Oleh:
Anne Alifatur Rafida
(125090207111005)
Qurratu Ayun
(125090207111038)
Slamet Suhartono
(135090209111004)
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul Isolasi dan Permasalahan Lingkungan dari Unsur
Golongan VIA (Kalkogen). Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
berkenan membatu dan mendukung proses pembuatan makalah ini.
Kami berharap makalah ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca,
khususnya mahasiswa Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Brawijaya.
Kami menyadari masih ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh karena
itu, kami memohon kritik dan saran yang membangun, supaya makalah ini dapat
dikembangkan oleh pembaca selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................4
1.1.
Latar Belakang............................................................................................................. 4
1.2.
Rumusan Masalah........................................................................................................ 4
1.3.
Tujuan...........................................................................................................................4
1.4.
Manfaat.........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................ 5
2.1
2.1.1 Oksigen.....................................................................................................................5
2.1.2 Belerang/Sulfur.........................................................................................................5
2.1.3 Selenium................................................................................................................... 6
2.1.4 Telurium....................................................................................................................6
2.1.5 Polonium...................................................................................................................7
2.2
2.2.1 Oksigen.....................................................................................................................7
2.2.2 Belerang....................................................................................................................8
2.2.3 Selenium................................................................................................................... 9
2.2.4 Teleruium................................................................................................................10
2.2.4 Polonium.................................................................................................................10
2.3
2.3.1 Oksigen...................................................................................................................11
2.3.2 Belerang/Sulfur.......................................................................................................12
2.3.3 Selenium................................................................................................................. 13
2.3.4 Telurium..................................................................................................................13
2.3.5 Polonium.................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Alam semesta ini kaya akan kandungan unsur-unsur kimia. Hingga saat ini, unsur-
unsur kimia berjumlah sekitar 114 unsur. Unsur-unsur tersebut dikelompokkan berdasarkan
kesamaan sifatnya ke dalam beberapa golongan, yaitu golongan A (golongan utama) dan
golongan B (golongan transisi). Selain itu, unsur-unsur kimia dapat dikelompokkan menjadi
unsur logam, nonlogam, semilogam, dan gas mulia. Berapa unsur logam dan nonlogam,
dalam bentuk unsur maupun senyawa, banyak dimanfaatkan didalam kehidupan sehari-hari.
Penggunaan beberapa unsur logam dan nonlogam meningkat sesuai dengan berkembang
pesatnya industri, baik sebagai alat dasar maupun sumber energi.
Unsur-unsur logam umumnya diperoleh sebagai bijih logam dalam batuan. Alam
Indonesia sangat kaya akan sumber mineral bijih logam, oleh karena itu perlu penguasaan
teknologi untuk mengolahnya menjadi logam yang dibutuhkan. Dalam kehidupan sehari-hari
kita tidak mungkin tidak melepaskan diri dari kimia unsur. Misalnya saja pada saat gosok
gigi, kita menggunakan senyawa dari natrium dan flourin dalam pasta gigi. Ketika kita
meminum es, berarti kita mengkonsumsi senyawa yang mengandung unsur hidrogen dan
oksigen, ketika tidur kita menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida.
Dengan kata lain unsur kimia sangat dibutuhkan karena menjamin kelangsungan
hidup. Dalam makalah ini akan menjelaskan tentang unsur-unsur kimia golongan VI A.
1.2
Rumusan Masalah
1. Seberapa banyak keberadaan unsur-unsur kimia golongan VI A di alam?
2. Bagaimanakah pembuatan unsur-unsur kimia golongan VI A?
3. Apa saja kegunaan unsur unsur golongan VI A?
1.3
Tujuan
1. Untuk mengetahui keberadaan unsur-unsur kimia golongan VI A di alam.
2. Untuk mengetahui pembuatan unsur unsur kimia golongan VI A.
3. Untuk mengetahui kegunaan unsur unsur golongan VI A.
1.4
Manfaat
Makalah ini dibuat diharapkan dapat memberikan manfaat dan sedikit
penjelasan mengenai unsur-unsur golongan VIA.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Keberadaan Unsur Kimia Golongan VI A di Alam
2.1.1. Oksigen
Oksigen merupakan unsur paling melimpah ketiga di alam semesta berdasarkan
masa dan unsur paling melimpah di kerak bumi. Merupakan komponen paling umum ke-2
dalam atmosfir bumi (Mauraty dkk, 2012):
NO
KEBERADAAN
1 Dalam keadaan bebas diudara
PERSENTASE
20 % volume
4
2
3
4
5
6
7
20,94 %
53,7 mol/liter
49,20 % (masa)
88,8 % (berdasarkan massa)
0,9 %
21,0 % (volume) dan 23,1 % (massa) atau
sekitar 1015 ton atmosfir
2.1.2. Belerang
Belerang/Sulfur adalah unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang S
dan nomor atom 16.Bentuknya adalah non-metal yang tak berasa,tak berbau & multivalent.
