TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanah
Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting bagi mahluk
hidup. Tanah adalah material kompleks yang terbentuk dari batuan besar yang
terletak di permukaan bumi. Perbedaan jenis tanah dapat ditinjau dari sifat fisik,
Tanah tersusun dari berbagai mineral dan bahan organik, yang berperan
terdapat unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Unsur hara tersebut dapat
digolongkan menjadi dua yaitu unsur hara mikro dan makro. Unsur hara mikro
merupakan jenis unsur hara yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit atau kecil
oleh tanaman, misalnya klor (Cl), besi (Fe), tembaga (Cu), boron (B),
molibdenum (Mo), natrium (Na), mangan (Mn), vanadium (V), dan seng (Zn).
Unsur makro adalah jenis unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah
banyak atau besar, misalnya karbon (C), nitrogen (N 2), hidrogen (H2), oksigen
(O2), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan belerang (S)
(Achmad, 2004).
organik maupun anorganik secara berlebih dalam jangka waktu yang lama
sehingga dapat menyebabkan tanah menjadi rusak dan tidak dapat memberi daya
pertanian. Alloway (1995) menyebutkan logam berat yang terdapat dalam pupuk
anorganik dan pestisida adalah Cu, As, Co, Cr, Mn, Fe, Ni, Zn, Cd, Pb, dan Hg.
Penggunaan pupuk sintetis dan pestisida anorganik secara terus menerus dapat
Selain berasal dari pupuk sintetis dan pestisida anorganik, sumber pencemar tanah
juga berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor (Hanafiah, 2005).
Secara alami logam berat merupakan salah satu komponen yang umum
ditemui pada tanah dan tidak dapat terdegradasi, dapat tertahan di tanah dan badan
air dalam jangka waktu yang lama, sehingga semakin lama akan terus meningkat
karena terjadinya pencemaran oleh logam berat seperti Pb, Cu, Cd, Zn, Se, Co dan
Ni yang tidak terkendali (Govindasamy et al., 2011). Tanaman yang tumbuh pada
berat pada beberapa bagian tumbuhan yaitu buah, batang daun dan akar (Sundari
et al., 2016).
terhadap jumlah logam yang terakumulasi pada tanaman yang tumbuh di atasnya,
namun hal tersebut tidak berlangsung apabila terjadi hambatan penyerapan logam
berat pada tanah oleh tanaman. Akumulasi logam dalam tanaman juga bergantung
pada unsur kimia tanah, pH tanah, jenis logam dan jenis tanaman (Darmono,
2001).
2.3 Logam Berat
Logam berat merupakan suatu unsur kimia yang dapat memberikan dampak
buruk bagi lingkungan dan mahluk hidup ketika dalam konsentrasi yang berlebih.
(spesifikasi gravitasi) yang sangat besar, mempunyai nomor atom 22-34 dan 45-
50 dan termasuk unsur golongan lantanida dan aktinida (Connell dan Miller,
1995). Logam berat adalah unsur yang memiliki densitas lebih dari 5 g/cm3.
Logam berat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu logam berat esensial dan non
esensial. Logam berat esensial adalah logam berat yang dibutuhkan oleh
darah dan enzim. Logam berat yang esensial contohnya Cu, Cr, Zn, dan Ni,
sedangkan logam berat non esensial adalah jenis logam berat yang tidak
berat yang termasuk jenis ini yaitu Pb, As, Cd, Hg dan Sn (Sanusi, 2006).
