Nama Kelompok : 3
1. AKHMAD FAJRIO
2. BENI
3. JENAL SAPUTRA IRAWAN
4. MUHAMMAD AKBAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan
karuniaNya sehingga makalah mengenai Sifat Asam, Basa, dan Garam dapat terselesaikan. Makalah
ini memberikan pendekatan belajar agar siswa mudah memahami materi yang terkandung, juga
membangun motivasi siswa untukdapat mengaitkan suatu materi pada kehidupan sehari-hari.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan, sesuai
dengan peribahasa yang menyatakan bahwa “ tak ada gading yang tak retak “, maka penulis
menerima kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan buku ini.
ii
DAFTAR ISI
Sampul..............................................................................................................................................i
Kata Pengantar.................................................................................................................................ii
Daftar Isi...........................................................................................................................................iii
BAB I.................................................................................................................................................1
Pendahuluan....................................................................................................................................1
1.2 Permasalahan.............................................................................................................................1
BAB II................................................................................................................................................2
2.1 A. Pencegahan............................................................................................................................2
2.2 B. Penanganan...........................................................................................................................3
BAB III..............................................................................................................................................5
Kesimpulan......................................................................................................................................5
Daftar Pustaka.................................................................................................................................5
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Mineral sulfida berupa ikatan unsur belerang dengan logam, di alam dapat menjadi sumber
daya logam, yang dalam jumlah besar dapat berpotensi ekonomi untuk diusahakan. Selain
menyusun tubuh bijih logam, mineral sulfida dijumpai sebagai bagian dari penyusun endapan
batubara. Mineral sulfida dapat terbentuk sebagai hasil aktifitas hidrotermal maupun sebagai hasil
proses sedimentasi. Mineral sulfida sering dijumpai berupa pirit, kalkopirit, spalerit dan galena.
Dari karakteristiknya mineral sulfida dapat dimanfaatkan sebagai bahan industri metalurgi
maupun kimia, namun di alam potensial juga sebagai penghasil air asam yang dapat menurunkan
kualitas lingkungan.
Air asam dapat terbentuk secara alami, sebagai akibat teroksidasi dan terlarutkannya sulfida
ke dalam sistem aliran air permukaan dan air tanah menyebabkan turunnya pH air. Kegiatan
penambangan, dengan membongkar endapan sulfida, berpotensi memperbesar dan mempercepat
proses pembentukan air asam. Pembentukan air asam akibat kegiatan penambangan atau sering
disebut dengan air asam tambang perlu dicegah. Air asam tambang yang tidak dapat terhindarkan
terbentuk di wilayah tambang, harus dinetralkan agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan
sekitarnya.
Pembentukan Air Asam Tambang (AAT) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan "Acid
Mine Drainage (AMD)" atau " Acid Rock Drainage (ARD)" terbentuk saat mineral sulfida tertentu
yang ada pada batuan terpapar dengan kondisi dimena terdapat air dan oksigen (sebagai faktor
utama) yang menyebabkan terjadinya proses oksidasi dan menghasilkan air dengan kondisi asam.
Hasil reaksi kimia ini,beserta air yang bersifat asam dapat keluar dari asalnya jika terdapat air
pengelontor yang cukup, umumnya air hujan yang pada timbunan batuan dapat mengalami
infiltrasi/perkolasi. Air yang keluar dari sumbernya inilah yang lazim disebut dengan istilah AAT.
AAT adalah air asam yang timbul akibat kegiatan penambangan, untuk membedakan dengan
air asam yang timbul akibat kegiatan lain seperti penggalian untuk pembangunan fondasi bangunan,
pembuatan tambak dan sebagainya. Beberapa mineral sulfida yang ditemukan pada proses AAFeS2,
Cu2S, CuS, CuFeS2, MoS2, NiS, PbS, ZnS and FeAsS. Pirit merupakan mineral sulfida yang umum
ditemukan pada kegiatan penambangan terutama batubara. Terbentuknya AATditandai oleh pH
yang rendah (1,5-4) konsentrasi logam terlarut yang tinggi, nilai acidity yang tinggi, nilai sulfat yang
tinggi and konsentrasi O2 yang rendah. Jika AAT keluar dari tempat terbentuknya dan keluar
kelingkungan umum maka faktor lingkungan akan terpengaruhi.
Permasalahan :
1. Bagaimana pencegahan terjadinya air asam tambang ?
2. Bagai mana penanganan air asam tambang ?
v
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam industri pertambangan khususnya konsentrasi lingkungan tambang, dikenal 2 uji yang
berkaitan dengan AAT, yakni : Uji Statik dan Uji Kinetik. Uji Statik adalah Uji yang digunakan untuk
mengidentifikasi mana unsur yang berpotensi membangkitkan asam atau menetralkan asam.
Beberapa Uji contoh Uji Statik adalah :
1. Paste PH
2. Total Sulfur
Sementara Uji Kinetik adalah uji yang digunakan untuk mendapatkan gambaran laju reaksi
pembentukan asam, contoh uji Kinetik adalah column leach test. Setelah memahami metode
pencegahan, bagaimana langkah selanjutnya sehingga Air Asam Tambang tidak terbentuk. Pada
prinsipnya, Air Asam Tambang tidak akan terbentuk selama Sulfida tidak berinteraksi dengan Air
atau Oksigen, sehingga cara pencegahan dan penanganannya berpatokan pada prinsip tersebut.
Dalam metode penanganan dikenal 2 istilah :
vi
2. Metode Wet Cover
Sementara itu metode Wet Cover adalah mengisolasi batuan yang berpotensi membentuk
asam di dalam perairan, seperti danau, dasar laut atau di dalam kolam. Intinya bagaimana
memastikan tidak terjadi interkasi dengan Oksigen. Batuan yang mengandung mineral Sulfida, pada
indutri batu bara biasanya terdapat pada lapisan atas batubara (roof), lapisan bawah (floor) atau
juga pada pengotor di lapisan batubara itu sendiri, sehingga perlu sekali melakukan uji Statik
terhadap tiap-tiap lapisan untuk meng-kategorisasi mana batuan PAF mana NAF.
e. Anhydrous Ammonia
Anhydrous Ammonia digunakan dalam beberapa cara untuk menetralkan acidity dan untuk
mengendapkan logam-logam di dalam air asam. Ammonia diinjeksikan ke dalam kolam atau kedalam
inlet seperti uap air, kelarutan tinggi, rekasi sangat cepat dan dapat menaikkan pH. Ammonia
memerlukan asam (H+) dan juga membentuk ion hydroxyl (OH-) yang dapat bereaksi dengan logam-
logam membentuk endapan. Injeksi ammonia sebaiknya dekat dengan dasar kolam atau air inlet,
vii
karena ammonia lebih ringan dari pada air dan naik kepermukaan. Ammonia efektif untuk
membersihkan mangan yang terjadi pada pH 9,5.
Daftar Pustaka
http://www.sciribd.com/doc/293765474/Makalah-Air-Asam-Tambang
http://dokumen.tips/dokuments/makalah-air-asam-tambang.html
viii
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Air asam tambang (AAT) atau acid mine drainage (AMD) / acid rock drainage (ARD)
didefinisikan sebagai air asam tambang yang telah tercemar / terpengaruh oleh proses
oksidasi mineral-mineral sulfida yang terdapat pada batuan sebagai akibat kegiatan
eksplorasi atau kegiatan eksploitasi bahan tambang sehingga menghasilkan air dengan
kondisi asam (Ph kurang dari 7 )
ix