Anda di halaman 1dari 16

Tugas 3

Pertimbangan Dalam Pemilihan Boiler


Miskli Iska Nanda (4216106006)
Jurusan Teknik Sistem Perkapalan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Kampus ITS Keputih, Sukolilo, Surabaya 60111

1. Pendahuluan
Boiler merupakan salah satu mesin ataupun alat yang sangat penting dalam dunia
Perkapalan. Permasalahan pokok dalam perancangannya adalah bagaimana caranya untuk
menentukan boiler yang akan kita pilih agar efektuf dan sesuai dengan kebutuhan.
Pertimbangan ini memerlukan banyak langkah-langkah. Banyak asumsi-asumsi dari
berbagai sumber yang telah dimuat mulai dari desain hingga finishing. Asumsi tersebut dapat
berupa perhitungan desain dan pengalaman dari perancang kapal dalam ketelitiannya yang
diinginkan dalam analisa khir nanti.

2. Isi Artikel
2.1 Umum
Untuk merancang pembangkit yang menghasilkan uap sesuai dengan kebutuhan pada
tekanan dan instalasi tertentu, banyak faktor yang mempengaruhi dalam rancangan maupun
pemilihan. Pengoperasian yang efisien dan memudahkan dalam perawatan pada saat
membakar berbagai bahan bakar merupakan persyaratan yang harus diwajibkan di seluruh
dunia. Boiler juga harus mempunyai ruangan-ruangan yang mudah dalam perawatan di
dalam ruang mesin baik pada saat inspeksi maupun operasi. Meskipun ringan, boiler harus
cukup kokoh untuk beroperasi dengan nyaman pada saat kondisi di laut yang buruk. Operasi
di atas rentang beban yang lebar, dengan sedikit perhatian, dan karakterisik operasi yang
kompatibel dengan otomasi tingkat tinggi juga diperlukan. Faktor-faktor yang digunakan
baik dalam desain termal dan struktural harus konservatif untuk memberikan kepasrtian
bahwa operasi terus menerus untuk dapat digunakan selama periode waktu yang lama.
Akhirnya, boiler harus memenuhi peraturan badan pengawas ataupun badan klasifikasi.

2.2 Cycle Requirement


(Harrington RL, 1992) Perancangan marine boiler secara langsung dipengaruhi oleh siklus
panas yang dipilih oleh arsitek kapal. Tekanan uap dan suhu yang lebih tinggi dapat
membuat pengurangan ukuran dan berat dari perancangan propulsi yang mungkin
diberikan, atau memasang daya yang lebih tinggi di tempat yang sama. Selama perang dunia
ke 2, kebanyakan kapal-kapal angkatan laut beroperasi pada 600 psig – 850 F sementara
tenaga uap pada tekanan 450 psig – 750 F kebanyakan digunakan pada kapal dagang. Pada
2 Pertimbangan Dalam Pemilihan Boiler

era pasca perang angkatan laut takanan dinaikkan sampai 1200 psig – 950 F untuk konstruksi
tempurnya. Pada akhir 1940 dan 1950-an sejumlah besar kapal dagang muncul dengan
menggunakan uap antara 600 psig – 850 F dan 850 psig – 850 F. Pada tahun 1960-an hampir
semua konstruksi baru menggunakan uap 850 psig – 950 F. Beberapa kapal besar
menggunakan uap dalam beberapa kasus dengan pemanasan ulang pada 1500 psig – 950 F.
Rancangan mesin yang menggunakan tenaga uap pada tekanan 850 sampai 1500 psig pada
suhu 950 sampai 1000 F adalah karakteristik kapal uap komersial yang dibangun dalam
beberapa tahun terakhir.
Kuantitas uap yang dihasilkan oleh marine boiler bisa berkisar dari 1500 Ib/jam, pada auxiliary
boiler yang kecil sampai lebih dari 400.000 Ib/jam sedangkan pada boiler penggerak utama
yang besar keluaran uapnya mencapai 750.000 Ib/jam atau lebih setiap boiler yang praktis
untuk instalasi daya yang tinggi.

2.3 Heat Balance


Biaya bahan bakar setiap poros daya merupakan salah satu faktor penentu dalam
menentukan karakteristik pemasangan boiler dan dapat menentukan apakah pemsangan
tersebut secara ekonomis dapat menguntungkan atau merugikan. Tingkat bahan bakar dapat
dikurangi dengan penggunaan tekanan uap dan suhu yang lebih tinggi atau siklus yang lebih
canggih dapat digunakan dengan penggunaan pemanasan ulang, economizers, air heater, atau
tahap feed heating yang lebih banyak, dan lain-lain. Perancang harus menganalisis faktor-
faktor ini dalam biaya awal, pemeliharaan, berat, dan kebutuhan ruang dengan penghematan
akibat peningkatan efisiensi panas.
Saat tekanan uap meninngkat, sangat penting untuk menggunakan peralatan reklamasi
panas tambahan di unit boiler. Hal ini karena kenaikan suhu uap jenuh yang sesuai, yang
menghasilkan suhu gas yang lebih tinggi bersamaan dengan pemanasan ulang, lebih
mungkin digunakan dalam instalasi 30.000 shp dan diatasnya. Dimana nilai bahan bakar
yang diselamatkan dapat membenarkan biaya awal dan siklus komplikasi yang lebih besar.
Selain itu, faktor beban pada kapal tersebut cenderung lebih tinggi, dan memberikan
dorongan pada pembentukan rancangan yang lebih efisien.
Dari heat balace yang disipakan oleh insinyur kelautan, jumlah arus uap dan feedwater
ditentukan. Pada rancangan biasa dari dua sampai empat tahap dari feedwater digunakan
untuk memasok air ke boiler pada suhu 270 sampai 400 F.
Efisiensi boiler lebih dari 90 % memungkinkan untuk dilakukan namun untuk
meminimaslkan korosi dan perawatan pada penukar panas dingin dan serpihan panas,
mungkin terbukti menguntungkan untuk membatasi efisiensi boiler samai 88,5 – 90 % dengan
beberapa bahan bakar. Bahan bakar minyak sangat bervariasi dalam kualitas dan sering
mengandung sulfur dalam jumlah besar, yang dapat membentuk asam sulfat jika ada
kondensasi di jalur gas buang.

