Dosen Pembimbing :
Rusmiati, SKM, M.Kes
Disusun Oleh :
1.
2.
3.
4.
5.
M. Maulana Mukhlisin
Astrid Retno Hapsari
Lintang Hartika Romadhoni
Ucik Lathifatul Lailiyah
Churrotul Aini Indahsari
(P27833113049)
(P27833113048)
(P27833113064)
(P27833113075)
(P27833113084)
SURAT PERNYATAAN
NAMA
M. Maulana Mukhlisin
Astrid Retno Hapsari
Lintang Hartika Romadhoni
Ucik Lathifatul Lailiyah
Churrotul Aini Indahsari
NIM
P27833113049
P27833113048
P27833113064
P27833113075
P27833113084
Hj. Munawaroh
Ketua Kelompok
No.
NAMA
M. Maulana Mukhlisin
1.
NIM
P27833113049
P27833113048
Lintang Hartika Romadhoni
3.
P27833113064
Ucik Lathifatul Lailiyah
4.
P27833113075
Churrotul Aini Indahsari
5.
P27833113084
Tanda Tangan
A.
B.
C.
D.
E. TUJUAN PRAKTIKUM :
Untuk mengetahui hygien dan cara produksi makanan pada industry rumah
tangga khususnya industri telur asin.
F. DASAR TEORI
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku,
barang setengah jadi atau barang jadi menjadi barang yang bermutu tinggi dalam
penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.
Dengan demikian, industri merupakan bagian dari proses produksi. Bahan-bahan
industri diambil secara langsung maupun tidak langsung, kemudian diolah, sehingga
menghasilkan barang yang bernilai lebih bagi masyarakat. Kegiatan proses produksi
dalam industri itu disebut dengan perindustrian. Dari definisi tersebut, istilah industri
sering disebut sebagai kegiatan manufaktur manufacturing!. "adahal, pengertian
industri sangatlah luas, yaitu menyangkut semua kegiatan manusia dalam bidang
ekonomi yang sifatnya produktif dan komersial. Karena merupakan kegiatan ekonomi
yang luas maka jumlah dan macam industri berbeda-beda untuk tiap negara atau
daerah.
IRTP adalah perusahaan pangan yang memiliki tempat usaha di tempat tinggal
dengan peralatan pengolahan pangan manual hingga semi otomatis. Dalam
mengembangkan IRTP ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain sebagai
berikut :
Kualitas Produk
IRTP harus membuat formulasi produk yang dapat diterima konsumen.
Untuk itu diperlukan pemilihan dan penanganan bahan baku dan bahan
kemasan yang tepat. Setelah itu, melakukan proses produksi yang menjadi
tahap penting dalam proses pengolahan produk. Pada akhirnya IRTP
melakukan penanganan terhadap penyimpanan produk yang sudah jadi.
Sanitasi
IRTP yang baik harus mampu menghilangkan image kotor, bau, tidak
beraturan, dan sanitasi yang sangat jelek. Penerapan dari sanitasi itu sendiri
secara tekni tidak sulit akan tetapi diperlukan pula kesadara setiap individu
dalam menerapkan hal tersebut.
Modal Usaha
Peluang pendanaan IRTP dapat berasal dari beberapa lembaga berikut
ini :
Dinas perindustrian dan Perdagangan setempat melalui Bank-bank
pemerintah dan swasta
Bank Perkreditan Rakyat
Lembaga Swadaya Masyarakat
Asuransi Teknologi dari Menteri Riset dan Teknologi
Prosedur pengajuan pendanaan adalah perusahaan harus membuat
proposal pengembangan. Hal-hal yang perlu dimasukkan dalam proposal
tersebut mencakup aspek umum, aspek teknis, aspek pemasaran, aspek
finansial dan manajemen perusahaan.
Pemasaran
Pemasaran merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk
mencapai tujuan perusahaan dalam mendapatkan laba yang direncanakan.
Bauran pemasaran (marketing mix), 4P atau the four Ps adalah produk
(product), harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion).
