Anda di halaman 1dari 64

BAB I

PENDAHULUAN
Setelah mempelajari Bab I, mahasiswa diharapkan dapat:
 Mampu memahami peran berbagai jenis energy yang ada
 Mampu menerapkan neraca massa dan energipada berbagai jenis energy yang ada
 Mampu memahami karakter tiap sumber energy
 Mampu memahami pemakaian energy atau perubahan untuk masing-masing
keperluan.
Keberadaan manusia dimuka bumi tidak dapat terpisahkan dengan keperluan energy.
Energi ada yang dapat digunakan secara langsung maupun tidak langsung. Minyak bumi,
batubara, gas alam serta energy listrikmerupakan jenis energy yangdapat dimanfaatkan secara
langsung. Sedangkan energy air, energy angin, energy bio massa terlebih dahulu dikonversi
baru digunakan untuk keperluan tertentu, begitupun energy panas bumi. Energi surya (energi
matahari) mempunyai keistimewaan tersendiri karena dapat digunakan langsung secara
alamiah maupun melalui rekayasa teknologi untuk penggunaan selanjutnya. Kesemua jenis
energy yang disebutkan di atas merupakan materi kuliah Teknik Penyediaan Energi yang
akan ditelaah satu demi satu pada masing-masing Bab. Setiap Bab akan dijelaskan peranan
teknologinya mencapai sasaran, penanggulangan efek yang ditimbulkan oleh gas buang
limbahnya terhadap lingkungan maupun bagi manusia. Dalam buku ajar tersebut muatan teori
lebih banyak disbanding contoh soal. Pembahasan soal akan mendapat banyak porsi pada jam
kuliah sebab teori dapat dibaca sendiri oleh mahasiswadari buku ajar yang telah dibuat.
Dengan adanya buku ajar tersebut diharapkan mahasiswa banyak bertanya atau
berdiskusibersama rekannya. Tugas-tugas yang akan diberikan pada mahasiswa dapat
digunakan untuk perbaikan dan pengembangan buku ajar dimasa mendatang.

1
BAB II
BATUBARA

Setelah mempelajari Bab II, mahasiswa diharapkan dapat:


 Memahami batubara sebagai salah satu sumber energi serta penggunaannya dalam
industri dan rumah tangga;
 Memahami peran batubara di industri dan dapat menerapkan neraca massa dan energi
pada saat penggunaan batubara sebagai bahan bakar;
 Memahami kondisi bahan bakar batubara yang baik untuk keperluan bahan bakar boiler
dan keperluan lain;
 Meningkatkan kualitas batubara untuk keperluan bahan bakar tertentu.

2.1 Sejarah Terbentuknya Batubara


Batubara adalah sejenis bahan hidrokarbon yang tergolong sebagai bahan bakar. Terbentuk
dari zat-zat organik yang berasal dari berbagai pelapukan pepohonan dan tumbuhan yang
telah membusuk dan membentuk lapisan tebal kemudia tertimbun di bawah endapan-endapan
lain. Secara geologi semakin tua umur geologinya, semakin keras batubara yang terbentuk.
Sebaliknya semakin muda umur geologinya, batubara mengandung banyak oksigen material
yang mudah menguap (volatile matter).

2.2 Klasifikasi Batubara


Batubara dapat diklasifikasikan berdasarkan jenis dan tingkatannya. Jenis batubara dapat
dibedakan berdasarkan asla dan materi asla yang membentuk batubara tersebut, dengan
analisis mikroskopik jenis batubara dapat digolongkan dalam tiga kelompok yaitu vitrinite,
exinite, dan internite. Klasifikasi yang lebih penting adalah klasifikasi batubara berdasarkan
sifat-sifat batubara dan berhubungan dengan tingkat kematangan batubara dalam proses
pembentukannya (metamorfosa/coalifikasi) yang lazim disebut rangking. Penentuan rangking
tersebut berdasarkan analisis proksimat, ultimat, dan nilai kalor.
Tingkat batubara yang paling rendah adalah lignit, subbituminus, bituminus, semiantrasit,
antrasit berdasarkan America Society for Testing Materials (ASTM) dengan nomor D 388-84.
Klasifikasinya berdasarkan nilai kalor lembab, serta bebas bahan mineral (moist, mineral
metter free), dasar kandungan karbon tetap dan zat terbang yang kering. Batubara rangking

2
rendah tidak diklasifikasikan menurut karbon tetap dan zat terbang tetapi berdasarkan nilai
kalornya. Dibawah ini akan diberikan beberapa ciri/sifat dari tingkatan batubara:
a) Lignit; rangking terendah, kandungan air dan zat terbang tinggi, mempunyai nilai kalor
rendah, berwarna kecoklatan, masih terlihat sifat kayunya mudah terbakar dan ditemukan
dekat bagian permukaan bumi.
b) Subsbituminus; rangking menengah, mempunyai kecenderungan merapuh bila diekspos
ke udara dan pembakaran spontan berwarna hitam kecoklatan atau hitam, sifat kayu tidak
ada.
c) Bituminus; nilai kalor tinggu, temperatur nyala tinggi, warna hitam mengkilat, banyak
digunakan di pembangkit listrik.
d) Antrasit; kandungan zat terbang rendah, paling keras, kandungan karbon tetap (fixed
carbon) hampir seluruhnya, hitam mengkilat, nilai kalor tinggi.

Secara garis besar pendataan sifat dasar batubara dapat dibagi menjadi 6 kelompok
besar yaitu: analisis kimia, analisis fisis, analisis menakis, sifat termal, sifat elektrik, dan
analisis abu. Beberapa analisis yang akan dijelaskan adalah analisis kimia (ultimat dann
proksimat), sifat fisis (berat jenis), sifat termal (nilia kalor), dan analisis abu.
 Analisis Proksimat; digunaksn untuk penentuan persen abu, zat terbang (volatile
metter), karbon tetap (fixed carbon), dan kandungan air dalam bahan bakar padat
menurut metode tertentu. Kegunaan analisis ini adalah untuk mengevaluasi sifat
reaktivitas penyalaan serat pembakaran batubara, basis data dalam perancangan boiler,
dan klasifikasi batubara.
 Analisis Ultimat; digunakan untuk penentuan kadar unsur karbon, hidrogen, nitrogen,
sulfur, dan oksigen yang dilakukan secara langsung. Kegunaannya adalah untuk
perhitungan udara minimum dalam pembakaran, perhitungan udara berlebih dan
kosentrasi gas buang.
 Analisis Berat Jenis; kegunaanya untuk menentukan ukuran penyimpana batubara
maupun perkiraan jumlah cadangan batubara pada tambang.
 Analisis Nilai Kalor; kegunaannya untuk menentukan ukuran penyimpanan batubara
listrik, atau menghitung laju alir batubara bila digunakana unuk pengoperasian boiler
pada kapasitas tertentu.

3
 Analisis Abu; berperan dalam pembakaran batubara, penentuan karakteristik slagging
dan fouling, yaitu karakteristik batubara untuk membentuk deposit abu dan kerak pada
pipa-pipa dinding boiler.
Batubara Indonesia pada umumnya merupakan batubara peringkat rendah karena banyak
mengandung lignit dan subbituminu. Batubara peringkat rendah sukar di ekspor, sehingga
dimanfaatkan untuk konsumsi sebagai bahan bakar pada PLTU dan bahan bakar pembuatan
klinker pada pabrik semen. Tetapi pada dasarnya penggunaan batubara bukan hanya sebagai
bahan bakar saja, tetapi juga dipakai sebagai bahan baku non-bahan bakar. Berikut ini
ikhtisar global pemakaian batubara sebagai bahan bakar dan bahan baku seperti:
a) Sebagai Bahan Bakar
 Bahan bakar langsung
- Pembutan uap
- Pembakaran semen
- Injeksi pada dapur tinggi
- Pembakaran kapor, bata genteng, dan keramik
- Lokomotif
- Keperluan rumah tanga
 Bahan bakar tak langsung
- Pembuatan minyak sintetis
- Pembuatan gas sinteti
- Pembuatan kokas
- Pembuatan COF (Coal Oil Fuel) dan CWF (Coal Water Fuel)
b) Sebagai Bahan Baku
- pembuatan gas reduktor
- bahan kimia
- karbon aktif

2.3 Bolier dan Efisiensinya


Boiler dapat dibedakan berdasarkan cara memproduksi uap panas, yaitu:
 Fire Tube; api yang akan digunakan untuk produksi steam (kukus) dialirkan dalam pipa.
Kapasitas boiler jenis ini termasuk jenis yang berkapasitas relatif kecil dan sederhana
yaitu maksimum 10 ton uap panas/jam. Tekanan maksimum sebesar 24 kg/cm2. Contoh:
a. Bolier Cornwall dan boiler Lancarshire
b. Boiler Schots
4
c. Boiler Lokomotif
d. Boiler Tegak dan Boiler Cochcan
 Water Tube; air yang akan diproduksi menjadi uap panas (steam) dialirkan dalam pipa.
Kapasitas jenis ini dapat mencapai 1000 ton uap/jam. Bertekanan sedang sampai tinggi
yaitu 45 – 140 kg/cm2, bahkan terkadang melebihi 225 kg/cm2. Contoh:
a. Boiler Section
b. Boiler Yarrow
2.3.1 Kebutuhan Udara untuk Pembakaran Batubara
Bila tersedia analisa ultimat maka rumus yang digunakan:
Wta = 11,53 C + 34,36 (H – O/8) + 4,32 S
Wta = kebutuhan udara secara teoritis
C, H, O, S = dalam fraksi berat

Apabila tidak tersedia analisa ultimat maka rumus yang digunakan:


𝐚 . 𝐇𝐇𝐕
Wta =
𝟏𝟎.𝟎𝟎𝟎
a = konstanta yang nilainya tergantung pada jenis batubara
= 7,25 (untuk jenis lignit)
= 7,6 (untuk jenis bituminous)
= 7,45 (untuk residual oil)
HHV = High Heating Value (Btu/lb of fuel)

Berat gas yang digunakan untuk kebutuhan pembakaran diberikan rumus berikut:
Wg = Wa + (1 – A)
Wg = berat gas
A = fraksi abu bahan bakar sesuai analisa ultimat

Untuk kebutuhan udara secara riil ditambahkan udara berlebih dengan rumus
matematis sebagai berikut:
𝐖𝐚−𝐖𝐭𝐚 𝐱 𝟏𝟎𝟎
% udara berlebih =
𝐖𝐭𝐚
Wa = kebutuhan udara secara riil
Wta = kebutuhan udara secara teori
Wa = Wg + 8 (H – O/8) - C - S - N

5
Kebutuhan batubata pada suatu boiler:
𝟏
Wf = [ms (h2 – h1) + mr (h4 – h3) + mb (hs – h1)]
𝑯𝑯𝑽 𝒙 𝜼𝒃

Wf = kebutuhan bahan bakar per jam


ms = laju alir steam (lb/jam)
mr = laju alir reheat steam (lb/jam)
mb = boiler blowdown (lb/jam)
𝜂b = efisiensi boiler
h1 = entalpi air umpan boiler (btu/lb)
h2 = entalpi superheated steam (btu/lb)
h3 = entalpi steam umpan reheat (btu/lb)
h4 = entalpi steam keluar reheat (btu/lb)
hs = entalpi air jenis tekanan boiler (btu/lb)

2.3.2 Nilai Kalor Batubara


Nilai kalor batubara ada 2 yaitu nilai kalor tinggi (HHV) dan nilai kalor rendah
(LHV). Kedua nilai tersebut mempunyai rumus matematis sebagai berikut:
 HHV = 14600 C + 62000 (H – O/8) – 4050 S (Btu/lb)
HHV = nilai kalor tinggi
C, H, O, S = fraksi berdasarkan analisa ultimat
 LHV = HHV – 1040 (W + 9 H)
LHV = nilai kalor rendah
W = kelembaban
H = fraksi berdasarkan analisa ultimat

Efisiensi boiler dapat dinyatakan sebagai berikut:


𝐇𝐇𝐕−𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐩𝐚𝐧𝐚𝐬 𝐡𝐢𝐥𝐚𝐧𝐠
𝜂b = x 100 %
𝐇𝐇𝐕
𝜂b = efisiensi boiler

Untuk menjelaskan jenis panas yang hilang maka terlebih dahulu dijelaskan beberapa
symbol yang akan diterapkan dalam berbagai rumus kehilangan panas:

6
tG = temperatur udara masuk boiler (F)
tg = temperatur flue gas meninggalkan boiler (F)
tf = temperatur fuel masuk bioler (F)
hs = entalpi uap jenuh pada tg
hw = entalpi pada tf
Wr = solid refuse (lb/lb of fuel burned)
UF = unburned fuel (lb/lb of fuel burned)
Cr = combustible in solid refuse (UF/Wr)
Wdg = dry flue gas (lb/lb pf fuel burned)

Pembakaran Batubara dalan Boiler


Pembakaran batubara dalam boiler mengalami “sejumlah panas yang hilang” antara
lain:
1. Dry Gas Loss (DGL); panas yang hilang bersama udara kering
2. Moisture Loss (ML); panas yang hilang karena ada kelembaban/kandungan air
dalam batubara
3. Moisture in Combustion Air Loss (MCAL); panas yang hilang karena ada
kelembaban/kandungan air dalam udara pembakaran
4. Incomplete Combustion Loss (ICL); panas yang hilang karena pembakaran
tidak sempurna
5. Unburned Carbon Loss (UCL)
6. Radiation and Unaccounted for Loss (RUL); panas yang hilang karena radiasi
dan lain-lain diperkirakan sekitar 3 – 5 % nilai HHV

Rumus-rumus matematik kehilangan panas sebagai berikut:


1. DGL = Wdg . Cp (tg – ta) Cp = kapasitas panas boiler
Wdg = Wa + 1,0 – A – UF – (W + 9 H) atau
44 CO2 + 32 O2 + 28 CO + 28 N2
Wdg = Cf x
12 CO2 + 12 CO
Cf = C – UF atau
Cf = C –(Wr – A)
CO2. CO, N2, O2 dalam satuan %

7
2. ML = (W + 9 H) (hs – hw)
hs – hw = 1066 + 0,5 tg – tf jika tg > 575 F
hs – hw = 1089 + 0,46 tg – tf jika tg < 575 F

3. MCAL = Wa . w . Cp,w (tg – ta) w = humidity ratio


𝟐𝟖 𝐂𝐎
4. ICL = Wdg x x 4380
𝟒𝟒𝐂𝐎𝟐+𝟐𝟖𝐂𝐎=𝟐𝟖𝐍𝟐+𝟑𝟐𝐎𝟐
5. UCL = (UF) (14600)
= (WR) (CR) (14600)
6. RUL = (3-5)% HHV
Contoh
1. Hitung kebutuhan udara secara teori dan secara nyata untuk suatu batubara
bituminous dengan analisa ultimat sebagai berikut
C = 71,6 N = 1,3 A = 9,1
H = 4,8 S = 3,4 W = 3,5
O = 6,3
Jika pembakaran terjadi dengan sempurna dan udara berlebih sebesar 20%

Jawab
a) Kebutuhan udara secara teori
0,063
Wta = 11,53 (0,716) + 34,36 (0,048 – ) + 4,32 (0,034)
8

Wta = 9,78 lb/lb batubara


b) Kebutuhan udara secara nyata
𝑊𝑎−9,78
0,20 = 9,78

Wa = 11,74 lb/lb batubara


2. Suatu boiler tua di tes kondisinya dengan analisa ultimat sebagai berikut:
C = 57,7 N = 1,0 A = 16,5
H = 3,7 S = 3,3 W = 12,0
O = 5,8
HHV = 11.000 Btu/lb
Analisa gas buang:
CO2 = 13,0 O2 = 7,1
CO = 1,0 N2 = 79,0

8
Cr = 20% T gas buang = 360oF (tg)
Cp = 0,24 tf = ta = 70oF
Cp,w = 0,47
Jawab:
Terlebih dahulu hitung Wr
Wr = UF + A
Wr = (Cr) (Wr) + A
Wr = 0,2 Wr + 0,165
Wr = 0,21 lb/lb batubara
Hitung Wdg
44CO2 + 32O2 + 28CO + 28N2
Wdg = Cf x 12CO2 + 12CO
44(13) + 32(7,0) + 28(1,0)+ 28(79)
Wdg = 0,536 x 12(13) + 12(0,1)

Wdg = 9,69 lb/lb batubara


Hitung Wa
Wa = Wdg + 8 (H – O/8) – Cf – S – N
Wa = 9,69 + 8 (0,037 – 0,058) – 0,536 – 0,033 – 0,01
Wa = 9,35 lb/lb batubara
Humadity ratio (w)
W = 0,0088 lb uap/lb udara kering

Menghitung panas yang hilang


1. DGL = Wdg Cp (tg – ta) Cp = kapasitaspanas boiler
DGL = (9,69) (0,24) (360 – 70)
DGL = 674,4 Btu/lb batubara

2. ML = (W + 9H) (hs – hw)


ML = (0,12 + 9x0,037) (1089 + 0,46x360 – 70)
ML = 536,6 Btu/lb batubara

3. MCAL = Wa w Cp,w (tg – ta) w = humidity ratio


MCAL = (9,35) (0,0088) (0,47) (360 – 70)
MCAL = 11,21 Btu/lb batubara

9
𝟐𝟖𝐂𝐎
4. ICL = Wdg x x 4380
𝟒𝟒𝐂𝐎𝟐 + 𝟐𝟖𝐂𝟎 + 𝟐𝟖𝐍𝟐 + 𝟑𝟐𝐎𝟐
28(1,0)
ICL = 9,69 x x 4380
44(13) + 28(1,0)+ 28(79)+ 32(7)