2.4 Bahan Bakar dan Metode Penembakan (Firing)


Karakteristk bahan bakar yang akan tersedia untuk kapal dalam perdagangan harus
ditetapkan pada awal proses perancangan. Ini akan memungkinkan pemilihan peralatan
yang optimal untuk membakar bahan bakar dan membersihkan boiler. Selain itu, pemilihan
suhu dan bahan serapan yang sesuai dapat dilakukan untuk seluruh pabrik boiler sehingga
dapat mengurangi masalah korosi dan perawatannya.
Pertimbangan Dalam Pemilihan Boiler 3

Kebanyakan marine boiler menggunakan bahan bakar minyak, dengan gas dan boiler
berbahan bakar batubara namun sekarang sudah jarang digunakan. Kapal tanker yang
dirancang untuk membawa gas alam cair (LNG/Liquid natural gas) dapat menggunakan
boliler alami dari tanki gas kargo sebagai bahan bakar tambahan. Gas mendidih ini
dikumpulkan dan dipompa ke boiler dan dibakar dengan sendirinya atau dikombinasikan
dengan minyak. Kualitas boiler alami yang tersedia dari gas alam cair adalah fungsi dari suhu
laut dan udara, gerak kapal, pemuatan kargo yang antara lain dapat bervariasi dari hari ke
hari.

Gambar 1. Contoh penopak sorong

Selama bertahun-tahun boiler menggunakan batu bara untuk dijadikan bahan bakar dengan
tangan manusia sendiri sebagai penyalur batu bara ke ruang bakar. Dengan berjalanya waktu
minyak menjadi banyak tersedia dan relatif murah, serta pengendalian tenaga kerja dan
pengendalian polusi udara yang mengakibatkan penggunaan batu bara menurun. Berbagai
upaya dilakukan untuk menggunakan penembakan batu bara bubuk (pulverized-coal) yang
banyak digunakan di darat namun hasilnya buruk karena volume tungku tidak sesuai untuk
nyala apinya, pelepasana panasnya rendah, dan pembakaran yang memuaskan terjadi saat
ditembakan dengan bubuk batu bara yang dilumatkan dengan tungku yang jauh lebih besar.
4 Pertimbangan Dalam Pemilihan Boiler

Hasil penembakan pulverized-coal menghasilkan pembuatan fly-ash yang tinggi dari gas
buang, yang memperparah erosi tabung, slaggng, dan masalah yang penting dalam tumpukan
emisi. Bagaimanapun, pembakaran fluidizedbed memungkinkan penambahan tungku tanam
dengan pengurangan yang signifikan pada akumulasi terak dan abu ke bank pembangkit,
serta pengurangan emisi. Karakteristik pembakaran dari bahan bakar kelas rendah lainnya
juga dapat ditingkatkan dengan menggunakan boiler yang dipancarkan fluidizedbed.
Pada umumnya temperatur penyalaan makin tinggi bila susunan bahan makin sederhana.
Gas-gas yang terbentuk setelah proses distilasi secara kering, gas-gas tersebut mengandung
banyak hidrogen dan bahkan bila gas-gas yang distilasi tersebut mengandung banyak H2
akan terbakar pada temperatur yang tinggi, dan pembakaran akan berlangsung semurna dan
cepat bila terdapat cukup banyak udara yang tersedia untuk pembakaran. (Djokosetyardjo,
2003). Sebaliknya untuk bahan bakar padat maupun cair, yang pada temperatur rendah telah
mulai menguapkan zat-zat penguap, yang terdiri dari berbagai macam susunan uap maka
bahan bakar tersebut akan mempunyai temperatur penyalann yang rendah pula, tetapi sukar
untuk mencapai pembakaran yang sempurna. Pada grafik di bawah ini menjelaskan
hubungan antara jumlah udara yang dibutuhkan dengan waktu pembakaran (yang berarti
sama dengan jarak tempuh rangka bakar dihitung dari mulut pintu sorong) untuk berbagai
jenis bahan bakar, yaitu:

