Anda di halaman 1dari 7

J. Akad. Kim.

2(2): 90-96, May 2013


ISSN 2302-6030

ANALISIS LOGAM TEMBAGA (Cu) PADA BUANGAN LIMBAH


TROMOL (TAILING) PERTAMBANGAN POBOYA

Analysis of Copper (Cu) Metal On Drum Waste Disposal (Tailings) at Poboya


Mining
*Nuriadi, Mery Napitupulu dan Nurdin Rahman
Pendidikan Kimia/FKIP - Universitas Tadulako, Palu- Indonesia 94118
Recieved 14 April 2013, Revised 20 May 2013, Accepted 21 May 2013

Abstract
The analyses of Copper (Cu) has been performed in the sample of drum waste (tailings) gold mining
in Poboya by using Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS) method.The alkaline destruction by the
addition of HNO3 and HClO4 has been done by heating then distilled. The absorbance was measured at
a wavelength (λ) = 324.7 nm on copper metal analysis. From the analysis,it was ​​obtained copper metal
in each drum consist of as follows drum A. 204.92 mg/kg, drum B 151.85 mg/kg, drum C 79.51 mg/
kg, drum D 167.78 mg/kg, drum E 190.68 mg/kg, with the overall average value of 158.94 mg/kg. The
data shown that the area gold mining at Poboya contain copper metal ion in high quantity.

Keywords: Drum Waste (Tailings), Copper (Cu) Metal, Atomic Absorption Spectrophotometer,
Poboya Mining
Pendahuluan
Tembaga adalah logam yang ditemukan logam berharga sudah sangat sedikit dan dalam
sebagai unsur atau berasosiasi dengan tembaga jumlah yang tidak ekonomis, maka tailing ini
dan perak.Tembaga ini terdapat dalam jumlah biasanya dibuang (Siswoyo, 2006).
yang relatif besar dan ditemukan selama Tailing adalah limbah hasil proses
pemisahan dari bijihnya (coal) pada elektrolisis amalgamasi dan sianidisasi selama pemisahan
dan pemurnian tembaga (Hartati, 1996). bijih emas (Pond, dkk, 2005).Sedangkan
Berbagai jenis logam pada tailing dalam menurut Mendez (2007), Tailing mengandung
bentuk mineral yaitu Cu,As, Pb, Zn, Fe, Hg. berbagai logam berat dalam jumlah yang cukup
Unsur ini merupakan salah satu hasil sampingan tinggi sehingga berpotensi merusak lingkungan
dari proses pengolahan bijih logam non-besi sekaligus berbahaya bagi kehidupan manusia
terutama emas, yang mempunyai sifat sangat dan makhluk hidup lainnya.
beracun dengan dampak merusak lingkungan Kegiatan pertambangan banyak
(Callahan, dkk, 2006). menghasilkan limbah berupa tailing dan
Tailing umumnya memiliki komposisi dibuang di dataran atau badan air, limbah unsur
sekitar 50% batuan dan 50% air.Hasil ekstraksi pencemar kemungkinan tersebar di sekitar
tailing emas masih mengandung beberapa wilayah tersebut dan dapat menyebabkan
logam dengan kadar tertentu, biasanyamineral pencemaran lingkungan. Bahaya pencemaran
yang mengandung emas berasosiasi dengan lingkungan oleh arsen (As), merkuri (Hg),
logam perak, besi, chrom, seng dan tembaga timbal (Pb), kadmium (Cd) dan tembaga (Cu)
seperti kalkopirit (CuFeS2) dan berbagai mineral mungkin terbentuk jika tailing mengandung
sulfida lain. Karena di dalam tailing kandungan unsur-unsur tersebut tidak ditangani secara
tepat. Terutama di wilayah tropis, tingginya
* Korespondensi:
Nuriadi tingkat pelapukan kimiawi dan aktivitas
Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan biokimia akan menunjang percepatan mobilisasi
dan Ilmu Pendidikan, Universitas Tadulako, Universitas unsur-unsur berpotensi racun (Herman, 2006)
tadulako,
email: adhyrasta@gmail.com Penyebaran logam berat termasuk tembaga
© 2013 - Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Tadulako (Cu) mendapat perhatian para pemerhati
90
Nuriadi Analisis Logam Tembaga (Cu) Pada Buangan Limbah Tromol ..........