ICL = 391,4 Btu/lb batubara

5. UCL = (UF) (14600)


= (Wr) (Cr) (14600)
UCL = (0,21) (0,2) (14600)
UCL = 613,2 Btu/lb batubara

6. RUL = 3% HHV
RUL = (0,03) (11.000)
RUL = 330 Btu/lb batubara

7. Total panas hilang = DGL + ML + MCAL + ICL + UCL + RUL


= 674,4 + 536,6 + 11,21 + 391,4 + 613,2 + 330
= 2556,8 Btu/lb batubara

𝐇𝐇𝐕 − 𝐭𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐩𝐚𝐧𝐚𝐬 𝐡𝐢𝐥𝐚𝐧𝐠


8. Efisiensi boiler =
𝐇𝐇𝐕
11000 – 2556,8
ηb = x 100
11000

ηb = 77%

EFISIENSI BOILER BERBAHAN BAKAR GAS


Menghitung efisiensi boiler berbahan bakar gas dapat dilakukan dengan dua
metode yaitu
a. Metode langsung; energi yang didapat dari fluida kerja (air dan steam) dibandingkan
dengan energi yang terkandung dalam bahan bakar
b. Metode tidak langsung; efisiensi merupakan perbedaan antara kehilangan dan energi
yang masuk

10
Metode Langsung dalam Menentukan Efisiensi Boiler
Metode ini juga disebut “metode input – output” sebab kenyataannya metode ini
hanya memerlukan keluaran (output) steam dan panas masuk (input) bahan bakar untuk
evaluasi efisiensi menggunakan rumus berikut:
𝑃𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑘𝑒𝑙𝑢𝑎𝑟
Efisiensi boiler (ηb) = x 100%
𝑃𝑎𝑛𝑎𝑠 𝑚𝑎𝑠𝑢𝑘
𝑄 𝑥 (ℎ𝑔−ℎ𝑓)
= x 100%
𝑞 𝑥 𝐺𝐶𝑉

Dimana:
Q = jumlah steam yang dihasilkan per jam (kg/jam)
Z = jumlah bahan bakar yang digunakan per jam (kg/jam)
GCV = jenis bahan bakar dan nilai panas kotor bahan bakar (kkal/kg bahan bakar)
hg = entalpi steam jenuh (kkal/kg steam)
hf = entalpi air umpan (kkal/kg air)
Keuntungan metode langsung
 Pekerja pabrik lebih cepat mengevalusi efisiensi boiler
 Memerlukan sedikit parameter untuk menghitung
 Memerlukan sedikit instrumen untuk pemantauan
 Mudah membandingkan ratio penguapan dengan dat benchmark

Kerugian metode langsung


 Tidak memberikan petunjuk kepada operator tentang penyebab dari efisiensi sistem
yang lebih rendah
 Tidak menghitung berbagai kehilangan yang berpengaruh pada berbagai tingkat
efisiensi
Metode tidak langsung dalam menentukan efisiensi boiler
Standar untuk uji boiler di tempat dengan menggunakan metode tidak langsung adalah British
Standard, BS 845: 1987 dan USA Standard ASME PTC-4-1 Power Test Code. Metode tidak
langsung juga dikenal dengan metode kehilangan panas. Efisiensi dapat dihitung dengan
mengurangkan bagian kehilangan panas dari 100 sebagai berikut:
Efisiensi boiler = 100 – (i + ii + iii + iv + v + vi + vii)
Kehilangan panas yang terjadi dalam boiler diakibatkan oleh:
i. Gas cerobong yang kering
ii. Penguapan air yang terbentuk karena H2 dalam bahan bakar

11
iii. Penguapan kadar air dalam bahan bakar
iv. Adanya kadar air dalam udara pembakaran
v. Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu terbang (fly ash)
vi. Bahan bakar yang tidak terbakar dalam abu bawah (bottom ash)
vii. Radiasi dan kehilangan lain yang tidak terhitung

Kehilangan yang diakibatkan oleh kadar air dalam bahan bakar dan yang disebabkan oleh
pembakaran hidrogen tergantung pada bahan bakar, dan tidak dapat dikendalikan oleh
perancangan. Data yang diperlukan untuk perhitungan efisiensi boiler dengan menggunakan
metode tidak langsung adalah:
 Analisa ultimat bahan bakar (H2, O2, S, C, kadar air, kadar abu)
 Persentase oksigen atau CO2 dalam gas buang
 Suhu gas buang (Tf)
 Suhu ambient dalam (Ta) dan kelembaban udara (kg udara/kg udara kering)
 GCV bahan bakar (kkal/kg)
 Persentase bahan yang dapat terbakar dalam abu (untuk bahan bakar padat)
 GCV abu dalam untuk bahan bakar padat (kkal/kg)

Rumus-rumus perhitungan efisiensi boiler dengan metode tidak langsung dituliskan di bawah
ini:
1. Menghitung kebutuhan udara teoritis
Wta = [ (11,43 x C) + {34,5 x (H2 – O2/8)} + (4,32 x S)] /100 kg/kg bahan bakar
2. Menghitung persen kelebihan udara yang dipatok (EA)
persen O2 x 100
EA =
21−persen O2

3. Menghitung massa udara sebenarnya yang dipasok/kg bahan bakar (AAS)


AAS = {1 + EA/100} x udara teoritis
4. Memperkirakan seluruh kehilangan panas:
i. Persentase kehilangan panas yang diakibatkan oleh gas buang yang kering
m x Cp x (Tf – Ta) x 100
i=
GCV bahan bakar
m = massa gas buang kering dalam kg/kg bahan bakar

12
m= (massa hasil pembakaran kering/kg bahan bakar) + (massa N2 dalam
bahan bakar pada basis 1 kg) + (massa N2 dalam massa udara pasokan yang
sebenarnya)
Cp = panas jenis gas buang (0,23 kkal/kg)

ii. Persentase kehilangan panas karena penguapan air yang terbentuk karena
adanya H2 dalam bahan bakar
9 x H2 {584 + Cp (Tf − Ta)} x 100
ii =
GCV bahan bakar
H2 = persen H2 dalam kg bahan bakar
Cp = panas jenis steam lewat jenuh (superheated steam); 0,45 kkal/kg

iii. Persentase kehilangan panas karena penguapan kadar air dalam bahan bakar
M {584 + Cp (Tf − Ta)} x 100
iii =
GCV bahan bakar
M = persen kadar air dalam 1 kg bahan bakar
Cp = panas jenis steam lewat jenuh (0,45 kkal/kg)

iv. Persentase kehilangan panas karena kadar air dalam udara


{AAS x faktor kelembaban x Cp (Tf−Ta)} x 100
iv =
GCV bahan bakar
Cp = 0,45 kkal/kg

v. Persentase kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam
abu terbang
Total abu terkumpul/kg bahan bakar terbakar x GCV abu terbang x 100
v=
GCV bahan bakar

vi. Persentase kehilangan panas karena bahan bakar yang tidak terbakar dalam
abu bawah
Total abu terkumpul/kg bahan bakar terbakar x GCV abu bawah
vi =
GCV bahan bakar

vii. Persentase kehilangan panas karena radiasi dan kehilangan lain yang tidak
terhitung

13
Kehilangan radiasi dan konveksi aktual sulit dikaji sebab daya emisivitas
permukaan yang beraneka ragam, kemiringan, pola aliran udara, dll. Pada boiler yang
relatif kecil dengan kapasitas 10 MW, kehilangan radiasi dan yang tidak terhitung
dapat mencapai 1 hingga 2 persen nilai kalor kotor bahan bakar, sementara pada
boiler 500 MW nilainya 0,2 hingga 1 persen. Kehilangan panas dapat diasumsikan
secara tepat bahwa tergantung pada kondisi permukaan.

Contoh.
Cari efisiensi boiler dengan metode langsung dengan data yang diberikan di bawah ini
 Jenis boiler berbahan bakar batubara
 Jumlah steam kering yang dihasilkan 10 ton per jam (Q)
 Tekanan steam (gauge) pada suhu 180oC sebesar 10 kg/cm2
 Jumlah pemakaian batubara 2,25 ton per jam (ε)
 Suhu air umpan 850oC
 GCV batubara 3200 kkal/kg
 Entalpi steam pada tekanan 10 kg/cm2 665 kkal/kg (hs)
 Entalpi air umpan 85 kkal/kg (hf)

Jawab:
Q (hg−hf)
Efisiensi boiler = x 100%
ε x GCV
10 (665−85)
= x 100%
2,25 𝑥 3200

= 80,56%

14
2.4 Peningkatan Nilai Kalor Batubara
Peningkatan nilai kalor batubara dengan cara pulverized yaitu proses pembuatan batubara
dalam bentuk bubuk (powder). Alat yang digunakan untuk pembuatan bubuk seperti
ditunjukkan di bawah ini

Gambar 2.1Typical Firing System for Pulverized Coal

Sumber : Steam/Its Generation and Use, 1972

Tahap – tahap proses sebagai berikut:


 Batubara dalam ukuran butiran dengan diameter masih agak besar dimasukkan
kedalam bunker
 Butiran tersebut dialirkan ke alat pulverizer dengan yang diatur oleh feeder
 Batubara yang sudah dalam bentuk bubuk dikirim ke burner
 Pada waktu butiran batubara dialirkan dari bunker ke pulverizer secara bersamaan
udara panas dialirkan dari “Primary Air Fan” sebagai pengering dan sekaligus
sebagai pendorong powder menuju ke burners
 Satu unit alat pulverizer dihubungkan dengan dengan beberapa buah burner
 Campuran udara dan bubuk batubara menuju burner mempunyai temperatur
tertentu (150oF) dengan kelembaban tertentu pula (1 – 2%)
 Primary air fan selain berfungsi sebagai pendorong powder juga pengatur laju
campuran udara - batubara menuju burner
 Sumber panas kedua (secondary) yang digunakan pada pulverizer berasal dari
“boiler air heater”
 Jika kelembaban udara rendah, maka dapat dibantu udara dingin melalui alat
“tempering air”
 Proses mulai dari bunker ke pulverizer selanjutnya ke burner berlangsung secara
kontinu

15
BAB III
ENERGI PANAS BUMI (GEOTERMAL)

Setelah mempelajari Bab III, mahasiswa diharapkan dapat:


 Memahami peran energi panas bumi sebagai energi pembangkit tenaga listrik
 Menerapkan berbagai jenis teknologi yang digunakan untuk pemaanfaatan energi panas
bumi

3.1.Sejarah Panas Bumi


Energi panas bumi adalah energi panas yang dihasilkan dari perut bumi. Pemanfaatan energi
panas bumi dimulai sejak tahun 1913 di lardello, Italy. Kemudian dilakukan juga di Negara-
negara seperti Iceland di tahun 1930, New Zealand (1958), Amerika (1962) bahkan Indonesia
yang dimulai tahun 1918. Berbagai Negara pun ikut memanfaatkan energi ini karena untuk
mengurangi ketergantungan terhadap minyak.
Perkembangan dan pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia dimulai tahun 1918
dari usulan JB Van Dick untuk memanfaatkan energi tersebut yang berada di daerah
Kamojang, Jawa Barat. Tahun 1926 dimulai pengeboran di lima titik dan sampai sekarang
hanya sumur dengan nama KMJ-3 yang menghasilkan uap panas kering dengan suhu 1400oC
dengan tekanan 2,5 atm. Di tahun 1974, Pertamina aktif di dalam kegiatan di Kamojang,
bersama PLN, untuk pengembangan pembangkitan tenaga listrik sebesar 30 MW. PLTP
kamojang diresmikan 1 Februari 1983 dengan kapasitas 30 MW. Perkembangan cukup
penting di Kamojang terjadi pada tahun 1974, ketika Pertamina bersama PLN
mengembangkan lapangan panasbumi tersebut. Sebuah sumur panasbumi dieksplorasi
dengan kedalaman 600 meter yang menghasilkan uap panasbumi dengan semburan tegak
oleh suhu pipa pada garis alir 1290.
Kegiatan eksploitasi panasbumi di Indonesia secara besar-besaran dilakukan tahun
1970-an setelah sempat berhenti ditahun 1928. Eksplorasi ini dilakukan oleh Pertamina dan
Direktorat Vulkanologi dengan bantuan Pemerintah Perancis dan New Zealand. Dari survey
tersebut ditemukan 217 prospek panas bumi, yaitu di sepanjang jalur vulkanik mulai dari
bagian Barat Sumatera, terus ke Pulau Jawa, Bali, Nusa tenggara dan kemudian membelok ke
arah utara melalui Maluku dan Sulawesi. Penyelidikan dan pengeboran pun dilakukan seperti
didaerah pegunungan Dieng, Kawah Ijen, Jawa Timur dan daerah Cisolok, Jawa Barat serta
diluar pulau Jawa seperti Lahendong, Sulawesi Utara dan Lempung kerinci.

16
Di pegunungan Dieng, sampai kedalaman mencapai 613 m tidak satu pun yang
berhasil ditemukan uap panas bumi dari keenam sumur. sedangkan daerah Lahendong,
Sulawesi Utara dan pegunungan Cisalak, Jawa Barat berhasil dikembangkan oleh Pertamina.
Pengembangan panas bumi hingga saat ini didominasi oleh perusahaan nasional, yaitu
PT Pertamina Geothermal Energy (PT PGE). Pada saat ini PT PGE merupakan perusahaan
panas bumi yang memiliki hak pengelolaan Wilayah Kerja Pertambangan (WKP) Panas
Bumi paling banyak di Indonesia, yaitu 15 (lima belas) WKP. Dari 15 (lima belas WKP), ada
3 (tiga) WKP dikerjasamakan oleh PT PGE dengan mitra asing. Disamping oleh PT PGE, ada
beberapa WKP Panas Bumi yang hak pengelolaannya ada pada PT PLN.

3.2 Penjelasan tentang Geotermal


Energi geotermal merupakan sumber energi terbarukan berupa energi termal (panas) yang
dihasilkan dan disimpan di dalam inti bumi. Istilah geotermal berakar dari bahasa Yunani
dimana kata, "geo", berarti bumi dan, "thermos", berarti panas, menjadi geotermal yang juga
sering disebut panasbumi. Energi panas di inti bumi sebagian besar berasal dari peluruhan
radioaktif dari berbagai mineral di dalam inti bumi.
Energi geotermal merupakan sumber energi bersih bila dibandingkan dengan bahan
bakar fosil karena sumur geotermal melepaskan sangat sedikit gas rumah kaca yang
terperangkap jauh di dalam inti bumi, ini dapat diabaikan bila dibandingkan dengan jumlah
gas rumah kaca yang dilepaskan oleh pembakaran bahan bakar fosil.
Menurut Pasal 1 UU No.27 tahun 2003 tentang Panas Bumi, berisi “Panas Bumi
adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan
bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat
dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses
penambangan.”
Geotermal adalah bentuk energi terbarukan yang paling bisa diandalkan untuk
memenuhi kebutuhan beban dasar listrik. Apabila mendapatkan dukungan dana dari sektor
swasta dan kebijakan dari pemerintah, maka geotermal akan menjadi alternatif yang bisa
menggantikan batubara, gas alam, dan nuklir. Saat ini, meskipun geotermal hanya memberi
kontribusi sebesar 0,5% dari kebutuhan suplai energi di Amerika, para ahli dibidang tersebut
optimis akan perkembangan energi tersebut di masa mendatang. Untuk mencapai tujuan
tersebut dibutuhkan usaha nasional yang terfokus untuk menyusun kebijakan peranan energi
geotermal dan memberikan akses ke sumber-sumber dana dari pemerintah dan sektor swasta
kepada industri geotermal. Menurut laporan dari USA tahun 2007 kapasitas 100.000 MW

17
dapat dicapai dalam rentang waktu 50 tahun dengan investasi berjangka untuk riset dan
pengembangan. Saat ini hanya 3.000 MW atau sekitar 3% yang dapat dicapai dari potensial
yang ada.
Pada bulan Mei 2007 Geothermal Energy Association (GEA) melaporkan tentang
adanya 74 proyek geotermal baru di Alaska, Arzona, California, Hawaii, Idaho, New
Meksiko, Nevada, Oregon, Texas, Utah Washington dan Wyoming. Proyek tersebut akan
meningkatkan kapasitas listrik yang didapat dari geotermal sebesar dua kali lipatnya atau
sekitar 6.000 MW. Laporan EGS (Enhanced Geothermal System) panas bumi salah satu dari
beberapa sumber energi terbarukan yang bisa menyediakan listrik untuk beban dasar.
Secara garis besar bumi terbagi menjadi beberapa lapisan yaitu; perut bumi, mantel
bumi dan kulit bumi. Berdasarkan penelitian setiap turun 100 m ke dalam perut bumi,
temperatur bebatuan cair yang ada di dalamnya mengalami kenaikan 2,5oC - 3oC dari
bebatuan di atasnya. Jika suhu dipermukaan bumi sebesar 27oC, maka pada kedalaman 100 m
suhu-suhu bebatuan mencapai sekitar 29,5oC - 30oC. Untuk kedalaman 1 km suhu bebatuan
mencapai sekitar 57oC - 60oC, pada kedalaman 2 km suhu batu-batuan dapat mencapai 120oC
atau lebih tinggi.
Dalam kulit bumi ada kalanya aliran air berada dekat dengan batu-batuan panas yang
temperaturnya bisa mencapai 148oC. Air tersebut tidak menjadi uap panas (steam) karena
tidak kontak dengan udara. Jika air panas tersebut keluar ke permukaan bumi melalui celah
atau retakan di kulit bumi, maka akan timbul air panas yang biasa disebut hot spring. Air
panas alam bisa dimanfaatkan untuk kolam air panas dan banyak pula yang dimanfaatkan
sebagai tempat wisata. Di Indonesia banyak sumber air panas seperti: Ciater, Cipanas-Garut,
Sipoholon dan Desa Hutabarat di Tarutung, dan masih banyak lagi tempat air panas bumi
yang lain.