Gambar 2. Grafik hubungan bakar dengan waktu pembakaran

Untuk pembakaran yang berupa gas, maka hanya dibutuhkan sedikit energi untuk
penyalaannya. Hal ini disebabkan karena luas permukaan bidang molekul-molekul bahan
bakar demikian merata untuk dapat bersinggungan dan dengan mudah pula bisa menerima
panas dari udara pembakarnya.
Dengan jalan menghaluskan butiran-butiran batubara, atau dengan jalan mengabutkan
untuk bahan bakar cair, maka permukaan bidang bahan bakar menjadi luas untuk dapat
bersinggungan dengan udara pembakarnya. Bahan bakar berupa gas yang telah terbagi-bagi
secara molekuler, maka permukaan bidang butiran-butiran bahan bakar adalah yang palibg
luas sehingga hanya membutuhkan energi yang sedikit untuk penyalaannya.
Minyak digunakan bahan bakar boiler pada awal tahun 1870-an namun tidak mencapai
penggunaan luas sampai industri minyak bumi mulai membangun di seluruh dunia.
Dibandingkan dengan bahan bakar lainnya, minyak dangat mudah dimuat di atas kapal,
Pertimbangan Dalam Pemilihan Boiler 5

disimpan, dan dimasukkan ke dalam tungku, namun peralatan penembakan sedikit


memerlukan perawatan yang mahal. Sejumlah kecil abu dan kontaminan yang
dikandungnya tidak memerlukan fasilitas penanganan abu ekstensif yang diperlukan untuk
penembakan batubara.
Harus diakui bahwa minyak bahan bakar dari sumber yang berbeda, walaupun nilainya
sama dengan nilai kalor, memiliki jumlah kontaminan utama yang terdiri dari garam
vanadium dan sodium. Sebagai kelas, mereka disebut “abu” dan kehadirannya harus benar-
benar diperhitungkan oleh perancang. Demikian pula kandungan masalah terak dan logam
korosi yang parah. Penukar panas dingin yang dirancang dengan kandungan sulfur yang ada
di bahan bakar akan mengalami minimal korosi dan perawatan mahal.
Sebuah boiler yang dirancang untuk memanfaatkan sisa bahan bakar rendah selalu dapat
membakar bahan bakar yang lebih ringan jika situasi membenarkannya. Namun, boiler
dengan permukaan pemanas yang rapat dirancang untuk minyak ringan seperti bahan bakar
turbin diesel atau penerbangan tidak akan bekerja memuaskan pada bahan bakar residu
dalam waktu lama. Pengurangan fouling gas dan pembakaran di tungku bisa diantisipasi.

2.5 Pengaruh Desain Kapal dan Mesin Lain Pada Desain Boiler
Banyak faktor yang menjadi pertimbangan utama dalam perancangan boiler seperti ruang,
berat, dan persyaratan yang harus disetujui oleh badan pengatur atau badan klasifikasi.
Pemilik kapal maupun arsitek kapal harus memiliki prefensi mengenai desain boiler dan
persyaratan yang spesifik. Prefensi ini mungkin termasuk jumlah boiler, jenis boiler dan
pengaturannya, lokasi sambungan utama, penggunaan economizers atau air heater atau
keduanya, penembakan, dan penilaian evaporatif serta jenis dan metode penembakan. Biaya
hidup juga dapat mempengaruhi prefensi, karena total biaya dan tenaga kerja yang terlibat
dalam mempertahankan desain atau konstruksi sebelumnya dapat tercermin dalam
spesifikasi pemilik dan menghasilkan pemilihan rancangan dan konstruksi yang lebih baik.
Berikut beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih marine boiler:

2.5.1 Ruang
Sebuah ruang mesin harus didesain seminimal mungkin oleh arsitek kapal karena tidak
menghasilkan pendapatan seperti ruang cargo. Ketinggian boiler pada kapal dapat dibatasi
oleh casing deck atau suatu mesin. Dimensi ketangkasan dan kedalaman boiler dapat
dikendalikan oleh lokasi sekat, akses, atau persyaratan ruang pembaharuan tabung serta
lokasi kontrol, mesin utama dan lain-lain. Seperti gambar ilustrasi di bawah ini yang
merupakan kamar mesin, dapat kita lihat bahwa pemilihan dan rancangan harus memiliki
space yang cukup untuk ukuran mesin.
6 Pertimbangan Dalam Pemilihan Boiler

Gambar 3. Ruang mesin

Untuk sebagian besar ruang yang tersedia menentukan ekonomi. Pembatasan ketinggian
sangat serius, karena biasanya memerlukan lebar atau panjang boiler yang meningkat untuk
mendapatkan permukaan pemanas yang dibutuhkan. Hal ini umumnya menghasilkan
kenaikan biaya boiler, berat dan area dasar yang ditandai.

2.5.2 Berat
Seperti boiler tipe drum, berat minimum untuk efisiensi maksimum diperoleh dengan
kedalaman tungku minimum, panjang tabung maksimum, dan jumlah maksimum baris
tabung yang membatasi kapasitas tinggi badan dapat membatasi kapasitas karena sirkulasi
berkurang. Hal ini juga dapat mengakibatkan lereng tabung dan kelonggaran pembakar
kurang dari syarat minimum yang diperlukan untuk desain yang baik.
Berat minimum dari setiap jenis boiler akan sangat bervariasi dengan kondisi desain,
kenaikan rating evaporasi, kapasitas pembakar, atau tekanan udara akan menurunkan berat
boiler yang dirancang untuk output tertentu.
Dengan tingkat penguapan tetap per kaki persegi permukaan penyerap panas, berat boiler
per pon uap yang dihasilkan masih kurang untuk boiler dengan keluaran uap lebih besar,
karena bagian boiler tertentu tetap dalam ukuran dan beratnya dalam kisaran kapasitas yang
masuk akal.
Berat sangat tergantung pada ruang juga. Umumnya jika semakin besar dimensi fisik boiler
untuk keluaran tertentu, semakin besar bobotnya.

