TEKNIK PEMBAKARAN
(TMT3731)
Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat dan anugerahNya sehingga Diktat Kuliah Teknik Pembakaran ini dapat
Teknik Mesin Institut Sains dan Teknologi AKPRIND. Diktat ini berisikan materi
dilengkapi dengan contoh soal dan penyelesaiannya serta soal soal latihan sehingga
semoga Diktat Kuliah Teknik Pembakaran ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa
Penulis
A. A. Putu Susastriawan
ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul i
Kata Penghantar ii
I. Bahan Bakar 1
II. Stoichiometric 16
III. Thermochemistry 30
IV. Flame 43
V. Emisi Pembakaran 51
Daftar Pustaka 55
iii
I. BAHAN BAKAR
Bahan bakar (Fuel) adalah suatu zat yang jika bercampur dengan oksidan dan
dibakar akan terjadi reaksi kimia sehingga dapat melepaskan sejumlah energi panas.
Bahan bakar hidrokarbon mengandung unsur utama Karbon dan Hidrogen. Dalam
bahan bakar, elemen-elemen yang bisa terbakar adalah Karbon (C), Hidrogen (H), dan
Sulphur (S)
- Emisi rendah
- Bensin (gasoline)
- Solar (diesel)
IST. AKPRIND | 1
- Liquid propellant
- Ethanol
- Methanol, dll
- Batubara (Coal)
- Biomassa
- CNG dibuat dengan melakukan kompresi Metana (CH4) yang diekstrak dari Gas
alam
- Diproduksi dari suatu sumur minyak dengan kandungan utama propana (C3H8)
- Refinery gases
IST. AKPRIND | 3
(D) Gases from some fermentation
- Biogas
hidrokarbon berat (rantai karbonnya), misal CH4 sampai C62H126. Petroleum digunakan
sebagai bahan bakar baik yang masih mentah (crude oil) maupun yang sudah diolah
Density
Rasio antara massa bahan bakar terhadap volumenya pada temperature 150C,
Perbandingan antara berat bahan bakar terhadap berat air pada 40C (SG air adalah 1).
IST. AKPRIND | 4
Tabel 1.1. Specific gravity beberapa bahan bakar cair
Dibandingkan dengan bahan bakar gas atau cair, bahan bakar padat mengandung
impurity berupa air, abu, nitrogen dan sulfur dalam jumlah yang signifikan
IST. AKPRIND | 5
Jenis-jenis bahan bakar padat
Biomassa
dapat dibagi menjadi kayu dan non-kayu. Misal: gerajen kayu, bagase (ampas tebu),
Peat
Batubara
berasal dari fosil biomassa yang telah terkubur selama ratusan ribu tahun. Batubara
Cokes
Didapat dari solid residue yang tertinggal setelah dilakukan destructive distillation
pada batubara.
Briquettes (Briket)
Dibuat dari coke yang dikompressi menjadi bentuk-bentuk tertentu dengan bahan
Jenis-jenis batubara
1. Lignite
sifatnya mirip dengan peat (sampah tanaman) yaitu banyak mengandung air dan
2. Subbituminous
berwarna hitam kusam. Kandungan air lebih sedikit dibanding dengan lignite.
3. Bituminous
berwarna hitam gelap dengan kandungan air yang rendah dan kandungan unsur
volatil tinggi sampai medium. Bitumious lebih tahan terhadap cuaca dibanding lignite
dan subbituminous.
IST. AKPRIND | 6
4. Anthracite
berujud keras, mudah retak, dan mengkilap. Hampir tidak mengandung air atau
volatil.
IST. AKPRIND | 7
Properties bahan bakar padat
Untuk pengetahui properties bahan bakar padat, dilakukan uji proksimat dan uji
ultimate
Uji Proksimat
Uji Ultimat
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui semua elemen penyusun bahan bakar
solid (Carbon, Hidrogen, Oksigen, Nitrogen, Sulfur, Ash), termasuk kadar air
Pengujian yang dilakukan untuk mengetahui nilai kalor bahan bakar. Pengujian
IST. AKPRIND | 8
Heating Value (Nilai Kalor)
Heating Value (HV) adalah jumlah kalor atau panas yang dihasilkan dari pembakaran
sempurna 1 satuan unit massa (solid & liquid fuels) atau 1 satuan volume (gaseous fuels).