lingkungan, karena sifat logam ini berbahaya Dari berbagai penelitian yang telah
bagi manusia, tanaman hewan dan makhluk dilakukan oleh peneliti sebelumnya, penelitian
hidup. Kesulitan dalam pengolahan limbah terhadap Cu belum pernah dilakukan,
yang mengandung logam berat disebabkan sedangkan tembaga(Cu) seringkali terdapat
oleh bentuk dan kandungan logam berat dalam dalam limbah industry, itulah sebabnya pada
limbah yang sangat bervariasi. Berlebihnya penelitian ini difokuskan untuk melihat
logam berat yang tercemar dapat merusak kemungkinan adanya logam tembaga(Cu)
ekosistem kehidupan yang ada disekitarnya pada tailing daerah pertambangan emas
(Widodo, 2008). Poboya Sulteng, diharapkan hasil penelitian
Demikian juga yang terjadi pada memberikan manfaat berupa informasi kepada
pertambangan emas di Poboya Sulteng. Salah masyarakat selain emas (Au), tembaga (Cu)
satu masalah yang paling meresahkan bagi juga merupakan logam yang mempunyai nilai
masyarakat disekitar lokasi pertambangan jual yang tinggi. Sekaligus sebagai masukan
adalahpenggunaan merkuri untuk memisah bagi penelliti akan pengembangan penelitian
dan mengikat biji emas dengan lumpur, pasir, tentang proses pengolahan logam tembaga
dan air yang tidak dikelola dengan baik akan (Cu) pada limbah tromol (tailing).
menbawa masalah baik bagi masyarakat dan
penambang, dimana merkuri yang telah Metode
terpakai untuk penglahan emas dibuang begitu
Penelitian ini dilakukan pada daerah
saja (Widodo, 2008).
pertambangan emas Poboya dengan sampel
Akibat dari penggunaan merkuri (Hg) ini
berupa limbah tromol (tailing), dari lima
terjadi degradasi pada lahan bekas tambang
tempat tromol yang berbeda. Selanjutnya
emas di Poboya meliputi perubahan sifat fisik
penelitian sampel dianalisis di Laboratorium
dan kimia tanah, penurunan drastis jumlah
Fakultas Pertanian UNTAD.
spesies baik flora, fauna serta mikroorganisme
tanah, terbukanya kanopi yang menyebabkan Adapun alat yang digunakan adalah pipet
suatu tanah cepat kering dan terjadinya tetes,botol fuji film, ayakan, kertas label,
perubahan mikroorganisme tanah, sehingga penangas, labu ukur 100 mL, gegep, baki, botol
lingkungan tumbuh menjadi kurang optimal semprot, seperangkat alat SSA. Sedangkan
bagi tumbuhan (Harianto, 2008). Bahan yang digunakan adalah limbah troml
Radar Sulteng (2011), menyatakan bahwa (tailing), aquades, asam nitrat (HNO3),asam
di sepanjang muara sungai Poboya ditemukan perklorat (HClO4) danlarutan standar
merkuri didalam air, juga pada biota air yang tembaga(Cu).
ada di Teluk Palu. Pengambilan sampel
Sedangkan, Mapiratu (2011) menyatakan
telah ada temuan yang mengungkapkan bahwa Pengambilan sampel yang dilakukan pada
air kota palu tengah terancam. Ancaman itu sore hari dimana sampel yang diambil sebanyak
berupa merkuri dan sianida. Hal ini bukan lagi lima belas sampel dari masing-masing lima
sekedar dugaan saja, tapi sudah menjadi fakta tempat tromol yang dipilih secara acak. Setiap
tak terbantahkan, dengan mengambil sampel tromol diambil sampel dibak penampungan
air di bak terbuka yang kotor dan bersih.Setelah pertama sebanyak tiga sampel yaitu pinggir
itu dianalisis dilaboratorium untuk bak kotor sebelah kanan, sebelah kiri dan bagian tengah.
mengandung merkuri dengan konsentrasi Pengeringan dan pengukuran sampel
0,005 ppm dan air yang bersih 0,004 ppm. Sampel yang diambil selanjutnya
Standar air minum maksimal mengandung dikeringkan dengan suhu ruang selama tiga
merkuri 0,001 ppm. Hasil analisis tersebut hari, selanjutnya sampel digerus menjadi halus
menunjukkan ada potensi pencemaran. setelah itu diayak, dan masing-masing sampel
Serikawa dkk, (2011), menyatakan bahwa ditimbang dengan berat 1,0 g.
kadar merkuri pada udara luar di dekat fasilitas Pembuatan larutan standar
gelundung Poboya mencapai 45.000 ng/m3 Dipipet masing-masing 10 mL larutan
dan di seputar kota Palu nilainya berkisar antara induk 100 ppm untuk jenis logam tembaga
1.500-2.300 ng/m3. (Cu), selanjutnya diencerkan dalam labu ukur

