservasih
tanah dilakukan agar dapat mencegah kerusakan tanah/degradasi tanah. Degradasih tanah
adalah suatu proses kerusakan tanah yang diakibatkan manusia atau bisa juga disebabkan
oleh penyebab lain, yang dapat menggakibatkan penurunan dalam produktivitas tanah
(pada saat ini/ masa yang aka datang) dan mendukung dalam kehidupan makluk hidup.
Tanah yang telah terdegradasih akan memiliki sifat yang tidak mendukung dalam
pertumbuhan tanaman. Pada tana yang telah terdegradasi akan menggakibatkan tanah
tersebut akan kehilanggan lapisan tanah bagian atas, hilangnya unsur-unsur hara yang
dibutukan oleh tanaman, (Kurniah, et al., 2005)

Tanaman juga dapat menjadi penyebab dalam penyebaran logam berat pada
makhluk hidup yang disebabkan karna akibat dari masuknya logam berat seperti logam
Cu, Zn, Mn, Fe dan Mo yang dapat bermanfaat bagi tanaman dalam jumblah tertentu,
tetabi menjadi berbahaya pada kosentrasi yang lebih tinggi terkususnya untuk logam
berat seperti Hg, Pb, Cd, As, Cr, dan Ni (He et al., 2005). Logam berat dapat berpotensi
sebagai racun bagi tanaman hewan dan manusia ketika tanah yang telah terkontaminasi
oleh logam digunakan untuk produksi tanaman Wong et al., 2002). Secara antropogenik,
logam berat masuk kedalam tanah melalui limba bahan kimia, polusi kendaraan
bermotor, limba industri, limba domestik, penggunaan pupuk anorganik dan peptisida
(Mortvedt dan Beaton 1995; Adriano, 2001; Chaney et al., 2001; McBride, 2004).

Akibat dari pencemaran logam berat tersebut, pertumbuhan tanaman terganggu

dan selain itu juga tanah sawah perluh diperhatikan dan diwaspadai karna dalam jangka

panjang kandungan unsur-unsur dari logam berat yang terdapat di dalam tanah dapat

membahayakan makluk hidup. Logam berat yang berada di dalam tanah dapat masuk dan

terangkut melalui akar tanaman, kemudian masuk ke dalam jaringan tanaman dan

terakumulasi dalam bagian tanaman atau buah yang dikonsumsi (Hanbranani, 2014).

3
Pupuk anorganik seperti pupuk NPK dan TPS merupakan pupuk yang

mengandung logam berat seng (Zn) dan tembaga (Cu). Kedua logam berat ini termaksut

dalam logam berat esensial, dimana keberadaannya dalam jumblah tertentu sangat

dibutukan oleh tanaman, tetapi dalam jumblah yang berlebihan dapat menimbulkan efek

racun.(Widowati, dkk, 2008).

Oleh karena itu, pupuk dikategori sebagai sumber pencemar karena adanya

kandungan unsur serta senyawa tertentu yang masuk kesuatu sistem dimana unsur atau

senyawa tersebut tidak diperlukan dalam jumblah banyak atau dapat membahayakan

komponen dalam lingkungan tersebut. Zat yang berasal dari pupuk biyasanya berupa

logam berat atau senyawa yang merupakan residu dari pupuk. Residu apabila

terakumulasi akan mencemari lingkungan dan akan mempengaruhi kehidupan makluk

hidup. Akumulasi tersebut terjadi diakibatkan karna penggunaan pupuk yang berlebihan

(Nopriani, 2011)..

Seng (Zn) adalah unsur penting untuk menyokong semua kehidupan. Ratusan dari
ribuan protein dalam tubuh manusia diperkirakan mengandung gugus prostetik seng.
Selain itu, ada lebih dari lusinan jenis sel dalam tubuh manusia yang mengeluarkan ion
seng, dan peran dari sinyal ini dalam obat- obatan dan kesehatan sedang dipelajari.

Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu adanya penelitian lahan pertanian sawah
agar dapat diketahui lahan yang berpotensi untuk dijadikan areal pertanian sawah.
Peninjauan tersebut dimaksudkan untuk menilai ada tidaknya logam berat yang
terkandung dalam lahan sawah. Penelitian tersebut dilakukan dengan menggunakan
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).

1.2. Rumusan Masalah

1. Berapa kadar logam berat Seng (Zn) pada tanah sawah didaerah tarus yang
mengalami proses intensitas pertanian dan tampa intensitas pertanian.
4
2. Perbandingan atau perbedaan kandungan logam Seng (Zn) pada tanah sawah
di daerah tarus yang intensitas dan daerah tampa intensifitas

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk menentukan kandungan kadar logam berat Cr dan Zn pada tanah sawah
di daerah Tarus
2. Untuk menggetahui tingkat pencemaran logam berat Cr dan Zn pada tanah
sawah di daerah Tarus

1.4. Manfaat Penelitian

1. Memberikan informasi tentang penyebaran logam berat Kromium (Cr) dan


Seng (Zn) pada tanah sawah tersebut dan dapat menamba penggetahuan
masyarakat untuk memahami tentang situasi lingkunggan yang berhubunggan
tentang kesehatan
2. Meningkatkan pengetahuan bagi peneliti dan dapat dijadikan bahan kajian
untuk peneliti selanjutnya untuk meneliti tentang pencemaran logam berat
Kromium (Cr) dan Seng (Zn) pada tanah sawah di daerah Tarus

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Logam Berat


5
Logam berat adalah salah satu senyawa atau zat yang digolangkan ke dalam
bahan beracun dan berbahaya (B3). Bahan beracun dan berbahaya ini banyak skali dapat
dijumpai pada limba yang berasal dari limba perumahan, gas kendaraan baik roda dua
mau pun roda empat dan peptisida (Juarsah dkk, 2005).

Logam berat merupakan golongan logam-logam dengan kriteria yang sama


dengan logam-logam lainnya. Perbedaannya berada pada pengaruh yang dimana bila
dihasilkan maka logam berat tersebut akan berikatan atau masuk kedalam tubuh makluk
hidup. Hampir sekitar 75% dari unsur-unsur kimia yang berada pada table periodik
merupakan unsur logam. Unsur logam tersebut, hampir ditemukan pada setiap golongan
kecuali pada golongan VII-A dan VIII-A dari table periodic unsur. Unsur-unsur logam
dikelompokan pada golongan-golongannya sesuai dengan karakteristik dari logam
tersebut (Palar, 2008).

