Anda di halaman 1dari 21

Proposal Tugas Akhir

PROPOSAL TUGAS AKHIR

ANALISIS PENANGANAN AIR ASAM TAMBANG


SECARA PASSIVE DENGAN METODE WETLAND
MENGGUNAKAN TANAMAN AIR EICHORNIA
CRASSIPES PADA PT. TANITO HARUM
KALIMANTAN TIMUR

Oleh:
LA SAHIDU BASRI
09320140109

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2018

Teknik Pertambangan
Email Jurusan: teknikpertambangan@umi.ac.id
Proposal Tugas Akhir

ANALISIS PENANGANAN AAT SECARA PASSIVE


DENGAN METODE WETLAND MENGGUNAKAN
TANAMAN AIR EICHORNIA CRASSIPES
PADA PT. TANITO HARUM
KALIMANTAN TIMUR

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Makassar, 2 April 2018


Disetujui Oleh,
Ketua Jurusan Teknik Pertambangan
Fakultas Teknologi Industri
Universitas Muslim Indonesia Peserta Tugas Akhir

Ir. Hasbi Bakrie, S.T., M.T., IPM. La Sahidu Basri


Nis. 109 10 1028 Nim. 09320140109

Teknik Pertambangan
Proposal Tugas Akhir

A. JUDUL

ANALISIS PENANGANAN AAT SECARA PASSIVE DENGAN METODE


WETLAND MENGGUNAKAN TANAMAN AIR EICHORNIA CRASSIPES
PADA PT. TANITO HARUM PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

B. ALASAN PEMILIHAN JUDUL

Pertambangan merupakan suatu bidang usaha yang karena sifat kegiatannya


pada dasarnya selalu menimbulkan dampak pada alam lingkungannya (BPLHD
Jabar, 2005). Aktivitas penambangan selalu menimbulkan 2 sisi. Sisi yang pertama
adalah memacu kemakmuran ekonomi negara. Sisi kedua adalah timbulnya dampak
lingkungan.
Salah satu komoditi yang banyak diusahakan saat ini, untuk memenuhi
kebutuhan energi di Indonesia adalah batubara. Dilain pihak tambang batubara pada
umumnya dilakukan pada tambang terbuka (open pit mining), sehingga akan
berdampak terhadap perubahan bentang alam, sifat fisik, kimia, dan biologis tanah,
serta secara umum menimbulkan kerusakan pada permukaan bumi. Dampak ini
secara otomatis akan mengganggu ekosistem di atasnya, termasuk tata air
(Subardja, 2007).
Salah satu permasalahan lingkungan dalam aktivitas penambangan batubara
adalah terkait dengan Air Asam Tambang (AAT) atau acid mine drainage (AMD).
Air tersebut terbentuk sebagai oksidasi dari mineral sulfida tertentu yang
terkandung dalam batuan, yang bereaksi dengan oksigen di udara pada lingkungan
berair (Gautama, 2007). Penampakan air asam tambang ditahap awal adalah air pit
tambang yang berwarna hijau.
Pengendalian terhadap air asam tambang merupakan hal yang perlu dilakukan
selama kegiatan penambangan berlangsung dan setelah kegiatan penambangan
berakhir. Air asam tambang (acid mine drainage) dapat mengakibatkan
menurunnya kualitas air, air permukaan dan air tanah. Selain itu, jika dialirkan ke
sungai akan berdampak terhadap masyarakat yang tinggal di sepanjang aliran
sungai serta akan mengganggu biota yang hidup di darat serta biota di perairan.

Teknik Pertambangan
Proposal Tugas Akhir

C. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini ialah:


1. Bagaimana efektivitas tanaman enceng gondok dalam meningkatkan pH dan
menurunkan kadar logam berat pada air asam tambang secara passive
traiment?
2. Bagaimana karakteristrik hasil pengolahan air asam tambang secara passive
traitment melalui lahan basah dengan menggunakan enceng gondok?

D. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini ialah sebagai berikut:


1. Mengetahui efektivitas tanaman enceng gondok dalam meningkatkan pH dan
menurunkan kadar logam berat pada air asam tambang secara passive traiment.
2. Mengetahui karakteristik hasil pengolahan air asam tambang secara passive
treatment melalui lahan basah dengan menggunakan tanaman enceng gondok.

E. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Air Asam Tambang

Air asam tambang (AAT) sering juga disebut sebagai air asam batuan (AAB)
adalah air pada kegiatan penambangan atau penggalian yang bersifat asam atau
memiliki keasaman tinggi dan terbentuk sebagai akibat teroksidasinya mineral
sulfida disertai keberadaaan air. Sumber keasaman adalah mineral sulfida yang
dapat teroksidasi. Sumber pengoksidasi yang utama adalah oksigen dalam udara.
Air merupakan salah satu reaktan dalam proses pembentukan AAT dan juga sebagai
media yang “mencuci” atau melarutkan hasil oksidasi. Sumber air dapat berupa air
limpasan hujan atau air tanah.
Tiga komponen utama pembentuk AAT adalah mineral sulfida, udara, dan air.
Mineral sulfida banyak ditemukan baik pada tambang bijih maupun batubara.
Kegiatan penggalian dan penimbunan menyebabkan terdedahnya mineral sulfida
yang sebelumnya berada di bawah permukaan. Tetapi pembentukan AAT atau
AAB dapat juga terbentuk pada kegiatan penggalian bukan tambang, contohnya
pekerjaan konstruksi jalan.

Teknik Pertambangan
Proposal Tugas Akhir

Pada suatu area kegiatan penambangan AAT dapat terbentuk melalui berbagai
proses antara lain:
Air limpasan hujan yang mengalir dan kontak dengan dinding pit
penambangan.
Air hujan yang jatuh dan terinfiltrasi pada timbunan batuan penutup.
Air hujan yang jatuh dan terinfiltrasi pada timbunan batubara atau bijih hasil
penambangan ROM (run of mine), tumpukan bijih pada ekstraksi mineral
berharga dengan metode heap leach, timbunan tailing, dan timbunan limbah
sisa pencucian batubara.
Air tanah yang mengalir ke dalam bukaan tambang bawah tanah dan kontak
dengan batuan dinding bukaan.
Air tanah dan limpasan hujan yang mengalir ke zona ambrukan pada tambang
bawah tanah dengan metode ambrukan.
Dampak terhadap lingkungan yang ditimbulkan oleh AAT adalah
meningkatnya kandungan logam di dalam air penerima. Ikan yang hidup di dalam
air penerima AAT dapat terpapar langsung ke ion logam dan H+ pada insangnya
akan menyebabkan keracunan pada tingkat kronik dan akut. Secara tidak langsung
ikan dapat terpapar logam melalui sedimen dan makanan yang terkontaminasi.

2. Pembentukan Air Asam Tambang

Sumber pembentuk air asam tambang adalah mineral sulfida yang terkandung
dalam batuan. Kegiatan penggalian dan penimbunan memungkinkan mineral
sulfida yang tadinya terkungkung dalam batuan di bawah permukaan menjadi
terdedah (exposed) di udara terbuka. Kontak antara oksigen dan mineral sulfida
serta air akan menyebabkan terjadinya reaksi oksidasi yang menghasilkan ion-ion
ferro dan asam sulfat. Ion ferro dapat teroksidasi lebih lanjut dan menghasilkan
senyawa besi hidroksida yang memberi warna coklat kemerahan atau kekuningan
dan dikenal sebagai “yellowboy” serta menghasilkan lebih banyak lagi keasaman.
Keberadaan air selain sebagai salah satu reaktan juga akan melarutkan produk hasil
oksidasi terutama asam sulfat sehingga mengakibatkan peningkatan keasaman air
dan menghasilkan AAT yang bersifat korosif dan tidak dapat mendukung berbagai
kehidupan akuatik. Jika aliran AAT kontak atau melalui batuan yang mengandung

Teknik Pertambangan
Proposal Tugas Akhir

mineral-mineral logam, AAT akan melarutkan ion-ion logam yang terkandung


dalam batuan tersebut dan menyebabkan peningkatan kadar logam di dalam air.
Dengan demikian terdapat tiga pelaku atau aktor penting dalam pembentukan
AAT, yaitu mineral sulfida sebagai sumber atau penyedia asam, oksigen sebagai
pengunah senyawa sulfida menjadi ion-ion yang mudah larut serta air sebagai
reaktan dan yang akan melarutkan ion-ion hasil reaksi oksidasi serta sebagai media
transpor AAT ke lingkungan.
a. Keterdapatan Sulfur

Sulfur dalam senyawa sulfida merupakan salah satu unsur penting dalam proses
pembentukan AAT. Sulfur adalah unsur yang serba guna yang dapat ditemukan
dalam berbagai bentuk senyawa kimia maupun tingkat oksidasi. Senyawa kimia
yang penting bagi AAT adalah unsur sulfur (elemen sulfur). Sulfat (dalam bentuk
mineral atau cairan/aqueous) maupun sulfida (dalam bentuk mineral atau
cairan/aqueous dan gas).
Sulfur yang berada dalam bentuk reduksi dalam mineral sulfida umumnya
bersifat stabil. Namun, bila mineral tersebut terdedah dan di udara teroksidasi dapat
mengakibatkan dampak yang penting terhadap lingkungan dengan terbentuknya
AAT. Sumber spesies sulfat yang tidak stabil adalah dalam sedimen dan dalam
bentuk terlarut di air laut.