91
Volume 2, No. 2, 2013: 90-96 Jurnal Akademika Kimia

25 mL dan ditepatkan volumenya sampai tanda atau ekstraksi mineral berharga dari bijihnya
batas. yang dibuang karena dianggap sebagai
pengotor dan tidak berharga (Ardha, dkk,
Pembuatan deret kerja dan kurva kalibrasi 2011; Lindayanti, 2007).
Dari larutan standar tembaga pada 100 ppm Berbagai jenis logam berat yang banyak di
maka dibuat deret kerja yaitu 0,0 ppm, 2,0 ppm, dalam tailing adalah merkuri (Hg), emas (Au)
4,0 ppm, 6,0 ppm, 8,0 ppm. Selanjutnya pada besi (Fe), mineral lain seperti chromium (Cr).
deret ini, diukur serapannya dengan panjang Sebagian mineral seperti Cu, Fe, Zn dibutuhkan
gelombang 324,7 nm, kemudian dibuatkan oleh makhluk hidup seperti tanaman maupun
kurva kalibrasi untuk logam tembaga (Cu). manusia dan hewan dalam jumlah tertentu
(Siswoyo, 2006).
Penentuan kadar logam menggunakan alat Keberadaan logam tembaga, cadmium,
Spektrofotometer Serapan Atom timbal, dan merkuri, merupakan masalah
Sampel limbah tromol (Tailing), dikeringkan cukup serius. Limbah yang mengandung
selama tiga hari, kemudian diayak, selanjutnya logam berat perlu mendapatperhatian khusus,
dilakukan penimbangan dengan berat sampel mengingat dalam konsentrasi tertentu dapat
1,0 g, kemudian sampel dimasukkan labu memberikan efek toksik yang berbahaya
takar ditambahkan dengan larutan HNO3dan bagi kehidupan manusia dan lingkungan di
Asam perklorat (HClO4), setelah itu sampel sekitarnya (Lefifajri, 2010).
dipanaskan sampai keluar asap berwarna putih Maka dari itu yang menjadi penelitian ini
kemudian tembahkan dengan aquades sampai difokuskan analisis tembaga pada limbah tromol
50 mL, kemudian dilakukan pendinginan, dan (tailing), menggunakan alat Spektrofotometer
terakhir proses analisis dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Sebelum melakukan
Serapan Atom pada panjang gelombang 324,7 analisis, pertama-tama mengambil sampel
nm. limbah tromol (tailing) pada bak penampungan
Data yang diperoleh dibuat kedalam pertama, karena setiap tromol mempunyai
persamaan kurva kalibrasi sehingga diperoleh tempat penampungan limbah tailing lebih dari
nilai konsentrasi dalam sampel (AOAC, 2002; satu. Sampel keseluruhan yang diambil pada
Jones, 1994; USDA, 2004). buangan limbah tromol (tailing) sebanyak 15
sampel dari lima tempat tromol yang dipilih
secara acak yaitu tromol pada bawah ada dua
Hasil dan Pembahasan tempat dan bagian atas ada tiga tempat tromol,
Negara Indonesia merupakan salah satu setiap tromol pengembilan sampelnya sebanyak
negara di dunia yang mempunyai banyak tiga sampel dengan cara pengambilan sampelnya
kekayaan alam baik yang dapat diperbaharui dilakukan pada bagian sisi kanan, tengah dan
(renewable) maupun yang tidak dapat sisi kiri jadi total keseluruhan sampel sebanyak
diperbaharui (unrenewable). Jenis kekayaan 15 dari lima tempat tromol yang berbeda.
alam yang tidak dapat diperbaharui contohnya Proses analisis logam tembaga (Cu) pada
adalah sumber daya alam berupa tambang tailing dilakukan dengan mengeringkan
(Sujatmiko, 2012). Sedangkan daerah sampel pada suhu kamar selama tiga hari.
pertambangan banyak menyisakan material Proses pengeringan disini bertujuan untuk
sisa, residu atau limbah dari suatu proses menghilangkan air pada sampel, setelah
pemisahan, pengolahan dan/atau ekstraksi sampel kering kemudian ditumbuk selanjutnya
mineral berharga dari bijihnya yang dibuang disaring untuk memperoleh sampel yang lebih
karena dianggap sebagai pengotor dan tidak halus, setelah itu sampel ditimbang dengan
berharga (Ardha, dkk, 2011). berat 1,0 g, kemudian sampel ekstraksi dengan
Pada daerah pertambanga yang paling cara pemanasan dimana sampel tersebut
mencolok adalah limbah dari yang tidak dimasukkan kedalam labu erlenmeyer 100
digunakan lagi hasil konsentrat batuan yang mL kemudian diisi dengan larutan HNO3
telah dihancurkan maka ini merupakan resiko sebanyak 2 mL dan Larutan HClO4, kemudian
terbesar dari daerah pertambangan itu sendiri. dipanaskan sampai mendidih hingga keluar
Ampas adalah material sisa, residu atau limbah asap yang berwarna putih, pada saat keluar asap
dari suatu proses pemisahan, pengolahan dan/ berwarna putih kemudian ditambahkan dengan
92
Nuriadi Analisis Logam Tembaga (Cu) Pada Buangan Limbah Tromol ..........