2.5.3 Peraturan
Lingkungan laut bukanlah tempat untuk menguji prinsip-prinsip yang belum terbukti. Hal
ini menjadi jelas pada masa-masa awal konstruksi kapal uap ketika diketahui bahwa
beberapa peraturan diperlukan untuk melindungi kehidupan dan properti. Aturan ini tidak
dimaksudkan untuk menghalangi perancang atau inovator melainkan memberiikan sebuah
dasar dan tolak ukur perbandingan desain baru dengan desain yang lebih tua.
Pertimbangan Dalam Pemilihan Boiler 7

Ledakan boiler sangat berbahaya dan mengancam jiwa, yang umumnya terjadi pada boiler
angkatan laut dan stasioner, menghasilkan pembentukan layanan inspeksi boiler dan
peraturan ketat yang mengatur konstruksi, perawatan, dan pengoperasian boiler uap. Dalam
desainer marine boiler. Dalam desainnya pearaturan dan standar peraturan yang berlaku
harus diikuti dengan ketat. Sebagian besar unit yang dibangun untuk kapal-kapal bendera
Amerika memnuhi persyaratan dari United States Cast Guard dan Amerika Bureu of
Shipping.
Boiler untuk kapal kombatan angkatan laut dibangun sesuai dengan spesifikasi angkatan
laut, walaupun untuk kapal angkatan laut tambahan, penggunaan United States Coast Guard
atau American Society of Mechanical Engineers sering kali diperbolehkan. Untuk kapal
berbendera asing, peraturan pengatur badan lainnya akan berlaku. Selain itu, banyak
galangan kapal dan operator armada besar telah menetapkan persyaratan pelengkap mereka
sendiri.
Sebagian besar peraturan berkaitan dengan konstruksi, inspeksi dan persetujuan material,
serta menetapkan sedikit keterbatasan kinerja. Meskipun spesifikasi angkatan laut membatasi
tingkat pelepasan panas, batas ini dapat dimodifikasi dalam spesifikasi khusus yang
dikeluarkan untuk kelas kapal tertentu. Administrasi maritim mengikuti prosedur yang agak
mirip dan biasanya menetapkan tingkat pelepasan panas evaporatif dan tungku untuk
masing-masing desain.

2.6 Kriteria Rancangan Boiler


Pertimbangan teoritis dan praktis telah menyebabkan pembentukan kriteria penanda boiler
di sejumlah wilayah yang tidak terkait langsung dengan peraturan badan pengatur, yang
terutama menyangkut aspek tekanan dan kurangnya teknik konstruksi. Kriteria desain yang
paling penting di daerah pembakaran, tingkat penyerapan panas, sirkulasi, dan tetes tekanan
melalui sistem boiler. Mereka menyediakan tolak ukur dimana berbagai ddesain boiler dapat
dibandingkan untuk kesesuaiannya untuk aplikasi tertentu.

2.6.1 Pembakaran
Pembakaran dapat terjadi apabila segitiga api bertemu. Segitiga api dimaksudkan dengan
sebuah skema yang sederhana dalam memahami elemen-elemen utama penyebab terjadinya
sebuah api dalam proses pembakaran di dalam mesin. Bentuk segitiganya mempunyai tiga
sisi yang menggambarkan bahwa sebuah api dalam proses pembakaran membutuhkan tiga
unsur utama yaitu panas, bahan bakar, dan oksidator.
8 Pertimbangan Dalam Pemilihan Boiler

Gambar 3. Segitiga api

Di jantung boiler yang sukses adalah tungku yang dirancang dengan benar sistem bahan
bakarnya. Jika bahan bakar yang dipasok ke tungku tidak dibakar dengan benar dan bersih,
di dalam tungku sepanjang rentang operasi, tidak mungkin untuk secara akurat memprediksi
kinerja superheater-evaporator menggabungkan. Misalnya total uap yang dihasilkan mungkin
tidak mencukupi, suhu uap mungkin tidak benar, atau efisiensinya dapat diturunkan dengan
pembakaran yang tidak sempurna atau udara berlebih yang tidak benar.
Sejumlah kriteria dimana tungku pembakaran dapat disemburkan dengan tungku yang
berbeda dapat dibandingkan dan dikembangkan. Secara umum kecuali tingkat penyerapan
panas tungku yang berasal dari perhitungan perpindahan panas aktual yang dikembangkan.
Memang sedikit teoritis namun dapat digunakan untuk membandingkan desain boiler yang
serupa sehingga keterbatasan rancangan boiler dapat dikenali ataupun diidentifikasi.
Kriteria yang paling sering digunakan untuk perbandingan ini adalah:
 Tingkat pelepasan panas per kaki kubik volume tungku.
 Tingkat penembakan per kaki persegi dari permukaan menyerap panas
Tinjauan singkat mengenai faktor-faktor ini akan menunjukkan pentingnya dan kegunaanya.
Tingkat pelepasan kalor per kaki kubik dari volume tungku berguna untuk membandingkan
tungku geometris yang serupa, namun sementara banyak digunakan karena
kesederhanaannya. Panas yang dilepaskan adalah produk dari tingkat bahan bakar per jam
dan nilai pemanasannya yang lebih tinggi, mengabaikan panas di atas 100 F di udara bakar.
Jika tingkat penyerapan panas radiasi, suhu gas tungku, dan suhu logam tabung tungku
memuaskan, satu-satunya batasan pada tingkat pelepasan panas per kaki kubik volume
Pertimbangan Dalam Pemilihan Boiler 9