persenyawaannya dengan unsur lain. Logam berat tidak mudah terurai sehingga
terakumulasi dan mudah diserap dari suatu media maupun antar organisme
Timbal adalah logam yang termasuk golongan IV dan periode 6 dari Tabel
Periodik Unsur Kimia, dengan nomor atom 82, berat atom relatif 207,2 g/mol,
berat jenis 11,4 g/cm3, titik leleh 327,4oC, dan titik didih 1.725 oC (Hardayanto
dkk., 2017). Secara alami warna yang dimiliki timbal adalah biru kelabu, dan
umunya ditemui dalam bentuk mineral yang berikatan dengan unsur lainya,
seperti belerang (sebagai PbS, PbSO4) dan oksigen. Rata-rata konsentrasi Pb yang
ditemukan di lapisan tanah bagian atas adalah 32 mg/kg, dan berkisar dari 10
sampai 67 mg/kg (Hardayanto dkk., 2017). Selain pada tanah, Pb secara alami
juga terdapat pada batu-batuan sekitar 13 ppm dan dapat ditemukan pula pada air
pada air, tanah maupun tanaman harus mendapat perhatian lebih karena logam Pb
Pada tanaman yang ditanam pada tanah yang tercemar Pb, logam Pb pada
tanaman terjadi karena pengaruh beberapa faktor yaitu; pH, komposisi tanah, dan
kapasitas tukar kation. Sebagian besar Pb dapat terakumulasi pada daun, batang
dan akar dari tumbuhan. Penyerapan Pb oleh tanaman dapat terjadi saat kesuburan
tanah dan kandungan bahan organik berkurang. Penyerapan Pb oleh tanaman dari
dalam tanah dapat terjadi melalui akar tanaman (Darmono, 1995). Menurut Baroto
dan Siradz (2006), kisaran cemaran logam Pb di dalam tanah adalah 2-200 ppm
dan dalam tanaman berkisar antara 0,10-10 ppm. Pada konsentrasi logam Pb yang
Timbal termasuk sebagai salah satu logam yang banyak diproduksi dalam
industri logam selain Fe, Cu, Zn dan Al. Sebagian besar penggunaan Pb sebagai
bahan pembuatan baterai, selain itu Pb juga dimnafaatkan untuk amunisi, selimut
logam Pb pada buah dan sayu dan hasil olahannya adalah 0,5 mg/L. Apabila
kandungan logam Pb melebihi standar yang ditetapkan, maka buah, sayur dan
olahannya telah tercemar logam Pb dan akan berbahaya jika dikonsumsi karena
di dalam tubuh tidak dapat terurai sehingga berdampak pada gangguan hati, ginjal,
otak, saraf dan laju hemoglobin dalam tubuh menjadi terhambat (Charlena, 2004).
Tembaga adalah salah satu logam transisi dengan periode 4 yang termasuk
dalam golongan 1B pada Tabel Periodik Unsur dengan nomor atom 29, berat
atom 63,5 g/mol, berat jenis 8,96 g/cm3, titik leleh 1.083oC dan titik didih 2.595oC
mahluk hidup Cu termasuk logam yang dibutuhkan dalam jumlah tertentu atau
terjadinya kerusakan pada hati, kerusakan ginjal, anemia dan iritasi usus. Pada
terhadap penyakit. Cu pada dapat dijumpai pada air yang berasal dari aliran pipa
yang terbuat dari bahan tembaga, serta dari bahan aditif yang digunakan untuk
mengendalikan pertumbuhan ganggang. Walaupun interaksi Cu dengan
besar logam Cu yang masuk ke lingkungan dapat dengan cepat menjadi stabil dan
yang tidak menimbulkan risiko buruk terhadap lingkungan. Di dalam tanah logam
keberadaan ion [Cu(H2O)6]2+ yang tersedia untuk diabsorpsi oleh tanaman pada
tanah dengan kondisi asam dan Cu(H2O)2 pada tanah netral dan basa. Oleh karena
pertumbuhan tanaman dan hasil panen, sedangakan ancaman tidak langsung yaitu
oleh mahluk hidup dari lingkungan dan menyebabkan respos toksik atau fisiologis
(Juheti dkk, 2004). Bioavailabilitas logam tidak sama dengan konsentrasi atau
dipengaruhi oleh mobilitas logam tersebut. Mobilitas logam berat semakin tinggi
pada tanah dengan pH yang semakin asam, sehingga berpengaruh juga terhadap
akumulasi logam berat pada tanaman yang tumbuh pada tanah tersebut akan
yang berbeda untuk tiap farksinya. Fraksi-fraksi yang dapat dijumpai terdiri dari:
(1) dalam larutan tanah, sebagai ion logam bebas dan kompleks logam terlarut, (2)
terserap oleh partikel tanah pada tapak pertukaran ion, (3) terikat pada bahan
organik tanah, (4) diendapkan sebagai oksida, hidroksida dan karbonat, atau (5)
terikat dalam struktur kristal mineral primer (Tessier and Campbell, 1979).