Tabel 1. Kadar Cu sampel (mg/kg)


No Sampel Berat Rata- Volume ABS [Cu2+] (Cu) (mg/kg
Tromol rata Sampel Cu2+ (mL) Rata-rata Terukur
(g) (mg/L)
A 1,1631 50 0,0195 3,1909 137,53
I B 1,0125 50 0,028 4,6730 231,33
C 1,1754 50 0,0045 5,7541 245,90
Jumlah rata-rata Cu (mg/kg) 204,92
A 1,0121 50 0,0095 1,4472 71,64
II B 1,0901 50 0,0045 5,7541 263,94
C 1,0095 50 0,0027 2,6155 119,97
Jumlah rata-rata Cu (mg/kg) 151,85
A 1,0124 50 0,002 1,3949 69,54
B 1,0144 50 0,002 1,3949 69,54
III
C 1,1573 50 0,0025 2,2667 98,55
Jumlah rata-rata Cu (mg/kg) 79,51
A 1,1705 50 0,0035 4,0104 171,38
IV B 1,0146 50 0,033 5,5448 274,49
C 1,0445 50 0,008 1,1857 57,48
Jumlah rata-rata Cu (mg/kg) 167,78
A 1,0118 50 0,0095 1,4472 71,64
V B 1,0619 50 0,0105 1,6216 76,49
C 1,0901 50 0,0065 9,2414 423,91
Jumlah rata-rata Cu (mg/kg) 190.68
Jumlah rata-rata Cu (mg/kg) keseluruhan 158.94
aquades sampai batas pada labu erlenmeyer 50 spektrofotometer Serapan Atom berdasarkan
mL maka akan terjadi perubahan warna pada perhitungan kurva kalibrasi maka diperoleh
larutan yang dipanaskan awalnya warna larutan nilai rata-rata dari kadar tembaga Cu pada
keruh setelah ditambahkan aquades larutan masing masing tromol yaitu pada tromol
akan menjadi jernih. A. 204,92 mg/kg, Tromol B 151,85 mg/kg,
Proses selanjutnya pendinginan dimana Tromol C 79,51 mg/kg, Tromol D 167,78
larutan yang dipanaskan tersebut didinginkan, mg/kg, Tromol E 190.68 mg/kg, dengan nilai
setelah sampel tersebut sudah dingin maka rata keseluruhan 158,94 mg/kg, seperti yang
selanjutnya sampel tersebut diisi kedalam terlihat pada tabel 1. Dari data yang diperoleh
tebung rol film untuk dianalisis menggunakan hasil analisis bahwa daerah pertambagan
Poboya memiliki kandungan logam tembaga
Tabel 2.Pembacaan standar tembaga (Cu) yang cukup tinggi.
Konsentrasi Absorban Semua ion jenis logam konsentrasinya diukur
No Nama
(PPM) (ABS) dengan menggunakan spectrophotometer
1 Blank 0,0 0,000
serapan atom (Munaf, dkk, 2009)
2 Standar 1 2,0 0,110 Untuk analisis kandungan tembaga (Cu)
3 Standar 2 4,0 0,237
menggunakan SSA, sampel yang berbentuk
4 Standar 3 6,0 0,355
5 Standar 4 8,0 0,451
padat diubah dalam bentuk larutan atau yang
dikenal dengan destruksi, karena logam-logam
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). yang terdapat dalam persenyawaan organik dan
Sebelum pengukuran pada Spektrofotometer anorganik dapat dipisahkan melalui penguraian
Serapan Atom, terlebih dahulu membuat senyawa tersebut dengan cara destruksi (Agung,
larutan standart tembaga (Cu) untuk dkk, 2008).
memperoleh kurva kalibasi dengan panjang Pada analisis yang dilakukan dimana
gelombang 324,7 nm (Murdiyono, dkk, 2009). menggunakan destruksi basa. Dekstruksi
Hasil analisis menggunakan basah pada prinsipnya adalah penggunaan

