Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

AIR ASAM TAMBANG

Nama Kelompok : 3
1. AKHMAD FAJRIO
2. BENI
3. JENAL SAPUTRA IRAWAN
4. MUHAMMAD AKBAR

POLITEKNIK MURA TEWEH


2022/2023
KATA PENGANTAR

 Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan
karuniaNya  sehingga makalah mengenai Sifat Asam, Basa, dan Garam dapat terselesaikan. Makalah
ini memberikan pendekatan belajar agar siswa mudah memahami materi yang terkandung, juga
membangun motivasi siswa untukdapat mengaitkan suatu materi pada kehidupan sehari-hari.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan, sesuai
dengan peribahasa yang menyatakan bahwa “ tak ada gading yang tak retak “, maka penulis
menerima kritik dan saran yang membangun guna kesempurnaan buku ini.

ii
DAFTAR ISI

Sampul..............................................................................................................................................i

Kata Pengantar.................................................................................................................................ii

Daftar Isi...........................................................................................................................................iii

BAB I.................................................................................................................................................1

Pendahuluan....................................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang............................................................................................................................1

1.2 Permasalahan.............................................................................................................................1

BAB II................................................................................................................................................2

2.1 A. Pencegahan............................................................................................................................2

2.2 B. Penanganan...........................................................................................................................3

2.3 C Penggunaan Tawas.................................................................................................................4

BAB III..............................................................................................................................................5

Kesimpulan......................................................................................................................................5

Daftar Pustaka.................................................................................................................................5

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

Mineral sulfida berupa ikatan unsur belerang dengan logam, di alam dapat menjadi sumber
daya logam, yang dalam jumlah besar dapat berpotensi ekonomi untuk diusahakan. Selain
menyusun tubuh bijih logam, mineral sulfida dijumpai sebagai bagian dari penyusun endapan
batubara. Mineral sulfida dapat terbentuk sebagai hasil aktifitas hidrotermal maupun sebagai hasil
proses sedimentasi. Mineral sulfida sering dijumpai berupa pirit, kalkopirit, spalerit dan galena.
Dari karakteristiknya mineral sulfida dapat dimanfaatkan sebagai bahan industri metalurgi
maupun kimia, namun di alam potensial juga sebagai penghasil air asam yang dapat menurunkan
kualitas lingkungan.
Air asam dapat terbentuk secara alami, sebagai akibat teroksidasi dan terlarutkannya sulfida
ke dalam sistem aliran air permukaan dan air tanah menyebabkan turunnya pH air. Kegiatan
penambangan, dengan membongkar endapan sulfida, berpotensi memperbesar dan mempercepat
proses pembentukan air asam. Pembentukan air asam akibat kegiatan penambangan atau sering
disebut dengan air asam tambang perlu dicegah. Air asam tambang yang tidak dapat terhindarkan
terbentuk di wilayah tambang, harus dinetralkan agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan
sekitarnya.
Pembentukan Air Asam Tambang (AAT) atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan "Acid
Mine Drainage (AMD)" atau " Acid Rock Drainage (ARD)" terbentuk saat mineral sulfida tertentu
yang ada pada batuan terpapar dengan kondisi dimena terdapat air dan oksigen (sebagai faktor
utama) yang menyebabkan terjadinya proses oksidasi dan menghasilkan air dengan kondisi asam.
Hasil reaksi kimia ini,beserta air yang bersifat asam dapat keluar dari asalnya jika terdapat air
pengelontor yang cukup, umumnya air hujan yang pada timbunan batuan dapat mengalami
infiltrasi/perkolasi. Air yang keluar dari sumbernya inilah yang lazim disebut dengan istilah AAT.
AAT adalah air asam yang timbul akibat kegiatan penambangan, untuk membedakan dengan
air asam yang timbul akibat kegiatan lain seperti penggalian untuk pembangunan fondasi bangunan,
pembuatan tambak dan sebagainya. Beberapa mineral sulfida yang ditemukan pada proses AAFeS2,
Cu2S, CuS, CuFeS2, MoS2, NiS, PbS, ZnS and FeAsS. Pirit merupakan mineral sulfida yang umum
ditemukan pada kegiatan penambangan terutama batubara. Terbentuknya AATditandai oleh pH
yang rendah (1,5-4) konsentrasi logam terlarut yang tinggi, nilai acidity yang tinggi, nilai sulfat yang
tinggi and konsentrasi O2 yang rendah. Jika AAT keluar dari tempat terbentuknya dan keluar
kelingkungan umum maka faktor lingkungan akan terpengaruhi.