Belerang dalam bentuk aslinya adalah sebuah zat padat kristalin kuning. Belerang dapat
diperoleh secara alamiah di sekitar daerah pegunungan dan hutan tropis. Belerang terdapat
secara luas dialam sebagai unsur bebas. Belerang terdapat dalam lapisan kurang lebih 150 m
dibawah batu karang, pasir, atau tanah liat yang keberadaannya dalam bentuk senyawa
H2S,SO2, CaSO4, dan MgSO4. Di alam belerang dapat ditemukan sebagai unsur murni atau
sebagai mineral-mineral sulfide dan sulfate. Ia adalah unsur penting untuk kehidupan dan
ditemukan dalam 2 asam amino. Zat murninya tidak berbau, tidak berasa dan memiliki
struktur yang beragam, tergantung kondisi sekitar. Secara alami banyak terdapat di gunung
berapi. Komponen murninya tidak beracun namun senyawa yang terbentuk kebanyakan
berbahaya bagi manusia. Senyawa belerang yang utama adalah SO 2, dan SO3 (Mauraty dkk,
2012).
2.1.3. Selenium
Selenium ini paling sering dihasilkan dari bijih sulfida selenide, seperti tembaga, perak, atau
timah. Sumber alam selenium termasuk tanah kaya selenium tertentu, dan selenium yang telah
Selenium ditemukan dalam beberapa mineral yang cukup langka seperti kruksit dan
klausthalit. Penyebaran selenium dikerak bumi tidaklah merata. Hal ini juga umumnya
ditemukan dibebatuan dan tanah. Selenium tidak sering ditemukan di lingkungan dalam
bentuk mendasar, tetapi biasanya dikombinasikan dengan zat lain (Mauraty dkk, 2012).
Selenium ditemukan dalam beberapa mineral yang cukup langka seperti kruksit dan
klausthalit. Selenium juga dapat dihasilkan dari debu cerobong asap yang tersisa dari proses
bijih tembaga sulfida. Selenium dapat dihasilkan dari pemurnian kembali logam anoda dari
proses elektrolisis tembaga. Serta, selenium juga dapat diperoleh dari memanggang endapan
hasil elektrolisis dengan soda atau asam sulfat, atau dengan meleburkan endapan tersebut
dengan soda dan niter (mineral yang mengandung kalium nitrat) (Nuralam dkk, 2011).
2.1.4. Telurium
Telurium kadang-kadang dapat ditemukan di alam, tapi lebih sering sebagai senyawa
tellurida dari emas (kalaverit), dan bergabung dengan logam lainnya. Telurium didapatkan
secara komersil dari lumpur anoda yang dihasilkan selama proses pemurnian elektrolisis
tembaga panas. Amerika Serikat, Kanada, Peru dan Jepang adalah penghasil terbesar unsur
ini. Ada 30 isotop telurium yang telah dikenali, dengan massa atom berkisar antara 108
hingga 137. Telurium di alam hanya terdiri dari delapan isotop. Telurium dan senyawanya
kemungkinan beracun dan harus ditangani dengan hati-hati. Hanya boleh terpapar dengan
telurium dengan konsentrasi serendah 0.01 mg/m3, atau lebih rendah, dan pada konsentrasi ini
telurium memiliki bau khas yang menyerupai bau bawang putih (Mauraty dkk, 2012).
2.1.5. Polonium
Polonium adalah suatu unsur kimia dalam tabel periodik yang memiliki lambang Po
dan nomor atom 84. Unsur radioaktif yang langka ini termasuk kelompok metaloid yang
memiliki sifat kimia yang mirip dengan telurium dan bismut. Polonium merupakan unsur
radioaktif yang terbentuk secara alami di kerak bumi dan merupakan elemen pertama yang
ditemukan berdasarkan sifat radioaktifnya. Polonium adalah unsur yang sangat jarang di alam.
Jumlah elemen ini terjadi dalam batuan yang mengandung radium (Mauraty dkk, 2012).