Logam berat merupakan unsur-unsur kimia yang memiliki bobot jenis lebih besar
dari 5 gr/cm3 , berada dibagian sudut kanan bawah pada sistem periodik, memiliki afinitas
tinggi pada unsur S, dan memiliki nomor atom 22-92 dari periodik 4-7 dalam susunan
berkala serta memiliki afinitas tinggi pada unsur S, sehingga dapat mendorong terjadinya
ikatan logam berat dengan gugus S (Apdy, 2016). Berdasarkan sudut pandang dari
toksikologi, logam berat dapat dipisakan atau dibagi menjadi dua jenis. Pada jenisnya
yang pertama adalah logam berat esensial, logam berat tersebut apabilah dalam jumblah
tertentu sangat bermanfaat bagi makluk hidup, tetapi apabilah dalam jumblah yang
berlebihan dapat menyebabkan efek keracunan bagi makluk midup. Contoh dari logam
berat tersebut adalah logam Zn, Cu, Co, Fe, Mn dan. Pada jenisnya yang kedua adalah
logam berat nonesensial (elemen mikro) tidak memiliki fungsi didalam tubum makluk
hidup dan bahkan sangat berbahaya, dapat menggakibatkan keracunan (toksik) logam
berat tersebut adalah Hg, Cd, Pb, Cr. Logam berat memiliki komponen alami yang
berada pada kulit bumi dan tidak dapat didegradasi ataupun dihancurkan, logam berat
tersebut merupakan zat yang berbahaya karna dapat terjadi bioakum. Bioakumulasi
adalah pengkataan konsentrasi zat kimia yang berada di dalam tubuh makluk hidup
dalam waktu yang cukup lama, dibandingkan dengan kosentrasi zat kimia yang berada
dialam. Dapat dikatakan bahwa semua logam berat dapat menjadi racut bagi makluk
hidup, misalnya logam Hg, Cd, Pb, Cr. Sebagian dari logam-logam berat tersebut
bermanfaat bagi makluk hidup apabila dalam kadar yang sangat sedikit. Logam yang

6
dibutukan tersebut dinamakan mineral esensial tubuh. Ada beberapa nama dari logam-
logam esensial yaitu : Cu, Zn, dan Ni (Yudo, 2006).

Logam berat juga secara umum bersifat sebagai racun terhadap makhluk hidup,
walaupun ada beberapa logam diperlukan dalam tubuh dengan jumlah kecil. Melalui
beberapa perantara seperti udara, makanan, tanah maupun air yang telah terkontaminasi
oleh logam berat, logam berat tersebut dapat terdistribusi ke bagian tubuh manusia dan
sebagian akan terakumulasi. Jika pada keadaan ini terjadi terus menerus, dalam jangka
waktu yang lama maka akan dapat membahayakan kesehatan makluk hidup (Muliyadi,
2013).

Menurut Sutarmiharja (2006) sifat dari logam berat yang dapat membahayakan
lingkungan dan manusia adalah:

a) Logam berat sulit didegradasi, sehingga cenderung akan terakumulasi pada


lingkungan
b) Logam berat dapat terakumulasi dalam tubuh makluk hidup dan kosentrasinya
semakin tinggi, atau dapat mengalami bioakumulasi dan biomagnnifikasi
c) Logam berat muda terakumulasi pada sedimen sehingga kosentrasinya selalu
lebih tinggi daripada kosentrasi logam pada air

Sumber pencemaran logam berat tebagi menjadi dua sumber yaitu sumber yaitu
sumber alami dan sumber buatan. Sumber alami ciri-cirinya yaitu:

a) Berasal dari daerah pantai (coastal supply), yang berasal dari sungai dan abrasi
dari aktifitas gelombang
b) Beras dari logam yang dilepas oleh aktifitas gunung berapi dan logam yang di
bebaskan proses kimiawi
c) Berasal dari lingkungan daratan dan dekat pantai, termaksut logam yang dibawah
oleh ikan dan atmosfer berupa partikel debu.

Faktor yang mempengaruhi penyerapan logam berat di dalam tanah adalah daya
adsorpsi tanah dalam bentuk komplek dengan humus dan bentuk senyawa tidak larut
dalam kondisi reduksi. Logam berat dalam larutan tanah dalam bentuk ion maupun
kompleks. Logam berat akan membentuk ikatan komplek dengan bahan organik tanah,
sehingga kandungan logam berat tertinggi dijumpai pada lapisan atas. Penyerapan logam

7
berat oleh tanaman dipengaruhi oleh total masukan dalam tanah, pH tanah, dan
ketersediaan Zn dan unsur lainnya dalam tanah. Logam berat di dalam tanah dapat
diserap oleh partikel tanah maupun bahan organik melalui ikatan koordinasi maupun
ikatan elektrostatik, sehingga ketersediaannya di dalam tanah berbeda-beda. Total logam
berat dalam tanah sangat tergantung dari kandungan dengan kandungan Cd, Ni, Pb, dan
Zn sekitar 96 % terdapat pada fraksi liat. Besarnya pencemaran Pb, Cd, dan Zn secara
jelas dimodifikasi oleh pH tanah. Pada pH < 5,6 kandungan Pb, Cd, dan Zn lebih banyak
dalam bentuk dapat dipertukarkan dibandingkan pada pH > 5,6. Gangguan pencemaran
tanah oleh logam berat terhadap pertumbuhan tanaman dapat berlangsung melalui
penurunan kesuburan tanah maupun penuruanan kualitas hasil pangan yang dihasilkan
oleh adanya akumulasi bahan- bahan pencemar tersebut. Pencemaran logam berat
maupun pestisida dapat menurunkan keanekaragaman sumberdaya (biodiversity). Bahan
pencemar yang potensial merusak lingkungan antara lain limbah bahan beracun
berbahaya (B3) yang di dalamnya termasuk unsur logam berat maupun pestisida (Juarsah
dkk, 2005).