b. Reaksi Pebentukan Air Asam Tambang

Oksidasi pirit merupakan rangkaian reaksi biologi dan elektrokimia,


dipengaruhi oleh pH, pO2, permukaan spesifik, morfologi, kehadiran dari bakteri
dan mineral lempung serta faktor hidrologi. Proses pembentukan AAT terdiri atas
beberapa tahapan reaksi. Reaksi pertama adalah reaksi oksidasi mineral pirit dengan
kehadiran air. Pada reaksi tersebut Fe2+ dihasilkan dari proses penguraian pirit atau
proses oksidasi pirit oleh oksigen. Reaksi ini adalah reaksi pelapukan disertai
dengan proses oksidasi pirit dan menghasilkan dua mol keasaman dan setiap mol
pirit yang teroksidasi. Reaksi ini dapat berlangsung baik pada kondisi abiotik
maupun biotik.
(1) 2FeS2 + 7O2 + 2H2O → 2Fe2+ + 4SO4= + 4H+

Teknik Pertambangan
Proposal Tugas Akhir

Reaksi selanjutnya adalah oksidasi pirit oleh ion ferri. Reaksi lebih cepat dua
sampai tiga kali dibandingkan dengan oksidasi oleh oksigen. Jumlah mol keasaman
juga lebih banyak per mol pirit. Akan tetapi, reaksi ini hanya berlangsung selama
ion ferri cukup tersedia atau kondisi asam.
(2) FeS2 + 14Fe3+ + 8H2O → 15Fe2+ + 2SO4= + 16H+
Dengan demikian proses reaksi oksidasi pirit dimulai dengan reaksi (1) pada
kondisi dekat netral dan dilanjutkan dengan reaksi (2) jika kondisi semakin asam
atau pH lebih kecil dari 4,5. Pada pH rendah (lebih kecil dari 4,5) Fe3+ akan lebih
cepat mengoksidasi pirit dibandingkan O2 dan lebih cepat pula daripada O2
mengoksidasi Fe2+ (Nordstrom, 1982). Oleh karena itu, reaksi (2) dikenal sebagai
langkah pembatas laju oksidasi pirit.
Ion ferri terbentuk sebagai hasil konversi ion ferro yang terbentuk dari reaksi
(1) dan mengkonsumsi satu mol keasaman seperti yang ditunjukan pada reaksi (3).
Laju reaksi tersebut lambat pada pH < 5 dan kondisi abiotik. Kehadiran bakteri
acidithiobacillus ferrooxidans akan mempercepat laju oksidasi Fe2+ 5 sampai 6
kali.
(3) 4Fe2+ + O2 → 4H+ + 2H2O
Dari reaksi (3) tersebut terlihat bahwa untuk mengoksidasi ion ferro menjadi
ferri diperlukan kehadiran oksigen. Ion ferri dapat mengalami oksidasi dan hidrolisa
sehingga membentuk ferri hidroksida seperti yang ditunjukan pada reaksi (4).
Pembentukan presipitat atau endapan ferri hidroksida yang berwarna coklat
kekuningan dan sering disebut sebagai yellowboy sangat tergantung pada pH, yaitu
lebih banyak pada pH di atas 3,5.
(4) Fe2+ + 1/4O2 + 5/2H2O → Fe (OH)3↓ +2H+
Reaksi (4) merupakan reaksi pelarutan-pengendapan yang reversibel dan
berlangsung sampai pH sama dengan 3 dan merupakan sumber atau berkurangnya
Fe3+ serta merupakan langkah penting dalam melepaskan asam ke lingkungan.
Jika reaksi (1) sampai (4) digabung akan diperoleh mineral pirit yang dikenal
sebagai reaksi umum yang seperti di bawah ini:
FeS2 + 15/4 O2 + 7/2 H2O → Fe (OH)3↓ + 2 SO=
Pirit Oksigen Air Yellowboy Asam

Teknik Pertambangan
Proposal Tugas Akhir

c. Jenis Mineral Sulfida

Sumber pembentuk air asam tambang yang utama adalah mineral sulfida reaktif
beserta produk oksidasinya. Terdapat banyak jenis mineral sulfida dimuka bumi ini
namun mineral sulfida pembentuk AAT paling utama adalah pirit (FeS2). Berbagai
mineral sulfida yang ditemukan pada cebakan bijih dan berpotensi membentuk
asam dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Berbagai Jenis Mineral Sulfida
Nama mineral Rumus kimia
Sulfida besi
Pirit FeS2
Markasit FeS2
Pirotit FeS1.xS
Melnikovit Fe3S4
Arsenopirit FeAsS
Violarit FeNi2S4
Makinawit (Fe,Ni)9S8