3.3 Sumber Energi Panas Bumi


Energi panas bumi cukup ekonomis dan ramah lingkungan, namun terbatas hanya pada dekat
area perbatasan lapisan tektonik. Energi panas bumi berasal dari aktivitas tektonik di alam
bumi yang terjadi sejak planet ini diciptakan. Panas ini juga berasal dari panas matahari yang
diserap oleh permukaan bumi. Menurut Budihardi (1998), terjadinya sumber energi panas
bumi di Indonesia dikarenakan ada tiga lempengan yang berinteraksi di Indonesia, yaitu
lempeng pasifik, lempeng india-australia dan lempeng Eurasia. Tumbukan yang terjadi
antara ketiga lempek tektonik tersebut telah memberikan peranan yang sangat penting bagi
terbentuknya sumber energi panas bumi di Indonesia.

18
Berdasarkan asosiasi terhadap tatanan geologi, sistem panas bumi di Indonesia dapat
dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu vulkanik, vulkano-tektonik dan non-vulkanik. Sistem
panas bumi vulkanik adalah sistem panas bumi yang berasosiasi dengan gunung api kuarter
yang umumnya terletak pada busur vulkanik kuarter yang memanjang dari Sumatera, Jawa,
Bali, dan Nusa Tenggara, sebagian Maluku dan Sulawesi Utara. Pembentukkan sistem panas
bumi ini biasanya tersusun oleh batuan vulkanik menengah (andesit-basaltis) hingga asam
dan umumnya memiliki karakteristik reservoir 1,5 km dengan temperatur reservoir tinggi
(250 - 370°C). Pada daerah vulkanik aktif biasanya memiliki umur batuan yang relatif muda
dengan kondisi temperatur yang tinggi dan kandungan gas magmatik besar. Ruang antar
batuan (permeabilitas) relatif kecil karena faktor aktivitas tektonik yang belum terlalu
dominan dalam membentuk celah-celah/rekahan yang intensif sebagai batuan reservoir.
Daerah vulkanik yang tidak aktif biasanya berumur relatif lebih tua dan telah mengalami
aktivitas tektonik yang cukup kuat untuk membentuk permeabilitas batuan melalui rekahan
dan celah yang intensif. Pada kondisi tersebut biasanya terbentuk temperatur menengah -
tinggi dengan konsentrasi gas magmatik yang lebih sedikit. Sistem vulkanik dapat
dikelompokkan lagi menjadi beberapa sistem, misal: sistem tubuh gunung api strato jika
hanya terdiri dari satu gunungapi utama, sistem komplek gunung api jika terdiri dari beberapa
gunungapi, sistem kaldera jika sudah terbentuk kaldera dan sebagainya.
Sistem panas bumi vulkano – tektonik, sistem yang berasosisasi antara graben dan
kerucut vulkanik, umumnya ditemukan di daerah Sumatera pada jalur sistem sesar sumatera
(Sesar Semangko). Sistem panas bumi Non vulkanik adalah sistem panas bumi yang tidak
berkaitan langsung dengan vulkanisme dan umumnya berada di luar jalur vulkanik Kuarter.
Lingkungan non-vulkanik di Indonesia bagian barat pada umumnya tersebar di bagian timur
sundaland (paparan sunda) karena pada daerah tersebut didominasi oleh batuan yang
merupakan penyusun kerak benua Asia seperti batuan metamorf dan sedimen. Di Indonesia
bagian timur lingkungan non-vulkanik berada di daerah lengan dan kaki Sulawesi serta
daerah Kepulauan Maluku hingga Irian didominasi oleh batuan granitik, metamorf dan
sedimen laut.

3.4 Pemanfaatan Energi Panas Bumi


Sebagai salah satu energi alternatif untuk menutupi kebutuhan energi, panas bumi dapat
dimanfaatkan secara langsung maupun tidak langsung. Pemanfaatan energi panas bumi
secara langsung dilakukan tanpa adanya konversi energi ke dalam bentuk lain. Karena
sifatnya yang mudah maka pemanfaatannya bisa dilakukan dalam berbagai cara. Untuk

19
mengefektifkan penggunaannya pemanfaatan langsung dilakukan sesuai dengan kebutuhan
temperaturnya. Dibeberapa lokasi di Indonesia masyarakat setempat telah melakukan
pemanfaatan secara langsung seperti untuk sarana pariwisata, pemanasan hasil kebun dan
pembibitan jamur, pembuatan pupuk dan budidaya ikan. Namun secara umum pemanfaatan
langsung bagi kepentingan bahan bakar industri pertanian belum berkembang.
Selain itu, terdapat juga pemanfaatan energi panas bumi secara tidak langsung yaitu
pembangkit listrik tenaga panas bumi. Secara garis besar, teknologi pembangkit listrik tenaga
panas bumi dapat dibagi menjadi 3(tiga), pembagian ini didasarkan pada suhu dan tekanan
reservoir. Saat ini terdapat tiga macam teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi
(geothermal power plants), pembagian ini didasarkan pada suhu dan tekanan
reservoir.Yaitu dry steam, flash steam, dan binary cycle. Ketiga macam teknologi ini
pada dasarnya digunakan pada kondisi yang berbeda-beda.

3.4.1 Dry Steam Power Plant (Panas Bumi Dominan Uap)


Pembangkit listrik ini merupakan tipe pembangkit listrik geotermal yang pertama diterapkan.
Pada jenis ini uap panas (steam) langsung diarahkan ke turbin yang dapat mengaktifkan
generator untuk menghasilkan listrik. Sisa panas yang diperoleh dari sumur produksi
(production well) dialirkan kembali ke dalam sumur (reservoir) melalui sumur injeksi
(injection well). Teknologi ini merupakan teknologi yang tertua yang telah digunakan pada
Lardarello, Italia pada tahun 1904. Jenis ini cocok untuk PLTP kapasitas kecil dan untuk
kandungan gas yang tinggi. Contoh jenis ini di Indonesia adalah PLTP Kamojang 1 x 250 kW
dan PLTP Dieng 1 x 200. Adapun sketsa pembangkit listrik dengan cara dry steam power
plant dapat dilihat pada gambar di bawah

Gambar 3.1Dry Steam Power Plant

Sumber : U.S. Department of Energy, Energy Efficiency & Renewable Energy

20
Panas bumi dari sumur produksi dialirkan ke inti turbin untuk menggerakkan generator untuk
membangkitkan listrik, sebagian dari panas yang tidak terpakai akan dialikan ke unit
kondensor. Air kondensat dialirkan kembali ke sumur produksi dengann penamaan sumur
injeksi (injection well).

3.4.2 Flash Steam Power Plant (Panas Bumi Dominan Air)


Panas bumi yang merupakan fluida seperti air panas alam (hot spring) dengan suhu di atas
175oC dapat digunakan sebagai sumber pembangkit flash steam power plant. Fluida panas
tersebut dialirkan ke dalam tangki flash yang tekanannya lebih rendah sehingga terjadi uap
panas dengan laju alir yang tinggi. Uap panas yang disebut flash inilah yang akan
menggerakkan turbin untuk mengaktifkan generator yang kemudian menghasilkan listrik.
Sisa panas yang tidak terpakai dimasukkan kembali ke reservoir melalui sumur injeksi.
Sketsa flash steam power plant dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 3.2 Flash Steam Power Plant


Sumber : Flash Design System, Ormat Technologies, Inc., United States Securities and Exchange Commision.

3.4.3 Binary – Cycle Power Plant (BCPP)


Teknologi yang digunakan pada jenis ini berbeda dengan kedua jenis terdahulu (dry steam
dan flash steam). Pada BCPP, air panas atau uap panas yang berasal dari sumur produksi
(production well) tidak pernah menyentuh turbin. Air panas bumi digunakan untuk
memanaskan fluida kerja yang disebut working fluid (iso butane) pada heat exchanger.

21
Temperatur fluida kerja akan meningkat dan menghasilkan uap berupa flash. Uap yang
dihasilkan di heat exchanger inilah yang disebut sebagai secondary (binary) fluid. Binary
cycle power plant merupakan sistem aliran tertutup karena tidak ada materi yang dilepas ke
atmosfir. Keunggulan dari BCPP yaitu pengoprasiannya yang dapat dilakukan pada suhu
rendah, yaitu sekitar 90oC - 175oC.
Keunggulan energi panas bumi:
 Hemat ruangan dan pengaruh dampak visual yang minimal
 Mampu berproduksi 24 jam terus menerus
 Tingkat ketersediaan (availability)yang sangat tinggi
 Mampu menyediakan energi dalam jangka waktu 30 – 50 tahun
Kekurangannya yaitu membutuhkan dana yang sangat mahal untuk investasi awal. Sketsa
aliran binary cycle power plant ditunjukkan pada gambar di bawah.

Gambar 3.3 Binary – Cycle Power Plant

Sumber : Binary System, Ormat Technologies, Inc., United States Securities and Exchange Commision

Pencegahan Korosif
Energi panas bumi dapat diambil dari uap panas bumi maupun dari air panas bumi atau yang
dikenal sebagai brine water. Brine water merupakan air asin panas yang pekat dengan nilai
padatan terlarut total lebih dari 36.000 mg/L. Panas brine water dimanfaatkan untuk
pembangkit listrik maupun keperluan pemanfaatan panasnya secara langsung disektor non
listrik. Hanya saja karena sifat brine water korosif dan kandungan mineralnya tinggi, maka
air panas ini tidak dapat dimanfaatkan langsung sebab dapat menyebabkan korosi dan
penyumbatan pada pipa-pipa dan peralatan lainnya. Sifat brine water muncul karena fluida

22
cair brine water mengandung ion-ion klorida dan sulfat dan meningkatkan konduktivitas
brine water dan juga karena kandungan beberapa gas korosif lainnya yang terbawa oleh
fluida brine water. Kompleksitas komposisi fluida braine memerlukan berbagai penanganan
agar masing-masing komponen tidak terlibat dalam proses korosi. Pilihan metode untuk
menghambat korosi yang mudah adalah dengan mengisolasi sel korosi dengan penambahan
inhibitor korosi pada fluida brine. Pemilihan jenis inhibitor didasarkan pada kondisi fluida
brine. Apabila kandungan ion klorida cukup tinggi maka tidak akan dipilih jenis inhibitor
film oksida, karena proses pembentukkan lapisan oksida pasif akan terganggu oleh ion
tersebut. Tidak juga dipilih jenis inhibitor basis tiosianat karena inhibitor tersebut pada
operasi temperatur tinggi geotermal akan terdegredasi dan menyebabkan pitting. Inhibitor
korosi yang dipilih adalah dari jenis non-oxidizing. Pengukuran ketahanan korosi diukur
dengan metode potensiostatik melalui pengamatan loncatan rapat arus korosi yang dihasilkan
(ASTM G5 dan G59) dan metode pengurangan berat (ASTM G-1-1999).
Salah satu cara untuk mencegah terbentuknya korosi adalah dengan menginjeksikan
bahan-bahan kimia pencegah korosi (corrotion inhibitor) ke dalam air formasi. Prinsip kerja
dari inhibitor korosi yaitu pembentukkan senyawa kompleks (chelat) antara inhibitor korosi
dan unsur-unsur pembentuk kerak. Senyawa kompleks yang terbentuk larut dalam air
sehingga menutup kemungkinan pertumbuhan kristal yang besar. Disamping itu dapat
mencegah kristal kerak untuk melekat pada permukaan pipa (Patton, 1981). Pada umumnya
korosi inhibitor yang digunakan dibagi atas dua tipe yaitu:
 Inhibitor anorganik
 Inhibitor organik
Senyawa anorganik fosfat yang umum digunakan sebagai inhibitor adalah kondensat
fosfat dan dehidrat fosfat. Anorganik fosfat banyak digunakan sebagai inhibitor korosi
sebelum berkembangnya fosfonat, fosfat ester dan polimer. Pada dasarnya bahan-bahan kimia
ini mengandung group P-O-P dan cenderung melekat pada permukaan kristal. Ikatan oksigen
fosfor ini sangat tidak stabil dalam larutan encer dan akan terhidrolisa (bereaksi dengan air)
menghasilkan ortofosfat yang tidak aktif atau tidak berfungsi sebagai inhibitor korosi. Reaksi
ini biasa disebut sebagai reverse (Cowan, 1976).
Organo fosfat eter efektif untuk kerak CaSO4, organofosfonat efektif untuk kerak
CaCO3 dan polimer-polimer organic efektif untuk kerak CaCO3, CaSO4 dan BaSO4.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan inhibitor adalah:

23
 Keefektifan
 Kestabilan
 Kecocokan
 Biaya
Sifat dari inhibitor korosi yang sangat diharapkan adalah stabil dalam air dalam
jangka waktu lama dan temperature yang tinggi. Organo fosfor lebih stabil dari anorganik
polifosfat. Ikatan langsung antara karbon-fosfor menyebabkan organofosfat lebih stabil
melawan reverse terhadap waktu, temperatur dan pH (Cowan, 1976).

3.5 Keuntungan dan Kerugian Energi Panas Bumi


Energi geotermal mengacu pada panas yang tersimpan dalam inti bumi. Seperti sumber
energi lainnya, energi geotermal memiliki keunggulan dan kelemahan karena tidak ada
sumber energi yang sempurna. Keunggulan yang paling jelas dari energi geotermal mengacu
pada fakta bahwa energi geotermal merupakan energi bersih dan terbarukan. Energi
geotermal merupakan sumber energi terbarukan karena terus-menerus aktif akibat peluruhan
radioaktif mineral dengan rata-rata energi 30 TW (tera watt). Geotermal adalah sumber
energi bersih karena menghasilkan emisi karbon yang minimal karena pembangkit listrik
geotermal memiliki sistem kontrol emisi untuk mengurangi buangan gas rumah kaca ketika
memompa air ke atas.
Keunggulan lain dari geotermal antara lain:
1. Bebas emisi (binary-cycle).
2. Dapat bekerja setiap hari baik siang dan malam
3. Sumber tidak fluktuatif dibanding dengan energi terbarukan lainnya (angin, solar
cell dll)
4. Tidak memerlukan bahan bakar
5. Harga yang kompetitif
6. Tenaga ini juga tidak berisik dan dapat diandalkan.
7. Pembangkit listik tenaga geotermal menghasilkan listrik sekitar 90%

Meskipun energi panas bumi mempunyai banyak kelebihan tetapi energi ini juga mempunyai
beberapa kekurangan yang perlu diperhatikan diantaranya:
1. Cairan bersifat korosif

24
2. Efisiensi agak rendah, namun karena tidak perlu bahan bakar, sehingga efisiensi tidak
merupakan faktor yang sangat penting.
3. Untuk teknologi drysteam dan flash masih menghasilkan emisi walau sangat kecil.