IRTP memiliki tanggung jawab yang harus di penuhi sebagai sebuah
industri seperti termaktub dalam Pasal 41 ayat 1 Undang-Undang No. 7
Tahun 1996 tentang Pangan yang berbunyi,
Badan usaha yang memproduksi pangan olahan untuk diedarkan dan atau
orang perseorangan dalam badan usaha yang diberi tanggung jawab
terhadap jalannya usaha tersebut bertanggung jawab atas keamanan pangan
yang diproduksinya terhadap kesehatan orang lain yang mengkonsumsi
pangan tersebut.
Selanjutnya peraturan lain yang mengatur tanggung jawab IRTP dijelaskan
pada pasal 41, 42, dan 43.
Salah satu solusi yang diharapkan bisa mengatasi masalah diatas adalah
pembuatan SPP-IRT atau Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga. Adapun
latar belakang yang mendasari dibentuknya SPP-IRT antara lain :
1. Meningkatkan kualitas PIRT
2. Meletakkan PIRT dalam posisi strategis dan sehat
3. Menciptakan iklim usaha yang optimal untuk PIRT
c. Telur asin dengan adonan garam, dan kemudian direndam dalam ekstrak
atau cairan teh.
Penambahan garam dalam jumlah tertentu pada suatu bahan pangan dapat
mengawetkan bahan pangan tersebut. Hal ini disebabkan adanya kenaikan tekanan
osmotik yang menyebabkan plasmolisis sel mikroba (sel mengalami dehidrasi atau
keluarnya cairan dari sel) dan sel menjadi peka terhadap CO2. Penambahan garam
juga akan mengurangi oksigen terlarut, menghambat kerja enzim, dan menurunkan
aktivitas air (aw atau kandungan air bebas dalam bahan pangan).
Ukuran kristal garam berpengaruh pada proses pengasinan telur. Kristal garam
yang besar (lebih dari 6 mm3) menghasilkan laju difusi yang lambat, sedangkan
kristal yang kecil (kurang dari 1 mm3) laju difusi akan terlalu cepat yang dapat
menyebabkan pengerasan lapisan protein terluar dari telur sehingga menghambat
difusi garam kebagian telur yang lebih dalam. Pengasinan yang biasa dilakukan
secara tradisional menghasilkan telur yang bercita rasa khas dan disukai. Meskipun
demikian terjadi kehilangan berat telur yang relatif besar. Hal ini disebabkan adanya
difusi air serta penguapan uap air dan gas-gas keluar dari dalam telur. Telur yang
telah diasin mengalami penurunan berat sekitar 2 - 8,4 persen.
Penurunan berat tersebut dapat dikurangi dengan cara menyamak kulit telur
setelah dilakukan pengasinan. Penyamakan dapat dilakukan dengan bahanbahan
nabati yang mengandung tanin, misalnya ekstrak daun akasia, ekstrak daun jambu biji
dan ekstrak teh. Ekstrak daun teh menghasilkan telur asin dengan mutu dan cita rasa
yang baik.
Penggunaan ekstrak daun teh lebih efektif jika dilakukan setelah pengasinan,
sebab tidak menghambat proses pengasinan itu sendiri. Jika diinginkan proses yang
lebih cepat, ekstrak daun teh dapat ditambahkan langsung ke dalam adonan garam,
hanya hasilnya tidak sebaik cara perendaman setelah pengasinan
Pengasinan telur dikatakan berhasil dengan baik, jika telur asin yang
dihasilkan bersifat :
bubuk batu bata merah. Agar tidak melekat satu sama lain, telur yang telah
dilumuri adonan diletakkan disela-sela abu atau bubuk batu bata merah.
Pemeraman dilakukan diruang terbuka selama 10 - 14 hari. Setelah selesai, telur
dibersihkan dari adona dan direbus. Supaya lebih awet, setelah pemeraman selesai,
telur dibersihkan dari adonan dan kemudian direndam dalam larutan teh pekat
selama 8 hari.