Serta, keberadaan di alam polonium dapat digunakan sebagai sumber panas yang
ringan yaitu sperti sumber energi termoelektrik pada satelit angkasa. Polonium dapat
dicampur atau dibentuk alloy dengan berilium untuk menghasilkan sumber neutron, dan juga
polonium dapat digunakan dalam peralatan untuk menghilangkan muatan statis dalam
pemintalan tekstil (Nuralam dkk, 2011).
Oksigen dapat dibuat dalam skala besar di industri dan dapat juga dalam skala kecil
dilaboratorium. Dalam skala besar di industri, pembuatan oksigen diperoleh dari
destilasi bertingkat udara cair:
Prosesnya, mula-mula udara disaring untuk menghilangkan debu laludimasukkan ke
dalam kompresor. Pada kompresi ini suhu udara akan naik,kemudian didinginkan
dalam pendingin. Udara dingin mengembang melaluicelah, dan hasilnya adalah udara
yang suhunya lebih dingin, cukup untukmenyebabkannya mencair. Udara cair disaring
untuk memisahkan CO2 (s) dan airyang telah membeku. Kemudian udara cair
itu memasuki bagian puncak kolom dimana nitrogen, komponen yang paling mudah
menguap, keluar sebagai gas.
Pada pertengahan kolom, gas argon keluar dan selanjutnya oksigen cair. Komponen
lain yang paling sulit menguap akan terkumpul di dasar. Berturut-turut titik didih
normal nitrogen, argon, dan oksigen adalah -195,8, -185,7, dan -183,0C.
Dalam teknik :
1) Elektrolisa air O2 yang diperoleh dengan cara elektrolisis sangat murni. Reaksi
keseluruhan yang terjadi adalah:
H 2 O 2 H 2 O O2
Dalam Laboratorium :
1) Pemanasan kalium klorat dengan katalisator batu kawi (MnO2)
2 KClO3
MnO2
2 KCl 3O2
2) Pemanasan peroksida
2 H 2 O 2 H 2 O O2
2.2.2. Belerang
Cara pengolahan belerang tergantung dari jenis endapannya dan hasil yang diinginkan.
Untuk belerang yang berbentuk Kristal dapat langsung dimasukkan ke dalam autiklat
dimasukkan atau ditambahkan solar, air dan NaOH, kemudian dipanaskan dengan
memasukkan uap air panas dengan tekanan 3 atm selama 30-60 menit. Pemisahan akan terjadi
karena belerang mempunyai titik lebur yang lebih rendah dibandingkan dengan mineralmineral pengotornya. Hasilya yang berupa belerang cair dialirkan melalui filter dan kemudian
dicetak.Untuk belerang jenis lumpur, pengolahannya perlu dilakkukan secara floantasi
7
terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam autoklaf. Tujuan dari floatasi adalah untuk
meningkatkan kadar belerang dan memisahkan senyawa-senyawa besi sulfat dan silikat dari
larutan. Cara pengolahan lain untuk belerang jenis ini dengan cara pelarutan dan
penghabluran dengan dengan menggunakan pelarut karbon disulfide, dimethyl disulfit atau
larutan hidrokarbon berat lainnya. Untuk pengolahan belerang secara sederhana dapat
dilakukan dengan jalan memanaskan bongkah-bongkah belerang didalam wajan besi atau
alumunium yang berdiameter 80-100 cm diatas tungku sederhana yang terbuat dari tanah liat
atau andesit. Pemanasan dilakukan dengan kayu atau kompor minyak tanah sambil diadukaduk, sesudah belerang mencair kemudian disaring dengan kantong-kantong yang terbuat dari
kain. Selanjutnya ditampung dalam tabung-tabung bamboo sebagai alat cetaknya(Mauraty
dkk, 2012).
Belerang dihasilkan secara komersial dari sumber mata air hingga endapan garam
yang melengkung sepanjang Lembah Gulf di Amerika Serikat. Menggunakan proses Frasch,
air yang dipanaskan masuk ke dalam sumber mata air untuk mencairkan belerang, yang
kemudian terbawa ke permukaan. Belerang juga terdapat pada gas alam dan minyak mentah,
namun belerang harus dihilangkan dari keduanya. Awalnya hal ini dilakukan secara kimiawi,
yang akhinya membuang belerang. Namun sekarang, proses yang baru memungkinkan untuk
mengambil kembali belerang yang terbuang. Sejumlah besar belerang diambil dari ladang gas
Alberta (Mauraty dkk, 2012).
1.