3.6 Kerak (Scale)


Istilah scale dipergunakan secara luas untuk deposit keras yang terbentuk pada peralatan yang
kontak atau berada dalam air. Dalam operasi produksi panas bumi dan minyak bumi sering
ditemui mineral scale seperti CaSO4, FeCO3, CaCO3, dan MgSO4. Senyawa-senyawa ini
dapat larut dalam air. Scale ini paling sering ditemui pada operasi produksi panas bumi
ataupun minyak bumi. Akibat scale tersebut produksi panas bumi dan minyak bumi akan
berkurang akibat tersumbatnya penorasi, pompa, valve, fitting serta aliran. Penyebab
terbentuknya deposit scale karena adanya senyawa-senyawa yang disebut di atas di dalam air
dengan jumlah yang melebihi kelarutannya pada keadaan kesetimbangan. Faktor utama yang
berpengaruh besar pada kelarutan senyawa-senyawa pembentuk scale ini adalah kondisi fisik
(tekanan, temperatur, konsentrasi ion-ion lain dan gas terlarut).
Petunjuk dan identifikasi masalah scale dan kemungkinan penyebabnya di lapangan operasi
dapat dilihat dari:
1. Untuk warna terang dan putih
a. Bentuk fisik: keras, padat, dan gambar halus
Penambahan HCl 15% tidak larut
Komposisi: BaSO4, SrSO4, CaSO4 dalam air yang terkontaminasi
b. Bentuk fisik: panjang, padat kristalnya seperti mutiara
Penambahan HCl 15%: larut tanpa ada gelembung gas, larutan menujukkan adanya
SO4 dengan BaCl2
Komposisi: Gipsum, CaSO4.2H2O dalam air terkontaminasi dari dalam air
supersaturation.
c. Bentuk fisik: padat, halus, berbentuk Kristal
Penembahan HCl 15% mudah larut dan ada gelembung gas
Komposisi: CaCO3, campuran CaCO3 dan MgCO3 jika dilarutkan perlahan-lahan

2. Untuk warna gelap dari coklat sampai dengan hitam


a. Bentuk fisik: padat dan coklat
Penambahan HCl 15%: Residu berwarna putih, pada pemanasan berwarna coklat

25
Komposisi: sama dengan 1a dan 1b untuk residu warna putih, yang berwarna coklat
adalah besi oksida yang merupakan produk korosi dan pengendapan yang disebabkan
oleh oksigen.
b. Bentuk fisik: padat berwarna putih
Penambahan HCl 15%: Logam hitam larut perlahan-lahan dengan perubahan pada
H2S, putih, residu yang tidak larut
Komposisi: sama dengan 1a dan 1b di atas di atas untuk residunya wana coklat hitam
adalah besi sulphide yang merupakan produk korosi.
A. Reaksi-reaksi yang menyebabkan scale
Reaksi-reaksi terbantuknya padatan deposit antara lain:
1. BaCl2 + Na2SO4 =.BaSO4 + 2NaCl
Barium sulfat terdapat dalam air terkontaminasi
2. CaCl2 + Na2SO4 = CaSO4 + 2NaCl
Gipsum terdapat dalam air terkontaminasi atau supersaturation
3. Ca(HCO)3 CaCO3 = CO2 + H2O
Kalsium karbonat terdapat dalam supersaturation karena penurunan tekanan,
panas dan agitasi

B. Pencegahan Kerak (Scale) dengan Inhibitor


Inhibitor adalah bahan kimia yang menghentikan atau mencegah terbentuknya kerak
bila ditambahkan dalam jumlah kecil pada cairan atau gas. Penggunaan bahan kimia
tersebut sangat menarik, karena dengan dosis yang sangat kecil dapat mencukupi
untuk mencegah scale dalam periode yang cukup lama. Mekanisme kerja inhibitor
sebagai berikut:
 Inhibitor kerak dapat teradsorpsi pada permukaan kerak sehingga menghambat
pertumbuhan kerak tersebut
 Inhibitor dapat mencegah menempelnya suatu partikel-partikel pada
permukaan padatan atau permukaan peralatan

C. Tipe Scale Inhibitor


Kelompok scale inhibitor antara lain: inorganic poliphospat; adalah padatan inorganic
non-kristalin. Senyawa ini jarang digunakan dalam operasi perminyakan, sebab cepat
terdegradasi pada pH rendah atau pada temperatur tinggi.

26
Inhibitor organik biasanya dikemas sebagai cairan konsentrat dan tidak dapat
dipisahkan sebagai bahan kimia stabil. Ester phospat merupakan scale inhibitor yang
sangat efektif tetapi pada temperatur di atas 175oC dapat menyebabkan proses
hidrolisa dalam waktu singkat.
Phosponat merupakan scale inhibitor yang baik pada penggunaan temperatur di atas
350oF. Sedangkan polimer seperti akrilat dapat digunakan pada temperatur di atas
350oC.

D. Pemilihan Inhibitor Kerak


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan jenis inhibitor agar
memperoleh efektivitas yang baik:
1. Mengetahui komposisi kerak agar dapat dilakukan pemilihan inhibitor yang
cepat
2. Kekerasan kerak
3. Temperatur secara umum efektivitas inhibitor berkurang dengan
meningkatnya temperatur. Setiap inhibitor mempunyai batas maksimum
temperatur operasi agar dapat berfungsi dengan baik
4. pH, kebanyakan inhibitor kerak konvensional tidak efektif pada pH rendah
5. Kesesuaian bahan kimia, inhibitor kerak yang digunakan harus sesuai dengan
bahan kimia lain yang juga digunakan kepentingan operasi inhibitor korosi.
Beberapa inhibitor kerak dapat bereaksi dengan kalsium, magnesium, barium
membentuk kerak pada konsentrasi yang tinggi
6. Padatan terlarut, semakin banyak padatan terlarut maka semakin tinggi
konsentrasi inhibitor yang digunakan
7. Kesesuaian dengan kondisi air, kandungan ion-ion kalsium, barium dan
magnesium yang ada dalam air akan menyebabkan terjadinya reaksi dengan
beberapa jenis inhibitor sehingga menimbulkan masalah baru yaitu
terbentuknya endapan
8. Iklim, setiap inhibitor mempunyai titik lebur tertentu dan cara menginjeksi ke
dalam sistem, untuk menghindari terjadinya pembekuan ataupun perubahan
komposisi dari inhibitor

E. Beberapa Jenis Inhibitor Kerak


1. Hidrokarbon

27
Hidrokarbon digunakan sebagai pelarut untuk menghilangkan minyak, parafin
atau asphaltics material yang menutupi scale yang terbentuk, sebab jika digunakan
asam sebagai penghilang kerak, asam tidak dapat bereaksi dengan kerak yang
tertutupi oleh minyak (oil coated scale), oleh sebab itu minyak harus dihilangkan
terlebih dahulu dari kerak dengan menggunakan hidrokarbon.

2. Asam Klorida
Asam klorida adalah bahan yang digunakan untuk membersihkan scale yang telah
terbentuk. Bahan ini dapat digunakan dalam berbagai kondisi dengan konsentrasi
5%, 10%, 15% HCl. Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
CaCO3 + 2HClH2O → H2O + CO2 + CaCl2
Inhibitor korosi harus ditambahkan dalam HCl untuk menghindari efek keasaman
pada pipa yang dapat menyebabkan korosi.
3. Inorganic Converters
Inorganic converters merupakan suatu karbonat atau hidroksida yang akan
bereaksi dengan kalsium sulfat dan membentuk acid soluble calcium carbonate,
kemudian diikuti penambahan asam klorida untuk melarutkan karbonat atau
kalsium hidroksida yang terbentuk
CaSO4 + (NH4)2CO3 → (NH4)2SO4 + CaCO3
CaCO3 + 2HCl.H2O → H2O + CO2 + CaCl2
CO2 yang terbentuk dari reaksi ini akan membantu mengeluarkan secara mekanis
scale yang mungkin tersisa. Inorganic converters sebaiknya tidak digunakan pada
scale yang keras.
4. Organic Converters
Organic Converters seperti natrium sulfat, potassium asetat sering digunakan.
Reaktan ini akan bereaksi dengan scale kalsium sulfat, sehingga scale akan
menjadi lebih lunak dan mudah dibersihkan dengan air.
5. Natrium Hidroksida
Larutan 10 natrium hidroksida dapat melarutkan hingga 12,5% berat dari scale
kalsium karbonat.

28
PERTANYAAN DAN JAWABAN
Jawaban dalam buku tersebut tidak dianggap paling benar setiap orang dapat
mempunyai pendapat yang berbeda dengan jawaban yang sudah ada.

1. Bagaimana prinsip kerja demister?


Demister adalah sebuah alat yang berbentuk tabung silinder yang berukuran 14.5
m3 didalamnya terdapat kisi – kisi baja yang berfungsi untuk mengeliminasi butir –
butir air yang terbawa oleh uap dari sumur – sumur panas bumi. Di bagian bawahnya
terdapat kerucut yang berfungsi untuk menangkap air dan partikel – partikel padat
lainnya yang lolos dari separator, sehingga uap yang akan dikirim ke turbin
merupakan uap yang benar– benar uap yang kering dan bersih. Karena jika uap yang
masuk ke turbin tidak kering dan kotor, akan menyebabkan terjadinya vibrasi, erosi
dan pembentukkan kerak pada turbin. Uap masuk dari atas demister langsung
menabrak kerucut, karena perbedaan tekanan dan berat jenis maka butiran air
kondensat dan partikel – partikel padat yang terkandung dalam di dalam uap akan
jatuh. Uap bersih akan masuk ke saluran keluar yang sebelumnya melewati saringan
terlebih dahulu dan untuk selanjutnya diteruskan ke turbin.
Demister ini dipasang pada jalur uap utama setelah alat pemisah akhir (final
separator) yang ditempatkan pada bangunan rangka besi yang sangat kokoh dan
terletak di luar gedung pembangkit.

2. Dari ketiga teknologi pemanfaatan panasbumi yang ada, teknologi manakah yang
lebih efektif dan efisien?
Penerapan PLTP tersebut tergantung sumber uap yang ada. Teknologi dry steam
bekerja pada suhu uap reservoir yang sangat panas ( > 235 derajat celcius ), dan air
yang tersedia di reservoir amat sedikit jumlahnya. Teknologi flash steam bekerja pada
suhu diatas 1820C pada reservoir. Teknologi binary cycle menggunakan suhu uap
reservoir yang berkisar antara 107-1820C.

3. Bagaimana maksud dari pernyataan manfaat langsung dari panas bumi salah satunya
untuk bahan bakar pertanian?

29
Pada bidang pertanian energi panasbumi dimanfaatkan untuk membantu pertumbuhan
bunga, sayur-mayur, dan hasil panen lainnya di dalam rumah kaca (greenhouse).
Energi panasbumi diambil dengan melalui suatu tenaga udara atau dengan sirkulasi
langsung di sekeliling tanaman. Beberapa rumah kaca juga menggunakan air
panasbumi untuk mengairi tanaman. Temperatur air yang digunakan untuk irigasi di
dalam rumah kaca berkisar 99°F - 180°F atau 37°C - 82°C.
Kebanyakan operator rumah kaca memperkirakan dengan menggunakan
energi panasbumi sebagai ganti sumber energi yang tradisional akan berhemat sekitar
80% dari biaya-biaya bahan bakar dan total biaya usaha sekitar 5% sampai 8% .
Umumnya penempatan sumber energi panasbumi di lokasi pedesaan akan
memberikan beberapa keuntungan yaitu kebersihan udara terjaga, kebersihan air juga
terjaga, sedikit permasalahan wabah penyakit, dan biasanya pajak rendah.

4. Dimanakah diterapkannya 3 teknologi PLTP?


Penerapan PLTP tersebut dapat dilakukan berdasarkan sumber uap yang ada.
Teknologi dry steam bekerja pada suhu uap reservoir yang sangat panas (> 235
derajat celcius), dan air yang tersedia di reservoir amat sedikit jumlahnya. Teknologi
flash steam bekerja pada suhu diatas 1820C pada reservoir. Teknologi binary cycle
menggunakan suhu uap reservoir yang berkisar antara 107-1820C.
Dry steam : PLTP Kamojang dan PLTP Drajat
Flash Steam : PLTP Salak
Binary Cycle : Mammoth Pacific Binary Geo-thermal Power Plants di Casa Diablo
geothermal field, USA.

5. Bagaimana tumbukan lempeng dapat menghasilkan panas?


Interaksi antara lempeng pasifik, lempeng india-australia, dan lempeng Eurasia
mengakibatkan pengaruh pada hampir seluruh kepulauan yang ada di Indonesia,
kecuali Kalimantan. Pengaruh dari pergerakan lempeng tadi ada yang langsung
berupa pergerakan kerak bumi di batas pergerakan lempeng tadi, yang akan
menimbulkan gempa bumi dan tsunami apabila pergerakannya terdapat di dasar laut,
maupun tidak langsung.
Pergerakan lempeng saling mendekati akan menyebabkan tumbukan dimana
salah satu dari lempeng akan menunjam ke bawah yang lain. Daerah penunjaman
membentuk suatu palung yang dalam, yang biasanya merupakan jalur gempa bumi

30
yang kuat. Dibelakang jalur penunjaman akan terbentuk rangkaian kegiatan magmatik
dan gunungapi serta berbagai cekungan pengendapan. Salah satu contohnya terjadi di
Indonesia, pertemuan antara lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia
menghasilkan jalur penunjaman di selatan Pulau Jawa dan jalur gunung api Sumatera,
Jawa dan Nusatenggara dan berbagai cekungan seperti Cekungan Sumatera Utara,
Sumatera Tengah, Sumatera Selatan dan Cekungan Jawa Utara.
Terbentuknya panas bumi, sama halnya dengan prinsip memanaskan air (erat
hubungan dengan arus konveksi). Air yang terdapat pada teko yang dimasak di atas
kompor, setelah panas, air akan berubah menjadi uap air . Hal serupa juga terjadi pada
pembentukan energi panas bumi. Air tanah yang terjebak di dalam batuan yang kedap
dan terletak di atas dapur magma atau batuan yang panas karena kontak langsung
dengan magma, otomatis akan memanaskan air tanah yang terletak diatasnya sampai
suhu yang cukup tinggi (100 – 250 C). Sehingga air tanah yang terpanaskan akan
mengalami proses penguapan. Apabila terdapat rekahan atau sesar yang
menghubungkan tempat terjebaknya air tanah yang dipanaskan tadi dengan
permukaan maka pada permukaan akan terlihat manifestasi thermal.

6. Kenapa di Flash Steam ada Isopentane? Dan Kenapa ada cairan korosif?
Isopentane ini sebagai fluida sekunder yang akan menggerakkan turbin. Uap Panas
Bumi dan Isopetane dilewatkan pada Heat Exchange, kemudian panas nya tertukar
sehingga isopentane menjadi uap dan digunakan untuk memutar turbin.
Fluida yang ditarik dari dalam bumi membawa campuran beberapa gas,
diantaranya karbon dioksida (CO2), hidrogen sulfide (H2S), metana (CH4), dan
ammonia (NH3). Selain gas-gas terlarut, air panas dari sumber panas bumi mungkin
juga mengandung sejumlah kecil bahan kimia beracun, seperti merkuri, arsenik,
boron, antimon, dan garam-garam kimia, jadi berpotensi fluida yang terbawa bersifat
korosif.

7. Industri yang menggunakan PLTP di Indonesia? Jika PLTP diluar Negeri?


Saat ini di Indonesia, baru 1189 MW listrik yang telah diproduksi dari tujuh
lapangan. PLTP Geo Dipa Unit Dieng, kab. Wonosobo Jawa Tengah menghaasilkan
kapasitas 60 MW, PLTP Gunung Salak dengan kapasitas 375 MW PLTP Kamojang
Garut, Jawa Barat 200 MW PLTP Wayang Windu Pangalengan Bandung Jawa Barat
menghasilkan kapasitas 227 MW PLTP Lahendong, Sulawesi 60 MW. Kemudian di

31
Sibayak sekitar 12 MW, Darajat 255 MW. Dan terakhir PLTP Sarulla, Sumatra Utara
dengan Kapasitas 110-330 MW.
Asosiasi Panas Bumi Internasional (IGA) melaporkan pada tahun 2010 bahwa
10.715 megawatt (MW) daya pembangkit listrik tenaga panas bumi terpasang di 24
negara. Pada tahun 2010, Amerika Serikat memimpin produksi listrik panas bumi
dunia dengan kapasitas 3.086 MW dari 77 pembangkit; gugusan pembangkit listrik
tenaga panas bumi terbesar di dunia terletak di The Geysers, ladang panas bumi
di Kalifornia. Filipina mengikuti AS sebagai produsen kedua tertinggi listrik tenaga
panas bumi di dunia. Dengan kapasitas 1.904 MW, tenaga panas bumi menghasilkan
hingga sekitar 27% listrik yang dibangkitkan Filipina. Perusahaan PLTP di dunia
seperti PLTP Hellisheidi, Iceland (303 MW), PLTP Malitbog, Filipina (233 MW),
PLTP Cerro Prieto II, Mexico (220 MW), dan PLTP Cerro Prieto III, Mexico (220
MW).

8. Seberapa mahal pemanfaatan energi panas bumi?


Untuk memanfaatkan energi panas bumi dibutuhkan banyak biaya hingga panas bumi
dapat dimanfaatkan dengan baik. Diantaranya :
 Biaya Survey Eksplorasi
Biaya survey eksplorasi terdiri atas biaya survei pendahuluan dan biaya survey
rinci (fase prakelayakan).
 Biaya survei pendahuluan adalah biaya yang dikeluarkan untuk survei
geoscientifik awal yang terdiri dari survei geologi dan geokimia pada
daerah‐daerah panas bumi yang paling potensial atau di sekitar manifestasi
panas permukaan. Berdasarkan hasil survei ini dapat ditentukan apakah pada
daerah prospek yang diteliti ter sebut cukup layak untuk dilakukan survei lebih
lanjut atau tidak.
 Biaya survey rinci (G & G survey) adalah biaya yang dikeluarkan untuk
survei geologi, geokimia dan geofisika dan pemboran dangkal yang dilakukan
untuk untuk mencari gambaran daerah prospek panas bumi yang mencakup
luas daerah potensial, kedalaman reservoir, perkiraan karakteristik fluida dan
potensi cadangan panas buminya serta untuk mencari lokasi dan target
pemboran eksplorasinya. Komponen biaya survey eksplorasi secara lebih rinci
adalah sebagai berikut: Biaya lain yang merupakan komponen biaya survey

32
eksplorasi adalah biaya untuk core hole, study mengenai resource, lingkungan
dan reservoir.