HV disebut pula dengan Calorific Value (CV). Satuan HV adalah kJ/kg (Metric Unit)
dan Btu/lb (British Unit), atau untuk gaseous fuel: kJ/m3, Btu/ft3. Ada dua jenis HV, yaitu
Higher Heating Value (HHV) dan Lower Heating Value (LHV). HV dapat diukur dengan
Calorimeter atau dihitung dengan Dulong’s Formula jika Propertis Ultimat bahan bakar
sudah diketahui
2 H2 + O2 → 2 H2O + Heat
tersebut bisa tetap dalam keadaan uap (H2O(g)) atau jika didinginkan akan mengembun
menjadi cairan (H2O (l)). JIka H2O(l) terdapat dalam product pembakaran saat pengujian
maka disebut Higher Heating Value (HHV). Higher Heating Value (HHV) disebut juga
dengan Gross Calorific Value (GCV). Sedangkan jika H2O(g) terdapat dalam product
pembakaran saat pengujian maka disebut Lower Heating Value (LHV). Lower Heating
Jika HHV bahan bakar diketahui, LHV bahan bakar tersebut dapat dihitung dengan
rumus berikut
Dimana ms adalah kg air yang terbentuk tiap 1 kg bahan bakar atau lb air yang terbentuk
tiap 1 lb bahan bakar dan H2 adalah persentase hidrogen dalam bahan bakar
IST. AKPRIND | 9
Contoh Soal
1. Diketahui komposisi massa suatu bahan bakar sebagai berikut: 85% Carbon, 12,5%
Hidrogen, 2,5% residual matter. Hitunglah higher heating value dan lower heating
Penyelesaian
2. Komposisi massa hasil uji ultimate analysis batubara sebagai berikut: C = 75% ,H2 =
6%, O2 = 8%, N2 = 2,5%, S = 1,5%, Ash = 7%. Hitungah higher dan lower heating value
batubara tersebut
IST. AKPRIND | 10
Penyelesaian
Dimana
Gas Calorimeter
Dimana
IST. AKPRIND | 12
mw = massa air pendingin (kg)
Contoh Soal
3. Satu gram spesimen batubara (coal) dengan 6% Hidrogen diuji didalam bomb
kalorimeter dengan ekivalen air apparatus 390 gram dan air isian kalorimeter 2,5 kg.
Jika setelah pengujian kenaikan temperature air adalah 2.60C, maka berapa higher
Penyelesaian:
IST. AKPRIND | 13
4. Berikut adalah data pengujian bahan bakar gas dalam gas calorimeter: Volume gas
terbakar 0,7 m3 pada STP (150C, 1 atm), massa air pendingin 5 kg, kenaikan
temperature air pendingin 140C dan massa uap air hasil pembakaran 0,028 kg.
Hitunglah higher heating value dan lower heating value bahan bakar gas tersebut
tersebut!
Penyelesaian:
IST. AKPRIND | 14
Soal Latihan
1. Hasil uji ultimat Fuel A dan Fuel B seperti terlihat pada tabel, hitunglah HHV dan
C 85 91
H2 10 3
O2 - 2
N2 - 0,8
S 2 0,8
Ash 3 2,4
2. Satu gram spesimen batubara (coal) dengan 4% Hidrogen diuji didalam bomb
kalorimeter dengan ekivalen air apparatus 0,75 kg dan air isian kalorimeter 2,5 kg.
Temperature air sebelum dan sesudah pengujian masing-masing 17,50C dan 200C.
Hitunglah berapa higher heating value dan lower heating value coal tersebut!
IST. AKPRIND | 15
II. STOICHIOMETRIC
pembakaran, seperti air-fuel ratio, udara pembakaran, equivalence ratio, dan lainnya.