Proses Frasch. Cadangan bawah tanah belerang biasanya terdapat pada kedalaman antara
150-750 m dan tebalnya kira-kira 30 m. Pipa berdiameter 20 cm dimasukkan hingga ke
dasar endapan belerang. Pipa lain yang lebih kecil, berdiameter 10 cm dan lebih pendek
dimasukkan dalam pipa pertama. Pipa terakhir, bediameter 2,5 cm dimasukkan ke dalam
pipa kedua. Pipa terakhir mempunyai panjang setengah dari pipa pertama (lihat gambar
di bawah ini).Mula-mula air bersuhu 165oC dialirkan ke bawah melalui pipa pertama. Air
panas ini akan melelehkan belerang di sekitarnya dan mendorong cairan belerang naik
melalui pipa. Air bertekanan tinggi dipompa melalui pipa yang paling kecil,
menghasilkan buih bermassa jenis kecil yang akan naik ke permukaan tanah melewati
pipa berukuran sedang. Buih ini mengandung belerang, udara, dan air. Di permukaan
tanah, campuran ini didinginkan dan menghasilkan kristal belerang berwarna kuning dari
cairannya yang berwarna ungu. Kristal belerang dihancurkan dengan dinamit menjadi
pecahan yang berukuran lebih kecil sehingga mudah diangkut ke tempat lain.
2.
Proses Claus. Pada proses Claus, mula-mula gas alam dialirkan dalam etanol amin,
HOCH2CH2NH2 dan terjadi reaksi: HOCH2CH2NH2(l) + H2S(g) HOCH2CH2NH3+ + HS8
3.
Pemanasan Pirit. Pirit dipanaskan tanpa udara akan menyebabkan dekomposisi S 22menjadi belerang dan FeS. FeS2 FeS+S
2.2.3. Selenium
Selenium ditemukan dalam beberapa mineral yang cukup langka seperti kruksit dan
klausthalit. Beberapa tahun yang lalu, selenium didapatkan dari debucerobong asap yang
tersisa dari proses bijih tembaga sulfida. Sekarang selenium di seluruh dunia dihasilkan dari
pemurnian kembali logam anoda dari proses elektrolisis tembaga. Selenium diperoleh dari
memanggang endapan hasil elektrolisis dengan soda atau asam sulfat, atau dengan
meleburkan endapan tersebut dengan soda dan niter (mineral yang mengandung kalium
nitrat).
Selenium diperoleh dari memanggang endapan hasil elektrolisis dengan soda atau
asam sulfat. Atau dengan meleburkan endapan tersebut dengan soda dan niter (mineral yang
mengandung kalium nitrat). Namun, dari sumber lainnya dikatakan bahwa selenium terjadi
secara alami di lingkungan. Sebagai salah satu elemen, selenium tidak dapat diciptakan
ataupun dihancurkan, meskipun selenium dapat berubah bentuk dalam lingkungan (Mauraty
dkk, 2012).
2.2.4. Telurium
Sumber utama telurium adalah dari lumpur anoda dihasilkan selama pemurnian secara
elektrolisa tembaga dari lecet. Ini adalah komponen dari debu ledakan tungku dari pemurnian
timah. 500 ton bijih tembaga pengobatan biasanya memproduksi satu pon (0,45 kg) telurium.
Telurium diproduksi terutama di Amerika Serikat, Peru, Jepang, dan Kanada. Untuk tahun
2006, British Geological Survey memberikan nomor-nomor berikut: Amerika Serikat 50 t, 37
t Peru, Jepang dan Kanada 11 24 t (Mauraty dkk, 2012).
Deposisi anoda berisi selenides dan tellurides dari logam mulia dalam senyawa dengan
rumus M2Se atau M2Te (M = Cu, Ag, Au). Pada suhu 500 C anoda lumpur dipanggang
dengan karbonat natrium di bawah udara. Ion logam direduksi menjadi logam, sementara
Telluride diubah menjadi tellurite natrium.
M 2Te O2 Na 2 CO3 Na 2TeO 3 2 M CO2
Tellurites bisa kehabisan campuran dengan air dan biasanya hadir sebagai
hydrotellurites HTeO3-dalam larutan. Selenites juga terbentuk selama proses ini, tetapi
mereka dapat dipisahkan dengan menambahkan asam sulfat. Telurium hydrotellurites dioksida
dikonversi menjadi larut sementara selenites tinggal dalam larutan.
HTeO 3 OH H 2 SO4 TeO 2 2SO 42 2 H 2 O
Pengurangan dengan logam dilakukan baik oleh elektrolisis atau dengan reaksi
dioksida telurium dengan belerang dioksida dalam asam sulfat.