Pada sumber buatan logam-logam berat yang dibebaskan oleh proses industri atau
kegiatan pertambangan. Ada beberapa jenis logam yang termaksut didalam kategori
logam berat yait: logam Alumunium (Al), Antimony (Sb), Kadmium (Cd), Cobalt (Co),
Kromium (Cr), Merkuri (Hg), Culfur (Cu), Ferrum (Fe), Manganese (Mn), Molybdenum
(Mo), Selenium (Se), Silfer (Ag), Tin (Sn), Plumbum (Pb), Vanadium (V), Dan Seng
(Zn. Logam berat seperti Merkuri (Hg), Kadmium (Cd), Plumbum (Pb), Cobalt (Co),
Kromium (Cr), Culfur (Cu) sangat berbahaya apabilah kadar yang terdapat pada manusia
cukup tinggi atau melebihi ambang batas baku. Logam-logam berat tersebut bersifat
sangat toksik yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia dengan melalui beberapa cara
yaitu makanan, pernapasan dan penetrasi kulit (Sutamihardja, 2006).

2.2 Jenis Logam Berat

2.2.1 Seng (Zn)

Seng (Zn) adalah unsur pertama dalam golongan II B pada tabel periodik Seng
(Zn) berwarna putih kebiruan, mempunyai nomor atom 30 dan berat atom 65.38, titik
didih 9060C dan titik leleh 419,50C. Seng (Zn) merupakan unsur hara mikro esensial bagi
8
makhluk hidup. Seng (Zn) berasal dari pelapukan mineral seperti Smithsonite. Pelarutan
mineral dapat terjadi secara alami. Ion Seng (Zn) yang terbatas mengalami proses lebih
lanjut, terkait dengan matriks tanah atau bereaksi dengan unsur-unsur lain. Adsorbsi Seng
(Zn) yang kuat dalam tanah dapat terjadi dengan adanya bahan organik dan mineral liat
(Napitupulu, 2008).

Seng (Zn) dapat berasal dari berbagai cara dalam tanah dapat yaitu melalui polusi,
penggunaan sarana produksi seperti pupuk, pestisida, fungisida dan limbah rumah
tanggah, yaitu hasil dari penggunaan, sehingga terjadi kontaminasi pada logam tanah dan
tumbuhan. Umumnya polusi yang diakibatkan industri tambang sering terjadi di negara
Eropa, Amerika dan negara maju lainnya (Lahuddin, 2007).

Mineral Seng (Zn) yang ada dalam tanah antara lain seng sulfida (ZnS), sparelit
[(ZnFe)S], amithzonte (ZnCO3), Wellemite (ZnSiO3 dan ZnSiO4). Pada tanah sawah
sering berupa senyawa ZnS, senyawa ini dalam suasana oksidasi menjadi ZnSO 4. Pada
tanah yang mengandung banyak kapur CaCO3 dan MgCO3, kemungkinan Seng (Zn)
diikat kuat oleh kedua senyawa tersebut sehingga tidak tersedia oleh tanaman
(Napitupulu, 2008).

Pelarut mineral yang mengandung Seng (Zn) terjadi secara alami sehingga unsur
yang terakndung di dalamnya terbebas dalam bentuk ion. Ion Zn2+ yang terbebas
mengalami proses lebih lanjut, terkait dengan maktriks tanah atau bereaksi dengan unsur
lain. Adsorpsi Zn2+ yang kuat dalam tanah dapat terjadi dengan adanya bahan organik dan
mineral liat, dan hal ini berhubungan dengan kapasitas kation tanah dan keasaman tanah.
Seng (Zn) dapat diserap oleh tanaman berbentuk ion Zn 2+ dan dalam tanah alkalis diserap
dalam bentuk monovalen Zn(OH)+. Di samping itu, Seng (Zn) di serap dalam bentuk
kompleks-khelat, misalnya Zn-EDTA. Seperti unsur mikro lain, Seng (Zn) dapat diserap
lewat daun (Napitupilu, 2008). Kelihatan bahwa pada pH rendah (pH 4,5) kadar Zn 2+
lebih tinggi dibanding dengan kadar Zn2+ pada pH 9. Dengan kata lain keasaman makin
tinggi kelarutan Seng (Zn) tinggi dan sebaliknya pada keasaman rendah kelarutan Seng
(Zn) rendah (Lahuddin, 2007).

Fungsi Seng (Zn) dalam tanaman adalah terlibat dalam beberapa fungsi enzim

untuk meningkatan reaksi-reaksi metabolik, sintesis senyawa-senyawa pertumbuhan

tanaman, memproduksi klorofil dan karbohidrat. Fungsi Seng (Zn) dalam tanaman padi
9
adalah sebagai penggerak beberapa reaksi enzim dan terlibat langsung dalam

metabolisme N (Ratmini, 2014).

Tingkat Serapan Seng (Zn) oleh tanaman sangat terbatas walupun

ketersediaannya dalam tanah cukup. Defisiensi Seng (Zn) pada tanaman paling umum

ditemukan pada pertumbuhan padi di tanah-tanah netral, alkalin dan gambut. Defisiensi

Seng (Zn) pada tanaman jagung dan sorgum akan terlihat pada daun tua mengalami

klorosis intervena dan selanjutnya membentuk bintik nekrosis putih, penurunan pada

pertumbuhan internodia sehingga tanaman berbentuk roset, daun kecil dengan tepi

melipat. Gejala ini muncul akibat dari penurunan kemampuan menghasilkan auksin

dalam jumlah cukup. Tanaman menyerap Seng (Zn) sebagian besar dalam bentuk kation

divalen (Zn2+), tetapi pada pH tinggi mungkin diserap sebagai kation monovalen

(ZnOH+). Zn terikat juga oleh asam organik selama pengangkutan di dalam xylem atau

dapat berpindah bebas seperti kation divalen. Seng (Zn) ada dalam larutan tanah sebagai

kation Zn2+, sebab Seng (Zn) dapat ditukarkan dan sebagai Seng (Zn) organik. Sumber

kontaminasi dari seng (Zn) dapat melalui makanan asam dan minuman yang di simpan

dalam kontainer dan koin yang mengandung Seng, beberapa faktor seperti kesedahan,

salinitas, temperatur dan kehadiran beberapa kontaminan mempengaruhi toksisitas seng

dalam lingkungan (Ratmini, 2014).

