Anda di halaman 1dari 6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Adsorpsi

Adsorpsi merupakan salah satu metode untuk mengolah limbah suatu logam

berat menggunakan adsorben berupa karbon aktif. Tinggi persiapan mempengaruhi

adsorpsi, hal ini dapat dilihat dari nilai k (Widayatno dkk., 2017). Proses penyerapan

atau adsorpsi oleh suatu adsorben dipengaruhi banyak faktor dan juga memiliki pola

isoterm adsorpsi tertentu yang spesifik. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam

proses adsorpsi antara lain yaitu jenis adsorben, jenis zat yang diserap, luas

permukaan adsorben, konsentrasi zat yang diadsorpsi dan suhu. Oleh karena faktor-

faktor tersebut maka setiap adsorben yang menyerap suatu zat satu dengan zat lain

tidak mempunyai pola isoterm adsorpsi yang sama. Diketahui bahwa terdapat dua

jenis persamaan isoterm adsorpsi yang digunakan pada suatu proses adsorpsi dalam

larutan yaitu persamaan adsorpsi Langmuir dan persamaan adsorpsi Freundlich

(Handayani dan Sulistiyono, 2009).

Waktu kontak merupakan hal yang sangat menentukan dalam proses adsorpsi.

Waktu kontak memungkinkan proses difusi dan penempelan molekul adsorpsi

berlangsung lebih baik kecuali setelah mencapai optimum. Hal ini karena semakin

lama waktu kontak maka secara logika zat yang teradsorpsi juga semakin banyak

(Agustianingsih dkk, 2013).

Beberapa tahun terakhir, telah dikembangkan metode adsorpsi dengan

menggunakan biomassa tumbuhan yang dikenal dengan fitofiltrasi. Dasar pemikiran

dari fitofiltrasi adalah dengan mengunakan biomassa tumbuhan yang telah mati

sebagai pengikat ion logam. Interaksi antara Pb2+ dan adsorben biomassa daun
enceng gondok terjadi karena adanya gaya elektrostatik antara muatan negatif

adsorben yang bertindak sebagai situs aktif dengan muatan positif dari ion logam. Ion

logam terutama logam transisi dapat membentuk suatu ikatan dengan senyawa asam

amino karena adanya elektron bebas yang terdapat pada atom oksigen pada gugus

fungsional senyawa asam amino berupa rantai –COOH (Tangio, 2013).

2.2 Karbon Aktif

Karbon aktif merupakan suatu karbon yang memiliki daya serap tinggi

terhadap suatu anion, kation dan molekul dalam bentuk senyawa organik dan

anorganik yang berupa gas serta cair (Lempang, 2014). Karbon aktif banyak

digunakan sebagai adsorben pada pemurnian gas, pemurnian pulp dan juga untuk

pemurnian produk pangan antara lain penjernihan minyak, pemurnian gula tebu, gula

bit, gula jagung menghilangkan rasa dan bau air minum. Karbon aktif dapat berasal

dari tumbuhan dan tulang hewan (Siregar dkk., 2015).

Karbon aktif merupakan material karbon yang berpori dengan luas

permukaan yang besar sehingga banyak digunakan untuk berbagai aplikasi. Karbon

aktif dapat disintesis dari batu bara antrasit atau pun bituminous, akan tetapi

penggunaan biomassa sebagai bahan baku karbon aktif semakin banyak diteliti.

Secara umum, pembuatan karbon aktif terdiri atas karbonisasi dan aktivasi secara

fisika atau pun kimia. Pada review ini dibahas proses aktivasi kimia dengan

menggunakan agen aktivasi ZnCl2 (Kristianto, 2017).

2.3 Isotermal Adsorpsi

Isoterm merupakan hubungan empiris yang digunakan untuk menentukan

berapa banyak zat terlarut dapat teradsorpsi oleh adsorben. Isoterm adsorpsi adalah
representasi grafis yang menunjukkan hubungan antara jumlah diserap oleh satuan

berat adsorben dan jumlah adsorbat yang tersisa dalam medium uji pada

kesetimbangan. Faktor utama yang menentukan jenis dari isoterm adalah jumlah

senyawa terserap dalam larutan, tingkat kompetisi di antara zat terlarut untuk situs

adsorpsi dan karakteristik adsorben (Sukmawati dan Utami, 2014).