tungku harus dipaksakan oleh kemampuan peralatan penembakan untuk mempertahankan


kondisi pembakaran yang baik. Penggunaan tingkat pelepasan panas tungku volume yang
tinggi namun memuaskan sangat memudahkan pemasangan boiler dengan kapasitas tinggi
namun memuaskan sangat memudahkan pemasangan boiler dengan kapasitas tinggi dan
ringan dalam ruang minimum.
Suhu di dalam tungku boiler dapat dikendalikan sebagian besar oleh permukaan penyerap
panas absorbing (RHAS) yang ada di tungku. Panas dipancarkan dari envelope api ke
permukaaan penyerap panas dengan permukaan refraktori yang tidak dikoordinasikan
sebagai perantara, menerima panas dari nyala api dan kemudian memancarkan sebagian
kembali panas yang diterima kembali ke permukaan api dan dingin. Untuk masukan panas
atau laju penembakan yang diberikan, panas yang diserap per satuan luas berkurang dengan
peningkatan RHAS total. Semakin besar RHAS maka semakin besar yang diserap oleh
tungku. Oleh karen itu, suhu gas yang meninggalkan tungku akan lebih rendah.
Karena marine boiler biasanya menggunakan bahan bakar minyak residu dengan nilai
pemanasan yang hampir seragam, masukan Btu dapat dikurangi menjadi pon bahan bakar
minyak per jam dan kriteria “tingkat tembakan per kaki persegi dari permukaan penyerap
panas absorbing” diperoleh. Kriteria populer ini memliki sedikit dasar dalam analisis
perpindahan panas teoritis namun banyak digunakan.
Tingkat penyerapan panas per kaki persegi mendapat sedikit perhatian selama bertahun-
tahun karena desain tungku sangat konservatif dan tekanan uap rendah. Namun, wajib untuk
menentukan tingkat penyerapan panas tungku untuk unit boiler dengan rating tinggi dan
pasti. Tingkat ini menawarkan dasar yang baik untuk membandingkan kinerja tungku karena
hubungan antara heat-absorpsi dan sinar suram, serta efek udara bakar yang dipanaskan dan
diperhitungkan.
Perancang terutama berkaitan dengan penyerapan panas tungku oleh radiasi ke tabung
dinding tungku dengan perpindahan panas absorbing dan konveksi ke baris tungku boiler.
Karena ini adalah basis dari mana suhu gas tungku keluar, logam tungku keluar, suhu tabung
logam, tegangan thermal, dan ketebalan timbangan internal yang diijinkan dan dihitung.
Semakin tinggi tingkat penyerapan, semakin harus baik pula kimia air yang harus bekerja
menghindari endapan lumpur yang menghambat perpindahan panas melalui dinding
tabung tungku. Jika suhu logam yang dihasilkan mekebihi batas yang diijinkan, maka akan
terjadi kegagalan pada tabung.

2.6.2 Sirkulasi
Sirkulasi dapat berupa sirkulasi alami dan sirkulasi paksa. Sirkulasi alami merupakan
sirkulasi yang tidak menggunakan pompa diameter pipa boiler. Untuk kapasitas boiler ini
lebih rendah dan start-up lama. Peran dari gravitasi sangat pentig dalam mengalirnya air.
10 Pertimbangan Dalam Pemilihan Boiler

Gambar 4. Alur sirkulasi alami boiler

Sedangkan untk yang sirkulasi paksa merupakan sirkulasi yang terjadi dalam boiler yang
terjadi karena air dipaksa mengalir dengan menggunakan pompa sirkulasi. Kapasitas
produksi uap lebih tinggi dan lebih cepat daripada sirkulasi alami (1,8 juta kg/jam). Start-
up nya pun lebih singkat, suhu air setagam. Namun diamter pipa-pipa boiler lebih kecil,
luas permukaan bidang pertukaran panas lebih besar serta instalisasinya lebih rumit karena
menggunakan pompa sirkulasi
Pertimbangan Dalam Pemilihan Boiler 11

Gambar 5. Alur sirkulasi paksa boiler

Sirkulasi yang baik merupakan hal yang sangat penting dalam pengoperasian segala jenis
boiler. Jika sirkulasinya kurang memuaskan tentunya boiler tidak akan dapat beroperasi
dengan baik (Djokosetyardjo, 1990). Sirkulasi alami bergantung pada masukan panas untuk
menghasilkan densitas antara campuran uap dan air yang mengalir di sirkuit pembangkit
riser dan air yang mengalir ke bawah ke sirkuit downcomer. Sirkulasi yang baik tidak hanya
dimaksudkan untuk meratakan pemasukan air dingin pada seluruh instalasi boiler,
melainkan juga untuk mencegah terjadinya korosi akibat gelembung-gelembung uap yang
tertempel pada bdan boiler. Di samping itu juga agar dapat terjadi pembentukan uap yang
sempurna dari boiler.
Sirkulasi yang baik dapat mencegah terjadinya konsentrasi-konsentrasi lokasl dari garam-
garam yang pekat pada salah satu tempat dari boiler, yang dapat mengakibatkan
pengendapan dan mengeraknya garam di tempat tersebut.
Pada boiler-boiler yang modern umunya saat pipa terbakar atau material yang overheating
dapat dicegah dengan memperbaiki sirkulasi sehingga pendinginan dinding-dinding pipa
boiler dapat berlangsung secara terus-menerus. Keadaaan tersebut mennyebabkan
gelembung-gelembung uap pertama yang terjadi harus segera dialirkan. Untuk beban boiler
yang cukup tinggi, campuran antara uap dan air harus memnuhi presentase air tentu karena
pemindahan panas dari dinding-dinding pipa ke uap lebih kecil dibandingkan pemindahan
panas dari dinding pipa ke air.
Dalam keadaan gelembung uap yang pertama akan terbentuk dan tiba-tiba beban boiler
dikurangi yang akan menyebabkan tekanan boiler akan naik, sehingga pembentukan
gelembung akan tertunda. Dengan demikian sirkulasi akan terganggu. Timbulnya
gelembung uap pertama tadi juga disebabkan terlepasnya kerak boiler yang melekat pada
dinding pipa terjun yang bagian dalam (inner-downcomer’s piipe) dengan secara tiba-tiba.
12 Pertimbangan Dalam Pemilihan Boiler