Tabel 2.1 Kisaran Logam Berat sebagai pencemaran dalam tanah (SNI, 2004).
Logam Berat Satuan Baku Mutu
Timbal Ppm 0,00007
Kadmium Ppm 0,00001
Seng Ppm 0,00006

10
2.3 Reaksi Logam Berat Dalam di Lingkungan Tanah

2.3.1 Logam Berat Dalam Lingkungan Tanah

Kontaminasi pada tanah dapat diakibatkan oleh banyaknya penyebab antara lain
limba perumahan, limbah industri, peptisida, residu pupuk (Squires, 2001; Matsumato
2001; Wise dkk 2000). Kontaminasi oleh logam berat seperti karmium ( Cd), seng (Zn),
plumbum (Pb), kromium (Cr), kuprum (Cu), selenium (Se), kobalt (Co), dan nikel (Ni)
logam-logam tersebut mendapat perhatian serius karna dapat menggakibatkan potensi
pencemaran pada permukaan tanah, dan dapat menyebar kedaerah sekitarnya dengan
melalui air, angina dan bioakumulasi pada rantai makanan (Knox dkk 2000).

Pada pencemaran tanah terjadi pada saat masuknya bahan kimia kedalam tanah
dan merubah lingkunggan tanah yang alami. Pencemaran ini biyasanya terjadi
diakibatkan karna kebocoran limbah cair, atau bahan kimia industri atau fasilitas
komersial, dan penggunaan peptisida. Selain itu, air limbah dari tempat penimbunan
sampah sertah limbah industri yang langsung dibuang ketanah juga memberikan
kontribusi yang besar dalam pencemaran terhadap lingkungan. Bahan pencemaran pada
tanah dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu bahan organik dan anorganik. Bahan
anorganik terutama pada logam berat seperti logam kadmium (Cd), tembaga (Cu), seng
(Zn), arsenikum (As), timbal (Pb) dan merkuri (Hg). Logam-logam berat tersebut
cenderung berada didalam tanah dalam jangka waktu yang lamah (Sutanto, 2005).

Pencemaran tanah dapat diartikan sebagai perubahan lingkungn pada tanah alami
diakibatkan oleh masuknya bahan kimia yang dibuat manusia. Seperti yang telah
diketahui rantai makanan bermula dari tumbuhan. Pencemaran tanah biasanya terjadi
diakibatkan karena terjadi kebocoran limba cair atau bahan kimia industri atau fasilitas
komersial, penggunaan peptisida, masuknya air permukaan tanah kedalam lapisan
subpermukaan, zat kimia atau limbah. (Tan, 2005).

Jenis-jenis pada tanah tertentu memiliki lapisan-lapisan yang tidak sama bilah
tanah itu semakin ke dalam. Lapisan-lapisan tersebut disebabkan oleh horizon. Lapisan
atau umumnya terdiri dari ketebalan sampe beberapa inci dan dikenal sebagai horizon A
atau tanah atas (top soil). Lapisan tersebut merupakan lapisan dimana aktivitas biologis

11
berjalan secara maksimum dam memiliki banyak bahan organik tanah (Sulaeman dkk,
2005).

3.3.2 Tanah Persawahan dan Pencemaran

Tanah merupakan bagian dari siklus logam berat, pembuangan limbah ke tanah
apabila melebihi kemampuan tanah dalam mencerna limbah akan mengakibatkan
pencemaran tanah. Jenis limbah yang berpotensi merusak lingkungan hidup adalah
limbah yang termasuk dalam Bahan Beracun Berbahaya (B3) yang di dalamnya terdapat
logam berat, contoh logam berat bahan beracun berbahaya (B3) yang berasal dari
pestisida, transportasi dan limbah perumahan. Logam berat dalam tanah pertanian dapat
menurunkan produktivitas pertanian dan kualitas hasil pertanian selain dapat
membahayakan kesehatan manusia melalui konsumsi pangan yang dihasilkan dari tanah
yang tercemar logam berat tersebut (Herlina dkk, 2007).

Tanah sangat beragam dalam hal komposisi maupun sifatnya. Tanah sebagai
sistem tersusun oleh tiga komponen, yaitu komponen padat, komponen cair, dan
komponen gas. Fase padat pada tanah merupakan campuran mineral dan bahan organik
yang membentuk jaringan atau struktur tanah. Dalam struktur ini terdapat pori yang
ditempati bersama fase cairan dan gas. Fase cairan merupakan cairan yang menempel
pada butiran tanah atau mengisi ruang pori. Fase cairan inilah yang disebut cairan tanah
(soil solution) dapat berupa air tanah bebas (air gravitasi), air kapiler, ataupun air tanah
hygroskopis yang menempel pada butir atau partikel tanah. Selain itu, dapat pula terdapat
gas-gas yang terbentuk akibat proses alami di tanah, seperti misalnya proses biodegradasi
zat organik (Notodarmojo, 2005).

Sifat kimia tanah akan berpengaruh terhadap interaksi antara zat pencemar. Tanah
terbentuk dari berbagai campuran mineral dan hasil rombakan seperti zat organik.
Komposisi mineral, struktur kristal, dan kondisi lingkungan di sekitar tanah akan sangat
berperan dalam menentukan sifat reaksi antara zat pencemar yang kontak dengan partikel
tanah tersebut. Mineral yang didominasi oleh aluminium dan besi, misalnya secara
umum, akan lebih reaktif bila dibandingkan dengan mineral yang didominasi oleh silika
(Notodarmojo, 2005).

Bahan organik tanah merupakan indikator dari kualitas tanah, karena merupakan
sumber dari unsur hara esensial dan memegang peranan penting untuk kestabilan agregat,
12
kapasitas memegang air dan strutur tanah. Oleh karena itu bahan organik tanah erat
kaitannya dengan kondisi tanah baik secara fisik, kimia dan biologis yang selanjutnya
turut menentukan produktivitas suatu lahan (Waluyaningsih, 2008).

Tanah sawah adalah tanah yang digunakan untuk bertanam padi sawah, baik
terus-menerus sepanjang tahun maupun bergiliran dengan tanaman palawija. Istilah tanah
sawah bukan merupakan istilah taksonomi, tetapi merupakan istilah umum seperti halnya
tanah hutan, tanah perkebunan dan sebagainya. Segala macam jenis tanah dapat
disawahkan asalkan air cukup tersedia. Kecuali itu padi sawah juga ditemukan pada
berbagai macam iklim yang jauh lebih beragam dibandingkan dengan jenis tanaman lain.
Karena itu tidak mengherankan bila sifat tanah sawah sangat beragam sesuai dengan sifat
tanah asalnya (Sutipanti, 1995).

Tanah sawah dapat berasal dari tanah kering yang dialiri kemudian disawahkan,
atau dari tanah rawa-rawa yang dikeringkan dengan membuat saluran- saluran drainase
(Sutipanti, 1995).