Reaksi Pembakaran
berlangsung sangat cepat yang menghasilkan panas (heat) disertai cahaya (flame) ataupun
reaksi oksidasi yang berlangsung lambat yang menghasilkan sedikit panas tanpa disertai
cahaya
2. Oksigen (Oxidizer)
Reaksi Oksidasi
Oksidasi adalah reaksi kimia yang melibatkan oksigen (oxidizer). Reaksi oksidasi
merupakan reaksi exothermic yaitu reaksi yang menghasilkan kalor/panas (heat). Udara
IST. AKPRIND | 16
mengandung oksigen sehingga udara paling sering digunakan sebagai oxidizer dalam
pembakaran.
Udara
IST. AKPRIND | 17
Ratio O2 & N2 dalam udara Oxidizer
Air-Fuel ratio
Proporsi antara udara dan bahan bakar disebut dengan Air-Fuel Ratio (dalam
massa maupun dalam molar) Proporsi bahan bakar dan udara yang menghasilkan
ratio. Fuel Rich Mixture adalah campuran kelebihan bahan bakar (excess fuel). Fuel Lean
Sering pula disebut dengan udara teoritis pembakaran. Jumlah udara yang
diperlukan untuk pembakaran sempurna (pembakaran stoikiometri) bahan bakar
tertentu
IST. AKPRIND | 18
Stoichiometric Air-Fuels Ratio (A/F)s
Perbandingan udara dan bahan bakar pada campuran stoichiometri, umumnya
m udara
(A/F ) =
m fuels
(A/F )s (F/A )
Φ= =
(A/F ) (F/A )s
Equivalence Ratio mengindikasikan jenis campuran bahan bakar-oxidizer.
- Rich Mixture (Φ >1), campuran dengan bahan bakar berlebih (excess fuel)
- Lean Mixture (Φ< 1), campuran dengan udara berlebih (excess air)
IST. AKPRIND | 19
Udara Berlebih (Excess Air)
Guna tercapainya semua bahan bakar terbakar, maka dalam prakteknya digunakan
udara yang berlebihan dari udara stoiciometri (excess air). Biasanya digunakan 10%-
60% excess air. Besarnya excess air tergantung dari 3T (Time, Temperature, dan
%excess air =
(1 − Φ) x100%
Φ
Bahan bakar hidrokarbon umumnya terdiri dari unsur utama Hidrogen dan Carbon,
serta usur lainnya oksigen, nitrogen, dan sulfur. Misal bahan bakar hidrokarbon yang
terdiri dari karbon, hydrogen dan oksigen, disimbolkan dengan CxHyOz. x, y, dan z
masing masing menunjukkan jumlah atom karbon, hidrogen, dan oksigen dalam
bahan bakar tersebut. Stoichiometric Air-Fuel Ratio dapat dihitung dengan persamaan
berikut
Mass basis
Volume basis
Stoichiometric Mixture
Molar Balance
Carbon : n1 = x
Hydrogen : n2 = y/2
IST. AKPRIND | 20
Oxygen : n1 + 0.5n2 = ms + 0.5z
Nitrogen : n6 = 3.76ms
Non-Stoichiometric Mixture
Molar Balance
Carbon : n1 + n3 = x
Hydrogen : n2 + n4 = y/2
Nitrogen : n6 = 3.76m
Molar Balance
Carbon : n1 + n3 = x
Hydrogen : n2 = y/2
Nitrogen : n6 = 3.76m
Molar Balance
Carbon : n1 = x
Hydrogen : n2 = y/2
Nitrogen : n6 = 3.76m
IST. AKPRIND | 21
Contoh Soal
1. Hitunglah Air-Fuel Ratio dan Fuel Air Ratio pembakaran stoichiometric mixture
Penyelesaian
IST. AKPRIND | 22
2. Hitunglah jumlah udara yang diperlukan untuk mendapatkan campuran
Penyelesaian:
3. Hitunglah Air-Fuel Ratio dan Fuel Air Ratio Stoichiometri untuk pembakaran Bensin
(gasoline/isooctane = C8H18).
Penyelesaian:
IST. AKPRIND | 23
Analisa Volumetric dan Analisa Gravimetric
sebailnya.
