Anda di halaman 1dari 7

2.

Tinjauan Pustaka

1. Logam Kromium (Cr VI)


Kromium ditemukan di bebatuan, tanah, hewan, dan tumbuhan. Senyawa krom
berlimpah dalam sedimen air. Kromium (Cr) adalah logam berat dengan sifat
persisten, bioakumulatif, beracun (Persistent, Bioaccumulatif and Toxic/PBT),
bernilai tinggi dan sulit terurai, kemudian terakumulasi dalam tubuh manusia
melalui rantai makanan. Risiko paparan krom dapat menyebabkan iritasi mata,
iritasi hidung dan paru-paru serta iritasi kulit. Paparan berulang dan terus menerus
terhadap kromium dosis tinggi dapat menyebabkan kulit terbakar, kanker
pencernaan dan kanker paru-paru (A`yunina et al., 2022).

Buangan industri menghasilkan limbah yang mengandung kromium seperti pabrik


tekstil, pabrik pewarna, penyamakan kulit, pabrik tinta, dan kilang minyak. Ini
berasal dari natrium kromat dan natrium dikromat, yang merupakan spesies
kromat (VI) yang beracun sebagai bahan utama dalam produksi bahan kimia krom
seperti pewarna krom, garam krom yang digunakan dalam penyamakan kulit,
pengawet kayu, penghambat korosi otomotif, pengeboran boiler dan minyak. Data
tersebut menunjukkan bahwa diperlukan upaya untuk mengurangi toksisitas
kromium (VI) melalui adsorpsi atau degradasi. Beberapa literatur ilmiah
menunjukkan bahwa sifat toksik logam berat kromium (VI) jauh lebih beracun
daripada kromium (III). Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Kep
03/MENKLH/11/1991 menyatakan bahwa jumlah maksimum kromium total
dalam air adalah 0,1 ppm dan kromium (VI) 0,05 ppm. Hal ini menunjukkan
bahwa kromium (VI) dapat menyebabkan masalah lingkungan dalam jumlah yang
lebih sedikit (Adahani & Husaini, 2017).

2. Adsorpsi
Adsorpsi merupakan proses dimana molekul cairan menempel pada permukaan
padat. Berbagai zat dapat digunakan sebagai adsorben dalam proses adsorpsi
(Delaroza et al., 2018). Adsorben umumnya merupakan bahan padat berpori yang
digunakan untuk mengadsorpsi molekul adsorbat dalam proses adsorpsi. (Astuti,
2018).

Proses adsorpsi dapat dibagi menjadi dua proses, yaitu adsorpsi fisik dan adsorpsi
kimia. Adsorpsi fisik berkaitan erat dengan gaya van der Waals dimana prosesnya
bersifat timbal balik, jika daya tarik antara adsorben dan zat terlarut lebih besar
dari pada pelarut, maka proses akan teradsorpsi pada permukaan sedangkan
adsorpsi diserap secara kimiawi, reaksi yang terjadi antara padatan dan zat terlarut
yang teradsorpsi (Delaroza et al., 2018).
Secara umum, penyebab yang mempengaruhi proses adsorpsi adalah (Syauqiah et
al., 2011) :

1. Luas permukaan
Semakin besar luas permukaan adsorben maka semakin besar pula adsorbennya.
Luas permukaan adsorben ditentukan oleh ukuran partikel dan jumlah adsorben.

2. Jenis adsorbat
Peningkatan polaritas adsorben akan meningkatkan kapasitas adsorpsi molekul
yang sangat polar (polar) yang mampu menarik molekul lain dibandingkan dengan
yang tidak membentuk dipol (non dipol). Peningkatan berat molekul adsorben
dapat meningkatkan kapasitas adsorpsi. Adsorben rantai cabang umumnya lebih
mudah diadsorpsi daripada adsorben rantai lurus.

3. Struktur molekul adsorbat


Struktur molekul adsorben hidroksil dan amino mengurangi penyisihan sementara
nitrogen meningkatkan penyisihan.

4. Konsentrasi Adsorbat
Semakin tinggi konsentrasi adsorbat dalam larutan, semakin banyak material yang
terakumulasi pada permukaan adsorben
5. Temperatur
Adsorben meningkatkan kemampuannya untuk menyerap adsorbat dan
memperlebar pori-pori adsorben. Pemanasan yang berlebihan merusak adsorben
dan mengurangi kapasitas penyerapannya.

6. pH
pH larutan berpengaruh dalam kelarutan ion logam, aktivitas gugus fungsi dalam
biosorben, dan kompetisi ion logam dalam proses adsorpsi.

7. Kecepatan pengadukan
Cepatnya pengadukan menentukan laju waktu kontak adsorben dan adsorbat.
Pengadukan yang terlalu lambat juga memperlambat proses adsorpsi, sedangkan
pengadukan yang terlalu cepat dapat merusak struktur adsorpsi dengan cepat,
sehingga proses adsorpsi menjadi kurang optimal.

8. Waktu kontak
Waktu kontak yang menghasilkan kapasitas adsorpsi maksimum ditentukan
selama waktu kesetimbangan.

3. Kitosan
Kitosan merupakan poli-(2-amino-2-deoksi-β-1(-4)-D-glukopiranosa) memiliki
rumus molekul (C6H11NO4)n. Kitosan merupakan produk deasetilasi kitin
melalui reaksi kimia dengan tahapan deproteinisasi, demineralisasi, depigmentasi,
dan deasetilasi. Kitin sendiri merupakan polimer alami yang paling melimpah
setelah selulosa dan terdapat pada banyak limbah makanan laut terutama kerang
seperti udang, kepiting, rajungan dan lobster (Tanasale et al., 2012).
Deasetilasi kitosan dapat dilakukan dengan metode kimia atau enzimatik. Proses
kimianya menggunakan basa seperti NaOH, dan dapat menghasilkan kitosan
dengan derajat deasetilasi yang tinggi, mencapai 85-93%. Proses kimia
menghasilkan kitosan dengan berat molekul yang berbeda dan proses deasetilasi
juga sangat acak, sehingga sifat fisikokimia kitosan tidak seragam. Proses
enzimatik dapat mengatasi kekurangan dari proses kimia. Pada dasarnya
deasetilasi enzimatik bersifat selektif dan tidak merusak struktur rantai kitosan
(Sugita et al., 2009).

Kitosan dapat menyerap kontaminan logam berat dalam air karena adanya gugus
amina dan hidroksil yang sangat reaktif dan basa di alam. Kitosan akan menukar
proton pengotor logam dengan elektron nitrogen (N) (Hastuti et al., 2011).

Penggunaan kitosan sebagai adsorben dapat digunakan langsung dalam bentuk


serpih. Penelitian yang terdahulu sudah menggunakan kitosan dalam bentuk granul,
hidrogel, dan membran/film. Banyak peneliti telah memodifikasi struktur kitosan
untuk meningkatkan kapasitas adsorpsi, kekuatan mekanik, dan stabilitasnya
(Sugita et al., 2009).

4. Spektrofotometri FTIR (Fourier Transform Infrared)


Fourier Transform Infrared (FTIR) adalah alat atau instrumen yang dapat
digunakan untuk mendeteksi gugus fungsi, mengidentifikasi senyawa, dan
menganalisis campuran sampel yang diinginkan tanpa merusak sampel. Rentang
inframerah spektrum elektromagnetik dimulai pada panjang gelombang antara 1
000 cm-1 dan 10-1 (Sari et al., 2011).
Prinsip kerja FTIR adalah interaksi antara energi dan materi. Sinar infra merah
melewati celah dan mencapai sampel. Celah digunakan untuk mengontrol jumlah
energi yang dikirim ke sampel. Kemudian sebagian radiasi infra merah diserap
oleh sampel dan sebagian sisanya ditransmisikan melalui permukaan sampel
sehingga radiasi infra merah mencapai detektor dan sinyal pengukuran dikirim ke
komputer dan direkam dalam bentuk puncak.Spektrofotometer FTIR merupakan
alat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi senyawa kimia secara kualitatif
dan kuantitatif, khususnya senyawa organik (Sari et al., 2011).