Sulfida tembaga
Kovelit CuS
Kalkosit Cu2S
Kalkopirit CuFeS2
Kubanit Cu3FeS3
Bornitre Cu3FeS4
Enargit Cu3AsS3
Tenancit (Cu,Fe)12As4S13
Tetrahedrit (Cu,Fe)12Sb4S13

Sulfida Pb, Zn
Galena PbS
Sfalerit ZnS

Sulfida Nikel
Milerit NiS
Pentlandit (Ni, Fe) 9S8

Sulfida logam lainnya


Cinnabar HgS
Molybdenite MoS2
Realgar AsS
Orpiment As2S3
Stibnite Sb2S3
Cobaltite CoAsS

Teknik Pertambangan
Proposal Tugas Akhir

Jenis dan distribusi mineral sulfida dapat bervariasi tergantung pada tipe
cebakan bijih, sifat dari batuan penutup dan tahapan penambangan. Bahkan dalam
suatu cebakan, kandungan mineral sulfida pun bisa bervariasi. Hal ini ditentukan
oleh proses genesa cebakan bijih atau proses alterasi sesudah pembentukan.

3. Pencegahan dan Pengelolaan Air Asam Tambang

Mengingat bahaya dari air asam tambang bagi lingkungan maka perlu dilakukan
upaya pencegahan dan penanganan air asam tambang. Berikut ini ada beberapa cara
untuk mencegah dan menghambat terbentuknya air asam tambang.
a. Penempatan Selektif

Menempatkan batuan yang berpotensi membentuk air asam tambang PAF


(potencial acid forming) dengan batuan yang tidak berpotensi NAF (non acid
forming) ke tempat yang terpisah dengan cara ditimbun. Kemudian lokasi
penimbunan batuan yang berpotensi membentuk air asam tambang di tempatkan
sejauh mungkin dari aliran air, selanjutnya rembesan-rembesan dikumpulkan pada
suatu lokasi.

b. Manajemen Tanah

Manajemen tanah ini bertujuan untuk:


1) Memisahkan tipe tanah secara benar, sehingga pencampuran dan degradasi
kualitas tanah pucuk tidak terjadi.
2) Menjamin kualitas tanah pucuk sebagaimana adanya struktur, nutrisi, tersedia
digunakan dalam rehabilitasi.
Pencegahan pembentukan AAT dilakukan dengan mengurangi kontak antara
mineral sulfida dalam reaksi tersebut sebagai pirit dengan air dan oksigen di udara.
Secara teknis, hal ini dilakukan dengan menempatkan batuan PAF (potentially acid
forming) dalam kondisi di mana salah satu faktor tersebut relatif kecil jumlahnya.
Secara umum dikenal 2 cara untuk melakukan hal tersebut yaitu dengan
menempatkan PAF (potentially acid forming) di bawah permukaan air di mana
penetrasi oksigen terhadap lapisan air sangat rendah atau dikenal dengan wet cover
system atau di bawah lapisan batuan atau material tertentu dengan tingkat infiltrasi
air. Metode lainnya dengan cara pencampuran (blending) beberapa tipe batuan PAF

Teknik Pertambangan
Proposal Tugas Akhir

dan NAF atau bahkan dengan batu kapur, sehingga menghasilkan suatu timbunan
yang dapat menimbulkan air penyaliran dengan kualitas yang memenuhi baku
mutu. Diharapkan dengan menerapkan metode ini pembentukan AAT dapat
dihindari.
Secara umum penanganan AAT yang telah terbentuk berpotensi keluar dari
lokasi penambangan, dilakukan untuk mengambilkan nilai-nilai parameter kualitas
air menjadi seperti kondisi normalnya atau kondisi yang disyaratkan dalam
Keputusan Pemerintah Pertambangan dan Energi No. 1211/K/008/M.PE/1995
tentang pencegahan dan penanggulangan perusakan serta pencemaran lingkungan
pada usaha pertambangan.
Secara umum pengolah air asam tambang dapat digolongkan menjadi 2 yaitu
Active treatment dan Passive treatment.
a. Active Treatment Technologies

Adalah teknologi yang memerlukan operasi, perawatan dan pemantauan oleh


manusia berdasarkan pada sumber energi eksternal dan menggunakan infrastruktur
dan menggunakan sistem yang direkayasa. Terdiri dari: Netralisasi (yang sering
termasuk presipitasi logam), penghilangan logam, presipitasi kimiawi, dan
penghilangan sulfat secara bilogi. Penetral yang paling umum digunakan pada
perlakuan AAT skala besar adalah kapur, ini karena bahan tersebut tersedia secara
komersial, mudah digunakan, teknologi telah terbukti, biayanya murah dan efektif
digunakan serta dikelola dengan baik dalam hal kesehatan dan keselamatan kerja
bagi penerapan skala besar. Menambahkan tawas pada air asam tambang sebelum
di alirkan ke sungai tujuannya untuk menjernihkan air.

b. Passive Treatment Technologies

Merupakan proses pengelolaan yang tidak memerlukan intervensi, operasi atau


perawatan oleh manusia secara reguler bahan yang biasanya digunakan adalah
memakai tumbuhan yang dapat menetralkan pH, yakni purun tikus maupun
tanaman air enceng gondok.

