Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK II

ISOTERM ADSORBSI









OLEH :
FEBRIANA IKA LESTARI
1208105030
KELOMPOK 1I




JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
ISOTERM ADSORBSI
Febriana Ika Lestari, 1208105030
J urusan Kimia FMI PA Universitas Udayana, Bukit J imbaran

ABSTRAK
Isotermal adsorpsi untuk proses adsorpsi asam asetat pada arang aktif pada percobaan
Kimia Fisik II. Permasalahan utama dalam percobaan ini adalah menentukan isothermal
adsorpsi menurut Freundlich untuk proses adsorpsi asam asetat pada arang aktif. Arang aktif
merupakan material mikropori yang digunakan secara luas dalam penggunaan komersial
sebagai adsorben untuk penghilangan polutan gas dan cairan, serta banyak dalam aplikasi
lainnya. Salah satu metode adsorpsi isothermal adalah dengan metode Freundlich yaitu bila
suatu proses adsorpsi mengikuti isothermal freundlich, maka aturan log x/m terhadap log C
akan merupakan suatu garis lurus dengan kemiringan n dan intersep log K. Dalam
percobaan ini titrasi filtrat digunakan larutan standar NaOH 0.5 N dengan indikator
penolptalein. Dengan larutan standar NaOH dan indikator penolptalein, titik akhir titrasi
ditandai dengan perubahan warna dari bening menjadi ungu pada larutan yang dititrasi. Dari
keseluruhan pengamatan yang telah dilakukan di dapatkan konsentrasi akhir dari asam asetat
lebih besar dari pada sebelum dititrasi. Seharusnya, setelah dilakukan titrasi konsentrasi asam
asetat harus lebih kecil karena akan terjadi perpindahan konsentrasi dari larutan ke adsorben.
Konsentrasi akhir yang lebih besar dapat dikarenakan larutan filtrat yang diambil sangatlah
sedikit dari seharusnya sehingga mempengaruhi konsentrasi asam asetat yang dititrasi dengan
NaOH 0.5 N.

PENDAHULUAN
Adsorpsi adalah gejala pengumpulan
molekul-molekul suatu zat pada
permukaan zat lain sebagai akibat daripada
ketidakjenuhan gaya-gaya pada permukaan
tersebut.
Untuk proses adsorpsi dalam larutan,
jumlah zat yang teradsorpsi bergantung
pada beberapa faktor:
a. Jenis adsorben.
b. Jenis adsorbat atau zat yang
teradsorpsi.
c. Luas permukaan adsorben.
d. Konsentrasi zat terlarut.
e. Temperatur.
Arang aktif selalu diassosiasikan
dengan jumlah yang cukup besar dari
gugus fungsional heteroatom seperti
oksigen, hidrogen, sulfur, dan nitrogen.
Dalam matrik arang aktif, oksigen yang
paling dominan membentuk gugus
fungsional seperti karbonil, karboksil,
hidroksil, lakton, kuinon, dan lainnya.
Sifat adsorpsi yang khas dari arang aktif
secara signifikan dipengaruhi oleh gugus
fungsi tersebut.
Arang biasa dipergunakan sebagai
bahan bakar. Penggunaan arang lebih
menguntungkan dibanding kayu bakar
karena arang memberikan kalor
pembakaran yang lebih tinggi dan asap
yang lebih sedikit. Selain digunakan
sebagai bahan bakar, juga dapat digunakan
sebagai adsorben. Arang aktif merupakan
suatu padatan berpori, yang sebagian besar
terdiri dari unsur karbon bebas dan
masing-masing berikatan secara kovalen.
Dengan demikian, permukaan arang aktif
bersifat non polar. Selain komposisi dan
polaritas, struktur pori juga merupakan
faktor yang penting diperhatikan. Struktur
pori berhubungan dengan luas permukaan,
semakin kecil pori-pori arang aktif,
mengakibatkan luas permukaan semakin
besar. Daya adsorpsi ditentukan oleh luas
permukaan partikel dan kemampuan ini
dapat menjadi lebih tinggi jika terhadap
arang tersebut dilakukan aktivasi dengan
aktivator bahan-bahan kimia ataupun
dengan pemanasan pada temperatur tinggi.
Arang aktif dapat dihasilkan dari
bahan-bahan yang mengandung karbon
atau dari arang yang diperlakukan dengan
cara khusus untuk mendapatkan
permukaan yang lebih luas. Luas
permukaan arang aktif berkisar antara 300-
3500 m
2
/gram dan ini berhubungan dengan
struktur pori internal yang menyebabkan
arang aktif mempunyai sifat sebagai
adsorben. Arang aktif dapat mengadsorpsi
gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu
atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung
pada besar atau volume pori-pori dan luas
permukaan (Teguh, 2002).
Adsorben memiliki sejumlah situs
aktif dimana tiap situs aktif memiliki
probabilitas yang sama untuk berikatan
dengan molekul adsorbat. Selama situs
aktif belum jenuh oleh adsorbat, maka
kenaikan konsentrasi adsorbat akan diikuti
pula dengan kenaikan jumlah adsorbat
yang diikat. Tiap situs aktif hanya dapat
mengikat paling banyak satu molekul
adsorbat dan adsorpsi terbatas pada
adsorpsi monolayer, jika semua situs aktif
telah mengikat molekul adsorbat, maka
kenaikan konsentrasi adsorbat tidak lagi
diikuti pertambahan jumlah molekul
teradsorpi (Umi, 2009).
Model Freundlich merupakan
model empirik yang menyatakan
hubungan antara massa adsorben yang
ditambahkan (M), massa adsorbat yang
teradsorpsi (X) dan konsentrasi sisa
absorbat pada kondisi kesetimbangan (c):
1/n
kC
M
X