Menurut (Rezania, 2008) Sifat-sifat tanah sawah adalah:

1. Keadaan reduksi yang menyebabkan drainase buruk

2. Adanya akumulasi sejumlah senyawa besi dan mangan

3. Kemampuan perkolasi ke bawah. Dengan sifat-sifat tersebut menyebabkan

tanah permukaan banyak mengandung lapisan debu dan berwarna cerah, muda

yang tebalnya sejajar dengan permukaan tanah

Menurut (Emiyanti, 2013) karakteristik utama tanah sawah yang

menentukan keberlanjutan sistem budidaya padi sawah sebagai berikut:

1. Penggunaan tanah secara kontinue tidak menyebabkan reaksi tanah menjadi

masam. Hal ini berkaitan dengan sifat fisik, kimia tanah tergenang, dimana

penggenangan menyebabkan terjadinya konvergensi pH tanah menuju netral.

2. Kondisi permukaan tanah sawah memungkinkan hara tercuci lebih cenderung

tertampung kembali ke lahan bawahnya daripada keluar dari sistem tanah

13
3. Fosfor lebih mudah tersedia bagi padi sawah

4. Populasi aktif mikroorganisme penambat nitrogen mempertahankan oksigen

organik.

Tanah sawah bukan merupakan terminologi klasifikasi untuk suatu jenis tanah
tertentu, melainkan istilah yang menunjukkan cara pengelolaan berbagai jenis tanah
untuk budidaya padi sawah. Secara fisik, tanah sawah dicirikan oleh terbentuknya lapisan
oksidatif atau aerobik di atas lapisan reduktif atau anaerobik di bawahnya sebagai akibat
penggenangan, sedangkan ekosistem tanah sawah diklasifikasikan kedalam empat
kelompok, yaitu:

1. Tanah sawah beririgasi (irrigated rice ecosystem), dicirikan oleh permukaan

lahan yang datar, dibatasi oleh pematang dengan tata air terkontrol, lahan

tergenang dangkal dengan kondisi tanah dominan anaerobik selama

pertumbuhan tanaman dan penanaman padi dilakukan dengan pemindahan

bibit pada tanah yang telah dilumpurkan.

2. Tanah sawah dataran tinggi (upland rice ecosystem), dicirikan oleh lahan datar

hingga agak berombak, jarang digenangi, tanah bersifat aerobik dan

penanaman padi dilakukan dengan penyebaran benih pada tanah kering atau

tanpa penggenangan yang telah dibajak atau dalam keadaan lembab tanpa

pelumpuran.

3. Tanah sawah air dalam peka banjir (flood-prone rice ecosystem), dicirikan oleh

permukaan lahan yang datar hingga agak berombak atau cekungan, tergenang

banjir akibat air pasang selama lebih dari 10 hari berturut-turut sedalam 50-300

cm selama pertumbuhan tanaman, tanah bersifat aerobik sampai anaerobik dan

penanaman padi dilakukan dengan pemindahan bibit pada tanah yang

dilumpurkan atau sebar-benih pada tanah kering yang telah dibajak.

4. Tanah sawah tadah hujan dataran rendah (rainfed lowland rice ecosystem),

14
dicirikan oleh permukaan lahan datar hingga agak berombak, dibatasi

pematang, penggenangan akibat air pasang tidak kontinyu dengan kedalaman

dan periode bervariasi, umumnya tidak lebih dari 50 cm selama lebih dari 10

hari berturut- turut, tanah bersifat aerobik-anaerobik berselang-seling dengan

frekuensi dan periode yang bervariasi serta penanaman padi dilakukan dengan

pemindahan bibit pada tanah yang telah dilumpurkan atau sebar-benih pada

tanah kering yang telah dibajak atau dilumpurkan (Rezania, 2008).

Gambar 1. Profil tanah sawah (Rezania, 2008).

Lahan sawah mempunyai sifat dan ciri tanah yang spesifik. Perlakuan
penggenangan menyebabkan terjadinya perubahan pH, turunnya potensial redoks dan
perubahan perilaku unsur hara. Penggunaan air irigasi yang tercemar logam berat dari
limbah industri secara langsung akan meracuni tanaman budidaya dan membatasi
kemampuan tanah untuk menjalankan fungsinya karena peran logam berat timbal (Pb)
sebagai hara tumbuhan juga belum diketahui (Hayati, 2010).

Kualitas tanah adalah kapasitas kemampuan tanah dalam menjalankan fungsinya,


dalam keadaan alami maupun dalam ekosistem buatan untuk mendukung pertumbuhan
tanaman dan produktivitas hewan, dalam menyediakan kualitas air dan udara tanah, dan
mendukung kesehatan manusia serta habitat. Perubahan kualitas tanah dalam

15
melaksanakan fungsinya dapat disebabkan oleh iklim dan kegiatan pengelolaan tanah.
Kualitas tanah yang dinamis akan berpengaruh pada keberlanjutan kesehatan tanah dan
produktivitas tanaman. Pengurangan degradasi tanah dan usaha konservasinya melaui 3
aspek tanah yaitu komponen fisika, kimia, dan biologi tanah serta interaksi antara
ketiganya. Indikator kualitas tanah bermacam-macam dapat berdasar lokasi, kelengkapan
pengukuran, dan sebagainya. Penggunaan lebih banyak indikator akan lebih dapat
mendalami tentang kualitas tanah (Indrajati, 2008).

Kualitas tanah merupakan hasil akhir dari proses-proses degradasi dari konservasi
tanah. Oleh karena itu, kualitas tanah tidak hanya mencakup produktivitas dan
perlindungan lingkungan, namun juga keamanan pangan dan kesehatan manusia dan
hewan. Kualitas tanah merefleksikan sifat-sifat inherent suatu tanah dan kemampuan
untuk berinteraksi dengan pemberian masukan maupun pengelolaan dari luar.
Peningkatan kualitas suatu tanah antara lain ditunjukkan dengan adanya peningkatan
infiltrasi, pengudaraan, pori makro, ukuran agregat tanah, stabilitas agregat, kadar bahan
organik, serta berkurangnya berat volume, erosi dan berkurangnya hara yang terbawa
oleh aliran permukaan (Indrajati, 2008).