Kerak boiler yang tiba-tiba terlepas seperti kejadian di atas menyebabkan tempat tersebut
dengan tiba-tiba perpindahan panasnya menjadi besar sekali, sehingga air di situ dengan tiba-
tiba menjadi gelembung uap pertama. Dengan demikian, untuk boiler bertekanan tinggi
disyaratkan menggunakan air murni yang bebas dari minyak dan gemuk. Hal ini untuk
menghindari proses penguapan dalam pipa-pipa turun. Aliran campuran air dan uap yang
tersendat-sendat (pulserende werking) di dalam pipa-pipa penguap, yang sering dialami pada
saat menyalakan boiler (boiler firing) dapat dijelaskan sebagai berikut:
Di dalam beberapa pipa penguap telah terdapat uap air yang masih larut di dalam air,
sehingga pada waktu mulai pemanasan ketel atau menyalakan boiler, uap akan segera
melepaskan diri dari air dan naik. Sehingga di dalam pipa-pipa penguap tersebut akan penuh
dengan uap, yang mengakibatkan kecepatan sirkulasinya menjadi besar. Air yang datang
dari pipa terjun (downcomer) yang digunakan untuk menggantikan uap tersebut akan
dipercepat mengalirya. Karena datangnya air yang agak dingin dalam jumlah banyak yang
dengan tiba-tiba, maka air baru akan menguap di tempat yang agak tinggi di dalam pipa
penguap tersebut yang akan membutuhkan waktu yang lama. Dalam keadaan yang seperti
itu, air yang diuapkan tiba-tiba menjadi berkurang, sehingga kecepatan sirkulsainya akan
menurun dengan tiba-tiba.
Selang beberapa waktu, air yang terkumpul dalam pipa-pipa penguap akan menguap hampir
serentak dan menyebabkan sirkulasinya tiba-tiba dipercepat. Sehingga sirkulasinya akan
tersendat. Bila kemudian tekanan di dalam boiler makin naik, maka pembentukan dengan
sendirinya (self-evaporation). Mulai berkurang dan kecepatan sirkulasinya mulai merata. Dari
percobaan-percobaan ternyata bahwa kecepatan awal dari air di dalam pipa penguap makin
bertambah sesuai dengan kenaikan beban boiler, namun pada suatu beban boiler tertentu,
kecepatan sirkulasi mencapai maksimum.
Kecepatan awal sirkulasi air melalui pipa-pipa penguap sekitar 0,5 – 1,3 meter per detik,
sedangkan kecepatan akhir merupakan kecaepatan campuran air dan uap di ujung atas pipa
penguap adalah 4-20 meter per detik. Untuk pemanasan yang merata dan cepat dari seluruh
isi air (volume air) di dalam boiler, maka sirkulasi air boiler dalam pipa-pipa penguap
diusahakan sedemikian rupa sehingga gelembung-gelembung uap yang terjadi, segera
dibawa ke pengumpul uap (steam collector atau steam header), Jadi sebisa mungkin untuk
menghindari terlalu banyaknya uap yang terdapat pada campuran air untuk menghindari
terlalu banyaknya uap yang terdapat pada campuran air dan uap. Selain itu juga
dimaskudkan juga untuk mengusahakan pembentukan uap yang tenang dan kontinyu, serta
menghindarkan terkumpulnya garam-garam pada suatu tempat.
Karena oemindahan panasnya dari dinding-dinding tersebut terlalu kecil sekitar 0,01 kali jika
terhadap air, maka dengan sirkulasi yang baik dimaksudkan agar setiap kali uap yang
terbentuk di dalam pipa-pipa penguap cepat dibawa keluar dari pipa-pipa penguap. Dengan
demikian pipa dapat segera diikuti masuknya air ke dalam pipa-pipa penguap sebagai
gantinya. Sehingga pipa-pipa mendapat kesempatan pendinginan akibat dari sirkulasi yang
baik, dengan keterangan bahwa bila gelembung uap masih melekat pada dinding pipa dapat
diperkirakan temperaturnya sekitar 400 ˚C, dan akhirnya dinding pipa akan mengalami
proses reaksi sebagai berikut:
3 𝐹𝑒 + 4𝐻2 𝑂 = 𝐹𝑒3 𝑂4 + 4 𝐻2
Proses ini merupakan proses oksidasi atau pengkaratan yang akan mengurangi ketebalan
pipa itu sendiri. Kekuatan bahan pipa dapat tahan pada temperatur tinggi, namun bahaya
akibar korosi tidak dapat dihindarkan bila sirkulasinya kurang baik. Makin tinggi tekanan di
Pertimbangan Dalam Pemilihan Boiler 13

