Anda di halaman 1dari 12

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT DAN GAS

TUGAS 3: ROTARY KILN INCINERATOR


DAN FLUIDIZED BED INCINERATOR

Kelas : D4 TKPB (RPL)


Dosen Pengajar : Endang Kusumawati
Nama : 1. Agit Fajar Sukmana NIM 191427002
2. Anisa Fitriani Rosyadi NIM 191427003
3. Arisya Julviana NIM 191427005

Pengumpulan Tugas : 28 Oktober 2019

PROGRAM STUDI D – IV TEKNIK KIMIA PRODUKSI BERSIH


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
TAHUN 2019
ROTARY KILN INCINERATOR

Rotary kiln incinerator merupakan jenis insinerasi yang memiliki kerangka silindris yang
dilapisi material refraktori, yang terpasang pada sudut kemiringan rendah seperti terlihat pada
Gambar 1. Rotasi dan sudut kemiringan dari tanur (kiln) menyebabkan bergeraknya limbah
melalui tanur sekaligus meningkatkan efektifitas pencampuran limbah tersebut dengan udara
dengan jumlah sedikit. Rotary kiln pada umumnya memerlukan suatu ruang bakar sekunder
(after-burner) untuk memastikan hancurnya unsur-unsur yang berbahaya secara menyeluruh
dan pembakaran yang sempurna.

Gambar 1. Insinerasi jenis rotary kiln

A. Konsep Ruang bakar insinerasi jenis Rotary Kiln

Ruang bakar rotary kiln sangat cocok digunakan untuk jenis sampah campuran tanpa proses
pre-treatment (pencacahan dan pemilahan). Secara skematis rancangan sistem insinerator
dengan ruang bakar rotary kiln ditunjukan pada Gambar 2. Bahan baku (feedstock) berupa
sampah kota akan masuk melalui ujung atas rotary kiln. Putaran rotary kiln digerakan oleh
motor penggerak dengan kecepatan rendah (< 5 rpm) yang memungkinkan sampah akan
terbakar dengan waktu tinggal antara 30-90 menit. Temperatur pembakaran kiln berkisar
antara 850 – 1,000 °C atau dapat lebih tinggi antara 1,000–1,200 °C untuk memastikan
hancurnya komponen berbahaya dioxin dan furan.

Ruang bakar rotary kiln, merupakan suatu ruang bakar pembakaran tertutup yang dijaga agar
bertekanan negatif dengan suplai udara sebagai oksidator pembakaran. Pembakaran
dilakukan secara bertingkat, pada tingkat pertama bahan baku (feedstock) dibakar, sehingga
menghasilkan gas hasil pembakaran dan panas. Pada tingkat berikutnya, rotary kiln
dilengkapi oleh afterburner yang akan aktif jika temperatur pembakaran turun akibat
tingginya kandungan air komponen ataupun turunnya kualitas sampah bahan baku.

Gambar 2. Skema ruang bakar rotary kiln dalam sistem PLTSa

Pada bagian akhir dari rotary kiln, komponen abu akan meleleh dan membentuk slag. Pada
bagian pengumpul abu, sejumlah abu akan dicampurkan dengan air, sehingga terjadi proses
de-slagging sehingga akan terbentuk granulated slag. Sistem pengumpul abu pada rotary kiln,
tidak berbeda pada sistem moving grate seperti yang telah dijelaskan pada bagian
sebelumnya.

Gambar 3. Skema proses ruang bakar rotary kiln

Secara skematik rancangan ruang bakar rotary kiln ditunjukan oleh Gambar 3 dengan aspek
dasar rancangan dibuat berdasarkan kebutuhan meliputi:

a. Karakteristik olah bahan baku (nilai kalor, kandungan air, ukuran, komposisi sampah)
b. Kapasitas olah ruang bakar (kg/jam)
c. Temperatur pembakaran
d. Residence time dan kecepatan putar kiln
e. Limit emisi (tar, NOx, slagging)

Sehingga didapatkan beberapa parameter rancangan yakni :

a. Diameter kiln dan panjang kiln, tebal dinding ruang bakar refraktori dan insulasi
b. Sudut inklinasi, kecepatan putar kiln, daya motor penggerak kiln
c. Sistem pembakar tambahan dan Air fuel ratio
d. Komposisi gas hasil pembakaran dan rendemen produk

Kondisi operasional dari rotary kiln dapat mencapai suhu 800-1650 °C, sehingga insinerator
jenis ini memiliki resistansi paling baik terhadap pembakaran temperatur tinggi. Sistem
insinerator jenis rotary kiln merupakan sistem pengolahan limbah yang paling universal dari
segi jenis dan kondisi limbah sampah yang dikelola. Insinerator jenis ini dapat digunakan
untuk mengolah berbagai jenis limbah padat dan sludge (cair) dengan kuantitas sangat besar.