Data adsorpsi digambarkan oleh isoterm Langmuir, Freundlich dan model

isoterm adsorpsi BET. Model isoterm yang paling tepat digunakan yaitu dinilai

dengan koefisien linier determinasi (R2) dan non-linear Chi-square (2). Dalam

penelitian yang dilakukan oleh Agarwal, dkk. (2014), tes Chi-square dilakukan untuk

semua isoterm yang model. Hasil tes menunjukkan bahwa fly ash dapat digunakan

sebagai adsorben murah untuk menghilangkan ion Zinc dari air larutan. Data

kesetimbangan adsorpsi terbaik diwakili oleh adsorpsi isoterm Langmuir. Kinetika

adsorpsi ditemukan untuk mengikuti kedua model kinetika. Proses mekanisme

adsorpsi ditentukan dari model difusi intra partikel di mana adsorpsi isoterm ini

melihat bahwa lapisan batas tidak berpengaruh signifikan pada mekanisme difusi

penyerapan air pada adsorben (Okewale, 2013).

2.4 Persamaan Freundlich dan Langmuir

Terdapat berbagai macam isoterm adsorpsi, antara lain isoterm Langmuir dan

isoterm Freundlich. Isoterm adsorpsi digunakan untuk menentukan jenis adsorpsi

yang terjadi. Penentuan jenis adsorbsi ditinjau dari besarnya nilai regresi linear yang

dihasilkan oleh grafik dari masing-masing isoterm. Isoterm adsorpsi

Langmuir digunakan untuk menggambarkan adsorpsi kimia, sedangkan

isoterm adsorpsi Freundlich digunakan untuk menggambarkan adsorpsi fisika

(Sukmawati dan Utami, 2014). Ketika terjadi adsorpsi akan terjadi pengurangan atau

penambahan konsentrasi. Pengukuran dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik


secara analisis kimia kalorimetri, indeks bias, maupun polarimetri. Langmuir

mengasumsikan bahwa semua spesi teradsorpsi hanya berinteraksi dengan satu situs

sehingga hanya terbatas pada lapis tunggal (Triyono, 2013).

Menurut Handayani dan Sulistiyono (2009), adsorpsi zat terlarut (dari suatu

larutan) pada padatan adsorben merupakan hal yang penting. Aplikasi penggunaan

prinsip ini antara lain penghilangan warna larutan (decolorizing) dengan

menggunakan batu apung (charcoal) dan proses pemisahan dengan menggunakan

teknik kromatografi. Menurut Freundlich, jika y adalah berat zat terlarut per gram

adsorben dan c adalah konsentrasi zat terlarut dalam larutan. Dari konsep tersebut

dapat diturunkan persamaan sebagai berikut:

Xm / m = k.C1/n

Log ( Xm / m ) = log k + 1 /n . log C

dimana: Xm = berat zat yang diadsorbsi

m = berat adsorben (zeolit)

C = konsentrasi zat

Kemudian k dan n adalah konstanta asdsorbsi yang nilainya bergantung pada

jenis adsorben dan suhu adsorbsi. Bila dibuat kurva log (Xm /m) terhadap log C akan

diperoleh persamaan linear dengan intersep log k dan kemiringan 1/n, sehingga nilai

k dan n dapat dihitung.

Pendekatan Langmuir memiliki asumsi mutlak bahwa gas yang teradsorpsi

dibatasi sampai lapisan monolayer. Persamaan Langmuir ditulis sebagai berikut:

a.C
Xm / m =
1+ b.c

m.c /Xm = 1/a + ( b/a ) .C


Dengan membuat kurva m.c / Xm terhadap C akan diperoleh persamaan linear dengan

intersep 1/a dan kemiringan (b/a), sehingga nilai a dan b dapat dihitung, nilai a dan b

menunjukkan daya adsorpsi (Handayani dan Sulistiyono, 2009).

Anda mungkin juga menyukai