dalam boiler yang berarti makin tinggi temperatur boiler makin bahayanya terhadap
kemungkinan korosi. Berikut merupakan cara yang bisa dilakukan untuk menghindari
korosi:
1. Pemanasan pipa-pipa penguap dimulai dari tempat yang paling rendah, untuk
menimbulkan terjadinya perbedaan dalam berat jenis yang sebesar-besarnya dengan
tungku yang rendah.
2. Pembentukan uap dalam pipa terjun sedapat mungkin dihindari, dan perbedaan
dalam pemanasan pipa penguap dan pipa terjun diusahakan sebesar-besarnya. Hal
ini sering dilaksanakan dengan memanasi pipa-pipa pemanas lanjut (steam
superheater) di antara berkas-berkas pipa penguap dan berkas-berkas pipa terjun.
3. Diusahakan agar semua pipa turut membantu pelaksanaan sirkulsai yang kuat dan
teratur, sehingga kecepatan campuran air dan uap tidak akan lebih rendah dari
kecepatan minimum yang diizinkan karena dapat menghindarkan melekatnya
gelembung uap pada dinding pipa.
4. Memperkecil tahanan-tahanan yang tidak perlu yang antara lain meniadakan
tikungan atau kelokan yang tajam, muara-muara pipa yang tidak mengerucut ,
menghindari terbentuknya kerak-kerak ketel dan sebagainya. Biasanya baris-baris
pipa yang mendapatkan pemanasan yang paling kuat bermuara di dalam pengumpul
uap di atas permukaan air.
5. Dijadikan suatu berkas yang sama kuat pemanasnya untuk semua pipa-pipa terjun
dan/atau semua pipa-pipa penguap kecuali pipa-pipa penguap pancaran.
6. Mengusahakan perbandingan yang tepat dari luas penampang pipa terjun terhadap
luas penampang seluruh pipa penguap. Bila perbandingan ini terlalu kecil maka
kecepatan sirkulasi dalam pipa terjun menjadi begitu besar, sehingga tahananya juga
akan menjadi besar (tahanan sebanding dengan kwadrat kecepatan atua V 2). Jika
perbandingan ini terlalu besar, maka kecepatan pada pipa-pipa terjun terlalu kecil
untuk penghambatan penguapan.
7. Pemasukkan air pengisian hendaknya terbagi merata, dan sirkulasinya dipercepat
sebesar mungkin dan jangan sampai terhambat. Karena itu, air pengisian
disemprotkan sehalus mungkin di atas pipa-pipa terjun dengan merata, dan dengan
temperatur pemasukan yang berbeda sedikit saja dengan temperatur penguapan di
dalam boiler, sekitar 30 ˚C – 50 ˚C di bawah temperatur penguapan di dalam boiler.
Pemasukan air pengisian yang dingin berarti akan banyak mengganggu sirkulasi,
lebih-lebih lagi bila pemasukan air pengisian dilakukan terlalu banyak.
8. Pengunaan beban boiler yang tinggi yaitu kg uap per m2 luas bidang yang dipanaskan
akan menyebabkan aliran di dalam pipa-pipa menjadi turbulen, yang berarti
menambah angka-angka perpindahan panasnya.
9. Menggunakan pipa-pipa yang besar. Karena jika dgigunakan pipa yang kecil, maka
lempengan-lempengan air (water disc) di antara gelembung-gelembung uap di dalam
pipa penguap akan terbawa ke atas dan menyebabkan uap di dalam boiler menjadi
basah. Pada marine boiler dipakai pipa-pipa dari 11/8 atau 29 mm, sedangkan pipa-
pipa pancaran dari boiler Yarrow 1¾ “ atau 44,5 mm sebagai diameter dalamnya.
Ukuran drum uap dan lokasi rancangan tingkat air harus sesuai dengan daftar dan
persyaratan trim kapal. Biasanya arsitek kapal mempertimbangkan momentum sesaat dari
30˚ dari horizontal dan 5˚ saat menghitung beban statis dan dinamis. Susunan tabung dan
drum uap dan air harus mempertimbangkan hal ini. Selain itu, saluran air harus ditempatkan
14 Pertimbangan Dalam Pemilihan Boiler

sehingga dalam kondisi normal boiler dan komponennya bisa dikeringkan bila diperlukan
untuk pembersihan dan inspeksi.

2.6.3 Pressure Drops


Aliran air, uap, udara, dan gas buang dalam boiler memerlukan penurunan tekanan. Desain
yang babik membatasi kerugian ini terhadap nilai-nilai yang konsisten dengan keuntungan
yang didapat oleh incurring. Di sisi uap, penurunan tekanan air yang mengalir melalui
pengurai dan uap yang juga melalui superheater memberikan distribusi antara sirkuit tabung
pararel dan dengan demikian memastikan bahwa tabung akan didinginkan secara merata
oleh cairan tertentu. Tekanan yang berlebihan turun di sisi steam mengakibatkan kenaikan
pada rancangan boiler dan economizers yang tidak beralasan. Hal ini meningkatkan biaya
pertama dan menghasilkan boiler yang lebih berat dan pipa yang lebih tebal, serta daya
feedwater memerlukan pemasangan.
Sebaliknya, kehilangan tekanan udara dan gas buang yang tinggi dapat menyebabkan boiler
yang lebih kecil karena bank tabung dapat diatur dengan ruang kosong yang lebih sedikit di
antara tabung yang berdekatan dan kecepatan tinggi meningkatkan tingkat perpindahan
panas yang lebih tinggi meningkatkan tingkat perpindahan panas.