Telur ayam
162
12,8
11,5
0,7
54
180
2,7
900
0,10
0
74
90
G. Hasil Survey
LEMBAR OBSERVASI PENGAMATAN
TEMPAT PENGOLAHAN DI INDUSTRI
Nama Industri Rumah Tangga
: UD. BAROKAH
Alamat
Nama pengusaha
: Hj. Munawaroh
Jumlah karyawan
: 4 orang
Nomor ijin
:-
Tanggal pemeriksaan
17 April 2015
Jenis pangan
: Telur Asin
Umur bangunan
: 25 Tahun
PENILAIAN
1. Semak
B : bebas dari semak belukar atau rumput liar di dalam maupun di luar
halaman
C : bebas dari semak belukar atau rumput liar di halaman
K : terlihat semak belukar atau rumput liar maupun di luar halaman
2. Tempat sampah
B : kapasitas tempat sampah 50 100 liter dan selalu tertutup
C : kapasitas tempat sampah 50 100 liter tetapi sebagian terbuka
K : kapasitas tempat sampah kurang 50 100 liter dan selalu terbuka
3. Sampah
B : bahan dari sampah di dalam maupun di luar sarana produksi
C : bahan dari sampah di dalam sarana produksi
K : terlihat sampah di dalam maupun di luar sarana produksi
4. Selokan
B : ada selokan dan berfungsi dengan baik
C : ada selokan dan tidak berfungsi dengan baik
K : tidak ada selokan
B
GRUP B : BANGUNAN DAN FASILITAS
B.1. Bangunan ruang produksi
1. Desain dan tata letak
B : luas ruang produksi sesuai dengan jumlah orang bekerja
K : luas ruang produksi tidak sesuai dengan jumlah orang bekerja
4. Kostruksi dinding
B: kedap air, rata, halus, tidak berwarna terang, kurang lama, tidak
mengelupas, dan kuat sehingga mudah dibersihkan
C : tidak seluruhnya seperti (B) tetapi mudah dibersihkan
K : tidak sesuai persyaratan dan sulit dibersihkan
5. Kebersihan dinding
B : dinding selalu dalam keadaan bersih
C : dinding dalam selalu keadaan kurang bersih
K : dinding dalam keadaan kotor
6. Konstruksi langit langit
B : terbuat dari bahan bahan yang tahan lama, tidak bocor, tidak
berlubang-lubang dan tidak mengelupas sehingga mudah
dibersihkan
C : tidak seluruhnya seperti (B) tetapi tidak mudah dibersihkan
K : tidak sesuai persyaratan dan sulit dibersihkan
7. Kebersihan langit-langit
100 lux
K : ruang produksi kurang terang jika intensitas pencahayaanya minimal
100 lux
( Penilaian unsur hanya ada B dan K )
2. Tempat cuci tangan
B : ada tempat cuci tangan lengkap dengan sabun dan kain lap
C : ada tempat cuci tangan tetapi tidak dilengakapi dengan sabun dan
kain lap
K : tempat cuci tangan kotor atau tidak ada tempat cuci tangan
3. Tempat penyimpanan bahan dan produk
B : tempat penyimpanan bahan pangan dengan produk akhir terpisah
K : air berasal dari sumber yang kotor (Air PDAM atau air sumur)
2. Pengolahan air
B : air untuk pengolahan pangan dan untuk keperluan air memenuhi
persyaratan air bersih
K : air untuk pengolahan pangan dan untuk keperluan lain tidak
memenuhi persyaratan air bersih
( Penilaian unsur hanya ada B dan K )
3. Air yang kontak langsung dengan pangan
B : memenuhi persayaratan air minum
K : tidak memenuhi persayaratan air minum
( Penilaian unsur hanya ada B dan K )
K
GRUP E : FASILITAS DAN KEGIATAN HIGIENE DAN SANITASI
E.1. Fasilitas higiene dan sanitasi
1. ketersediaan alat
B : tersedia alat cuci atau pembersih dan selalu dalam keadaan bersih
K : tersedia alat cuci atau pembersih dalam keadaan kotor
( Penilaian unsur hanya ada B dan K )
B
GRUP F : KESEHATAN DAN HIGIENE KARYAWAN
F.1. Kesehatan karyawan
1. Pemeriksaan karyawan
B : pemeriksaan kesehatan karyawan dilakukan secara berkala
4. Perawatan luka
B : luka dibalut dengan perban atau plester berwarna terang