 Biaya Pemboran Sumur


Biaya pemboran sumur terdiri atas biaya untuk sewa rig, ongkos
pengangkutan alat pemboran ke lokasi serta pemasangannya, biaya casing, bit,
lumpur, semen bahan kimia, fasilitas kepala sumur, pengangkutan casing dari
pabrik ke tempat penyediaan dan biaya analisa core.
Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya pemboran antara lain adalah jenis
sumur (tegak atau miring), lokasi sumur, kedalaman sumur, teknologi
pemboran yang digunakan, diamter pipa selubung, Sumur eksplorasi pada
umumnya lebih mahal dari sumur pengembangan yang disebabkan oleh:
1. Pemboran sumur eksplorasi memerlukan data yang paling lengkap dan
seteliti
mungkin dikarenakan ketidak pastian yang tinggi.
2. Kebutuhan untuk meneliti kondisi reservoir semaksimal mungkin dengan
pemboran sedalam mungkin.
3. Di dalam pemboran sumur eksplorasi, pengukuran, logging dan coring
dilakukan lebih sering dibandingkan dengan pemboran pengembangan.
4. Hal‐hal lain yang sering menyebabkan keterlambatan penyelesaian
pemboran menyangkut hilang sirkulasi pada kedalaman dangkal,
terjepitnya rangkaian pemboran karena runtuhnya formasi.
 Biaya Lahan, Persiapan Lahan dan Jalan.
Yang termasuk kedalam kelompok biaya ini adalah biaya pembelian
dan pembebasan lahan, penyiapan jalan masuk ke lokasi (road), dan perataan
lahan (excavation).
 Biaya Fasilitas Produksi.
Fasilitas produksi yang diperlukan untuk mengoperasikan lapangan
uap panas bumi terdiri dari separator, pemipaan, silencer, scrubber, valve,
instrumentasi dan gauge. Separator hanya diperlukan untuk lapangan dengan
sistim dominasi air. Pemakaian separator dapat dilakukan dengan dua cara;
cara pertama yaitu dengan menempatkan separator pada setiap sumur atau
dengan cara kedua yaitu dengan pemusatan separator yang letaknya tidak

33
terlalu jauh dari lokasi pembangkit listriknya. Cara pertama mempunyai
keuntungan berupa pengurangan resiko dalam mentransportasikan fluida dua
fasa terutama pada topografi kasar serta mengurangi biaya penggunaan lahan
dan pipa air. Biaya yang diperlukan sangat bervariasi, dengan komponen
terbesar tergantung kepada panjang, jenis dan diameter pipa serta jumlah
separator yang diperlukan. Hal tersebut dipengaruhi oleh besarnya kapasitas
pembangkit.
 Biaya Operasi dan Pemeliharaan
Biaya operasi dan pemeliharaan pada proyek panas bumi dibagi
menjadi dua bagian, yaitu biaya operasi dan pemeliharaan lapangan uap dan
pembangkit listrik. Biaya operasi dan pemeliharaan lapangan uap mencakup
biaya untuk monitoring, pemeliharaan, operasi lapangan, gaji management dan
pekerja, transportasi dan lain-lain. Biaya ini dikeluarkan untuk
mempertahankan efektifitas dan efisiensi management dan operasi lapangan.
 Biaya Sarana Penunjang
Biaya lain yang termasuk dalam biaya pengembangan lapangan uap
adalah biaya untuk pembangunan fasilitas penunjang terdiri dari biaya
pembangunan perkantoran, laboratorium, perumahan management dan
karyawan, fasilitas umum, gudang, kafetaria, sarana ibadah, fasilitas
peamadam kebakaran, fasilitas air bersih, bengkel, fasilitas kesehatan dan
lain‐lain. Besarnya biaya fasilitas penunjang sangat tergantung dari besar
kecilnya kapasitas listrik proyek yang dibangun atau secara langsung terkait
dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkannya.

9. Apakah isopentane ada titik jenuhnya? Berapa lama penggunaan isopentane?


Selama suhu fluida panas diatas titik didih dari isopentane maka selama itu pula
isopentane akan berada pada fasa gas atau dengan kata lain selama itu pula isopentane
dapat menggerakan turbin. Apabila suhu fluida panas dalam heat exchanger maka
permasalahan ada pada heat exchanger. Mungkin dalam heat exchanger terdapat
kerak sehingga perpindahan panas tidak berjalan dengan baik.
Pada PLTP binary cycle, tidak terjadi perpindahan massa antara fluida panas
dan isopentana. Selama tidak ada seharusnya jumlah isopentana dalam binary cycle

34
tidak ada pengurangan atau penambahan jumlah isopentane. Jadi seharusnya
isopentane dapat digunakan untuk waktu yang sangat lama.

BAB IV
ENERGI SURYA / ENERGI MATAHARI

Setelah mempelajari Bab IV, mahasiswa diharapkan dapat:


 Mengetahui penerapan teknologi energi surya di Indonesia khususnya sistem fotovoltaik
dan sistem termal surya termasuk peluang dan hambatannya.
 Mengetahui garis besar dari cara kerja sistem fotovoltaik dan sistem termal surya.
 Mengenal secara garis besar tentang penerapan, peluang, dan hambatan teknologi energi
surya di Indonesia.
 Mengenal cara kerja dari sistem fotovoltaik dan sistem termal surya.

4.1 Peran Energi Surya


Energi mempunyai peran penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi, dan lingkungan
untuk pembangunan berkelanjutan, serta merupakan pendukung bagi kegiatan ekonomi
nasional. Sehubungan dengan pertambahan penduduk dunia, maka kebutuhan akan energi
juga terus meningkat sehingga dikembangkan beberapa energi altenatif, diantaranya energi
terbarukan seperti: biomassa, panas bumi, energi surya, energi air, energi angin dan energi
samudra, sampai saat ini belum banyak dimanfaatkan. Potensi energi Indonesia sedang giat
mengembangkan energi surya sebagai salah satu sumber energi.
Hal tersebut sangat memungkinkan sebab Indonesia sebagai negara tropis, mempunyai energi
surya yang cukup besar. Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun pada 18 lokasi
di Indonesia, radiasi surya di Indonesia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
 Kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar 4,5 kWh/m2 /hari dengan variasi sekitar 10%.
 Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1 kWh/m2 /hari dengan variasi bulanan sekitar
9%.
Dengan demikian potensi rata-rata Indonesia sekitar 4,8 kWh/m2 /hari dengan variasi sekitar
9,5%.
Untuk memanfaatkan potensi energi surya tersebut diterapkan dua macam teknologi yang
sudah diterapkan, yaitu teknologi surya termal dan energi surya fotovoltaik. Energi surya

35
termal pada umumnya digunakan untuk keperluan memasak, mengeringan hasil pertanian
(perkebunan, perikanan, ketuhanan, tanaman pangan) dan memanaskan air. Sedangkan energi
surya fotovoltaik digunakan untuk memnuhi kebutuhan listrik, pompa air, televisi,
telekomunikasi, dan lemari pendingin dengan kapasitas total ± 6 MW.

4.2 Komponen-Komponen Sel Surya


Komponen-komponen yang diperlukan untuk instalasi listrik tenaga surya, terdiri dari:
1. Panel Surya / Solar Panel

Gambar 4.1 Panel Surya


Sumber : http://www.japansolartech.com.bd/
Solar panel / panel surya mengkonversikan tenaga matahari menjadi listrik. Sel silikon
(disebut juga solar cells) yang disinari matahari/ surya, membuat photon yang
menghasilkan arus listrik. Sebuah solar cells menghasilkan kurang lebih tegangan 0.5
Volt. Jadi sebuah panel surya 12 Volt terdiri dari kurang lebih 36 sel (untuk menghasilkan
17 Volt tegangan maksimum).
Umumnya kita menghitung maksimum sinar matahari yang diubah menjadi tenaga listrik
sepanjang hari adalah 5 jam. Tenaga listrik pada pagi – sore disimpan dalam baterai,
sehingga listrik bisa digunakan pada malam hari, dimana tanpa sinar matahari.

2. Solar Charge Controller

Gambar 4.2 Pengatur Charge / Catu Daya


Sumber : Solar Charge Controller 10 Ams, 20 ams Reckon Industries, https://reckonindustries.com

Solar charge controller berfungsi mengatur lalu lintas dari solar cell ke baterai dan beban.
Alat elektronik ini juga mempunyai banyak fungsi yang pada dasarnya ditujukan untuk
melindungi baterai.

36
3. Inverter

Gambar 4.3 Inverter


Sumber : http://www.haonibian.com

Inverter dalah perangkat elektrik yang mengkonversikan tegangan searah (DC – direct
current) menjadi tegangan bolak balik (AC – alternating current).

4. Baterai

Gambar 4.4 Aki Kering (Catu Daya/Baterai)


Sumber : https://www.douglasvw.com

Baterai berfungsi menyimpan arus listrik yang dihasilkan oleh panel surya sebelum
dimanfaatkan untuk menggerakkan beban. Beban dapat berupa lampu penerangan atau
peralatan elektronik lainnya yang membutuhkan listrik.

4.3 Teknologi Energi Surya Fotovoltaik


Sel fotovoltaik yang mengubah penyinaran matahari menjadi listrik, masih impor, namun
untuk laminating menjadi modul surya sudah dikuasai. Balance of System (BOS) yang
meliputi controller, inverter, kerangka modul, peralatan listrik seperti kabel, stop kontak, dan
lain-lain, teknologinya sudah dapat dikuasai. Unit penyimpan energi (baterai) sudah dapat

37
dibuat dalam negeri. Peralatan penunjang yang lain seperti: inventor untuk pompa, system
pusat, system hybrid, dan lain-lain masih diimpor.

Sasaran pengembangan energi surya fotovoltaik di Indonesia meliputi perkotaan dan daerah.
Mengembangkan SESF melalui dua pola, yaitu:
 Pola tersebar; diterapkan jika letak rumah-rumah penduduk menyebar dengan jarak yang
cukup jauh.
 Pola terpusat; diterapkan apabila letak rumah-rumah penduduk terpusat.
Selain itu mengembangkan pemanfaatan SESF di pedesaan dan perkotaan, yaitu:
 Mendorong komersialisasi pemanfaatan SESF dengan memaksimalkan keterlibatan
swasta.
 Mengembangkan industri SESF dalam negeri yang berorientasi ekspor.
 Mendorong terciptanya system dan pola pendanaan yang efisien dengan melibatkan
dunia perbankan.

4.3.1 Jenis Sel Fotovoltaik


Ada beberapa jenis sel fotovoltaik meskipun sebagian besar dapat diklasifikasikan menjadi
tiga kelompok, yaitu:
 Sel Monocrystalline
Monocrystalline adalah sel-sel fotovoltaik yang paling efisien tetapi juga yang paling
mahal. Sel-sel ini terdiri satuan kristal, yang dipotong-potong dari apa yang disebut
sebagai silikon ingot.
 Sel Polycrystalline
Sedikit kurang efisien, tetapi jauh lebih terjangkau adalah sel-sel Polycrystalline. Alih-
alih menggunakan ingot silikon, sel-sel ini dibuat sedikit berbeda. Silikon ini terdiri dari
sejumlah kristal kecil yang membuat mereka lebih terjangkau meskipun mereka sedikit
kurang efisiensi.
 Sel Amorphous
Yang lebih murah daripada sel-sel polycrystalline, tapi juga efisiensi yang lebih rendah,
adalah sel amorphous yang dibuat dengan menyebarkan silikon di atas meterial alternatif
seperti stainless steel. Arus yang dihasilkan dari sel surya umumnya adalah Direct
Current (DC), tetapi dengan penambahan konverter, arus ini dapat diubah menjadi
Alternating Current (AC).

38
4.3.2 Penerapan Sel Fotovoltaik
 Kalkulator, yang menggunakan solar cell dengan ukuran yang kecil.
 Atap slites solar, yang menggantikan penggunaan bahan konvensional.
 Untuk negara-negara subtropis, digunakan sel fotovoltaik pada saat hari di
musim panas, di mana AC membutuhkan beban elektrik yang besar.

4.3.3 Peluang dan Hambatan Pemanfaatan Sel Fotovoltaik


Peluang pemanfaatan sel fotovoltaik adalah sebagai berikut :
1. Mempercepat elektifikasi desa, melihat bahwa kondisi geografis Indonesia merupakan
hamparan pulau-pulau kecil yang sulit dialiri listrik konvensional.
2. Lampu penerangan jalan dan lingkungan sekitar.
3. Memenuhi listrik tempat peribadatan, sarana umum, sarana kesehatan, dan kantor-kantor
pemerintahan.
4. Penyedia listrik pompa air yang digunakan untuk irigasi dan penyediaan sumber air
minum.
Hambatan dalam pemanfaatan sel fotovoltaik adalah sebagai berikut :
1. Harga modul surya yang mahal..
2. Sulitnya mendapatkan suku cadang dan air accu, sehingga modul surya cepat rusak.
3. Pemasangan modul surya di pedesaan umumnya tidak memenuhi standar teknis yang
telah ditentukan sehingga cepat rusak.
4. Daya beli di pedesaan sangat rendah, sehingga pengembangan sel ini sangat bergantung
pada program pemerintah.

4.3.4 Program Pengembangan Fotovoltaik di Indonesia


Program pengembangannya sebagai berikut:
 Mengembangkan SESF untuk program listrik pedasaan, khususnya untuk memenuhi
kebutuhan listrik di daerah yang jauh dari jangkauan listrik PLN.
 Menggati seluruh atau sebagian pasokan listrik bagi pelanggan sosial kecil dan rumah
tangga kecil PLN dengan SESF.
 Memenuhi semua kebutuhan listrik untuk pelanggan S1 (batas daya 220 VA).
 Memenuhi semua kebutuhan pelangganan S2 (batas daya 450 VA).

39
 Mengkaji kemungkinan pendirian pabrik modul surya untuk memenuhi kebutuhan dalam
negeri dan kemungkinan ekspor.
 Mendorong partisipasi swasta dalam memanfaatkan energi surya fotovoltaik.
 Melaksanakan kerjasama dengan luar negeri untuk pembangunan SESF skala besar.

4.4 Teknologi Energi Surya Termal


Termal surya adalah energi panas matahari yang langsung digunakan untuk kebutuhan, tanpa
harus dikonversi menjadi listrik terlebih dahulu. Termal surya akan terkumpul saat matahari
terlihat di langit. Banyak ilmuwan yang berusaha menciptakan suatu wadah penampung agar
panas matahari tersebut dapat disimpan untuk pemakaian dalam jangka waktu yang lama.
Selama ini pemanfaatan energi surya di Indonesia masih dilakukan secara tradisional. Para
petani dan nelayan di Indonesia memanfaatkan energi surya untuk mengeringkan hasil
pertanian dan perikanan secara langsung.

Teknologi dan kemampuan nasional; pemanfaatan energi surya termal untuk aplikasi rendah
(temperatur kerja lebih kecil atau hingga 60 °C) dan skala menengah (temperatur kerja antara
60 – 120 °C) telah dikuasai dengan baik mulai dari rancangan, konstruksi hingga manufaktur,
seperti:
 Pengeringan paska panen
 Pemanas air domestik
 Pemasak / oven
 Pompa air (dengan siklus rankine dan fluida kerja Isopentane)
 Penyuling air (Solar Distillation/Still)
 Pendingin (radiatif, absorpsi, evaporasi, termoelektrik, kompresip, tipe jet)
 Sterilisator surya
 Pembangkit listrik dengan menggunakan konsentrator dan fluida kerja dengan titik didih
rendah.

4.4.1 Penerapan Termal Surya


Beberapa penerapan termal surya adalah sebagai berikut :
1. Solar panel, yang biasa digunakan di rumah sebagai water heater.
2. Distilasi surya skala besar pada tahun 1872 di kota tambang Las Salinas, Chili. Proyek
ini memiliki area pengumpulan energy surya seluas 4700 m2. Proyek ini dapat
memproduksi hingga 22700 liter per hari selama 40 tahun.

40
3. Disinfeksi air surya, yang dilakukan dengan memaparkan botol plastic polietilena
tereftalat berisi air pada sinar matahari selama beberapa jam. Durasi pemaparan
tergantung pada cuaca, biasanya mulai dari 6 jam sampai 2 hari.

3.4.2 Peluang dan Kendala Pemanfaatan Energi Surya Termal


Prospek teknologi energi surya termal cukup besar, terutama untuk mendukung peningkatan
kualitas pasca-panen komiditi pertanian, untuk bangunan komersial atau perumahan di
perkotaan.
1. Industri, khususnya agro-industri dan industry pedesaan. Digunakan untuk penangan
pasca-panen hasil pertanian
2. Bangunan komersial atau perkantoran : AC, pemanas air
3. Rumah tangga : pemanas air, memasak
4. Puskesmas terpencil di pedesaan : sterilisator, refrigerator vaksin
Kendala dalam pengembangan termal surya adalah sebagai berikut :
1. Sosialisasi ke masyarakat kurang.
2. Daya beli masyarakat masih rendah, meskipun harganya relative murah.
3. Teknologi energi surya termal untuk memasak dan mengeringkan hasil pertanian masih
sangat terbatas. Akan tetapi, sebagai pemanas air, energi surya termal sudah mencapai
tahap komersial. Teknologi surya termal masih belum berkembang karena sosialisasi ke
masyarakat luas masih sangat rendah.
4. Sumber daya manusia (SDM) di bidang surya termal masih sangat terbatas. Saat ini,
SDM hanya tersedia di Pulau Jawa dan terbatas lingkungan perguruan.

4.4.3 Sasaran Pengembangan Energi Surya Termal


Sasaran pengembangan energi surya termal di Indonesia yaitu meningakatkan kapasitas
terpasang system energi surya termal, khususnya untuk pengering hasil pertanian, kegiatan
produktif lainnya dan sterilisasi di Puskesman. Selain itu mengusahakan tercapainya tingkat
komersialisasi berbagai teknologi energi surya termal dengan kandungan lokal yang tinggi.

4.4.4 Strategi Pengembangan Energi Surya Termal


Strategi pengembangan energi surya di Indonesia sebagai berikut:
 Mengarahkan pemanfaatan energi surya termal untuk kegiatan produktif, khususnya
untuk kegiatan agro industri.
 Mendorong keterlibatan swasta dalam pengembangan teknologi surya termal.