Permasalahan :
1. Bagaimana pencegahan terjadinya air asam tambang ?
2. Bagai mana penanganan air asam tambang ?

v
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pencegahan Terbentuk Air Asam Tambang

Sebelum melakukan operasi penambangan , sebuah perusahaan tambang wajib melakukan


analisis sumber-sumber yang dapat menyebabkan terbentuknya Air Asam Tambang ini, terutama
mengidentifikasi mana batuan yang mengandung mineral sulfida mana yang tidak. Dalam industri
pertambangan dikenal istilah PAF untuk lapisan batuan yang terindikasi berpotensi membentuk
Asam dan NAF untuk lapisan batuan yang dinilai tidak berpotensi menyebabkan asam.

Dalam industri pertambangan khususnya konsentrasi lingkungan tambang, dikenal 2 uji yang
berkaitan dengan AAT, yakni : Uji Statik dan Uji Kinetik. Uji Statik adalah Uji yang digunakan untuk
mengidentifikasi mana unsur yang berpotensi membangkitkan asam atau menetralkan asam.
Beberapa Uji contoh Uji Statik adalah :

1. Paste PH

2. Total Sulfur

3. Acid Neutralizing Capacity (ANC)

4. Net Acid Generating (NAG)

Sementara Uji Kinetik adalah uji yang digunakan untuk mendapatkan gambaran laju reaksi
pembentukan asam, contoh uji Kinetik adalah column leach test. Setelah memahami metode
pencegahan, bagaimana langkah selanjutnya sehingga Air Asam Tambang tidak terbentuk. Pada
prinsipnya, Air Asam Tambang tidak akan terbentuk selama Sulfida tidak berinteraksi dengan Air
atau Oksigen, sehingga cara pencegahan dan penanganannya berpatokan pada prinsip tersebut.
Dalam metode penanganan dikenal 2 istilah :

1. Metode Dry Cover


Metode Dry cover adalah metode mengisolasi atau menutupi batuan yang dinilai berpotensi
membentuk asam dengan lapisan batuan yang dinilai tidak berpotensi membentuk asam atau
dengan batuan NAF. Mengacu pada prinsip terbentuknya AAT tadi, fungsi lapisan NAF ini adalah agar
tidak terjadi interaksi batuan PAF dengan oksigen ataupun air.

vi
2. Metode Wet Cover
Sementara itu metode Wet Cover adalah mengisolasi batuan yang berpotensi membentuk
asam di dalam perairan, seperti danau, dasar laut atau di dalam kolam. Intinya bagaimana
memastikan tidak terjadi interkasi dengan Oksigen. Batuan yang mengandung mineral Sulfida, pada
indutri batu bara biasanya terdapat pada lapisan atas batubara (roof), lapisan bawah (floor) atau
juga pada pengotor di lapisan batubara itu sendiri, sehingga perlu sekali melakukan uji Statik
terhadap tiap-tiap lapisan untuk meng-kategorisasi mana batuan PAF mana NAF.

2.2 Penanganan Air Asam Tambang


Pengolahan air asam harus dilakukan sebelum air tersebut dibuang ke badan air, sehingga
nantinya tidak mencemari perairan di sekitar lokasi tambang. Pengolahan air asam dapat dilakukan
dengan cara penetralan. Penetralan air asam dapat menggunakan bahan kimia diantaranya seperti
Limestone (Calcium Carbonat), Hydrate Lime (Calcium Hydroxide), Caustic Soda (Sodium Hydroxide),
Soda Ash Briquettes (Sodium Carbonate), Anhydrous Ammoni.

a. Limestone (Calcium Carbonat)


Limestone atau biasa dikenal dengan batu gamping telah digunakan selama berpuluh-puluh
tahun untuk menaikkan pH dan mengendapkan logam di dalam air asam. Penggunaan limestone
merupakan penanganan yang termurah, teraman dan termudah dari semua bahan-bahan kimia.
Kekurangan dari limestone ini ialah mempunyai keterbatasan karena kelarutan yang rendah dan
limestone terlapisi.

b. Hydrate Lime (Calcium Hydroxide)


Hydrated lime adalah suatu bahan kimia yang sangat umum digunakan untuk menetralkan
air asam. Hydrated lime sangat efektif dari segi biaya dalam yang sangat besar dan keadaan acidity
yang tinggi. Bubuk hydrated lime adalah hydrophobic, begitu lama pencampuran diperlukan untuk
membuat hydrated lime dapat larut dalam air. Hydrated lime mempunyai batasankeefektifan dalam
beberapa tempat dimana suatu pH yang sangat tinggi diperlukan untuk mengubahlogam seperti
mangan.

c. Caustic Soda (Sodium Hydroxide)


Caustic Soda merupakan bahan kimia yang biasa digunakan dan sering dicoba lebih jauh
(tidak mempunyai sifat kelistrikan), kondisi aliran yang rendah. Caustic menaikkan pH air dengan
sangat cepat, sangat mudah larut dan digunakan dimana kandungan mangan merupakan suatu
masalah. Penggunaannya sangat sederhana, yaitu dengan cara meneteskan cairan caustic ke dalam
air asam,karena kelarutannya akan menyebar di dalam air. Kekurangan utama dari penggunaan
cairan caustic untuk penanganan air asam ialah biaya yang tinggi dan bahaya dalam penanganannya.
Penggunaan caustic padat lebih murah dan lebih mudah dari pada caustic cair.

d. Soda Ash Briquettes (Sodium Carbonate)


Sodium Carbonate biasanya digunakan dalam debit kecil dengan kandungan besi yang
rendah. Pemilihan soda ash untuk penanganan air asam biasanya berdasar pemakaian sebuah kotak
atau tong dengan air masuk dan buangan.

e. Anhydrous Ammonia
Anhydrous Ammonia digunakan dalam beberapa cara untuk menetralkan acidity dan untuk
mengendapkan logam-logam di dalam air asam. Ammonia diinjeksikan ke dalam kolam atau kedalam
inlet seperti uap air, kelarutan tinggi, rekasi sangat cepat dan dapat menaikkan pH. Ammonia
memerlukan asam (H+) dan juga membentuk ion hydroxyl (OH-) yang dapat bereaksi dengan logam-
logam membentuk endapan. Injeksi ammonia sebaiknya dekat dengan dasar kolam atau air inlet,

vii
karena ammonia lebih ringan dari pada air dan naik kepermukaan. Ammonia efektif untuk
membersihkan mangan yang terjadi pada pH 9,5.

 Penggunaan Tawas Sebagai Bahan Koagulan


Air asam dalam kegiatan penambangan juga bisa dipastikan akan memiliki kekeruhan yang
sangat tinggi, oleh karena itu untuk menurunkan kekeruhannya dapat menggunakan bahan kimia
seperti alum atau lebih dikenal dengan tawas atau rumus kimianya (Al2SO4)3. Tawas merupakan
bahankoagulan yang paling banyak digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh
dipasaran serta mudah penyimpanannya. Jumlah pemakaian tawas tergantung kepada turbidity
(kekeruhan) air. Semakin tinggi turbidity air maka semakin besar jumlah tawas yang dibutuhkan.
Makin banyak dosis tawas yang ditambahkan maka pH akan semakin turun, karena dihasilkan asam
sulfat sehingga perlu dicari dosis tawas yang efektif antara pH 5,8 -7,4. Apabila alkalinitas alami dari
air tidak seimbang dengan dosis tawas perlu ditambahkan.

Daftar Pustaka

http://www.sciribd.com/doc/293765474/Makalah-Air-Asam-Tambang

http://dokumen.tips/dokuments/makalah-air-asam-tambang.html

viii
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Air asam tambang (AAT) atau acid mine drainage (AMD) / acid rock drainage (ARD)
didefinisikan sebagai air asam tambang yang telah tercemar / terpengaruh oleh proses
oksidasi mineral-mineral sulfida yang terdapat pada batuan sebagai akibat kegiatan
eksplorasi atau kegiatan eksploitasi bahan tambang sehingga menghasilkan air dengan
kondisi asam (Ph kurang dari 7 )

ix

Anda mungkin juga menyukai