K : luka dibiarkan terbuka
( Penilaian unsur hanya ada B dan K )
F.3. Kebiasaan karyawan
1. Perilaku karyawan
B : semua karyawan tidak ada yang mengunyah, makan, minum dan
adanya hama
K : tidak ada upaya mencegah masuknya hama
G3. Pengendalian Hama
1. Hewan Peliharaan
B : Hewan peliharaan tidak berkeliaaran disarana produksi
K : Hewan peliharaan berkeliaran disarana produksi
( Penilaian unsur hanay ada B dan K )
2. Pencegahan Masuknya Hama
B : Ada upaya mencegah masuknya hama dan tidak terlihat indikasi
adanya hama
C : Ada upaya mencegah masuknya hama tetapi masih terlihat indikasi
adanya hama
K : tidak ada upaya mencegah masuknya hama
3. Pemberantasan Hama
B
1. Penanganan sampah
B : Sampah diruang produksi langsung dibuang setiap selesai produksi
C : Sampah ruang produksi dibuang jika tempat sampah telah penuh
oleh sampah
K : Sampah diruang produksi dibiarkan menumpuk sampai beberapa
hari
B
GRUP H : PENYIMPANAN
1. Penyimpanan bahan dan produk
B : Bahan pangan disimpan terpisah dengan produk akhir
K : Tidak ada pemisahan dalam penyimpanan
( Penilaian unsur hanay ada B dan K )
2. Tata cara penyimpanan
B : Bahan pangan produk yang lebih dahulu masuk atau diproduksi
digunakan atau diedarkan terlebih dahulu
K : Penggunaan atau pengedaran bahan pangan atau tidak seperti ( B )
( Penilaian unsur hanay ada B dan K )
3. Penyimpanan bahan berbahaya
B : Bahan berbahaya disimpan diruang diawasi penggunaannya
K : Bahan berbahaya disimpan sembarangan
( Penilaian unsur hanay ada B dan K )
4. Penyimpanan label dan kemasan
B : Kemasan dan label disimpan secara rapi dan teratur
K : Kemasasn dan label disimpan sembarangan
( Penilaian unsur hanay ada B dan K )
5. Penyimpanan peralatan
B : Peralatan disimpan dengan baik dan ditempat yang bersih
K : Peralatan disimpan sembarangan
B
GRUP I : PENGENDALIAN PROSES
1. Penetapan spesifikasi bahan baku
B : menggunakan bahan pangan yang baik dan menggunakan BTP
yang diizinkan sesuai persyaratan
K : menggunakan BTP yang tidak sesuai persyaratan
( Penilaian unsur hanya ada B dan K )
2. Penetapan komposisi dan formula bahan
B : menggunakan komposisi bahan dan komposisi formula bahan
K : komposisi bahan dan komposisi formula tidak konsisten
( Penilaian unsur hanya ada B dan K )
3. Penetapan cara produksi yang baku
B : proses produksi sesuai bagan alir produksi yang baku
K : tidak ditetapkan bagan alir produksi
( Penilaian unsur hanya ada B dan K )
4. Penetapan spesifikasi kemasan
B : bahan kemasan sesuai dengan jenis pangan yang diproduksi
K : bahan kemasan tidak sesuai dengan jenis pangan yang diproduksi
( Penilaian unsur hanya ada B dan K )
5. Penetapan tanggal kadaluarsa dan kode produksi
B : tanggal kadaluarsa dan kode produksi dicantumkan pada label
K : tanggal kadaluarsa atau kode produksi tidak dicantumkan pada
label
1. Pengetahuan Karyawan
B : pemilik/penanggung jawab telah mengikuti penyuluhan CPPB-IRT
(cara produksi pangan yang baik-industri rumah tangga) dan
mengajarkannya pada karyawan
C : pemilik/penanggung jawab belum mengajarkan pengetahuan dan
keterampilannya kepada karyawan yang lain meskipun telah
mengikuti penyuluhan CPPB-IRT
K : tidak ada karyawan yang mengikuti penyuluhan CPPB-IRT
K
Semak
2 C
Tempat sampah
3 K
Sampah
4 B
Selokan
Contoh :
4. Pada contoh diatas, hasil penilaian rata rata empat butir yang diperiksa dengan
nilai masing masing B ( Baik ), C ( Cukup ), K ( Kurang ), dan B ( Baik) adalah