41
 Mendorong terciptanya system dan pola pendanaan yang efektif.
 Mendorong keterlibatan dunia usaha untuk mengembangkan surya termal.

4.4.5 Program Pengembangan Energi Surya Termal


Program pengembangannya sebagai berikut:
 Melakukan inventarisasi, identifikasi dan pemetaan potensi serta aplikasi teknologi
fototermik secara berkelanjutan.
 Melakukan diseminasi dan alih teknologi dari pihak pengembang kepada pemakai (agro
industri, gedung komersial, dan lain-lain).
 Melaksanakan standarisasi nasional komponen dan system teknologi fototermik.
 Mengkaji skema pembiayaan dalam rangka pembangunan manufaktur nasional.
 Meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan untuk berbagai teknologi
fototermik.
 Meningkatkan produksi lokal secara massal dan penjajakan untuk kemungkinan ekspor.
 Pengembangan teknologi fototermik suhu tinggi, seperti pembangkit listrik, mesin
stirling, dan lain-lain.

4.5. Metode Penyimpanan Energi Surya


Sistem massa termal dapat menyimpan energi surya dalam bentuk panas pada temperatur
yang cocok untuk penggunaan sehari-hari atau musiman. Sistem penyimpanan panas
umumnya menggunakan materi yang sudah tersedia dengan kapasitas panas tinggi seperti air,
tanah, dan batu. Sistem yang dirancang dengan baik dapat menurunkan kebutuhan puncak,
menggeser waktu penggunaan ke waktu senggang, dan mengurangi kebutuhan pemanasan
dan pendinginan.
 Garam
Energi surya dapat disimpan pada temperatur tinggi dengan menggunakan lelehan
garam. Garam adalah media penyimpan yang efektif karena harganya murah, memiliki
kapasitas panas yang tinggi, dan dapat menghasilkan panas pada temperatur yang cocok
dengan sistem pembangkit konvensional.
Pembangkit listrik tenaga surya Andasol yang berkapasitas 150 MW adalah
pembangkit listrik termal surya komersil berlokasi di Spanyol yang menggunakan cekungan
parabola. Pembangkit Andasol menggunakan lelehan garam untuk menyimpan energi surya
agar pembangkit tetap dapat memproduksi listrik saat matahari tidak tampak.

42
 Garam Glauber
Materi ubah fase seperti lilin parafin dan garam Glauber adalah contoh media
penyimpan panas. Media ini tidak mahal, tersedia, dan dapat menghasilkan temperatur yang
cocok untuk penggunaan di rumah (sekitar 64 °C). Rumah Dover (di Dover, Massachusetts)
adalah rumah pertama yang menggunakan sistem pemanasan garam Glauber pada tahun
1948.
 Solar Two
Solar Two menggunakan metode penyimpanan ini dan dapat menyimpan 1,44 TJ di
tangki penyimpanan sebesar 68 m3 dengan efisiensi penyimpanan tahunan sekitar 99%.
Sistem fotovoltaik yang tidak terhubung dengan saluran listrik biasanya menggunakan
baterai yang bisa diisi ulang untuk menyimpan listrik berlebih. Dengan sistem yang
terhubung dengan saluran listrik, listrik berlebih dapat dikirimkan ke transmisi listrik. Saat
produksi listrik kurang, listrik dari saluran listrik dapat digunakan. Program meteran net
memberikan kredit untuk rumah tangga yang menyalurkan listrik ke saluran listrik. Hal ini
dilakukan dengan memutar terbalik meteran listrik saat rumah memproduksi lebih banyak
listrik ketimbang menggunakannya. Jika penggunaan netto listrik di bawah nol, maka kredit
yang dihasilkan akan dilimpahkan ke bulan depan. Cara lain menggunakan dua meteran, satu
untuk mengukur listrik yang digunakan, satu lagi untuk mengukur listrik yang diproduksi.
Cara ini tidak umum digunakan karena biaya tambahan akibat pemasangan meteran listrik
kedua. Kebanyakan meteran baku secara akurat mengukur di kedua arah sehingga meteran
kedua tidak diperlukan.
Penyimpanan energi dengan pompa di pembangkit listrik tenaga air menyimpan energi dalam
bentuk potensial ketinggian, yaitu dengan memompa air dari tempat rendah ke tempat tinggi.
Energi dapat diambil kembali saat dibutuhkan dengan mengalirkan air ke pembangkit listrik.

4.6 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)


Saat ini pengembangan PLTS di Indonesia telah mempunyai basis yang cukup kuat dari
aspek kebijakan. Namun pada tahap implementasi, potensi yang ada belum dimanfaatkan
secara optimal. Secara teknologi, industri photovoltaic (PV) di Indonesia baru mampu
melakukan pada tahap hilir, yaitu memproduksi modul surya dan mengintegrasikannya
menjadi PLTS, sementara sel suryanya masih impor. Padahal sel surya adalah komponen

43
utama dan yang paling mahal dalam sistem PLTS. Harga yang masih tinggi menjadi isu
penting dalam perkembangan industri sel surya. Berbagai teknologi pembuatan sel surya
terus diteliti dan dikembangkan dalam rangka upaya penurunan harga produksi sel surya agar
mampu bersaing dengan sumber energi lain.
Mengingat ratio elektrifikasi di Indonesia baru mencapai 55-60 % dan hampir seluruh
daerah yang belum dialiri listrik adalah daerah pedesaan yang jauh dari pusat pembangkit
listrik, maka PLTS yang dapat dibangun hampir di semua lokasi merupakan alternatif sangat
tepat untuk dikembangkan. Dalam kurun waktu tahun 2005-2025, pemerintah telah
merencanakan menyediakan 1 juta Solar Home System berkapasitas 50 Wp untuk masyarakat
berpendapatan rendah serta 346,5 MWp PLTS hibrid untuk daerah terpencil. Hingga tahun
2025 pemerintah merencanakan akan ada sekitar 0,87 GW kapasitas PLTS terpasang.
Dengan asumsi penguasaan pasar hingga 50%, pasar energi surya di Indonesia sudah
cukup besar untuk menyerap keluaran dari suatu pabrik sel surya berkapasitas hingga 25
MWp per tahun. Hal ini tentu merupakan peluang besar bagi industri lokal untuk
mengembangkan bisnisnya ke pabrikasi sel surya.

4.6.1 PLTS di Indonesia


Kalangan pemerhati PLTS menilai Proyek tidak berhasil antara lain karena:
 Sangat rentan terhadap ketersediaan dana dari Pemerintah atau Donor;
 Distribusinya cenderung tidak adil/merata karena keterbatasan dana;
 Pelaksanaan distribusi tidak disertai dengan pelayanan instalasi, tidak ada jaminan
keberlanjutan sistim;
 Tidak mendidik masyarakat untuk mandiri (tidak menimbulkan rasa memiliki);
 Tidak mendorong/menghambat proses komersialisasi PLTS yang mampu menjadikan
PLTS sebagai komoditas, sebagaimana listrik konvensional (PLN);
 Pelaksanaan proyek menjadi ajang KKN ditingkat Pusat maupun Daerah;
 Dari kaca mata bisnis PLTS, sistem distribusi melalui proyek tidak melahirkan bisnis
yang berkesinambungan (sustainable), karena tergantung dari ada tidaknya dana untuk
proyek.

3.6.2 Hambatan Distribusi PLTS


 Biaya/harga pengadaan (investasi) PLTS tinggi.

44
 Target sasaran: rakyat yang belum dilayani PLN, mereka yang berpendapatan sangat
rendah, tinggal di daerah terpencil, kondisi infrastruktur minim.
 Biaya distribusi dan pelayanan tinggi.
 Harapan Konsumen melebihi kemampuan teknologi PLTS, karena cara pandang
konsumen sangat dipengaruhi oleh sifat listrik konvensional (PLN).
 Banyak pihak, termasuk lembaga keuangan melihat Listrik sebagai produk konsumtif
dan menganggapnya sebagai infrastruktur dan bukan komoditas.
 Pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang peranan PLTS dalam memberikan energi
listrik alternatif ramah lingkungan terbatas.
 Beberapa Instansi Pemerintah melaksanakan proyek PLTS tahunan dengan pendekatan
proyek (bukan program), caranya beragam yang seringkali bertabrakan dengan bisnis
perusahaan swasta yang menjual secara kredit.
 Kebijakan Nasional yang jelas dan komprehensif pemanfaatan PLTS belum ada.

4.6.3 Kondisi Listrik Nasional Saat Ini


Tabel 4.1 Kondisi Listrik Nasional Saat Ini
Suplai Listrik Kekurangan di hampir seluruh daerah
Pemanfaatan Energi Terbarukan Sangat terbatas
Kualitas Listrik Tegangan kurang stabil/sering gangguan
Ketersediaan Dana Pembangunan Terbatas
ROI Negatif (bukan prioritas bagi
Investasi Listrik di Pedesaan perusahaan yang kondisi keuangan
bermasalahan seperti PLN)
Jumlah RT Tanpa Listrik 17-20 juta ( 40% atau lebih)
Sulit di daerah marginal, biayanya sering
Kemudahan Memperoleh
tidak transparan dan relatif tinggi
Cenderung meningkat seiring dengan
Harga Pemakaian
dihapuskannya subsidi BBM/listrik.

3.6.4 Keuntungan PLTS


 Meningkatkan Kualitas hidup masyarakat.
 Memberikan penerangan (lampu), dengan kualitas lebih baik, sehingga jam belajar dan
beraktifitas lebih panjang.

45
 Membukakan akses pada informasi (radio, TV, internet).
 Memberikan akses pada sumber air minum dan pertanian (surya untuk pompa air).
 Menciptakan bisnis baru didesa (jadi distributor/service center yang mampu dilakukan
oleh Koperasi Wanita/Nelayan/Tani/Desa), LSM.
 Menciptakan Lapangan Kerja di desa (penjualan dan service center memerlukan banyak
tenaga lokal).
 Menciptakan Tenaga Teknisi di desa.

4.7 Penerapan Energi Surya


4.7.1 Arsitektur
Universitas Teknologi Darmstadt di Jerman memenangkan penghargaan Solar Decathlon
2007 di Washington, D.C. dengan rancangan rumah berteknologi pasif khusus untuk iklim
lembab dan subtropis panas.

Fitur umum dari arsitektur surya pasif adalah arah bangunannya terhadap matahari, ukuran
bangunan yang tepat (rasio luas permukaan dengan volume yang kecil), pemilihan
penghalang (serambi), dan penggunaan massa termal. Ketika fitur-fitur ini digunakan
bersama, dapat dihasilkan ruangan yang terang dan berada pada temperatur nyaman. Rumah
Megaron milik Socrates adalah contoh klasik rancang bangunan teknologisurya pasif.
Perkembangan terakhir perancangan rumah berteknologi surya menggunakan bantuan
permodelan oleh komputer, yang menggabungkan faktor pencahayan surya, pemanasan, dan
sistem ventilasi dalam satu paket rancangan surya. Peralatan teknologi aktif surya seperti
pompa, kipas, dan jendela buka-tutup dapat melengkapi rancangan tekonologi pasif dan
meningkatkan daya kerja sistem.

4.7.2 Rumah Kaca


Rumah kaca menggubah energi cahaya menjadi energi panas, yang memperbolehkan
produksi sepanjang tahun dan pertumbuhan tanaman khusus (dalam lingkungan tertutup) dan
tanaman lain yang tidak cocok tumbuh untuk iklim lokal.

46
4.7.3 Transportasi dan Penjelajahan
Beberapa kendaraan menggunakan panel surya untuk tenaga pembantu, seperti untuk
penyejuk udara, sehingga menggurangi konsumsi bahan bakar baik perahu, kapal, pesawat
bahkan mobil.

Gambar 4.5 Pesawat Tanpa Awak Helios UAV dalam Penerbangan dengan Tenaga Surya
Sumber : https://en.wikipedia.org/wiki/Helios_Prototype

Beberapa penemuan transportasi bertenaga surya yaitu pesawat tanpa awak AstroFlight
Sunrise (1974), Pathfinder (1997), Solar Riser (1979), Gossamer Penguin (1980), Solar
Challenger (1981), pesawat tanpa roket Helios (2001), Pesawat Zephyr (2007), dan lain-lain.

Balon surya adalah balon berwarna hitam yang diisi dengan udara biasa. Saat matahari
menyinari balon tersebut, udara di dalamnya memanas dan memuai, dan menimbulkan gaya
apung ke atas, seperti balon udara panas. Beberapa balon surya cukup besar untuk
penerbangan dengan manusia, namun penggunaannya umumnya terbatas pada mainan karena
rasio luas permukaan dan berat beban yang relatif besar.

4.7.4 Pemanasan Air


Pemanas air surya menghadap matahari untuk memaksimalkan penyerapan. Sistem air panas
surya menggunakan sinar matahari untuk memanaskan air. Di daerah dengan lintang bujur
geografis rendah (di bawah 40 derajat), 60% - 70% air panas untuk keperluan rumah tangga
dengan temperatur sampai dengan 60 °C dapat diperoleh dengan menggunakan sistem
pemanasan surya. Jenis pemanas air surya yang umum digunakan adalah kolektor buluh
(44%) dan plat datar dengan kaca (34%) untuk kebutuhan air panas rumah tangga; kolektor
plastik tanpa kaca (21%) digunakan untuk memanaskan kolam renang.
Sampai dengan tahun 2007, kapasitas total terpasang dari sistem air panas surya
adalah sekitar 154 GW. Tiongkok memimpin dalam hal ini dengan kapasitas terpasang 70
GW sampai dengan tahun 2006 dan memiliki target jangka panjang 210 GW menjelang tahun

47
2020. Israel dan Siprus merupakan negara dengan tingkat penggunaan sistem air panas surya
per kapita tertinggi, dengan lebih dari 90% rumah menggunakannya. Di Amerika Serikat,
Kanada, dan Australia, pemanasan kolam renang adalah aplikasi utama air panas surya
dengan kapasitas terpasang 18 GW sampai dengan tahun 2005.

4.7.5 Produksi Listrik


Tenaga surya adalah proses pengubahan cahaya matahari menjadi listrik, baik secara
langsung menggunakan fotovoltaik, atau secara tak langsung menggunakan tenaga surya
terpusat (concentrated solar power, CSP). Sistem CSP menggunakan lensa atau cermin dan
sistem lacak untuk memfokuskan paparan cahaya matahari yang luas menjadi seberkas sinar
yang kecil. PV mengubah cahaya menjadi aliran listrik menggunakan efek fotolistrik.
Pembangkit CSP komersial pertama kali dikembangkan pada tahun 1980an. Sejak
tahun 1985, pemasangan SEGS CSP berkapasitas 354 MW di gurun Mojave, California
adalah pembangkit listrik surya terbesar di dunia. Pembangkit listrik CSP lain meliputi
pembangkit listrik tenaga surya Solnova berkapasitas 150 MW dan pembangkit listrik tenaga
surya Andasol berkapasitas 100 MW; keduanya berada di Spanyol. Proyek Surya Agua
Caliente berkapasitas 250 MW di Amerika Serikat dan Lahan Surya Charanka berkapasitas
221 MW di India adalah pembangkit fotovoltaik terbesar di dunia. Proyek surya melebihi 1
GW sedang dikerjakan, tapi kebanyakan fotovoltaik dipasang di atap-atap dengan ukuran
kapasitas kecil, yakni kurang dari 5 kW, yang terhubung dengan saluran listrik menggunakan
meteran net dan/atau tarif feed-in.

4.7.6 Tenaga Surya Terpusat


Sistem tenaga surya terpusat (concentrated surya power, CSP) menggunakan lensa atau
cermin dan sistem lacak untuk memfokuskan paparan sinar matahari yang luas menjadi
seberkas cahaya kecil. Seberkas cahaya tersebut kemudian digunakan sebagai sumber panas
untuk pembangkit listrik konvensional. Terdapat sejumlah besar teknologi pemusatan; yang
paling berkembang adalah cekungan parabola, pemantul fresnel linear, piringan Stirling, dan
menara tenaga surya. Di sistem-sistem ini, fluida kerja dipanaskan oleh cahaya matahari yang
dipusatkan, dan fluida kerja ini kemudian digunakan untuk membangkitkan listrik atau
sebagai penyimpan energi.

