Nim : M1B120018
Program Studi : Teknik Kimia
Mata Kuliah : Sistem Utilitas II
Dosen Pengampu : Ir. Hadistya Suryadi, S.T., M.T.
c. Viskositas
Beberapa jenis BBM yang memiliki viskositas tinggi
membutuhkan pemanasan sebelum digunakan sebagai bahan bakar.
d. Titik tuang (pour point)
Titik tuang menyatakan temperatur bahan bakar cair mulai
mengalir dalam kondisi pengujian Bahan bakar cair disimpan
didalam tangkap temperatur 3°C di atas titik tuang.
e. Flash point (titik nyala)
Titik nyala menyatakan temperatur terendah agar uap BBM tersulu
tetapi segera padam kembali. Nilai titik nyala menyatakan tingkat
bahaya ap dari bahan bakar, BBM dengan titik nyala dibawah
37,8°C dikelompokkan sebagai bahan bakar flammable, sedangkan
yang memiliki titik nyala lebih tinggi dinamakan combustible.
Titik nyala bahan bakar digunakan untuk pengendalian temperatur
penyimpanan bahan bakar.
f. Titik swasulut (autoignition temperature)
Titik swasulut (autoignition temperature) adalah temperatur ketika
bahan bakar dapat menyala tanpa ada sulutan.
g. Angka oktana
Angka oktana menyatakan performa bahan bakar ketika dibakar di
motor Otto (pembakaran dengan busi). Semakin tinggi angka
oktan, semakin cocok bahan bakar dibakar di mesin Otto.
h. Angka setana
Angka setana menyatakan performa bahan bakar ketika dibakar di
diesel (compression ignition engine). Semakin tinggi angka setana,
semakin cocok bahan bakar digunakan di motor Diesel
(Susanto,2016).
3. Bahan bakar gas
Gas Alam
a. Komposisi
bahan bakar gas akan menentukan nilai kalor bahan bakar, dan
karakteristik pembakaran lainnya (kebutuhan udara, temperatur
pembakaran , kecepatan api, flammability limits, karakteristik api,
dan sebagainya).
b. Densitas
Densitas gas sangat rendah (1/6000 – 1/1000 densitas BBM).
Karena itu, bahan bakar gas sangat sulit disimpan maupun
ditransportasikan.
c. Nilai Kalor
Nilai kalor bahan bakar gas merupakan jumlah nilai kalor
komponen penyusunnya
d. Kebutuhan Udara Pembakaran
Pembakaran yang terjadi dalam burner diharapkan adalah
pembakaran sempurna. Pada umumnya udara disuplai secara
berlebih (lebih banyakdaripada yang diperlukan untuk pembakaran
secara stoisiometri) untuk kesempurnaan reaksi pembakaran.
Udara juga berfungsi sebagai penurun temperature system, agar
material konstruksi burner tidak rusak, karena itu kebutuhan udara
stoisiometrik dan temperatur api perlu diperkirakan dahulu.
e. Temperatur Pembakaran
Temperatur pembakaran diuraikan lebih lanjut pada neraca massa
dan energi
f. Karakteristik api
Karakteristik api meliputi bentuk, panjang, dan warna lidah api.
g. Flammability limits
Bahan bakar gas memiliki Batasan konsentrasi dalam campurannya
dengan udara untuk dapat terbakar. Konsentrasi bahan bakar gas
terendah dinamai lower flammability limit, dan konsentrasi paling
tinggi disebut upper flammability limit. Di luar kedua batas ini,
campuran bahan bakar gas dan udara tidak dapat terbakar.
h. Kecepatan rambat api (flame speed)
Kecepatan rambat api menuju sumber bahan bakar dan udara
dinyatakan sebagai flame speed. Nilai flame speed umumnya
menjadi salah satu parameter dalam menentukan konfigurasi dan
kapasitas burner.
i. Kandungan pengotor lain yang disyaratkan secara spesifik oleh
pengguna gas, misalnya konsentrasi dan ukuran partikel debu,
konsentrasi tar (Hartono,2016).