Evaluasi kualitas tanah sangat kompleks sebab penilaiannya harus membedakan


antara perbedaan karena sifat inherent yang disebabkan oleh pembentukan karena proses
alami dan kualitas tanah yang disebabkan karena perubahan atau respon terhadap
pengaruh praktek pengelolaan ataupun penggunaan lahan. Dengan demikian kualitas
tanah dapat dipandang dari dua segi yaitu: Pertama, kualitas tanah karena sifat inherent
yaitu sifat yang ditakrifkan sebagai kisaran nilai parameter tanah yang mencerminkan
potensi ideal atau penuh suatu tanah untuk melakukan fungsinya. Kedua, kualitas tanah
dinamis yaitu terbentuk karena tanggapan tanah terhadap penggunaan lahan, praktek
pengelolaan serta kebijakan yang diterapkan (Indrajati, 2005).

Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk
dan merubah lingkungan tanah alami. Dua sumber utama kontaminasi tanah yaitu
kebocoran bahan kimia organik dan penyimpanan bahan kimia dalam bunker yang
disimpan dalam tanah, dan penampungan limbah industri yang ditampung dalam suatu
kolam besar yang terletak di atas atau di dekat sumber air tanah. Pencemaran terjadi pada
tanah, air tanah, badan air atau sungai, udara, bahkan terputusnya rantai dari suatu
tatanan lingkungan hidup atau penghancuran suatu jenis organisme yang pada akhirnya
16
akan menghancurkan ekosistem. Pencemaran merupakan keadaan yang berubah menjadi
lebih buruk, keadaan yang berubah karena akibat masuknya bahan-bahan pencemar.
Bahan pencemar umumnya mempunyai sifat toksik (racun) yang berbahaya bagi
organisme hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan itulah yang kemudian menjadi
pemicu terjadinya pencemaran (Sudarwin, 2008).

Dalam undang-undang lingkungan hidup dijelaskan bahwa suatu tatanan


lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila dalam tatanan lingkungan hidup itu masuk
atau dimasukkan suatu benda lain yang kemudian memberikan pengaruh buruk terhadap
bagian-bagian yang menyusun tatanan lingkungan hidup itu sendiri, sehingga tidak dapat
lagi hidup sesuai dengan aslinya. Pada tingkat lanjutnya bahkan dapat menghapuskan
satu atau lebih dari mata rantai dalam tatanan tersebut. Sedangkan suatu pencemar atau
polutan adalah setiap benda, zat, ataupun organisme hidup yang masuk dalam suatu
tatanan alami dan kemudian mendatangkan perubahan-perubahan yang bersifat negatif
terhadap tatanan yang dimasukinya (Palar, 2012).

Pencemaran tanah biasanya terjadi karena kebocoran limbah cair atau bahan
kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida, masuknya air permukaan
tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan, zat kimia, atau limbah rumah tangga
langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (Illegal dumping). Ketika suatu
zat berbahaya atau beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap,
tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam
tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah
tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat
mencemari air tanah dan udara di atasnya (Widaningrum dkk, 2007).

Akibat yang ditimbulkan dari pencemaran adalah terganggunya aktivitas


kehidupan makhluk hidup, terlebih apabila organisme tersebut tidak mampu
mendegradasi bahan pencemar tersebut, sehingga bahan tersebut terakumulasi dalam
tubuhnya.

2.5 Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) adalah salah satu alat yang digunakan
untuk melakukan analisis penentuan unsur logam atau unsur metalloid yang dimana
penggukuran tersebut di dasarkan pada penyerapan cahaya dengan panjang gelombang
17
tertentu oleh atom. Prinsis dari Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) adalah absorpsi
cahaya oleh atom. Atom tersebut akan menyerap cahaya pada panjang gelombang
tertentu, tergantung dari sifat unsur logam yang akan dianalisis. Cahaya yang diserap
biasanya merupakan sinar ultra violet dan sinar tampak (Suryati, 2011)

Gambar 2. Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)


Sumber: Suryati (2011)

Alat Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah metode yang digunakan


dalam unsur - unsur sampel dalam bentuk larutan. Prinsip Spektrofotometer Serapan
Atom(SSA ) sebagai penyerapan cahaya oleh atom. Penyerapan cahaya oleh atom
tergantung dari sifat unsurnya. Spektrofotometer Serapan Atom ( SSA ) penyerapan
sinar pada atom - atom pada keadaan dasar (Ground state). Penyerapan sinar biasanya
adalah sinar ultra violet. Penyerapan sinar yang dijalankan oleh Spektrofotometer
Serapan Atom( SSA) adalah ion atau molekul pada larutan. Pemeriksaan sampel dapat
diubah menjadi atom - atom bebas dengan flame. Atom - atom akan mengabsorbsi
cahaya dengan melihat panjang gelombang oleh atom dan cahaya yang diserap sama
banyaknya cahaya (Suryati, 2011).

2.4.1 Kelebihan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)


Teknik Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) menjadi alat yang canggih
dalam analisis. Spektrofotometer Serapan Atom memiliki beberapa kelebihan
diantaranya spesifik (analisis tertentu dengan panjang gelombang atau garis resonansi
yang sesuai), selektif, dan sensitif untuk menganalisis logam. Ini disebabkan karena
kecepatan analisisnya, ketelitian sampai tingkat rumit (sekecil mungkin), tidak
memerlukan pemisahan pendahuluan, serta relatif murah dengan pengerjaan yang
sederhana. SSA dapat digunakan sampai enam puluh satu logam. Non-logam yang dapat
dianalisis adalah fosfor, dan boron. Sedangkan kelemahannya yaitu adanya berbagai
faktor pengganggu yang meliputi gangguan kimia, matrik, dan gangguan ionisasi.

18
Pengaruh kimia dimana SSA tidak mampu menguraikan zat menjadi atom misalnya
pengaruh fosfat terhadap Ca, gangguan matrik terjadi bila sampel mengandung banyak
garam atau asam, atau bila pelarut yang digunakan tidak menggunakan pelarut zat
standar, selain itu hal ini dapat terjadi bila suhu nyala untuk larutan sampel dan standar
berbeda. Pengaruh ionisasi yaitu bila atom tereksitasi (tidak hanya disosiasi) sehingga
menimbulkan emisi pada panjang gelombang yang sama, serta pengaruh matriks
misalnya pelarut (Napitupulu, 2008).