Teknik Pertambangan
Proposal Tugas Akhir

4. Pengolahan Limbah Air Asam Tambang dengan Tanaman

Pengembangan teknologi yang murah dan ramah lingkungan untuk


remediasi tanah dan air yang tercemar zat beracun menjadi perbincangan yang
menarik yang sering dibahas di seluruh dunia. Akhir-akhir ini teknik reklamasi
yang banyak digunakan untuk menghilangkan polutan dari tanah atau air tercemar
dengan menggunakan tanaman. Penggunaan tumbuhan untuk menghilangkan
polutan dari tanah atau perairan yang terkontaminasi disebut dengan fitoremediasi.
Teknologi fiteromediasi didefinisikan sebagai pencucian polutan yang dimediasi
oleh tumbuhan berfotosintesis, termasuk pohon, rumput-rumputan, dan tumbuhan
air. Pencucian bisa berarti penghancuran, inaktivasi atau imobilisasi polutan ke
bentuk yang tidak berbahaya (Chaney et al., 1995; Squires, 2001., dalam
Madaniyah, 2016).
Banyak istilah yang diberikan pada sistem ini sesuai dengan mekanisme yang
terjadi prosesnya. Phytostabilizaton: polutan distabilkan di dalam tanah oleh
pengaruh tanaman. Phylostimulation: akar tanaman menstimulasi penghancuran
polutan dengan bantuan bakteri rhizosfere. Phytodegradation: tanaman
mendegradasi polutan dengan atau tanpa menyimpannya di dalam daun, batang,
atau akarnya untuk sementara waktu. Phytoextraction: polutan terakumulasi di
jaringan tanaman, terutama daun. Phytovolatilazation: polutan oleh tanaman
diubah menjadi senyawa yang mudah menguap sehingga dapat dilepaskan ke udara.
Rhyzofiltration: polutan diambil dari air oleh akar tanaman pada sistem hidroponik
(Gerloff, 1975).

5. Remediasi Air Asam Tambang

Cukup banyak teknologi yang telah dikembangkan untuk mengolah AAT.


Berdasarkan proses pengolahannya, teknologi pengolahan AAT dapat
dikelompokkan menjadi 2 kategori, yaitu (1) proses aktif (2) proses pasif (Yusron,
2009). Proses aktif sering kali dimaksudkan sebagai aplikasi penambahan bahan
alkalis secara terus menerus untuk menetralkan limbah AAT. Proses pasif yaitu
dengan menggunakan ekosistem lahan basah (wetland) baik secara alami maupun
buatan. Beberapa peneliti mengemukakan bahwa kelebihan dari proses pasif adalah

Teknik Pertambangan
Proposal Tugas Akhir

biaya yang dibutuhkan untuk pemeliharaan lahan basah lebih sedikit dibandingkan
proses aktif.
Teknologi saat ini yang banyak dipakai di Indonesia untuk mengurangi
dampak negatif AAT adalah proses pengolahan aktif. Menurut Younger et al., 2003
yang disebut pengolahan aktif adalah penambahan kimia yang dapat menetralisir
keasaman limbah sehingga memperbaiki kualitas air. Penambahan bahan alkalin
akan meningkatkan nilai pH, mempercepat laju oksidasi ion ferro (Fe2+), serta
mengendapkan logam terlarut dalam bentuk hidroksida dan karbonat (Johnson dan
Hallberg, 2005). Berbagai bahan penetralisir telah banyak digunakan seperti
kalsium oksida, kalsium karbonat, sodium hidroksida, magnesium oksida, dan
magnesium hidroksida. Efektivitas masing-masing bahan tersebut sangat beragam.
Penambahan bahan kimia sangat efektif dalam mengolah AAT, akan tetapi
membutuhkan biaya operasional sangat tinggi, harus dilakukan secara terus
menerus dan menghasilkan lumpur limbah yang sangat banyak, terutama pada
penggunaan senyawa kalsium. Pengendapan secara aktif ini hanya untuk
meningkatkan pH air tetapi tidak memperbaiki kualitas air di kolam bekas tambang.
Proses pengolahan AAT secara pasif mulai banyak dikembangkan di
Indonesia, kelebihan utama dari sistem pengolahan pasif adalah biaya pemeliharaan
relatif murah tetapi sistem ini juga memiliki kelemahan seperti membutuhkan lahan
yang cukup luas dan hasil terkadang yang tidak pasti jika dibandingkan dengan
sistem pengolahan secara kimiawi (Johnson dan Hallberg, 2005). Beberapa teknik
yang digunakan dalam sistem pengolahan pasif adalah dengan menggunakan
Anoxic Limestone Drains (ALD), Successive Alkalinity Producing System (SAPS).
Lahan basah buatan yang meliputi lahan basah aerobik dan lahan anaerobik.
Teknik pengolahan pasif yang banyak digunakan dalam pengolahan AAT
adalah lahan basah buatan (constructed wetland) yang meliputi lahan basah aerobik
dan lahan anaerobik. Lahan basah aerobik adalah sistem lahan basah yang relatif
dangkal yang beroperasi dengan aliran permukaan. AAT dialirkan pada permukaan
wetland yang biasanya ditumbuhi oleh tanaman sejenis cattail (Tipha sp) yang
tumbuh di atas tanah atau substrat organik. Tanaman lahan basah yang ditanam
pada sistem aerobik ditanam dengan alasan estetika untuk mengatur aliran air dan
menyaring serta menstabilkan endapan besi yang terakumulasi. Selain itu, adanya