Contoh Soal
1. Diketahui komposisi flue gas (gas hasil pembakaran) by volume: 14% CO2, 1% CO, 5%
Penyelesaian:
IST. AKPRIND | 24
CO = 1%=0,01
O2 =5%= 0,05
N2 = 80% = 0,80
2. Diketahui gravimetri flue gas: 13,3%CO2, 0,95%CO, 8,35%O2, dan 77,4% N2. Ubahlah
ke komposisi volumetric
Penyelesaian:
Analisa Gravimetric
CO2 = 13,3%
CO = 0,95%
O2 = 8,35
N2 = 77,4%
IST. AKPRIND | 25
Analisis Pembakaran Batubara (Coal)
Kompisisi persentase Karbon (C), Hidrogen (H2), Oksigen (O2), Nitrogen (N2),
Sulphur (S), dan Ash dari batubara dapat dianalisa dengan uji ultimat. Sedangkan
komposisi gas hasil pembakaran (flue gas) dapat diukur dengan orsat meter. Hasil uji
ultimat dan uji flue gas digunakan untuk menentukan jumlah udara teoritis dan aktual
pembakaran batubara, Air-Fuel Ratio, excess air, maupun berat dry flue gas per berat
batubara
C, H2, S, dan O2 adalah persentase Carbon, Hidrogen, Sulphur dan Oksigen dalam
batubara
Contoh soal
1. Hasil uji ultimate batubara coal dan uji flue gas dari pembakran batu bara tersebut
IST. AKPRIND | 26
Hitunglah:
Penyelesaian:
IST. AKPRIND | 27
Massa Carbon di dalam flue gas
Udara actual
100 100
Air act = x total mass N2 == x 12,52 = 16,3 kg
77 77
Air-Fuel ratio
(A/F) = 16,3/1
Udara berlebih
IST. AKPRIND | 28
Persentase Udara berlebih
Soal latihan
1. Hitunglah berapa molar udara stokiometri yang diperlukan untuk bahan bakar
metana
2. Hitunglah ekivalen ratio untuk pembakaran Bensin dengan 20% excess air
3. Diketahui komposisi flue gas (gas hasil pembakaran) by volume: 15% CO2, 5% CO, 5%
4. Hasil uji ultimat batubara dan uji flue gas seperti ditunjukkan dalam tabel berikut.
Htunglah:
IST. AKPRIND | 29
III. THERMOCHEMISTRY
kimia prose pembakaran. Persamaa keadaan yang telah dipelajari dalam termodinamika
Equation of State
P V = N Ru T
P V =mR T
P v =R T
P =ρR T
Ru
R=
MW
Dimana
IST. AKPRIND | 30
Konstanta Gas Universal
Persamaan internal energy (u) dan enthalpy (h) sebagai fungsi dari Temperature (T)
u = u (T, v)
h = u (T, P)
dimana
Dimana
IST. AKPRIND | 31
Campuran Gas Ideal (Gas Ideal Mixture)
Fraksi Molar
Ni Ni
Xi ≡ =
N1 + N 2 + .....Ni + ....... N tot
Dimana
Fraksi Massa
mi mi
Yi ≡ =
m1 + m 2 + .....mi + ....... m tot
Dimana
Berat molekul
1
MWmix = ∑X i MWi =
Yi
∑ MW
i
IST. AKPRIND | 32
Fraksi molar ↔ Fraksi massa
Dimana
Enthalpy campuran
Entropy campuran
Dimana
• Molar specific entropy pada standard state dapat dilihat pada Appendix A (S.R. Turn)
IST. AKPRIND | 33
Latent Heat Vaporization
untuk menguapkan 1 unit massa cairan didalam constant pressure process pada
Vaporization
Latent Heat of Vaporization beberapa fuels dapat dilihat pada Appendix B (Turns, S.R)
pada standard reference state (Tref = 250C =298,15 K, P0=1 atm) ditambah dengan
Dimana
Contoh soal
1. Aliran gas pada 1 atm terdiri dari CO, CO2 dan N2 dengan mole fraction CO adalah
0,1 dan mole fraction CO2 adalah 0,2. Aliran gas bertemperature 1200 K. Hitunglah
IST. AKPRIND | 34
Penyelesaian
Diketahui
XCO = 0,10; XCO2 = 0,20 ; T = 1200 K ; P = 1 atm, XN2 = 1 – XCO – XCO2 = 0,7
Dihitung
Dimana
Untuk menghitung absolute Enthalpy by mass, terlebih dahulu tentukan dulu Molecular
IST. AKPRIND | 35
b. Mass fraction CO, CO2 dan N2
X i MWi
Yi =
MWmix
Enthalpy of Combustion
of Combustion dapat dihitung dari Enthalpy Reaktan dan Enthalpy Produk. Misal, steady
IST. AKPRIND | 36
Gambar 3.2. Enthalpy of formation
Pada kondisi (250C, 1 atm) 1 kmol reaktan mempunyai enthalpy -74,831 kJ. Pada kondisi
yang sama produk pembakran mempunyai absolute enthalpy – 877,236 kJ, maka
Δ HR= Hprod - Hreac
Δ HR= -877,236-(-74,831)
Δ HR= -802,405 kJ
temperature)
IST. AKPRIND | 37
Contoh soal
2. Tentukan HHV dan LHV n-decane gas pada temperature 298 K (C10H22) per kilomol
Penyelesaian
Dengan
Maka
Dimana
IST. AKPRIND | 38
dan
ΔH c 6830096 kJ kJ
Δh c = = = 6830096
N(C 10 H 22 ) 1 kmol kmolC 10 H 22
atau
hc 6830096 kJ/kmol kJ
Δh c = = = 48003
MW (C 10 H 22 ) 142,284 kg/kmoll kg C 10 H22
sehingga
3. Jika Enthalpy of Vaporization n-decane adalah 359 kJ/kg fuel pada temperature 298
Penyelesaian
IST. AKPRIND | 39
Adiabatic Flame Temperature
pembakaran (secara theory). Tidak pernah tercapai dalam prakteknya (tidak ada
Adibatic Flame Temperature dari proses pembakaran pada tekanan konstan didalam
Tinit Tad
h react − h prod − R u − =0
MWreact MWprod
Contoh soal
IST. AKPRIND | 40
4. Hitunglah Adiabatic Flame Temperature pembakaran stoikiometri Methana-Udara
Penyelesaian
Asumsi:
H react = Hprod
Σ N i h i = Σ Ni h i
react prod
IST. AKPRIND | 41
IST. AKPRIND | 42
IV. FLAME
dengan Deflagrasi. Sedangkan jika perambatan ini terjadi pada kecepatan supersonic,
Jenis Flame
1. Premixed flame
IST. AKPRIND | 43
Klasifikasi berdasarkan aliran
1. Laminar flame
2. Turbulen flame
Fuel dan oxidizer bercampur sempurna sebelum proses pembakaran. Nyala dari Bunsen
IST. AKPRIND | 44
Gambar 4.4. Laminar flame structure
IST. AKPRIND | 45
Korelasi Laminar Flame Speed
Korelasi untuk mengetahui Laminar Flame Speed dari nyala api pembakaran
Dimana
P = pressure
Dimana
IST. AKPRIND | 46
Tabel 4.1. Konstanta BM, B2, ΦM beberpa hidrokarbon
Temperature Exponential
Pressure Exponential
Contoh soal
Penyelesaian
IST. AKPRIND | 47
b. Pada Temperatur 685 K dan Tekanan 18 atm
Temperature Exponential
Pressure Exponential
Catatan
• Laminar Flame Speed berkurang dengan kenaikan percentase dilluent (exhaust gas
recirculation)
Fuel dan oxidizer terpisah. Reaksi pembakaran terjadi pada interface fuel dengan
oxidizer. Laju pembakaran tergantung pada laju difusi reaktan. Candle flame adalah
contoh dari diffusion flame (Resedential application). Design consideration adalah flame
geometry/shape. Flame shape tergantung pada: fuel flow rate, fuel type, other factors
IST. AKPRIND | 48
Gambar 4.6. Diffusion flames structure
Flammability limits
Flammability limits adalah batas mampu nyala campuran bahan bakar dengan
oxidizer (batas bawah-batas atas). Propagasi nyala (flame propagation) hanya terjadi
dalam rentang konsentrasi tertentu dari campuran bahan bakar dengan oxidizer (the
leanest mixture – the richest mixture). Flammibility limits dipengaruhi juga oleh kehilangan
kalor dari sistem (misal karena radiasi dari gas hasil pembakaran ke udara sekitarnya).