2.4.2 Prinsip Analisis Spektrofotometer Serapan Atom

Metode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) mendasarkan pada prinsip


absorbsi cahaya oleh atom. Atom - atom akan menyerap cahaya pada panjang gelombang
tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada panjang gelombang ini mempunyai
cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik suatu atom yang mana transisi
elektronik suatu atom bersifat spesifik. Dengan menyerap suatu energi, maka atom akan
memperoleh energi sehingga suatu atom pada keadaan dasar dapat ditingkatkan
energinya ke tingkat eksitasi. Prinsip spektrofotometri serapan atom sama saja dengan
spektrofotometri sinar tampak dan ultraviolet. Perbedaannya terletak pada bentuk
spektrum, cara pengerjaan sampel dan peralatannya (Napitupulu, 2008).

Gambar 3. Skema Kerja Spektrofotometer Serapan Atom(SSA)

Sumber: Napitupulu (2008)

19
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan waktu peneitian


Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Agustus sampai November 2021.
Sampel diambil dari Kelurahan Tarus, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang.
Proses analisis kadar logam berat dilakukan di Laboratorium Kimia Fakultas Sains dan
Teknik Universitas Nusa Cendana Kupang.

3.2 Bahan dan Alat


3.2.1 Bahan
Bahan - bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Tanah sawah, tisu, larutan HNO3 pekat, HF, aquades, aluminium foil, kertas label.

20
3.2.2 Alat
Adapun alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
spektrofotometer serapan atom (SSA), neraca analitik, mikrowave, pipet ukur, gelas
ukur, gelas kimia, tabung fixal, spatula, sekop plastik, penggaris, kantong plastik steril,
pisau runcing, dan corong.

3.3 Cara Kerja

3.3.1. Pengambilan Sampel Tanah

Pada tahap persiapan ini penulis melakukan observasi, hal ini dilakukan agar
memastikan sampel tersedia untuk dijadikan sebagai bahan peneliti yang akan dianalisis.
Pengambilan sampel dilakukan pada dua lokasi yang berbeda, sampel tersebut diambil
dari permukaan tanah sampai kedalaman 15-30 cm sebanyak 500 gr pada setiap lokasi
dengan menggunakan alat sekop plastik dan kantong plastik polietilen sebagai tempat
sampel. Bahan sampel tanah yang terkumpul dimasukan kedalam kantong plastic
polietilen dan dibawa ke laboratorium. Setelah sampe di laboratorium sampel tanah
ditaruh dalam Loyang dan dioven pada suhu 60oC selamah ±24 jm. Sampel tanah yang
sudah dioven, kemudian digerus dan diayak dengan ayakan 63µm. sampel tanah yang
akan dianalisis adalah sampel yang berukuran ≤ 63µm.

Pengambilan Sampel Tanah

1m 5m 10 m

21
+
HN03 Pekat Dimasukkan ke

Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)

3.4. Prosedur Kerja

3.4.1. Tahap Persiapan

Pada tahapan persiapan ini penulis melakukan observasi di tiga lokasi yaitu dekat
jalan raya, dekat kanal, dan badan sawah. Hal tersebut dilakukan agar dapat memastikan
sampel tersebut tersedia untuk dijadikan sebagai bahan penelitian yang harus dianalisis.

3.4.2. Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel akan dilakukan pada bulan September 2021 yang diambil
dari tanah sawah yang sering digunakan oleh para petani di Kelurahan Tarus Kecamatan
Kupang Tengah. Pengambilan sampel tersebut dilakukan pada tiga lokasi yang berbeda
yaitu sawah dekat jalan raya, dekat kanal dan badan sawah yang berada di dekat jalan
raya. Setiap tempat diambil satu sampel dengan kedalaman 10cm, menggunakan alat
sekop plastik dan pisau runcing, dimana tempat tersebut sering dilalui oleh kendaraan,
hasil pembuangan limbah rumah tangga, domestik atau penggunaan pestisida. Sampel
tanah yang diambil, kemudian dimasukkan ke dalam kantong steril, lalu diteliti di
Laboratorium Kimia Universitas Nusa Cendana.

3.4.3. Persiapan Analisis Kadar Logam Berat Kromium (Cr) dan Seng (Zn)

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, kemudian dimasukkan sampel
tanah ke dalam tabung fixal dengan menggunakan spatula. Selanjutnya, ditimbang
dengan menggunakan neraca analitik sebanyak 0,5 gram, kemudian tanah tersebut
ditambahkan dengan larutan HNO3 pekat sebanyak 8 mL, lalu dimasukkan ke dalam
mikrowave selama ± 1 jam. Selanjutnya, diencerkan dengan aquades sebanyak 50 mL
lalu disaring, kemudian dimasukkan ke dalam tabung Spektrofotometer Serapan Atom

22
(SSA) secukupnya untuk dianalisis selama ± 3 jam. Data yang diperoleh disajikan dalam
bentuk tabel dan gambar (Suriani, 2016).

3.4.4 Tahap Perhitungan


Pada tahap perhitungan kadar logam berat Merkuri (Hg) dan
Kadmium (Cd) dapat menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut:

cxV
C=
a

Keterangan :

C = Kandungan logam dalam sampel (µg/g) atau ppm

c = Konsentrasi larutan sampel (True value)

V = Volume penetapan/pengenceran (mL)

a = Berat sampel basa (gram)

Sumber: Instalasi Kimia Kesehatan Laboratorium Kesehatan Kota Makassar, 2010

3.4.5. Analisis Data


Data yang diperoleh, diolah secara lengkap dalam bentuk tabel dan
gambar dengan parameter yaitu kadar Kromium (Cr) dan Seng (Zn) pada tanah sawah
Kelurahan Tarus, Kecamatan Kupang Tengah.