Teknik Pertambangan
Proposal Tugas Akhir

tanaman pada sistem lahan basah aerobik memberikan kontribusi meningkatkan


kandungan bahan organik melalui zat-zat hasil sekresi dan dekomposisi sisa
tanaman. Pada sistem lahan basah aerobik, pengurangan konsentrasi logam
sebagian terjadi karena proses pengendapan logam dengan adanya reduksi sulfat
secara biologi, dan sebagian kecil juga diserap oleh tanaman. Munawar, 2007
menjelaskan tumbuhan air pada lahan basah mempunyai beberapa fungsi atau
manfaat penting, seperti:
1. Konsolidasi substrat oleh akar tanaman dengan cara memegang substrat
bersama-sama dan meningkatkan waktu tinggal air dalam wetland.
2. Stimulasi proses jasad renik melalui penyediaan tapak (site) oleh tanaman
untuk menempelnya mikroba. Mengeluarkan oksigen dari akarnya,
menyediakan sumber bahan organik untuk mikroba heterotrof.
3. Tanaman memasok pakan dan perlindungan bagi satwa liar, sehingga dapat
membentuk habitat satwa liar.
4. Lahan basah dengan tanamannya lebih enak dipandang mata (estetika).
5. Akumulasi logam.
Keuntungan dari sistem ini adalah biaya yang dibutuhkan relatif kecil
dibandingkan dengan sistem aktif. Namun demikian, sistem ini juga mempunyai
kelemahan, diantaranya ialah membutuhkan lahan yang luas dan hasil kinerja dari
sistem ini tidak dapat diprediksi seperti pada pengolahan aktif (Johnson dan
Hallberg, 2002).
Berbeda dengan lahan basah aerobik, pada lahan basah anaerobik
menggunakan instalasi pengolahan AAT dengan sistem tertutup seluruhnya di
bawah permukaan tanah. Sehingga penggunaan tanaman tidak dibutuhkan dalam
sistem anaerobik. Pada sistem ini dibutuhkan bahan organik dalam pertumbuhan
bakteri pereduksi sulfat. Bakteri tersebut juga menghasilkan kondisi alkalin melalui
proses oksidasi bahan organik dan memanfaatkan energi yang dihasilkan untuk
reduksi sulfat. Dengan adanya aliran air asam tambang melalui bahan organik
menyebabkan kondisi anoksik. Kondisi ini akan mendorong pertumbuhan bakteri
pereduksi sulfat dan menghasilkan sulfida. Pada kondisi tidak ada oksigen bebas,
oksidasi logam akan berjalan lebih lambat sehingga pembentukan logam
oksihidroksida juga lambat dibandingkan dengan kondisi aerobik. Hilangnya logam

Teknik Pertambangan
Proposal Tugas Akhir

terjadi melalui pengendapan dalam bentuk logam sulfida, diserap oleh bahan
organik dalam bentuk logam hidroksida dan logam oksihidroksida (Wouls dan
Ngwenya, 2004).

6. Eichornia Crassipes (Enceng Gondok)

Taksonomi Enceng Gondok:


Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotylledoneae
Suku : Pontederiaceae
Marga : Eichornia
Jenis : Eichornia Crassipes (Mart) Solms
Enceng gondok pertama kali ditemukan tidak sengaja oleh seorang ilmuan
bernama Carl Friedrich Philip von Martius, seorang ahli botani berkebangsaan
Jerman pada tahun 1824 ketika melakukan ekspedisi di Sungai Amazon Brazil.
Enceng gondok lebih dikenal sebagai tanaman tumbuhan pengganggu (gulma) di
perairan karena pertumbuhannya yang sangat cepat. Awalnya didatangkan ke
Indonesia pada tahun 1894 dari Brazil untuk koleksi Kebun Raya Bogor. Ternyata
dengan cepat menyebar kebeberapa perairan di Pulau Jawa. Dalam
perkembangannya, tanaman keluarga pontederiaciae ini justru mendatangkan
manfaat lain, yaitu sebagai biofilter pencemaran logam berat, sebagai bahan
kerajinan, dan campuran pakan ternak. Sebagai biofilter cemaran logam enceng
gondok mampu menyerap berbagai zat yang berbahaya yang mencemari perairan
seperti logam berat, cemaran organik, buangan industri, buangan pertanian, dan
buangan rumah tangga (Joedodibroto, 1983).
Enceng gondok merupakan tumbuhan parenial yang hidup di perairan
terbuka, mengapung di air jika tempat tumbuhannya cukup dalam dan berakar di
dasar jika air dangkal. Tingginya sekitar 0.4-0.8 meter. Tidak mempunyai batang.
Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal
tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau.
Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan
berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut. Perkembangbiakan dapat terjadi

Teknik Pertambangan
Proposal Tugas Akhir

secara vegetatif maupun secara generatif. Perkembangbiakan terjadi jika tunas baru
tumbuh pada ketiak daun lalu membesar dan akhirnya menjadi tumbuhan baru.
Enceng gondok dapat menggandakan daunnya pada 7-10 hari. Perkembangbiakan
secara generatif terjadi melalui bijinya, sebelum terjadinya biji didahului
penyerbukan pada bunga. Karangan enceng gondok berbentuk bulir bertangkai
panjang, berbunga 6 sampai 35 tangkai. Kelopak bunganya berbentuk tabung,
termasuk bunga majemuk, sehingga enceng gondok memungkinkan penyerbukan
setelah 20 hari bunganya akan masak, terbebas lalu pecah dan bijinya masuk ke
perairan untuk kemudian menjadi tanaman baru. Satu tanaman bisa menghasilkan
5 sampai 6 ribu biji tiap musim (Tjitrosoepomo, 1996).
Kemampuan tanaman inilah yang banyak digunakan untuk mengolah air
buangan, karena dengan aktivitas tanaman ini mampu mengolah air buangan
domestik dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Enceng gondok mempunyai sifat-
sifat yang baik antara lain dapat menyerap logam-logam berat, senyawa sulfida,
selain itu mengandung protein lebih dari 11,5% dan mengandung selulosa 64,51%
lebih besar dari selulosanya seperti lignin, abu, lemak, dan zat-zat lain
(Joedodibroto, 1983).

F. METODOLOGI PENELITIAN

Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, dilakukan penelitian dan


pengamatan baik secara langsung maupun secara tidak langsung, adapun tahapan
yang dilakukan dalam melakukan pekerjaan penelitian adalah:
Persiapan

Kegiatan ini merupakan tahapan awal sebelum kegiatan lapangan yang


meliputi:
1. Persiapan administrasi dan pengurusan surat-surat izin di kampus dan di
perusahaan;
2. Konsultasi dengan pembimbing akademik;
3. Pengumpulan berbagai literatur.

Teknik Pertambangan
Proposal Tugas Akhir

Studi Literatur dan Diskusi

Studi ini dilakukan untuk mempelajari buku-buku teks, jurnal dan laporan-
laporan terdahulu yang berkaitan dengan pengolahan air asam tambang. Kegiatan
ini berlangsung hingga kegiatan penelitian ini selesai.

Tahapan Pengambilan Data Lapangan

1. Orientasi Lapangan
Kegiatan orientasi ini dimaksudkan untuk mengenal dan mempelajari
kondisi wilayah perusahaan, yang merupakan lokasi/tempat melakukan
penelitian.
2. Pengambilan Data Lapangan
Pengambilan data lapangan sebab orientasi lapangan telah selesai
dilaksanakan, data yang diambil berupa:
 Data Primer
Data primer adalah data hasil pengamatan yang dilakukan dilapangan,
meliputi pengambilan data nilai pH, kadar Fe, kadar Mn, yang sifatnya secara
langsung pada tanaman air enceng gondok (eichornia crassipes). Serta
mengambil data sebelum, pada saat, dan setelah proses pemgolahan air asam
tambang dan pengambilan gambar serta dokumentasi.

 Data Sekunder
Data sekunder ialah data pendukung yang digunakan sebagai pelengkap,
yang meliputi geologi regional daerah penelitian, curah hujan, serta topografi
dari lingkungan pertambangan

3. Validasi Data
Maksud dari validasi data ialah melakukan pengecekan ulang terhadap
data yang telah diperoleh dari hasil pengambilan data lapangan.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data yang ada, untuk mendapatkan pemecahan dari
permasalahan yang dibahas kemudian melakukan perhitungan-perhitungan

Teknik Pertambangan
Proposal Tugas Akhir

terhadap alternatif pemecahan masalah sehingga dapat menyelesaikan persamasan


yang dibahas.

Penyusunan Laporan

Pada tahap ini keseluruhan hasil dari tahapan kegitan yang dilakukan
sebelumnya disusun dalan draf laporan sesuai dengan format dan kaidah penulisan
Tugas Akhir yang telah ditetapkan di Program Studi Teknik Pertambangan Fakultas
Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia.

Seminar Skripsi

Hasil akhir dari penelitian ini akan dipresentasikan dalam seminar Program
Studi Teknik Pertambangan Universitas Muslim Indonesia, setelah melalui tahap
penyempurnaan berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh dari penguji. Draf
Tugas Akhir kemudian diserahkan ke Jurusan Teknik Pertambangan Universitas
Muslim Indonesia.

Teknik Pertambangan
Proposal Tugas Akhir

Persiapan

Studi Literatur dan Diskusi

Pengambilan Data Lapangan

Data Primer Data Sekunder

Pengolahan dan Analisa Data

Penyusunan Laporan

Seminar

Gambar 1 Diagram Alir Metode Penelitian

Teknik Pertambangan
Proposal Tugas Akhir

G. JADWAL RENCANA PENELITIAN

Pelaksanaan tugas akhir ini direncanakan dilakukan selama 2 bulan atau


disesuaikan dengan kebijakan perusahaan, dengan rencana kegiatan penelitian
sebagai berikut:
Tabel 2 Rencana Kegiatan Penelitian

Bulan (Minggu Ke-)


Kegiatan April Mei Juni Juli
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
Studi
Literatur dan
Diskusi
Pengambilan
Data
Lapangan
Pengolahan
dan Analisis
Data
Penyusunan
Laporan

Seminar

H. PENUTUP

Demikian Proposal Tugas Akhir ini disusun sebagai bahan pertimbangan bagi
PT. TANITO HARUM. Besar harapan saya agar kiranya proposal ini ditanggapi
dengan baik dan kesempatan yang diberikan oleh perusahaan tentunya akan
dimanfaatkan semaksimal mungkin.

Teknik Pertambangan
Proposal Tugas Akhir

I. DAFTAR PUSTAKA

DDK., Herniwanti, 2002, Simulasi Aliran Air Asam Tambang, Universitas


Brawijaya, Malang.
Gautama, R.S., 2014, Pembentukan, Pengendalian, dan Pengelolaan Air Asam
Tambang. ITB, Indonesia.
Hidayat, L., 2017. Pengelolaan Lingkungan Areal Tambang Batubara. Jurnal
Politeknik Syakh Salman Al-Farisi Rantau. Tapin, Kal-Sel.
Joedodibroto, R., 1983, Prospek Pemanfaatan Enceng Gondok Dalam Industri
Pulp dan Kertas, Berita Selulosa, 29 (1): 3-7.
Kamus Istilah pertambangan. Energi dan Sumber Daya Mineral.
Madaniyah, 2016, Efektivitas Tanaman Air dalam Pembersihan Logam Berat
Pada Air Asam Tambang, [Tesis], Pascasarjana Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Nugraha, Candra., 2012. Upaya Pencegahan Pembentuka Air Asam Tambang.
ITB. Bandung
Peraturan Menteri ESDM No. 113 tahun 2003.
Tjitrosoepomo, G., 1996, Taksonomi Tumbuhan Cet. Kelima, Yogyakarta
(ID): Gadjah Mada University Press.
UU No. 32., 2009, Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
AMDAL, Pasal 22-23.
Wouls, C., dan Ngewenya, T.B., 2004, Geochmical Process Governing the
Performance of a Constructed Wetland Treating Acid Mine Drainage,
Central Scotland, Appl. Geochem, 19: 1773-1783.

Teknik Pertambangan
Proposal Tugas Akhir

LAMPIRAN BIODATA

Nama lengkap : La Sahidu Basri


NIM : 093 2014 0109
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tgl Lahir : Tobelo, 03-12-1994
Alamat : Jln. Tidung 10 No. 114 MAKASSAR, Sulawesi
Selatan
Tlp/Hp : 082-393-332-632
E-mail : lasahidubasri@gmail.com

E-mail Jurusan : teknikpertambangan@umi.ac.id

Nama lengkap : Fadhel Muhammad


NIM : 093 2014 0108
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat/Tgl Lahir : Luwuk, 29-12-1994
Alamat : Jln. Urip Sumiharjo Lrg. 501 No. 51
Tlp/Hp : 082-293-297-162
E-mail : fadhelmuhammad292@gmail.com

E-mail Jurusan : teknikpertambangan@umi.ac.id

Permohonan Penelitian
Permohonan Kerja Praktek

Teknik Pertambangan

Anda mungkin juga menyukai