Gambar 6. Pressure drop

2.6.4 Siklus Kerja


Siklus pemanfaatan atau tugas sistem propulsi kapal merupakan faktor yang sangat penting
dalam penetapan pemilihan boiler. Selain itu juga peralatan-peralatan lainnya seperti jenis
boiler yang digunakan, peralatan penembaknya, serta tingkat kontrol otomatis yang akan
diterapkan. Boiler harus mampu merespon dengan cepat terhadap perubahan permintaan
akan keluaran dari uap. Hal ini diperlukan karena adanya perubahan yang cepat dan lebar
dalam kebutuhan daya manuver kapal-kapal besar yang berkecepatan tinggi. Boiler juga
harus mampu berkepanjangan dalam operasi yang stabil pada perancangannya terlebih
Pertimbangan Dalam Pemilihan Boiler 15

dahulu. Selain hal tersebut juga pada saat di pelabuhan mungkin dikenakan periode operasi
yang panjang pada keluaran rendah atau minimum.
Membersihkan, kecuali penggunaan blot jelaga setiap hari atau dalam pembakar minyak.
Biasanya ditangguhkan pada periode tahunan atau dua tahunan saat kapal berada di
galangan kapal untuk perawatan lainnya. Ini harus sepenuhnya dipertimbangkan dengan
benar sehingga dapat berjalan dengan efektif dengan menggunakan kombinasi burner
optimum untuk kisaran jenis bahan bakar minyak yang diantisipasi menjadi bunker, dan
dengan menggunakan pengaturan terbaik dari economizers, air heater, tungku boiler, dan
permukaan pembangkit untuk meminimalkan fouling.
Siklus tugas mungkin juga memiliki efek yang jelas pada jumlah boiler yang dipilih. Sebuah
boiler tunggal dapat digunakan di kapal sampai sekitar 90.000 rt. Dua atau lebih boiler dapat
dipilih untuk tingkat daya yang lebih tinggi atau dimana redundancy diinginkan atau
dinbutuhkan. Kapl boiler tunggal telah terbukti handal dalam pelayanan dan harus terus
menerus beroperasi mencapai keseimbangan thermal dan dapat mengoptimalkan reaksi
kimianya.
Secara umum, dari sudut pandang kinerja boiler, jumlah boiler paling sedikit yang dapat
menghasilkan uap yang dibutuhkan akan menjadi pilihan terbaik untuk bejana tertentu.
Namun, kebanyakan operator memlih lebih dari satu boiler untuk memungkinkan pekerjaan
pemeliharaan dilakukan tanpa mematikan seluruh pembangkt listrik

2.6.5 Otomasi
Di jaman yang pesat akan berkembangan teknologi ini penggunaan kontrol dan pemantauan
otomatis telah membuat kontrol tentang jembatan pembangkit listrilk menjadi kenyataan.
Perbaikan yang diinginkan ini telah menambahkan pertimbangan tambahan pada masalah
perancangan boiler yang sesuai.
Yang paling penting dalam sistem ini adalah dapat merespon dengan cepat sepanjang
rentang operasi dari stand by hingga daya maksimum tanpa perhatian dari petugas pemadam
kebakaran. Ini harus dilakukan untuk mencegah kunjungan dalam tekanan uap dan
mengurangi fluktuasi tingkat air (menyusut dan membengkak karena adanya perubahan
volume uap yang ada dalam boiler). Yang dapat menyebabkan pelepasan air ke superheater.
Pembakar dapat dirancang untuk beroperasi di atas kisaran boiler penuh dengan semua
pembakar pada saat layanannya, atau jenis pembakar lainnya yang memiliki jangkauan
kurang dapat diurutkan, yaitu ditempatkan atau keluar dari layana pada perintah oleh sistem
kontrol.
Perlindungan pengaman api yang sesuai dan interlock pembersih diperlukan dalam berbagai
tingkat kompleksitas tergantung pada tingkat pengawasan manual yang diinginkan.
Regulator feedwater, kontrol suhu uap, peralatan data logging untuk aliran, tekanan, tingkat
suhu dan lain-lain semuanya sudah harus tersedia dari yang sederhana sampai besar
sekalipun. Pemilik dan dan arsitek kapal biasanya memilih ruang lingkup peralatan dan
memberi saran kepada perancang boiler sehingga kombinasi boiler dan burner bisa dibuat
kompatibel.
16 Pertimbangan Dalam Pemilihan Boiler

3. Referensi
Harrington, Roy L. (1992). Marine Engineering, The Society of and Marine Engineering, ISBN,
New Jersey.
Djokosetyardjo, M.J. (2003). Ketel Uap, PT Pradnya Paramita, ISBN, Jakarta.
Djokosetyardjo, M.J. (1990). Pembahasan Lebih Lanjung Tentang Ketel Uap, PT Pradnya
Paramita, ISBN, Jakarta.
Severns, W: Degler, H; & miles, J. (1969). Steam, Air, and Gas Power, Modern Asia Edition,
Tokyo.
Sukamto. (1982). Ketel Uap, Bharata Karya Aksara, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai