BAB I
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
S.cerevisiae merupakan mikrobia bersel tunggal, berukuran 5-15 mikron,
yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral, dan zat-zat
nutrien yang lain (Young, 1985). Dinding sel S. cerevisiae tersusun atas glukan
30-35%, mannan 30%, protein 13 % , khitin 1-2% serta lemak 8,5-13,5%
(Fardiaz, 1992). Menurut Volesky (1990, dalam Schiever and Volesky 2000)
dinding sel fungi yang merupakan situs utama untuk deposisi logam mengandung
polisakarida sampai dengan 90 %.
Menurut Gadd (1990) adsorpsi ion logam dengan S. cerevisiae terjadi pada
permukaan sel. Meskipun beberapa peneliti (Patzak, et al., 1997; Suh, et al., 1998;
Amaria,dkk, 2000,2003, 2005) telah menunjukkan kemampuan adsorpsi biomassa
S.cerevisiae terhadap kation-kation logam berat, namun mekanisme adsorpsi
kation logam dengan biosorben belum dipahami dan dijelaskan dengan baik,
karena belum jelas senyawa kimianya. Biosorben-biosorben yang jenis selnya
berbeda, struktur kompleks molekul yang membangunnya berbeda pula, sehingga
situs ikatannya berbeda. Situs ikatan yang dapat berpartisipasi dalam ikatan adalah
gugus karboksil, dapat membentuk kompleks maupun tarikan elektrostatik dengan
kation logam (Schiewer dan Volesky, 2000). Akibatnya beberapa mekanisme
adsorpsi menjadi beraksi ganda baik membentuk kompleks maupun elektrostatik.
Kim, et al. (2005) menyatakan bahwa interaksi antara ligan-ligan pada adsorben
dengan adsorbat dapat terjadi melalui pertukaran ion, kompleksasi, koordinasi dan
mikropresipitasi.
Dalam penelitian ini dipilih kation logam Cr(III) untuk dipelajari
mekanisme adsorpsinya dengan biomassa S. cerevisiae. Berdasarkan klasifikasi
Pearson, asam basa keras lunak (Douglas, et al. 1994) kation Cr(III) termasuk
asam keras, sehingga akan membentuk ikatan yang kuat dengan basa keras,
seperti OH, -COO-, -NH2-, dengan sifat ikatannya cenderung ionik. Menurut
Sehol (2004), bahwa adsorpsi Cr(III) pada asam humat yang diimobilisasi kitin
didominasi oleh adsorpsi kimia.
Dalam penelitian ini untuk mengetahui mekanisme adsorpsi yang terjadi
secara fisika dilakukan desorpsi dengan eluen H2O (mekanisme pemerangkapan)
desorpsi
dengan
Na2EDTA (pembentukan
kompleks).
Untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Saccharomyces cerevisiae
Ragi (Saccharomyces cerevisiae) adalah mikroorganisme penghasil etanol
yang paling dikenal saat ini. Efesiensi fermentasi dapat ditingkatkan dengan cara
mengabolisasi sel mikroorganisme yang digunakan. Amobilisasi sel bertujuan
untuk membuat sel menjadi tidak bergerak atau berkurang ruang geraknya
sehingga sel menjadi terhambat pertumbuhannya dan subtract yang diberikan
hanya digunakan untuk menghasilkan produk (Putra A.E & Surya, R.P, 2006).
pelapisan logam untuk menghasilkan permukaan logam yang keras dan indah dan
juga dapat mencegah korosi (Lanjar, 2006).
2.3 Biomassa
Biomassa adalah bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintetik,
baik berupa produk maupun buangan. Contoh biomassa antara lain adalah
tanaman, pepohonan, rumput, limbah pertanian, limbah hutan, tinja dan kotoran
ternak. Selain digunakan untuk tujuan primer serat, bahan pangan, pakan ternak,
minyak nabati, bahan bangunan dan sebagainya, biomassa juga digunakan sebagai
sumber energi (bahan bakar). Yang digunakan adalah bahan bakar biomassa yang
nilai ekonomisnya rendah atau merupakan limbah setelah diambil produk
primernya (Pari dan Hartoyo, 1983).