DAFTAR PUSTAKA

Apdy, A.R. 2016. Kadar Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb), Merkuri (Hg)
dan Seng (Zn) pada Tanah Disekitar Rumah Susun Pantai Losari Kota
23
Makassar. Skripsi. UIN Alauddin Makassar.
Adhani, R., Husaini. 2017. Logam Berat Sekitar Manusia. Diterbitkan oleh
Lambung Mangkurat University Press.
Dahlia. 2006. Efektivitas Bioakumulasi Tanaman Sayuran Pengikat Logam Berat
dan Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Disertasi. Tidak dipublikasikan.
Jurusan Pendidikan Biologi. Pascasarjana. Malang: Universitas Negeri
Malang
Darmono. 2001. Logam Berat dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. UI Press.
Jakarta.
Erdayanti, Pinta. Analisis Kandungan Logam Timbal Pada Sayur Kangkung dan
Bayam Di Jalan Kartama Pekanbaru Secara Spektrofotometer Serapan
Atom. Pekanbaru, 2015
Emiyanti. Kadar Logam Berat (Pb) Pada Sedimen di Kawasan Mangrove
Perairan Teluk Kendari, 2013.
Gusnita, D. 2010. Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) Di Udara Dan Upaya
Penghapusan Bensin Bertimbal. Berita Dirgantara, Vol. 13 No. 3
Hanbranani, Gandes. Analisis Potensi Lahan Pertanian Sawah Berdasarkan
Indeks Potensi Lahan (IPL) di Kabupaten Wanasobo. Surakarta, 2014.
Hariono B. 2015. Pencemaran lingkungan oleh limbah peternakan dan
pengelolaannya. FKH-UGM: 71-5
Hayati, Herita. Pengaruh Pupuk Organik dan Anorganik Terhadap Kandungan
Lgam Berat Dalam Tanah dan Jaringan Tanaman Selada. Banda Aceh,
2010.
Herlina, dkk. Kajian pemanfaatan irigasi air tanah pada tanah sawah tadah
hujan tanaman padi metode Sri di Desa Girimukti kabupaten Bandung
Barat, Provinsi Jawa Barat, 2007.
Indrajati. Studi Kandungan Logam Pb Dalam Tanaman Kangkung umur 3 Bulan
dan 6 Minggu yang ditanam Di Media yang Mengandung Pb. Universitas
Surabaya. Surabaya, 2005.
Jomova, K. 2011. Advances in metal-incduced oxidative stress and
human diseas. Toxicology 283, 65-87.
Juarsah, dkk. Gangguan Logam Berat Terhadap Baku Mutu Tanah dan
Optimalisasi Produksi Kualitas hasil pertanian. Bogor, 2005.
Kurniawati, S., Nurjazuli., Raharjo, M. 2017. Risiko Kesehatan Lingkungan
Pencemaran Logam Berat Kromium Heksavalen (Cr VI) pada Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) di Aliran Sungai Garang Kota Semarang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Vol. 3, No. 3
Knox, A.S., Seaman, J., Andriano, D.C., & Pierzynski, G. (2000).
Chemostabilization of metals in contaminated soils. New York: Marcek
Dekker Inc.
Lahuddin. Aspek Unsur Mikro Dalam Kesuburan Tanah. Medan, 2007.
Mohamad, Erni. Fitoremediasi Logam Berat Kadmium(Cd) Pada Tanah Dengan
Menggunakan Bayam Duri (Amaranthus spinosus L). Gorongtalo, 2011.
Napitupulu, Monang. Analisis logam berat Seng, Kadmium dan tembaga Pada

24
berbagai Tingkat Kemiringan Tanah Hutan Tanaman industri PT. Toba
Pulp Lestasi dengan Metode Spektrofotometer serapan Atom (SSA). Medan,
2008.
Notodermojo, Suprihanto. 2005. Pencemaran Tanah Dan Air. Bandung: Penebit
ITB- Press, 2005
Palar, Heryando. Pencemaran Dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka
Cipta, 2012.
Ratmini. Peluang Peningkatan Kadar Seng (Zn) pada Produk Tanaman Sereali.
Palembang, 2014.
Rezania. Evaluasi Perubahan Kualitas Tanah Sawah Irigasi Teknis di Kawasan
Industri Sub Das Bengawan Sdo Daerah kabupaten Karanganyar.
Surakarta, 2008.
Rosmaniar. Skripsi. Perbandingan logam berat Timbal (Pb) pada tanaman
Mangrove Avicenna alba (Api-api) dan lamunifzera recemak (Api-api
jambu) di perairan Puntondo kabupaten Takalar Sul-sel. Makassar. 2014.
Saeful, B. 2010. Pendekatan Desa Membangun di Jawa Barat: Strategi dan
Kebijakan Pembangunan Perdesaan. Jawa barat: Jurnal Analisis Kebijakan
Pertanian. Vol 8/No.2/Juni 2010: 133-149.
Sudarwin. Analisis Spesial Pencemaran Logam Berat (Pb dan Cd) Pada Sedimen
Aliran Sungai. Semarang, 2008.
Supriharyono, 2002, Pelestarian dan Pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah
Pesisir Tropis, hal 156, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Suryati. 2011. Analisa Kandungan Logam Berat Pb Dan Cu Dengan Metode Ssa
(Spektrofotometri Serapan Atom) Terhadap Ikan Baung (Hemibagrus
Nemurus) Di Sungai Kampar Kanan Desa Muara Takus Kecamatan Xiii
Koto Kampar Kabupaten Kampar. Skripsi. Universitas Islam Negeri Sultan
Syarif Kasim Riau Pekanbaru.
Suriani, 2016. Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb), Kadmium (Cd) dan
Seng (Zn) pada Tanah Sawah Kelurahan Paccinongon Kecamatan
Sombaopu Gowa. Skripsi. UIN Alauddin Makassar.
Sutamiharja, R.T.M. 2006. Inventarisasi dan Evaluasi Kualitas Lingkungan
Hidup Pulau Bali. Jakarta: Kantor Menteri Negara PPLH.
Sutanto, R. 2005. Dasar – dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Kanisius:
Yogyakarta
Sulaeman., Suparto dan Eviati. 2005. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air pupuk.
Balai Penelitian Tanah. Bogor. Hal 73-88.
Sutipanti, S dkk. Studi tentang Kandungan Logam Berat di Tanah Sawah. Jakarta
Selatan, 1995.
Tan, K.H. 2005. Dasar-Dasar Kimia Tanah. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta. Hal 489
Waluyaningsih, Sri R. Studi Analisis Kualitas Tanah Pada Beberapa penggunaan
Lahan Dan Hubungannya dengan Tingkat Erosidi Sud Das Keduang
Kecamatan JatiSrono Wonogiri. Tesis. Surakarta: Program Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret, 2008.
25
Widowati, W. 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulangan
Pencemaran. Yogyakarta: Penerbit Andi. 
Widaningrunm, Dkk. Bahaya Kontaminasi Logam Berat Dalam Sayuran dan
Alternatif Pencegahan Cemarannya. Medan, 2007.
Yudo, S. 2006. Kondisi Pencemaran Logam Berat di Perairan Sungai DKI
Jakarta. Jurnal Makara, Vol. 2, No. 1 pp.1-8.

26

Anda mungkin juga menyukai