93
Volume 2, No. 2, 2013: 90-96 Jurnal Akademika Kimia

interaksi antara molekul Cu dengan molekul


HNO3.Pada tahap pelarutan tembaga dengan
HNO3, terbentuk gas NO yang kemudian
teroksidasi oleh oksigen diudara menjadi gas
NO2 yang berwarna coklat. Hal ini merupakan
gas NO2 yang berbahaya dengan bau yang
sangat menyengat (Fitrony, dkk, 2013).
Setelah proses pemanasan berlangsung
maka terjadi adanya bau bisa timbul pada reaksi
kimia dikarenakan pencampuran suatu zat.
Pada reaksi logam tembaga (Cu) dengan larutan
Gambar 1. Kadar Rata-rata Tembaga asam nitrat (HNO3) yang menghasilkan larutan
asam nitrat untuk mendekstruksi zat organik tembaga(II) nitrat , gas nitrogen monoksida,
pada suhu rendah dengan maksud mengurangi dan air akan menimbulkan bau (Jim, 2007).
kehilangan mineral akibat penguapan. Pada Kesimpulan
tahap selanjutnya, proses seringkali berlangsung
sangat cepat akibat pengaruh asam perklorat Tailing yang berasal dari limbah pengolahan
atau hidrat peroksida. Dekstruksi basah pada emas pada pertambangan emas Poboya
umumnya digunakan untuk menganalisa arsen, mengandung logam tembaga (Cu) yang cukup
tembaga, timah hitam, timah putih, dan zink banyak. Logam Tembaga (Cu) pada sampel
(Muchtadi, 1989). terukur pada konsentrasi masing-masing,
Untuk penelitian yang dilakukan disini 204,92 mg/kg tromol A, 151,85 mg/kg
yaitu hanya dua jenis larutan yang digunakan tromol B, 79,51 mg/kg tromol C, 167,78 mg/
yaitu HNO3 dan HClO4. kg tromol D, 190.68 mg/kg tromol E, dengan
Tembaga tidak larut dalam asam yang nilai rata-rata 158,94 mg/kg.
bukan pengoksidasi tetapi tembaga teroksidasi
oleh HNO3 dan HClO4 sehingga tembaga larut Ucapan Terima Kasih
(Sulastri, dkk, 2004). Tembaga bukanlah logam Penulis menghaturkan terima kasih kepada
reaktif, namun logam ini dapat diserang oleh Bapak Caco, dan Ibu Listawati selaku pegawai
asam-asam pekat. Asam yang dapat melarutkan laboratorium Analisis FAFERTA yang telah
tembaga dan perak adalah asam nitrat, HNO3 banyak membantu dalam penelitian.
dan Asam perklorat HClO4. Asam ini adalah
salah satu contoh dari asam pengoksidasi, selain Referensi
ion H+, larutan asam ini juga mengandung ion
nitrat, suatu oksidator yang lebih hebat dari Agung, A. K., & Nasrulloh. (2008). Analisis
pada ion kadar logam zink (Zn) dan tembaga (Cu)
H+ 5Cu (s) + 12H (aq) + 2NO (aq) →
+ 3 ˉ dalam daging dan hati ayam petelur berbulu