dengan k dan n merupakan konstanta
untuk kombinasi jenis adsorben-adsorbat.
Nilai k dan n berkaitan dengan kapasitas
dan intensitas adsorpsi. Pers. (3) di atas
dapat dinyatakan dalam bentuk logaritmik:
C n.log k log
M
X
log
dengan X/M adalah massa teradsorpsi per
unit massa adsorben (mg absorbat/g
adsorben) dan c menunjukkan konsentrasi
adsorbat cairan dalam kondisi
kesetimbangan (mg/L). Penyajian data
hasil penelitian dalam bentuk grafik
hubungan antara log (X/M) vs log c akan
diperoleh garis lurus dan dari persamaan
garis tersebut dapat ditentukan nilai
konstanta k dan n (Suprihatin, 2010).
Luas permukaan juga merupakan
salah satu faktor yang berperan penting
dalam kemampuan adsorpsi arang aktif.
Semakin besar luas permukaan arang aktif,
maka semakin besar pula kemampuannya
dalam mengadsorpsi adsorbat. Penentuan
luas permukaan arang aktif dalam
penelitian ini menggunakan metode
adsorpsi metilen biru. Penentuan luas
permukaan diawali dengan penentuan
panjang gelombang maksimum,
selanjutnya penentuan kurva kalibrasi dan
waktu kontak optimum serta diakhiri
dengan penentuan luas permukaan
(Yandres, 2013).
Jika zat padat yang terbagi halus
(serbuk) diaduk dalam suatu larutan zat
warna yang encer maka warna dalam
larutan akan jauh berkurang. Demikian
juga jika zat padat yang berupa serbuk
tersebut dibiarkan dalam suatu ruang berisi
gas yang tekanannya rendah maka tekanan
gas berkurang cukup besar.
Dalam kedua hal diatas bahan zat
warna atau gas diadsorpsi permukaan zat
padat. Besarnya zat yang teradsorpsi
tergantung pada suhu, jenis adsorbat (zat
yang teradsorpsi) , jenis dan ukuran
adsorben (jenis dan ukuran zat padat) dan
juga pada konsentrasi larutan zat warna
atau tekanan gas yang teradsorpsi
(Tupamahu, 1990).