5. Isoterm Adsorpsi
Isoterm adsorpsi merupakan proses adsorpsi yang berlangsung pada suhu konstan.
Model isoterm adsorpsi yang paling umum dan tersebar luas adalah model isoterm
Langmuir dan model isoterm Freundlich (Anggriani et al., 2021).

Macam-macam isoterm Adsorpsi yang sudah dikenal yaitu


(Masruhin et al., 2018 ):
1. Isoterm Adsorpsi Langmuir
Awalnya dikembangkan untuk proses adsorpsi gas pada permukaan padat.
Persamaan kimia pada proses adsorpsi yaitu :
A(g) + S → AS. ........................................... (1)

A adalah adsorbat gas, S adalah tempat kosong permukaan, dan AS menunjukkan


molekul yang diserap oleh A. Atau situs di permukaan terisi. Persamaan konstanta
K dapat ditulis :

Di mana AS adalah fraksi mol dari posisi yang ditempati di permukaan, Xs adalah
fraksi mol situs kosong di permukaan, dan p adalah tekanan gas. Jika θ = XAS
dan Xs = (1 – θ) maka persamaan (2) menjadi:
Merupakan persamaan isoterm Langmuir, dimana K adalah ketetapan
kesetimbangan adsorpsi. Untuk mencari θ maka persamaan (3) dapat ditulis:

Apabila adsorpsi terjadi dalam larutan maka p diganti dengan konsentrasi, C.


Sejumlah substansi yang terserap, m, sebanding dengan θ maka m= b.θ, dimana b
adalah konstanta.

Jika persamaan (5) dibalik maka:

Dengan memplot 1/m versus 1/C, kita dapat menghitung konstanta K dan b dari
dari slope dan intersep grafik.

2) Isoterm Adsorpsi Freundlich

Rumus ini diturunkan secara empiris dan berlaku untuk gas yang memiliki
tekanan rendah. Isoterm adsorpsi Freundlich menunjukkan tipe adsorpsi dimana
adsorpsi terjadi pada banyak lapisan dan pengikatan pada tidak kuat.

Persamaan isoterm adsorpsi pada isoterm Freundlich yaitu :

m = .C(1⁄n) ................................................ (7)

Jika persamaan (7) dilogaritmakan akan terbentuk persamaan (8).

Log m = log k + 1/n.logC .......................... (8)

Keterangan :

m = massa zat teradsorpsi tiap satuan massa adsorben (mg/g)

C = konsentrasi larutan setelah proses adsorpsi (mg/L)


b, K, = Konstanta Langmuir

k, n = konstanta Freundlich.

6. Tempurung Kelapa

Tempurung kelapa adalah buangan dari hasil olahan kelapa, diambil dari daging
kelapa untuk mendapatkan santan (Nustini & Yani, 2018). Produk yang terbuat dari
olahan batok kelapa antara lain minyak organik, asap cair, arang aktif, tepung
tempurung, dan kerajinan tangan. Proses pengolahan meliputi pemisahan, pirolisis,
penghancuran, dan pengolahan kraft. Batubara tempurung kelapa digunakan sebagai
bahan baku pabrik karbon aktif, industri briket, dan sebagai bahan bakar langsung.
Pada penelitian ini, bahan baku karbon aktif terbuat dari tempurung kelapa
(Masruhin et al., 2018).

Kandungan kimia utama yang terdapat di dalam tempurung kelapa yaitu selulosa
(34%), hemiselulosa (21%) dan lignin (27%) sedangkan komposisi unsure terdiri dari
74.3 %C, 21.9 % O, 0.2 % Si, 1.4 % K, 0.5 % S and 1.7 % P (Budi et al., 2012).

Mengubah tempurung kelapa menjadi arang meningkatkan kandungan karbon, sedikit


meningkatkan kadar abu, menghilangkan kelembapan dan mengurangi volatil (Budi et
al., 2012).

Karbon tempurung kelapa mengandung karbon yang lebih tinggi dibandingkan dengan
arang bahan alami lainnya, sehingga dapat dijadikan sumber karbon aktif (Budi et al.,
2012).

Anda mungkin juga menyukai