5Cu aq) + 2NO(g) + 6H2O (Anonim, 2010).
2+( coklat secara spektropotometer serapan
atom. Jurnal Nusa Kimia. 8(1). 7–12.
Banyak reaksi kimia yang terjadi disertai
oleh timbulnya endapan atau gas, dengan Anonim. (2010). Standard nasional indonesia
ditandai oleh timbulnya warna yang baru, saat (SNI 13-6345-2000), Badan Standardisasi
kita mencampurkantembaga dengan larutan Nasional.
HNO3dan HClO4,dapat kita lihat bahwa
terjadi perubahan warna dari yangawalnya Ardha, N., & Wahyudi T. (2011). Karakteristik
Keruh menjadi bening. mineral ampas pengolahan biji emas
Reaksi Kimia dapat diamati dengan pongkor. Jurnal Teknologi Mineral dan
habisnya zat yang bereaksi disertai dengan Batubara. 7(1), 20–33.
produk baruyang dihasilkan. Suatu reaksi kimia Association Offical Agriculture Chemists.
dihasilkan dengan perbandingan massa yang (2002). Official methods of analysis of
tetap sesudahdan sebelum hasil reaksi.Seperti AOAC internasional. 1, 2.5–2.37.
hilangnya tembaga(Cu)pada saat ditambahkan
HNO3. Peristiwa inidapat terjadi karena adanya Callahan, D. L., Baker, A. J. M., Kolev, S. D.,

94
Nuriadi Analisis Logam Tembaga (Cu) Pada Buangan Limbah Tromol ..........

& Weed, A. K. (2006). Metal ion ligands Muchtadi, D. (1989). Petunjuk laboratorium
in hyperaccumulating plants. Journal of evaluasi nilai gizi pangan. Departemen
Biological Inorganic Chemistry, 11, 2–12. pendidikan dan kebudayaan. Direktorat
jenderal pendidikan tinggi. Pusat antar
Fitrony., Rizqy., Fauzi., Qadariyah, L., & Universitas Pangan dan Gizi. Bogor: Institut
Mahfud. (2013). Pembuatan kristal Pertanian Bogor.
tembaga sulfat pentahidrat (CuSO4.·5H2O)
dari tembaga bekas kumparan. Jurnal Teknik Munaf, E., Suhaili, R., Anwar, Y., Indrawati., &
Pomits, 2(1), 37-49. Zein, R. (2009). Dynamic removal of toxic
metals from wastewater using perlite as
Hartati, R. D. (1996). Penentuan tembaga sorbent. Asian Journal of Chemistry. 21(3),
dalam contort geokimia di daerah Bangko, 2059-2066.
cara graphite furnace AAS. Jurnal Indo
Kimia, 2(56), 215-220. Murdiyono, & Nurhidayati. (2009). Analisis
kandungan logam tembaga (Cu) dan timbal
Herianto. (2008). Studi identifikasi dampak (Pb) dalam beberapa produk sayur kacang-
lingkungan pertambangan emas skala kecil kacangan kaleng secara spektropotometer
di kabupaten Garut (Studi kasus di desa serapan atom. Jurnal Boidemika. 2(1), 19-
Mulyajaya). Puslitbang. 35.