Sedangkan menurut Silalahi (2000), biomassa adalah campuran material
organik yang kompleks, biasanya terdiri dari karbohidrat, lemak, protein dan
mineral lain yang jumlahnya sedikit seperti sodium, fosfor, kalsium dan besi.
Komponen utama tanaman biomassa adalah karbohidrat (berat kering 75%),
lignin ( 25%) dimana dalam beberapa tanaman komposisinya bisa berbeda-beda.
Energi biomassa dapat menjadi sumber energi alternatif pengganti bahan
bakar fosil (minyak bumi) karena beberapa sifatnya yang menguntungkan yaitu,
dapat dimanfaatkan secara lestari karena sifatnya yang dapat diperbaharui
(renewable resources), relatif tidak mengandung unsur sulfur sehingga tidak
menyebabkan polusi udara dan juga dapat meningkatkan efisiensi pemanfaatan
sumber daya hutan dan pertanian (Widarto dan Suryanta, 1995).
2.4 Adsorpsi
Adsorpsi merupakan suatu proses penyerapan oleh padatan tertentu terhadap
zat tertentu yang terjadi pada permukaan zat padat karena adanya gaya tarik atom
atau molekul pada permukaan zat padat tanpa meresap kedalam. Bila gas atau uap
bersentuhan dengan permukaan padatan yang bersih, maka gas atau uap tadi akan
teradsorpsi pada permukaan padatan tersebut. Permukaan padatan disebut sebagai
adsorben, sedangkan gas atau uap disebut sebagai adsorbat. Semua padatan dapat
menyerap gas atau uap pada permukaan. Banyak gas yang teradsorpsi yang
bergantung pada suhu dan tekanan gas serta luas permukaan padatan. Padatan
yang paling efisien adalah padatan yang sangat porous seperti arang dan butiran
padatan yang sangat halus (Bird,T., 1993).
Proses adsorpsi dapat terjadi karena adanya gaya tarik atom atau molekul pada
permukaan padatan yang tidak seimbang. Adanya gaya ini, padatan cenderung
menarik molekul-molekul lain yang bersentuhan dengan permukaan padatan, baik
fasa gas atau fasa larutan kedalam permukaannya. Akibatnya konsentrasi molekul
pada permukaan menjadi lebih besar dari pada dalam fasa gas zat terlarut dalam
larutan. Pada adsorpsi interaksi antara adsorben dengan adsorbat hanya terjadi
pada permukaan adsorben (Tandy,E., 2012).
BAB III
METODOLOGI
shaker,
neraca
analitik,
oven,
pH
meter
merek
Jenway,
Spektrofotometer Serapan Atom Perkin Elmer 100, ayakan ukuran 100-200 mesh,
freeze dryer, pengaduk magnetik, tabung sentrifus, corong, reaktor (wadah untuk
mereaksikan adsorbat dengan adsorben terbuat dari bahan polipropilen), alat-alat
gelas (gelas ukur, tabung reaksi, gelas kimia, labu Erlenmeyer, kaca pengaduk).
BAB IV
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk Untuk mengetahui mekanisme adsorpsi atau
jenis interaksi yang terjadi antara kation Cr(III) dengan biomassa S. cerevisiae
dilakukan dengan cara menjenuhkan lebih dulu adsorben dengan kation Cr(III),
kemudian mendesorpsinya dengan eluen-eluen yang memiliki kekuatan
mendesorpsi
berbeda,
yaitu
H2O
untuk
mengetahui
interaksi
secara
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Mekanisme adsorpsi Cr(III) pada biomassa S. cerevisiae didominasi oleh
mekanisme pertukaran ion dengan urutan persentase desorpsi oleh KNO 3 sebesar
26,73 %, H2O 7,94 %, HNO3 7,03 %, dan Na2EDTA 6,74 % . Energi adsorpsi
yang terlibat termasuk energi fisika, yaitu sebesar 13,38 kJ/mol.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
12