48
4.8 Reaksi Thermonuklir Energi Surya
Sudah sejak lama manusia bertanya atau memikirkab darimana asal energi matahari yang
begitu panas dan setiap hari dipancarkan ke bumi, namun sampai saat ini belum juga habis
energi tersebut. Sampai dengan pertengahan abad ke-19, pada saat manusia belum mengenal
reaksi nuklir, manusia masih beranggapan bahwa energi matahari berasal dari bola api besar
yang sangat panas. Anggapan tersebut ternyata tidak benar, karena di matahari terdapat
beberapa unsur yang dapat bereaksi satu dengan yang lain untuk menghasilkan energi. Unsur
tersebut antara lain hidrogen sekitar 80% berupa gas, gas helium sekitar 19% dari seluruh
massa matahari. Sisanya 1% terdiri dari unsur oksigen, magnesium, nitrogen, silikon, karbon,
belerang, besi, sodium, kalsium, nikel, serta beberapa unsur lainnya. Unsur-unsur kimia
tersebut bercampur menjadi satu dalam bentuk gas sub atomic yang terdiri atas inti atom,
elektron, proton, neutron, dan positron. Gas sub atomic tersebut memancarkan energi yang
amat sangat panas yang disebut “plasma”. Energi matahari dipancarkan kebumi dalam
berbagai bentuk gelombang elektromagnetis, mulai dari gelombang radio yang panjang
maupun yang pendek, gelombang sinar infra merah, gelombang sinar tampak, gelombang
sinar ultra ungu, dan gelombang sinar X. Secara visual yang dapat ditangkap oleh mata
adalah sinar tampak, sedangkan sinar infra merah terasa sebagai panas. Bentuk gelombang
elektromagnetis lainnya hanya dapat ditangkap dengan bantuan peralatan khusus, seperti
detektor nuklir beserta piranti lainnya. Pada saat matahari mengalami plage yang
mengeluarkan energi yang amat sangat panas, kemudia diikuti terjadinya flare yaitu
semburan partikel sub atomic, keluar dari matahari menuju ruang angkasa, maka pada system
matahari telah diperkirakan telah terjadi suatu reaksi termonuklir yang sangat dahsyat.
Menurut Bethe seorang ahli fisika Amerika keturunan Jerman mengatakan energi matahari
yang amat sangat panas tersebut disebabkan oleh terjadinya reaksi fusi atau penggabungan
inti ringan menjadi inti yang lebih berat. Reaksi termonuklir yang berupa reaksi fusi adalah
penggabungan 4 inti hidrogen menjadi inti helium, berdasarkan persamaan reaksi berikut ini:
(H1 + H2 → H2 + Beta+ + V + 0,42 MeV) x 2
(H1 + H2 → He3 + Gamma + 5,5 MeV) x2
He3 + He3 → He4 + 12,8 MeV
+
H1 → He4 + 2 Beta + 2 Gamma + 2V + 24,64 MeV
Menurut Bethe, reaksi inti yang serupa reaksi fusi tersebut, dapat menghasilkan energi
panas yang amat sangat dahsyat. Selain dari itu sebagian besar massa matahari tersebut
tersusun oleh gas hidrogen (80%) dan helium (19%), maka masih ada kemungkinan
terjadinya reaksi fusi lain berdasarkan reaksi rantai proton-proton sebagai berikut:

49
H1 + H1 → H2 + Beta+ + V
H1 + H2 → H3 + Gamma
He3 + He4 → Be7 + Gamma
Be7 + Beta+ → Li7 + Gamma + V +
Li7 + H1 → He4 + He4
Terbentuknya gas helium berdasarkan reaksi termonuklir tersebut juga menghasilkan
energi yang amat sangat panas. Kemungkinan lain, gas helium juga dapat terbentuk melalui
reaksi nuklir sebagai berikut ini:
Be7 + H1 → B8 + Gamma
B8 → Be8 + Beta+ + V
Be8 → He4 + He4
Walaupun reaksi inti tersebut sudah dapat menghasilkan energi pans, ternyata masih
ada kemungkinan lain untuk terjadinya reaksi termonuklir matahari yang menghasilkan
energi jauh lebih dahsyat dn lebih panas lagi. Reaksi termonuklir tersebut akan mengikuti
reaksi inti rantai karbon – nitrogen sebagai berikut:
C12 + H1 → N13 + Gamma
N13 → C13 + Beta+ + V
C13 + H1 → N14 + Gamma
N14 + H1 → O15 + Gamma
O15 → N15 + Beta+ + V
N15 + H1 → C12 + He4
Reaksi rantai karbon-nitrogen tersebut, menghasilkan panas yang jauh lebih panas
daripada reaksi rantai proton-proton maupun reaksi fusi hidrogen menjadi helium. Reaksi-
reaksi termonuklir di atas dapat terjadi di matahari dan juga bintang-bintang yang tersebar di
jagat raya ini. Reaksi termonuklir sejauh ini dianggap sebagai sumber energi matahari
maupun energi bintang. Bintang yang bersinar lebih terang daripada matahari, berarti bahwa
suhu bintang jauh lebih panas, maka reaksi termonuklir yang terjadi pada bintang tersebut
pada umumnya akan mengikuti reaksi rantai karbon-nitrogen. Semua bentuk-bentuk reaksi
yang telah dituliskan di atas akan terjadi secara kontinu dengan demikian energi panas
matahari akan berhenti jika reaksi termonuklir di planet matahri berhenti.

4.9 Reaksi Termonuklir Sebagai Sumber Energi Matahari


Matahari yang setiap hari memancarkan sinarnya ke bumi dan juga ke planet-planet lain yang
ada pada tatasurya kita, adalah sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup yang ada di

50
bumi ini. Pemancaran energi matahari yang sampaike bumi telah berlangsung terus menerus
sejak kurang lebih 5.000.000.000 tahun yang lalu dan akan terus berlangsung sampai waktu
yang belum diketahui.
Menurut para ahli astronomi modern yang mempelajari keberadaan bintang-bintang di jagat
raya, matahari kita adalah salah satu bintang diantara 100.000.000 bintang yang ada pada
suatu kelompok atau galaksi yang disebut dengan kelompok bintang “Milky Way”. Diameter
matahari 1.400.000 kilometer yang berarti seratus kali diameter bumi. Gravitasi matahari
lebih kuat daripada gravitasi di bumi, yaitu 28 kali lebih kuat dari pada gravitasi bumi.
Matahari tampak sangat besar dibandingkan dengan bintang-bintang yang tersebar di jagat
raya dan relatif lebih dekat dengan bumi. Matahari sebagai dapur nuklir menghasilkan panas
yang amat sangat inggi hasil dari reaksi termonuklir yang terjadi di matahari. Suhu pada int
matahari diperkirakan mencapai lebih dari 14.000.000 °C, sedangkan suhu permukaannya
relatif dingin yaitu sekitar 5.000 – 6.000 °C. Struktur matahari terdiri dari beberapa bagian,
yaitu yang ada di pusat disebut “inti matahari”, kemudian bagian antara inti matahari sampai
dengan permukaan matahari disebut “photosphere”. Pada permukaan terdapat bagian yang
disebut “sunspot” yang tampak lebih gelap, karena suhunya lebih dingin yaitu sekitar 4.000
°C.

4.10 Atmosfer Matahari


Atmosfer matahari terletak di atas permukaan matahari yang sebagian besar berupa gas
hidrogen. Atmosfer matahari terdiri dari dua bagian utama, yaitu:
 Chromospher
 Corona
Bagian chromospher dapat mencapai ketebalan 12.000 kilometer dari permukaan matahari,
sedangkan bagian corona tampak bagaikan mahkota berwarna putih yang melingkari
matahari. Corona dapat mencapai ketinggian ratusan ribu bahkan dapat sampai jutaan
kilometer dari permukaan matahari.
Suhu pada chromosphere dan corona sangat jauh berbeda. Chromosphere yang
terletak pada permukaan matahari bersuhu kurang lebih 5.000 °C, sedangkan suhu pada
daerah corona dapat mencapai sekitar 10.000 – 100.000 °C, atau bahkan dapat lebih tinggi
lagi. Suhu yang lebih tinggi pada corona disebabkan oleh karena adanya “kejutan gelombang
yang sangat kuat” yang berasal dari gerakan turbulen photosphere yang memanaskan lapisan
gas pada corona. Selain dari itu, pada permukaan chromosphere sering terjadi lidah api
akibat letusan ataupun ledakan gas yang ada pada permukaan chromosphere. Letusan atau

51
ledakan lidah api ini sering disebut dengan “prominence”. Lidah api ini dapat mencapai
ketinggian ratusan ribu kilometer dari permukaan chromosphere. Prominenceini dapat dilihat
jelas pada saat terjadi gerhana matahari total.
Peristiwa lain yang terjadi pada permukaan chromosphere adalah timbulnya filament
gas akibat gerakan gas chromosphere yang panas. Filament gas ini tampak pada permukaan
chromosphere sebagai sel-sel kasar yang disebut “supergranulation”. Peristiwa-peristiwa
tersebut terjadi silih berganti yang menyebabkan timbulnya “plage” dan “flare”. Plage adalah
keadaan matahari pada saat panas dan bercahaya terang. Sedangkan flare adalah semburan
energi tinggi dari permukaan matahari, berupa radiasi partikel sub atomic. Radiasi partikel
sub atomic ini dapat sampai ke atmosfer bumi dan memicu terjadi reaksi inti yang merupakan
sumber radiasi kosmogenis.

4.11 Pertanyaan Kapan Matahari Akan Padam


Pertanyaan kapan matahari akan padam adalah suatu pertanyaan yang sulit dijawab dengan
pasti, apalagi kalau harus membuktikan kebenarannya. Namun, sama halnya dengan
keinginan manusia untuk mengetahui berapa umur bumi atau kapan terbentuknya bumi ini,
maka para ahlipun berusaha dengan akalnya untuk memperkirakan kapan matahari akan
padam. Apabila matahari padam maka kehidupan dimuka bumi akan berhenti. Secara empiris
telah dapat dibuktikan bahwa ada bintang yang pada mulanya bersinar terang, akan tetapi
kemudian sinarnya semakin redup dan akhirnya padam. Keadaan ini telah direkan oleh
teleskop angkasa luar Huble. Atas dasar ini maka dapat saja matahari pada suatu saat akan
padam. Seorang ahli fisika Jerman, Hermann von Helmholtz, pada tahun 1825 mengamati
perkembangan matahari yang maka berdasarkan perhitunagn penyusutan diameter matahari,
maka umur matahari akan bertahan untuk waktu 20.000.000 – 25.000.000 tahun sejak
matahari mengalami penyusutan. Untuk kurun waktu itu teori Helmholtz ini cukup
memuaskan para ilmuan, sebelum akhirnya digugurkan oleh teori termonuklir yang masih
bertahan sampai saat ini. Atas dasar teori termonuklir maka teori Helmholtz menjadi tidak
benar, karena dalam kenyataannya matahari telah bersinar 5.000.000.000 tahun yang lalu atau
bahkan lebih dari itu, suatu umur yang melebihi perkiraan Helmholtz. Reaksi termonuklir
yang dikemukakan oleh Hans Bethe seperti yang telah diuraikan dimuka, sebenarnya mirip
dengan reaksi kimia konvensional dalam arti bahwa reaksi masih dapat berlangsung selama
masih tersedia unsur atau reaktan yan menyebabkan terjadinya proses reaksi termonuklir
tersebut. Pada reaksi termonuklir di matahari sebagai reaktan utama adalah gas hidrogen.
Para ahli astronomi dan ahli astrofisika berpendapat bahwa dengan bertambahnya umur

52
matahari, maka pemakaian gas hidrogen untuk reaksi termonuklir dalam rangka mendapatkan
panas yang amat sangat panas makin bertambah. Pada peristiwa ini energi yang dihasilkan
oleh reaksi temonuklir juga bertambah, sehingga energi radiasi yang dipancarkan matahari
juga bertambah. Hal ini pula suhu atmosfer bumi akan naik dan bumi akan terasa makin
panas.

4.12 Aplikasi Sel Surya Sebagai Sumber Energi Alternatif


Gelombang yang timbul akibat medan listrik dan medan magnet disebut gelombang
elektromagnet. Gelombang elektromagnet yang terlihat oleh panca indera manusia adalah
cahaya dengan panjang gelombang berkisar pada 300 – 700 nm (nanometer). Gelombang
diatas panjang gelombang 700 nm adalah inframerah dan dibawah 300 nm adalah ultraviolet.

Gambar 4.6 Gelombang Elektromagnet Berdasarkan Panjang Gelombang


Sumber : http://web.mit.edu

Seiring perkembangan zaman, pemanfaatan gelombang elektromagnet oleh manusia


semakin sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari dengan perkembangan pemahaman
tentang gelombang ini sendiri. Nama-nama seperti Isaac Newton dengan Hypothesis of
Lightnya, Christian Huygens dengan teori gelombang, Faraday dengan teori
elektromagnetisme, James Clerk Maxwell yang berhasil memperbaiki teori rambat
gelombangnya Chirtian Huygens, Max Planck dengan teori kuantum. Albert Einstein dan
Louis de Broglie yang menyatakana bahwa cahaya adalah bentuk partikel dan gelombang
dengan teori dualitas partikel-gelombang telah memberikan kontribusi yang besar dalam
memanfaatkan gelombang elektromagnet dalam kehidupan sehari-hari.
Cahaya matahari yang merupakan pancaran gelombang elektromagnet adalah salah
satu contoh dari sekian banyak bentuk energi yang kita dapat rasakan di bumi dan telah kita
manfaatkan sumber dayanya berabad-abad. Pemberdayaan energi matahari pada setiap zaman

53
semakin meningkat seiring dengan pengetahuan yang kita dapatkan dan salah satunya adalah
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang memanfaatkan energi foton cahaya matahari
menjadi energi listrik.

Gambar 4.7 Skematis Pembangkit Listrik Tenaga Surya

Sumber : theory of Operation of PV / Solar Cell, http://www.samlexsolar.com

Mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya sebegai alternatif batubara dan diesel
sebagai pengganti bahan bakar fossil yang bersih, tidak berpolusi, aman, dan persediannya
tidak terbatas.
Bahan sel surya terdiri dari kaca pelindung dan material adhesive transparan yang
melindungi bahan sel surya dari keadaan lingkungan, material anti-refleksi untuk menyerap
lebih banyak cahaya dan mengurangi jumlah cahaya dipantulkan, semi-konduktor P-type dan
N-type (terbuat dari campuran silikon) untuk menghasilkan medan listrik, saluran awal dan
saluran akhir (terbuat dari logam tipis) untuk mengirim elektron ke perabot listrik.
Cara kerja sel surya sebenarnya identik dengan piranti semikonduktor diode. Ketika
cahaya bersentuhan dengan sel surya dan diserap oleh bahan semikonduktor, terjadi
pelepasan elektron. Apabila elektron tersebut dapat menempuh perjalanan menuju bahan
semikonduktor pada lapisan yang berbeda, terjadi perubahan sigma gaya-gaya pada bahan.
Gaya tolakan antar bahan semikonduktor menyebabkan aliran medan listrik, dan
menyebabkan elektron dapat disalurkan ke awal dan akhir untuk digunakan pada perabot
listrik

54
PERTANYAAN DAN JAWABAN
Jawaban dalam buku tersebut tidak dianggap paling benar setiap orang dapat mempunyai pendapat
yang berbeda dengan jawaban yang sudah ada.

Soal No. 1: Perkembangan Energi Surya di Indonesia baik di Industri maupun


Perumahan.
Saat ini pengembangan PLTS di Indonesia telah mempunyai basis yang cukup kuat dari
aspek kebijakan. Namun pada tahap implementasi, potensi yang ada belum dimanfaatkan
secara optimal. Secara teknologi, industri photovoltaic (PV) di Indonesia baru mampu
melakukan pada tahap hilir, yaitu memproduksi modul surya dan mengintegrasikannya
menjadi PLTS, sementara sel suryanya masih impor. Padahal sel surya adalah komponen
utama dan yang paling mahal dalam sistem PLTS. Harga yang masih tinggi menjadi isu
penting dalam perkembangan industri sel surya. Berbagai teknologi pembuatan sel surya
terus diteliti dan dikembangkan dalam rangka upaya penurunan harga produksi sel surya agar
mampu bersaing dengan sumber energi lain.
Mengingat ratio elektrifikasi di Indonesia baru mencapai 55-60 % dan hampir seluruh
daerah yang belum dialiri listrik adalah daerah pedesaan yang jauh dari pusat pembangkit
listrik, maka PLTS yang dapat dibangun hampir di semua lokasi merupakan alternatif sangat
tepat untuk dikembangkan. Dalam kurun waktu tahun 2005-2025, pemerintah telah
merencanakan menyediakan 1 juta Solar Home System berkapasitas 50 Wp untuk masyarakat
berpendapatan rendah serta 346,5 MWp PLTS hibrid untuk daerah terpencil. Hingga tahun
2025 pemerintah merencanakan akan ada sekitar 0,87 GW kapasitas PLTS terpasang.
Dengan asumsi penguasaan pasar hingga 50%, pasar energi surya di Indonesia sudah
cukup besar untuk menyerap keluaran dari suatu pabrik sel surya berkapasitas hingga 25
MWp per tahun. Hal ini tentu merupakan peluang besar bagi industri lokal untuk
mengembangkan bisnisnya ke pabrikasi sel surya.

Soal No. 2: Apple Perusahaan Terbaik dalam Penggunaan Energi Terbarukan


Greenpeace, LSM yang konsen di bidang lingkungan melakukan pendataan terhadap
penggunaan energi perusahaan internet terkemuka di dunia.
Berdasarkan data terbaru yang dirilis April ini, Apple merupakan perusahaan internet
yang dinilai paling baik dalam penggunaan energi terbarukan. Apple menggunakan 100
persen sumber energi bersih untuk mengoperasikan iTunes dan iCloud. Perusahaan itu

55
menggunakan stasiun surya milik pribadi di salah satu wilayah di Amerika. Apple tidak
menggunakan batubara atau nuklir sebagai sumber energi untuk operasional perusahaan.
Indeks penggunaan energi bersih di situs jejaring Facebook sebesar 49 persen.
Perusahaan ini juga memperoleh poin A dalam hal komitmen untuk efisiensi energi.
Facebook menggunakan 7 persen gas natural, 25 persen batubara dan 16 persen dari nuklir.
Google menggunakan 48 persen energi bersih untuk operasional perusahaan termasuk untuk
mengoperasionalkan Gmail, youtube dan google play dari sumber-sumber yang bersih.
Sebesar 13 persen sumber energi di Google menggunakan gas alam, 22 persen menggunakan
batubara dan 15 persen bersumber dari nuklir. Sementara itu, Yahoo memiliki indeks energi
bersih sebesar 59 persen. Yahoo masih menggunakan 6 persen dari gas alam, 20 persen batu
bara dan 12 persen nuklir. Greenpeace menyerukan agar semua perusahaan website besar
untuk membuat komitmen menjadikan 100 persen energi bersih dan terbarukan.