membentuk konsentrasi total (Schultz et al., 1999). Spesiasi logam berat dalam
tanah adalah fraksinasi dari kandungan logam total menjadi dalam bentuk yang
hidroksida), bentuk dapat direduksi (terikat dengan Fe/Mn oksida), bentuk dapat
teroksidasi (terikat bahan organik/sulfida), dan bentuk residu yang terikat dalam
mineral seperti silikat. Bentuk spesies-spesies logam tersebut dapat memiliki sifat
bioavailable (bentuk yang reducible dan oxidizable) dan non bioavailable (logam
yang terikat dalam silikat atau mineral primer yang sangat stabil) (Oluremi et al.,
2013).
Sayuran merupakan salah satu bahan makanan yang menjadi bahan makanan
yang dikonsumsi oleh manusia maupun mahluk hidup lain. Sayuran mengandung
berbagai mineral dan vitamin serta menjadi sumber serat alami yang baik,
berat seperti Cu, Mn, Fe dan Zn terlebih lagi pada sayuran yang disiram dengan
air tercemar logam berat (Arora at al., 2008). Selain bersumber dari air, cemaran
logam berat seperti Pb, Cu dan Cd pada sayuran dapat pula bersumber dari
penggunaan pestida, fungisida dan herbisida yang berlebih. Terlebih lagi sayuran
yang ditanam di area yang dekat dengan jalan raya akan terakumulasi logam Pb
lebih banyak dibandingkan yang ditanam jauh dari jalan raya (Astawan, 2008).
Salah satu jenis sayuran yang banyak dikonsumsi masyarakat yaitu bayam.
Amaranthaceae dan jenis sayuran daun yang banyak dijumpai di di daerah tropis,
memiliki kandungan vitamin dan mineral yang tinggi (Setiawati dkk., 2007).
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliophyta
Famili : Amaranthaceae
Genus : Amaranthus
berbagai jenis tanah dan dapat tumbuh sepanjang tahun pada daerah dengan
ketinggian sampai dengan 1000 m dpl. Waktu yang tepat untuk menanam bayam
yaitu pada awal musim hujan, antara bulan Oktober–Nopember atau pada awal
musim kemarau antara bulan Maret–April. Bayam akan tumbuh dengan baik
apabila ditanam pada tanah gembur dan subur dengan kisaran pH 6-7 (Setiawati
dkk., 2007).
perlindungan pada saluran pencernaan. Serat makanan tidak dicerna dalam usus,
sehingga tidak menghasilkan energi. Dalam ilmu gizi, serat makanan terdapat
pada sayuran dan buah. Serat makanan juga berguna mengurangi asupan kalori
(Rahayu dkk., 2013). Selain serat bayam juga memiliki kandungan komponen
2011).
Salah satu parameter yang menjadi tolak ukur kualitas dari sayuran salah satunya
cemaran logam beratnya. Berdasarkan penelitian Yusuf ddk. (2016), bayam yang
ditanam di areal pertanian dan industri Desa Payarumput Titi Papan Medan,
bayam yang tumbuh memiliki cemaran logam Pb, Cd dan Zn yang melebihi
ambang batas dengan konsentrasi logam Pb, Cd Dan Zn seacar berurutan yaitu 6,
Pupuk kandang adalah pupuk yang terbuat atau bersumber dari campuran
kotoran-kotoran ternak, urine, dan sisa-sisa makanan ternak. Pupuk kandang dapat
dijumpai dalam bentuk padat maupun cair, tiap jenis pupuk kandang yang berbeda
pada pupuk kandang berbeda-beda, karena setiap ternak atau hewan memiliki sifat
khas tersendiri. Apabila hewan diberikan pakan yang mengandung hara N, P dan
kotoran ternak tersebut akan kaya dengan zat tersebut. Selain jenis makanan, usia
tanah, meningkatkan kapasitas menahan air, sumber unsur hara bagi tanaman,
senyawa kompleks dengan ion logam yang meracuni tanaman seperti Fe, Al, dan
Mn (Suriadikarta, 2006).
Pupuk kandang dari kotoran sapi merupakan salah satu pupuk kandang yang
tanaman. Pupuk kandang sapi mengandung unsur hara makro dan mikro. Unsur
hara makro yang terkandung di dalamnya seperti fosfor (P), nitrogen (N), dan
kalium (K), sedangkan unsur hara mikro yang terkandung seperti magnesium
(Mg), kalsium (Ca), dan sulfur (S). Unsur fosfor dalam pupuk kandang berasal
dari kotoran padat, sedangkan nitrogen dan kalium berasal dari kotoran cair
(Musnamar, 2004). Selain unsur hara, pada puuk kandang sapi terkandung pula
(2018) memperoleh persentase rendemen asam humat dari pupuk kandang sapi
oksida, hidroksida, mineral dan organik termasuk zat pencemar beracun lainnya
memiliki sifat yang tidak larut dan dapat mengurangi sifat racun dari logam berat
(Wijayanti, 2018). Asam humat dapat berinteraksi dengan ion logam karena
disebabkan oleh sifat gugus ini dapat mengalami deprotonasi pada pH yang relatif
asam humat memiliki kemampuan untuk bereaksi dan berinteraksi dengan ion-ion
yang bermuatan positif. Ion logam seperti Fe yang memiliki muatan positif,
sangat memungkinkan untuk dapat bereaksi dan berinteraksi dengan asam humat.
Reaksi dan interaksi asam humat dengan ion logam dapat terjadi melalui adsorpsi
digunakan dalam analisis unsur-unsur logam secara kuantitatif dalam jumlah atau
konsentrai yang kecil. Hasil analisis dengan spektrofotometer serapam atom dapat
diketahui konsentrasi atau kadar suatu unsur logam pada sampel, tanpa
dipengaruhi oleh bentuk molekul dari logam yang dianalisis pada sampel. Metode
ini dapat digunakan untuk menentukan kadar logam dengan kepekatan yang
Rohman, 2008).
atau penyerapan cahaya dengan panjang gelombang tertentu oleh atom bebas dari
suatu unsur pada tingkat energi grownd state, ketika cahaya diserap, satu atau
lebih elektron tereksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi (Welz, 2005).
lampu katoda berongga (Hollow Cathode Lamp). Lampu katoda berongga terbuat
dari gelas yang didalamnya terdapat suatu katoda (suatu logam berbentuk silinder
yang bagian dalamnya berisi logam yang sama dengan logam yang dianalisis pada
lampu katoda yang digunakan maka sebagian cahaya tersebut akan diserap dan
intensitas penyerapannya akan berbanding lurus dengan jumlah atom bebas yang
A = a b c atau A = Ɛ b c
Underwood, 2002).
gangguan atau interferensi yang timbul dari sistem pengkabutan atom, matriks
sampel, sumber radiasi eksternal dan lainnya. Interferensi pada analisis dengan
kimia, spektra dan fisik. Gangguan kimia terjadi karena senyawa kimia yang
mengandung analit memiliki volatilitas pada saat proses atomisasi dan dapat
unsur lain yang dapat dianalisis dalam larutan sampel. Interferensi fisik terjadi
karena viskositas dan tegangan permukaan dari larutan yang dianalisis berbeda
seri larutan standar dengan berbagai konsetrasi yang telah diketahui dan
diperoleh grafik hubungan konsentrasi larutan (c) dengan absorbansi (A), yang
merupakan garis lurus melewati titik nol. Konsentrasi larutan sampel diukur dan
Rohman, 2008). Persamaan garis lurus dari kurva kalibrasi mengikuti bentuk
slope, (x) adalah konsentrasi dan (a) adalah intersep. Hubungan antara kadar analit
dengan absorbansi dari anlit dinyatakan sebagai koefisien korelasi (r). Apabila r
korelasi linier negatif sempurna dan jika r = 0 maka tidak berkorelasi linier
(Harjadi, 1990).