Herman, D. Z. (2006). Tinjauan terhadap Pond, A. P., White, S. A., Milczarekm, M.,
tailing mengandung unsur pencemar & Thompson, T. L. (2005). Accelerated
arsen (As), merkuri (Hg), timbal (Pb), dan weathering of biosolid-amended copper
kadmium (Cd) dari sisa pengolahan bijih mine tailings. J. Environ. Qual., 34, 1293–
logam. Jurnal Geologi Indonesia. 1(1), 31- 1301.
36.
Radar Sulteng. (2011). Merkuri sudah
Jones, J. J. B. (1994). Laboratory guide of mengancam kota Palu. Sulteng,
Palu. Diunduh kembali dari http://
exercises in conducting soil tests and plant radarsulteng.co.id/index.php/berita/detail/
analysis. Benton Laboratory, INC, Athens. Rubrik/41/495
Georgia, 62.
Serikawa, Y. T., Inoue, T., Kawakami, B., Cyio,
Jim, C. (2007). Kompleks ligan tembaga. I., Nur & Elvince, R. (2011). Emission
Kimia Indonesia. Diunduh kembali dari and dispersion of gaseous mercury from
http://chem-is-try.org. artisanal and small-scale gold mining plants
in the poboya area of Palu city, central
Lefifajri. (2010). Adsorpsi ion logam Cu(II) Sulawesi, Indonesia. Presented at the 10th
menggunakan lignin dari limbah serbuk international conference on mercury as
kayu gergaji. Jurnal Rekayasa Kimia dan global pollutant. Halifax, Canada, Toyama
Lingkungan. 7(3), 126-129. Prefectural University; Toyohashi University
of Technology; Tadulako University.
Lindayanti. (2007). Penambangan emas dan
perak di Bengkulu. Jurnal Masyarakat dan Siswoyo. (2006). Pencemaran merkuri pada
Budaya, 9(2), 30-39. tailing. Jurnal Pengolahan Limbah Tambang.
7(2), 55–75.
Mapiratu dalam Majalah silo. (2011). Poboya
butuh segera ditangani atau terlambat Sulastri, S., Susila, K., & Retno., Arianingrum.
sama sekali. Yayasan Merah Putih Palu. (2004). Pengaruh perendaman pasir malelo
Diunduh kembali dari http://www.sarinah. dengan HNO3 Terhadap efisiensi penjerapan
web.id/2013/04/poboya-butuh-segera- kromium. Jurnal Penelitian Saintek, 9(1),
ditangani-atau.html. 20-39.
Mendez, M. O., Glenn, E. P. & Maier, R. Sujatmiko, B. (2012). Penambangan emas
M. (2007). Phytostabilization potential of tanpa izin di daerah aliran sungai (Das) Arut
quailbush for mine tailings: Growth, metal kecamatan Arut utara ditinjau dari undang-
accumulation, and microbial community undang nomor 4 tahun 2009. Jurnal Ilmu
changes. J. Environ. Qual., 36, 245–253. Sosial, 4(1) 60–75.

95
Volume 2, No. 2, 2013: 90-96 Jurnal Akademika Kimia

USDA. (2004). Soil survey laboratory methods amalgamasi terhadap tingkat perolehan
manual. p. 167-365, 616-643. In burt, R. emas dan kehilangan merkuri. Jurnal Riset
(Ed). Soil survey investigations report No. Geologi dan Pertambangan, 18(1), 47–53.
42, Vers. 4,0. Natural resources conservation
Widodo. (2008). Pencemaran air raksa (Hg)
service, United States Departemen of sebagai dampak pengolahan bijih emas di
Agriculture. sungai Ciliunggunung, Waluran, Kabupaten
Sukabumi. Jurnal Geologi Indonesia, 3(3),
Widodo. (2008). Pengaruh perlakuan 139-149.

96

Anda mungkin juga menyukai