Dari berbagai perusahaan, Greenpeace menilai Amazon dengan indeks energi bersih paling
rendah yaitu 15 persen. Amazon menggunakan 25 persen gas alam, 28 persen batu bara, dan
27 persen dari nuklir. Perusahaan itu juga mendapatkan skor F untuk penilaian transparansi
energi dan komitmen untuk penggunaan energi yang terbarukan.

Ford Akan Luncurkan Mobil Tenaga Surya


Produsen mobil AS Ford Motors mengumumkan bahwa perusahaan itu akan segera
meluncurkan apa yang disebut "kendaraan tenaga surya pertama di kelasnya."
Mobil yang dinamakan C-MAX Solar Energi Concept itu dapat berjalan "tanpa
bergantung pada listrik atau bahan bakar," menurut perusahaan tersebut.Ford mengatakan
mobil tersebut dapat memanfaatkan tenaga surya dengan menggunakan konsentrator khusus
yang bertindak seperti kaca pembesar, mengarahkan sinar matahari ke panel-panel surya pada
atap mobil.
Sinar matahari satu hari dapat memberikan kinerja sama dengan mobil hibrida listrik,
menurut perusahaan tersebut, dengan menambahkan bahwa mengemudi mobil tersebut dapat
mengurangi emisi gas buang yang biasanya dapat mencapai empat metrik ton satu mobil --
jumlah yang sama dikeluarkan oleh sebuah rumah di AS dalam empat bulan.
Ford mengatakan konsentrator sinar matahari di atap membuat mobil ini praktis untuk
penggunaan sehari-hari.
SunPower, yang telah menjadi mitra teknologi surya untuk Ford sejak 2011,
menyediakan sel-sel surya untuk atap mobil. Karena waktu lama yang diperlukan untuk

56
menyerap cukup energi untuk memberi tenaga kendaraan secara penuh, Ford meminta
bantuan pada Georgia Institute of Technology untuk meningkatkan sinar matahari untuk
membuat hibrida tenaga surya dapat digunakan sehari-hari.
Mobil ini akan dipamerkan di acara 2014 International CES di Las Vegas pada 7-10
Januari.Usai acara, Ford dan Georgia Tech akan mulai menguji kendaraan dalam sejumlah
skenario dunia nyata untuk melihat apakan konsep ini layak untuk produksi massal.

Soal No. 3: Alasan Penggunaan Energi Surya di Saudi Arabia atau Untropis
Meski cadangan minyak Saudi masih jauh dari menipis (hingga 80 tahun ke depan),
pemerintah telah memutuskan untuk menekankan program EBT-nya
dan memanfaatkan energi alternatif seperti Tenaga Angin, Radiasi Surya, dan Nuklir.
Langkah itu dipandang strategis, karena diperkirakan kebutuhan minyak akan meningkat
hingga 8 juta barrel/hari (th 2028) yang mendekati produksi hariannya dibandingkan saat ini
yang hanya sekitar 3,2 juta barrel/hari. Guna menjaga kemampuan ekspor minyak Saudi,
maka EBT harus berperan penting di masa depan. Negara penguasa teknologi di bidang
energi seperti Korea, Inggris, Amerika, Jepang, dan Perancis (termasuk Grup Areva Perancis
pemain di bidang industri nuklir) pernah berkonsultasi dengan Saudi. Grup Areva telah
menandatangani perjanjian kerjasama dg Grup Bin Laden Saudi di bidang energi Surya dan
nuklir.
Pertumbuhan listrik Saudi 10% per tahun, dan untuk 25 tahun ke depan diperkirakan
US$117miliar diinvestasikan ke sektor energi. Energi listrik telah memasok energi 80% ke
penduduk yang tinggal di perkotaan dan pusat industri melalui sistem jaringan listrik
nasional. Akan tetapi, hal itu akan menjadi tidak ekonomis bila jaringan tersebut dilebarkan
ke daerah yang jarang penduduknya. Oleh karena itu, beberapa komunitas/masyarakat
terpencil diatur sedemikian rupa agar memiliki jaringan dan sumber listrik tersendiri yang
diharapkan berasal dari sumber EBT guna memasok listrik 20% kebutuhan nasional.
Penggunaan energi terbarukan (angin dan surya) tidak hanya untuk memenuhi permintaan
listrik di daerah terpencil tetapi juga ikut mengkontribusi jaringan listrik nasional pada beban
puncak di musim panas.
Saat ini kebutuhan listrik Saudi mencapai 40 GW (yg sebagian besar berasal dari fosil
dan gas alam) dan diprediksi akan meningkat 75 GW (2018) hingga 120 GW pada tahun
2032. GUna mencapai itu, Saudi akan mengembangkan 23,9 GW (th 2020) dan 54,1 GW (41
GW dari PLTS, dan 13,1 MW dari PLTB, PLTP, dan PLT Limbah) (th 2032) agar menjadi
produsen ET terbesar di dunia. Saudi menginvestasikan USD100miliar untuk PLTS 41 MW.

57
Chief eksekutif Saudi Aramco, Khalid Al-Falih, bertujuan untuk memulai produksi sel
surya di Saudi Arabia dalam dua atau tiga tahun ini melalui kerjasama dengan produsel sel
surya thin film (lapisan tipis) dari Jepang Showa Shell Sekiyu KK, seperti dilaporkan koran
bisnis jepang Nikkei.Jika Aramco berrhasil memperkenalkan teknologi milik Showa Shell ke
Saudi Arabia, hal tersebut dapat berkontribusi besar terhadap sasaran utama negara Saudi
Arabia dalam diversifikasi industri, ujar beliau seperti dikutip di koran tersebut dalam suatu
wawancara.
Saudi Arabia, salah satu eksporter terbesar minyak bumi didunia, berharap untuk
mengurangi penggunaan dari energi fosil, yang lebih diutamakan untuk diekspor, dengan
membangun pabrik nuklir dan energi terbarukan.
Pada 2009, Aramco dan Showa Shell menandatangani perjanjian untuk membuat
fasilitas pembangkit surya berskala kecil , dan Showa Shell dan Saudi Electricity Co. (SEC)
tahun ini membuka pembangkit energi surya 500 kilowatt (kW) di Saudi Arabia.

Pembangkit energi surya pertama di Saudi Arabia di daerah Farasan dibuka tahun ini
dengan kapasitas sekitar 500 kW.
Sumber : arabnews.com

Spesialisasi Showa Shell adalah dalam sel surya terbuat dari copper (tembaga),
indium, dan selenium. Material ini tidak seefisien sel surya yang terbuat dari silikon dalam
mengkonversi cahaya menjadi listrik namun lebih murah, poin yang akan menjadi kunci di
masa depan.

Soal No. 4: Mekanisme Kerja Garam dalan Menyimpan Energi Surya


Garam yang akan digunakan sebagai penyimpan energi, dipaparkan ke sinar matahari.
Pemaparan tersebut akan menyebabkan garam memiliki sejumlah panas yang tersimpan.

58
Alasan utama garam digunakan sebagai media penyimpan energi adalah karena garam
memiliki kapasitas panas yang tinggi.

Garam yang digunakan sebagai media penyimpan energi haruslah dalam fasa cair.
Saat panas tersebut akan digunakan, garam dialirkan agar panas yang terdapat di dalamnya
dapat berpindah ke tempat yang dikehendaki.

Soal No. 5: Penerapan Energi Surya di Indonesia


Pemerintah Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara
Ternate (ANTARA News) - Pemerintah Kabupaten Halmahera Timur (Haltim), Maluku
Utara (Malut), mengembangkan listrik tenaga surya untuk mengatasi keterbatasan listrik di
daerah terpencil.
Kepala Bidang Transmigrasi, Dinas Sosial dan Transmigrasi Kabupaten Haltim,
Rahmania Pauwah mengatakan di Ternate, Sabtu, Pemkab Haltim tengah mengembangkan
listrik tenaga surya yang akan dimanfaatkan bagi masyarakat yang berada di daerah terpencil
seperti di kawasan Wasilei.
Menurut dia, disamping melalui bantuan dana APBD tahun ini, Pemkab Haltim juga
saat ini tengah berupaya mendapatkan bantuan dari pemerintah pusat dalam rangka
mengantisipasi keterbatasan listrik di daerah yang masih terisolir dan terpencil.
"Ini merupakan bagian dari komitmen untuk menyukseskan program transmigrasi
dalam menuntaskan program Pembangkit Listrik Tenaga Surya," katanya.
Oleh karena itu, untuk penerangan di kawasan transmigrasi di kawasan Wasilei, saat
ini telah dianggarkan melalui APBD tahun 2012 senilai Rp4,2 miliar.
Selain itu, pemkab Haltim juga akan menggunakan bantuan 358 unit lampu jalan yang siap
diserahkan Kementrian Nakertrans ke Pemda Haltim nantinya untuk masyarakat di pedesaan.
Ia mengatakan, sebagai instansi yang ditugaskan memperhatikan para warga
transmigran di kabupaten Haltim, Disnakertrans, tambahnya, terus melakukan program untuk
memberikan pelayanan para warga transmigran di daerahnya.
Sehingga, dengan bantuan tersebut, masyarakat di pedalaman Wasilei yang selama ini
belum menikmati fasilitas listrik bisa teratasi.
Selain itu, melalui Program Pembinaan Pemukiman Masyarakat Kawasan
Transmigrasi (P2MKT), Disnakertrans juga telah melakukan pembangunan sarana rumah
ibadah, ruang belajar siswa SD anak-anak warga transmigrasi termasuk bantuan seragam
sekolah sampai fasilitas ATK kelas dan meja kursinya.

59
"Bahkan kami telah berhasil membuka kelas jarak jauh untuk anak-anak di SP IV
untuk program belajar mengajar dengan SD Negeri Wasileo," ujarnya.

Pemerintah Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan


Pemerintah kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan memberikan pembangkit listrik tenaga
surya bagi dua desa terpencil yakni Desa Dambung Raya dan Desa Hegar Manah Kecamatan
Bintang Ara.
Untuk pembelian pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) pemkab Tabalong
mengalokasikan dana sekitar Rp899 juta.
Camat Bintang Ara, Rahman Nor Yadin mengatakan selama ini warga desa Dambung
Raya dan Desa Hegar Manah hanya menggunakan lampu minyak dan genset untuk
penerangan.
Selain berada di daerah terpencil, dua desa tersebut juga berada di perbatasan
Tabalong (Kalimantan Selatan) - Barito Timur (Kalimantan Tengah). "Warga desa sangat
bersyukur bisa menikmati penerangan listrik di malam hari dan program ini cukup membantu
kegiatan desa termasuk keinginan warga bisa menikmati televisi," jelas Rahman.
Sebanyak 150 unit PLTS diberikan bagi desa Dambung Raya dan Hegar Manah,
masing-masing sebanyak 98 unit dan 52 unit.
Sebelumnya penggunaan PLTS diujicoba di Desa Panaan Kecamatan Bintang Ara
namun sempat diprotes warga karena listri ktenaga surya hanya mampu untuk satu lampu
penerangan.
Sebaliknya dengan genset, selain untuk lampu penerangan juga bisa digunakan
menyalakan peralatan lain seperti televisi
"Dengan mesin genset memang perlu bahan bakar namun bisa digunakan untuk lampu
penerangan dan televisi, sedangkan pembangkit listrik tenaga surya terbatas hanya satu lampu
penerangan," komentar Mahyuni satu warga Desa Panaan.
Penerapan PLTS lainnya oleh BPPT dimulai dengan pemasangan 80 unit PLTS (Solar
Home System, Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya untuk Lampu Penerangan Rumah) di
Desa Sukatani, Jawa Barat pada tahun 1987. Setelah itu pada tahun 1991 dilanjutkan dengan
proyek Bantuan Presiden (Banpres Listrik Tenaga Surya masuk Desa) untuk pemasangan
3.445 unit SHS di 15 propinsi yang dinilai layak dari segi kebutuhan (tidak terjangkau oleh
PLN), kemampuan masyarakat setempat (pembayaran dengan cara mencicil) dan persyaratan
teknis lainnya.
Soal No. 6: Perbandingan Harga Listrik PLN dengan Listrik Negara Surya
60
Listrik dari PLN (asumsi golongan tarif rumah tangga R3 3500-5500 VA)
 Biaya per kwh = Rp. 1279,-
 Biaya per kw = Rp. 1279,- dibagi 24
= Rp. 53.3,-
Listrik PLTS dari Bakrie Power dengan kapasitas 7500 kw
 Biaya per kw = Rp. 2000,-
Bisa disimpulkan dari perbandingan biaya listrik di atas, bahwa memang jika dilihat
dari segi harga, energi listrik dari PLN yang menggunakan bahan bakar konvensional, jauh
lebih murah. Tetapi, penggunaan sel surya sebagai sumber tenaga listrik adalah soal menjaga
lingkungan.
Energi listrik dari PLN memang murah, namun menyisakan banyak persoalan
mengenai pencemaran dan isu kehabisan bahan bakar fossil. Di sisi lain, investasi energi
surya memang mahal, namun kerjanya sangat ramah lingkungan karena tidak menghasilkan
limbah.
Masalah mengenai tenaga surya ini memang hanya tinggal persepsi masing-masing.
Apakah tetap ingin menggunakan listrik PLN yang menyisakan banyak masalah atau
menggunakan listrik tenaga surya yang meski mahal investasinya namun sangat ramah
lingkungan?
Soal No. 7: Implementasi Tenaga Surya di Pedesaan
Indonesia saat ini, yang masih berstatus negara berkembang, masihlah sulit untuk
mengembangkan energi surya. Pendapatan per kapita Indonesia masih rendah, terutama
masyarakat pedesaan. Jauh-jauh membeli sel surya, membayar listrik pun terkadang
merupakan satu kesulitan tersendiri.
Agar tenaga surya dapat terimplementasikan di wilayah pedesaan, haruslah ada
program serius dari pemerintah. Karena memang sampai saat ini, tenaga surya yang terpasang
di sana adalah program pemerintah. Berarti, harus ada proporsi yang tepat tentang
pengalokasian dana APBN untuk implementasi listrik tenaga surya.
Permasalahan utama belum optimalnya pengimplementasian listrik tenaga surya di
Indonesia adalah masalah biaya. Hal ini disebabkan karena sampai saat ini, piranti utama
yang mengubah/mengkonversi tenaga matahari menjadi tenaga listrik (sel fotovoltaik) masih
merupakan piranti yang didatangkan dari luar negeri. Pembelian piranti tersebut tentu
memakan banyak biaya. Oleh karena itu, agar tenaga surya lebih mudah diterapkan di
Indonesia, khususnya pedesaan, Indonesia harus memiliki pabrik yang membuat sel
fotovoltaik sendiri.

61
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2008. “Pergerakan Lempeng”. http://leenxx.wordpress.com/pergerakan-lempeng/


[diakses 6 Oktober 2014]
Wikipedia. http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangkit_listrik_tenaga_panas_bumi [diakses 6
Oktober 2014]
Marliska, Elif Doka. TT. “Sekilas tentang PLTP di Indonesia”
http://www.djlpe.esdm.go.id/modules/news/mbl_detail.php?news_id=3205 [diakses 6
Oktober 2014]
Anonim. tt. Energi Surya. http://www.litbang.esdm.go.id. [Diakses 26 September 2014]
Anonim. 2004. Energi Surya. http://id.wikipedia.org/wiki/Energi_surya. [Diakses 26
September 2014]
Anonim. 2012. Cara KErja Sel Surya Fotovoltaik. http://www.indoenergi.com/2012/04/cara-
kerja-sel-surya-fotovoltaik.html. [Diakses 26 September 2014]
Anonim. Tenaga Surya. http://solarsuryaindonesia.com/tenaga-surya. [Diakses 26 September
2014]

62
Witjaksana, Yani. 2005. Pemnafaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Nasional.
http://www.energiindonesia.org/issue_detail.php?idberita=3. [Diakses 26 September
2014]
Anonim. 2014. Ford Akan Luncurkan Mobil Tenaga Surya.
http://www.voaindonesia.com/content/ford-akan-luncurkan-mobil-tenaga-
surya/1823987.html. [Diakses 30 September 2014]
Anonim. 2012. Pemkab Tabalong Berikan PLTS Bagi Dua Desa Terpencil.
http://city.seruu.com/read/2012/09/06/117344/pemkab-tabalong-berikan-plts-bagi-dua-
desa-terpencil. [Diakses 30 September 2014]
Anonim. 2011. Saudi Aramco dan Showa Shell berencana bekerja sama memproduksi sel
surya di Saudi Arabia.
http://teknologisurya.wordpress.com/author/teknologisurya/page/4/. [Diakses 30
September 2014]
Antara News. 1 September 2012. Pemkab Haltim kembangkan listrik tenaga surya.
http://www.antaranews.com/berita/330628/pemkab-haltim-kembangkan-listrik-tenaga-
surya. [Diakses 30 September 2014]
Ayu. 2012. Pemanfaatan Energi Surya.
http://ayups87.wordpress.com/2012/08/19/pemanfaatan-energi-surya/. [Diakses 30
September 2014]
http://www.litbang.esdm.go.id

63
64

Anda mungkin juga menyukai