TeO 2 2SO2 2 H 2 O Te SO42 4 H
2.2.5. Polonium
Bijih uranium hanya mengandung sekitar 100 mikrogram unsur polonium per tonnya.
Ketersediaan polonium hanya 0.2% dari radium. Pada tahun 1934, para ahli menemukan
bahwa ketika mereka menembak bismut alam (209Bi) dengan neutron, diperoleh 210Bi yang
merupakan induk polonium. Sejumlah milligram polonium kini didapatkan dengan cara
seperti ini, dengan menggunakan tembakan neutron berintensitas tinggi dalam reaktor nuklir.
Polonium-210 adalah yang paling banyak tersedia. Isotop dengan massa 209 (masa paruh
waktu 103 tahun) dan massa 208(masa paruh waktu 2.9 tahun) bisa didapatkan dengan
menembakkan alfa, proton, atau deutron pada timbal atau bismut dalam siklotron, tapi proses
ini terlalu mahal. Logam polonium telah dibuat dari polonium hidroksida dan senyawa
polonium dengan adanya ammonia cair anhidrat atau ammonia cair pekat. Diketahui ada dua
modifikasi alotrop. Polonium-210 meluruh dengan memancarkan partikel alpha. 1mg
polonium 210 memancarkan partikel alpha sebagai radium-226 sebanyak 5 g. energy yang
dilepaskan sangatlah besar yaitu 140 watt/g. Peluruhan isotop Radon -222 (Rn-222),
memancarkan partikel alfa. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut (Mauraty dkk, 2012) :
86 Rn222 84 Po218 2 He4 86 Bi 214 84 Po214 2e
sebagai oksidator.
8. Dalam bentuk allotrop O3 (ozon) yang bersifat oksidator kuat, digunakan sebagai
desinfektan dan sebagai bahan pemutih
Oksigen merupakan support pembakaran, dengan kelebihan oksigen, makadaya
pembakar menjadi lebih besar, itulah mengapa angin pembawa oksigenmenjadi pembunuh
nomor satu belakangan ini di kota besar.
Kekurangan Oksigen di dalam ruangan pun berbahaya. Karena sifat oksigen yang
tidak berwarna dan tidak berbau kekurangan oksigen tidak dapat dirasakan. Pada kondisi
normal, kita menghirup oksigen dan menghembuskan CO2. Akan tetapi dengan kandungan
oksigen 0% tarikan nafas yang kedua mengakibatkan kehilangan kesadaran tanpa adanya
peringatan. Secara cepat dapat mengakibatkan kematian.
2.3.2. Belerang
Belerang dapat digunakan dalam pembuatan seperti : bubuk mesiu, korek api,
insektisida, pupuk fosfat, kertas sulfit, dan fungisida. Belerang juga digunakan dalam proses
vulkanisasi karet alam. Belerang merupakan bahan utama dalam pembuatan asam sulfat
yaitu bahan kimia yang sangat penting. Serta, belerang dapat digunakan untuk mensterilkan
alat pengasap, belerang juga penyusun lemak, cairan tubuh, dan mineral tulang dalam
jumlah kadar yang sedikit (Nuralam dkk, 2011). Pemanfaatan belerang diantaranya:
1. Digunakan untuk membuat beberapa senyawa penting dalam industri,seperti asam
sulfat, asam sulfit, belerang dioksida, dan lain sebagainya.
2. Asam Sulfat (H2SO4) digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pembersih logam,
bahan baku industri dan sebagai cairan pengisi akumulator
3. Digunakan dalam bidang kedokteran sebagai obat sulfat
4. Digunakan dalam industri korek api, vulkanisasi karet, obat celup, dan bubuk mesiu
(bahan peledak)
5. Dicampur dengan kapur digunakan sebagai fungsiida
11
Gejala-gejala
yang
timbul
akibat kekurangan
selenium,
bisa
dijelaskan
dengan berkurangnya antioksidan dalam jantung, hati dan otot, yang mengakibatkan kematian
jaringan dan kegagalan organ. Penyembuhan total dapat dicapaidengan pemberian selenium.
Kelebihan
Selenium
dapat
menimbulkan
efek
yang
sangat
berbahaya,
Dosis
13
DAFTAR PUSTAKA
Mauraty, R., Heristyara, R., Hadijah, S., Wardati, S.I., dan Wahidah, 2012, Kimia Unsur
Golongan VI A, Rantau.
Nuralam, H., Oktavia, N., Fauziah, N., dan Nurlitasari, 2011, Unsur -unsur Golongan VI A,
Subang.
14