TUJUAN
Tujuan dari praktikum ini yaitu
menentukan isothermal adsorpsi menurut
Freundlich untuk proses adsorpsi asam
asetat pada arang aktif.

METODE, ALAT DAN BAHAN
Alat
Alat yang digunakan adalah Cawan
Porselin, labu Takar, labu Erlenmeyer,
botol Semprot, spatula, buret, statif, klem,
dan corong
Bahan
Bahan yang digunakan adalah larutan
asam asetat 0.5 N, 0.25 N, 0.125 N, 0.0625
N. dan 0.0156 N, adsorben Standar (
Arang Aktif), larutan baku NaOH 0.5 M,
indikator PP dan kertas Saring.
Metode yang digunakan adalah sebagai
berikut:


HASIL DAN PEMBAHASAN
Adsorpsi merupakan salah satu dari
proses pemisahan yang sudah lama dikenal
dan banyak digunakan dalam industri.
Beberapa tahun belakangan ini, proses
adsorpsi banyak mendapat perhatian. Hal
ini bukan hanya karena aplikasinya
sebagai proses pemisahan yang banyak
digunakan dalam industri kimia dan
makanan, tetapi juga berhubungan dengan
teknologi penyimpanan gas yang sedang
dikembangkan, yaitu penyimpanan dalam
keadaan teradsorpsi. Dalam teknologi ini,
proses adsorpsi tidak digunakan untuk
proses pemisahan, tetapi untuk menyimpan
gas, seperti hidrogen, natural gas, dan
karbon dioksida. Teknologi ini tentunya
dapat membantu masalah penggunaan
energi terbarukan yang masih terkendala
dalam hal transportasi dan penyimpanan.
Pentingnya proses adsorpsi ini menjadi
pemicu dilakukannya banyak penelitian
mengenai proses adsorpsimulai dari segi
mekanisme sampai dengan pengembangan
adsorben yang digunakan dalam proses
adsorpsi.
Arang aktif dapat dihasilkan dari
bahan-bahan yang mengandung karbon
atau dari arang yang diperlakukan dengan
cara khusus untuk mendapatkan
permukaan yang lebih luas. Luas
permukaan arang aktif berkisar antara 300-
3500 m
2
/gram dan ini berhubungan dengan
struktur pori internal yang menyebabkan
arang aktif mempunyai sifat sebagai
adsorben. Arang aktif dapat mengadsorpsi
gas dan senyawa-senyawa kimia tertentu
atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung
pada besar atau volume pori-pori dan luas
permukaan.
Pada percobaan ini, arang yang
telah diaktifkan yang direksikan dengan
100 mL asam asetat dengan konsentrasi
0.5 N, 0,250N, 0.125 N, 0.0625N, 0.0313
N 0.0156 N.
Larutan filtrat yang dihasilkan dari
pencampuran asam asetat dengan arang
aktif dititrasi menggunakan larutan standar
NaOH 0.5 M. Titrasi harus dibandingkan
dengan larutan standar yang digunakan
agar perubahan warna dengan penambahan
inidikator dapat tercapai atau titik akhir
titrasinya dapat tercapai. Karena arang
aktif yang digunakan tiap erlenmeyer
adalah 1 gram dengan masing-masing
asam aseta 100 mL. Apabila larutan
standar yang digunakan NaOH 0.5 M
harus diseimbangkan dengan konsentrasi
yang akan dititrasi sehingga volume yang
dititrasi akan tercapai titik akhir titrasinya.
Karena apabila konsentrasi titrat lebih
tinggi dari volume yang digunakan sangat
banyak/ tidak sesuai yang seharusnya,
maka volume larutan standar yang akan
digunakan sangatlah banyak.
Pada percobaan ini akan ditentukan
harga tetapan-tetapan adsorbsi isoterm
Freundlich bagi proses adsorpsi
CH
3
COOH terhadap arang. Variabel yang
terukur pada percobaan adalah volume
larutan NaOH 0,5 N yang digunakan untuk
menitrasi CH
3
COOH sesudah perlakuan.
Setelah konsentrasi awal dan akhir
diketahui, konsentrasi CH
3
COOH yang
teradsorbsi dapat diketahui dengan cara
pengurangan konsentrasi awal dengan
konsentrasi akhir. Selanjutnya dapat dicari
berat CH
3
COOH yang teradsorbsi.