Flame Stabilization
Flame stabilization salah satu kriteria penting yang harus diperhatikan didalam
perancangan burner untuk mencegah terjadinya flashback dan liftoff. Flashback dan
liftoff berkaitan dengan menyesuaikan kecepatan laminar flame pada burner dengan
kecepatan campuran keluar burner. Flame hanya mampu bertahan stabil hanya pada
rentang kecepatan tertentu. Jika kecepatan campuran jauh lebih rendah dari laminar
flame speed, maka flame akan berpropagasi ke saluran buner dan disebut dengan
tanki bahan bakar. Menjamin tidak terjadi flashback nyala ke tank, burner harus
dilengkapi dengan flame arrester. Sebaliknya jika kecepatan nyala jauh lebuh tinggi dari
IST. AKPRIND | 49
laminar flame speed, maka akan terjadi liftoff yaitu kondisi dimana nyala tidak
IST. AKPRIND | 50
V. EMISI PEMBAKARAN
Jenis pollutant dari emisi pembakaran berupa particulate matter (soot, ash,
nitrous oxide, and carbon dioxide.. Pollutant ini perlu dihindari dengan pengendalian
paramater operasi dan terhadap bahan bakar. Thermal NO merupakan sumber utama
N2O-Intermediate Mechanism
Mekanisme ini penting dalam lean combustion (Φ < 0.8). Control strategies untuk lean-
mechanism).
EGR berfungsi untuk mengontrol pembentukan gas NOx pada gas buang. NOx
terbentuk karena meningkatnya temperatur pada ruang bakar. Sistem EGR bekerja
untuk mengalirkan kembali gas buang ke ruang bakar melalui intake manifold, untuk
memperkurus campuran udara bensin sehingga temperatur ruang bakar akan turun
Catalytic Converter
Catalist adalah suatu zat yang menimbulkan reaksi kimia yang zat itu sendiri tidak
berubah bentuk maupun beratnya. Sebagai contoh apabila HC, CO dan NOx
dipanaskan dengan oksigen sampai 500 ºC, tidak terjadi reaksi kimia. Akan tetapi
IST. AKPRIND | 52
apabila pemanasan tersebut berlangsung di catalyst maka akan terjadi reaksi kimia
dan gas ini berubah menjadi CO2, H2O dan N2 yang tidak berbahaya. Pada umumnya
catalyst terbuat dari platinum, palladium, iridium, rhodium dan lain-lain. Catalyst
ditempelkan pada permukaan carrier agar permukaan yang terkena gas buang
bertambah.
Type ini merupakan yang paling ideal dari semua type catalytic converter. Karena
tidak hanya CO dan HC saja yang dirubah menjadi zat non polusi tetapi juga NOx.
NOx + CO N2 + CO2
IST. AKPRIND | 53
NOx + HC N2 + CO2 + H2O
O2 + CO CO2
O2 + HC H2O + CO2
Agar type converter ini dapat bekerja dengan baik maka syarat mutlak yang harus
dipenuhi adalah perbandingan udara dan bensin harus sedekat mungkin dengan
- Sistem ini digunakan pada sistem control emisi untuk mengurangi polusi udara.
Catalyst System
IST. AKPRIND | 54
DAFTAR PUSTAKA
1. Turns S.R., 2000, “An Introduction to Combustion: Concepts and Application”, 2nd
Ed., McGraw-Hill.
2. Kurmi R.S., Gupta J.K., 2008, ”A Textbook of Thermal Engineering”, S.Chand &
3. Cengel, Y.A., and M.A. Boles: “Thermodynamics: An Engineering Approach”, 6th Ed., Tata
IST. AKPRIND | 55