No
M
Arang
(g)
[CH
3
COO
H] awal
(M)
V
CH
3
COOH
(ml)
[CH
3
COOH]
sisa
(M)
X
(g)
x/m
Log
x/m
Log C
I 1 50 10 0,475 0,15 0,15 -0,8239
-
0,3233
II 1 25 10 0,2275 0,135 0,135 -0,8697
-
0,6430
III 1 12,5 25 0,2575 -0,795 -0,795 0.0996
-
0,5892
IV 1 6,25 50 0,2425 -1,08 -1,08 -0,0334
-
0,6153
V 1 3,13 50 0,1475 -0,6972 -0,6972 0,1566
-
0,8312
VI 1 1,56 50 0,0450 -0,1764 -0,1764 0,7535
-
1,3468

6 98,44 195 1,395 -2,4636 -2,4636 -0,8169
-
4,3488

Grafik yang diperoleh adalah sebagai
berikut:



Dari keseluruhan pengamatan yang
telah dilakukan di dapatkan konsentrasi
akhir dari asam asetat lebih besar dari pada
sebelum dititrasi. Seharusnya, setelah
dilakukan titrasi konsentrasi asam asetat
harus lebih kecil karena akan terjadi
perpindahan konsentrasi dari larutan ke
adsorben. Konsentrasi akhir yang lebih
besar dapat dikarenakan larutan filtrat
yang diambil sangatlah sedikit dari
seharusnya sehingga mempengaruhi
konsentrasi asam asetat yang dititrasi
dengan NaOH 0.5 N.
Grafik yang didapatkan sangat
tidak linier, hal itu mungkin dikarenakan
oleh hal hal sebagai berikut:
a. Pada saat melakukan titrasi tidak tepat
pada titik awalnya.
b. Praktikan kurang tepat dalam
membaca skala buret.
c. Pengocokan yang kurang tepat.
d. Kesalahan dalam membuat larutan,
terutama larutan awal HCl.
e. Keterbatasan praktikan dalam
melakukan percobaan.

KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat saya tarik
dari percobaan Kimia Fisik II adalah
isothermal adsorpsi dapat ditentukan
dengan menggunakan rumus Freundlich
untuk proses adsorpsi asam klorida pada
arang aktif. Tetapi pada percobaan ini dari
awal telah terjadi kesalahan sehingga
hasilnya tidak sesuai dengan yang
diinginkan.

DAFTAR PUSTAKA

Atkin, P, W, 1990, Kimia Fisika, Jilid 2,
Edisi ke-4, Erlangga, Jakarta.
Dogra, S dan S.K Dogra, 1990, Kimia
Fisik dan Soal-Soal, Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
Sukardjo, 1989, Kimia Fisika, Bina
Aksara, Yogyakarta.
Tim Laboratorium Kimia Fisika, 2014,
Penuntun Praktikum Kimia Fisika II,
Jurusan Kimia F.MIPA Universitas
Udayana, Bukit Jimbaran
Tony, Bird.-.Kimia Fisika untuk
Universitas.Jakarta.Gramedia
y = 0.9551x - 0.6327
R = 0.0691
-1.5
-1
-0.5
0
0.5
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5
x
/
m

C
Kurva antara x/m (y) terhadap C
(x)
y = -1.471x - 1.1857
R = 0.661
-1.5
-1
-0.5
0
0.5
1
-1.5 -1 -0.5 0
L
o
g

x
/
m

Log C
Kurva antara log x/m (y)
terhadap log C (x)

Anda mungkin juga menyukai