B. Kelebihan Pembakaran dengan Rotary Kiln


 Variasi jenis sampah yang luas dapat dibakar, termasuk jenis padatan dan cairan
limbah untuk variasi komposisi dan nilai kalor yang luar
 Tidak membutuhkan pemilahan atau pre-treatment lainnya
 Efisiensi termal dapat mencapai 80%
 Memiliki waktu retensi yang lama, sehingga mampu mengatasi limbah berbahaya
 Memiliki isolasi termal yang baik

C. Kekurangan Pembakaran dengan Rotary Kiln


 Biaya investasi, serta biaya operasi dan perawatan mesin yang tinggi karena
masalah teknis yang sering terjadi untuk limbah padat yang tercampur seperti
erosi pada material refraktori, deposisi plastik.
 Kapasitas untuk tiap ruang bakar pada umumnya dibatasi pada 480 ton/hari
 Belum ada rekam jejak yang baik untuk tipe insinerasi jenis ini, karena teknologi
yang belum cukup dikenal
 Operasi secara kontinu sulit untuk ditebak
FLUIDIZED BED (FB) INCINERATOR

Fluidized bed incinerator (ruang bakar dasar fluida) adalah sebuah ruang bakar pembakar
yang menggunakan media pengaduk berupa pasir seperti pasir kuarsa atau pasir silika,
sehingga akan terjadi pencampuran (mixing) yang homogen antara udara dengan butiran-
butiran pasir tersebut, sebagaimana terlihat pada Gambar 4. Pencampuran yang konstan
antara partikel-partikel mendorong terjadinya laju perpindahan panas yang sangat cepat serta
terjadinya pembakaran sempurna.

Gambar 4. Insinerator jenis fluidized bed

Ruang bakar dasar fluida berkarakter proses lebih pendek yang melibatkan pengeringan,
gasifikasi, dan pembakaran sampah. Hal ini dilakukan dengan membuat kondisi statis dimana
pasir panas atau material semacamnya dicampur ke material dasar untuk menciptakan panas
potensial. Dikarenakan sampah bersentuhan dengan material dasar yang statis, sangat mudah
untuk mengolah sampah dengan kadar air tinggi dan/atau bernilai kalor rendah. Selain itu,
aliran sampah plastik dan sampah bernilai kalor tinggi lainnya menyebarkan panas secara
merata di seluruh dasar ruang bakar.

Fluidized bed incinerator berorientasi bentuk tegak lurus, vertikal dengan kerangka baja yang
dilapisi bahan tahan api, berisi hamparan pasir (sand bed) dan distributor untuk fluidasi
udara. Fluidized bed incinerator normalnya tersedia dalam ukuran berdiameter dari 9 sampai
34 feet (3-11 meter). Pembakaran dengan teknologi fluidized bed merupakan satu rancangan
alternatif untuk pembakaran limbah padat.

Fluidisasi meningkatkan pencampuran dan turbulensi serta laju perpindahan panas yang
terjadi. Auxilliary burner digunakan selama pemanasan awal untuk memanaskan hamparan
sampai temperatur operasi sekitar 750 sampai 900°C sehingga pembakaran dapat terjaga pada
temperatur konstan. Dalam beberapa instalasi, suatu sistem water spray digunakan untuk
mengendalikan temperatur ruang bakar, sebagaimana terlihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Skematik Fluidized bed Incinerator dengan Water Spray

Salah satu contoh teknologi insinerasi tipe fluidized bed adalah menggunakan plat orifice
yang dapat disesuaikan untuk aplikasi tertentu untuk distribusi udara yang ideal pada reaktor,
sebagaimana terlihat pada Gambar 5. Fluidized bed tipe ini juga telah dikembangkan
digunakan untuk tipe sampah biosolid maupun untuk sludge. Tipe ini juga memiliki
fleksibilitas dan durabilitas yang tinggi, dengan range spesifikasi sebagai berikut

- Fuel heat input range : 5-150 MMBtu/hr [1.5-44 MW(th)]

- Fuel moisture range : 60 – 80 %

- Steam production : <150.000 lb/hr (68,027 kg/hr)

- Ukuran reaktor : 4-30 feet

Gambar 6. Teknologi Fluidized bed dengan pelat orifice

Reaktor tipe fluidized bed ini menggunakan carbon steel vessel-lined dengan material
refraktori, yang terdiri dari 4 komponen:

 Wind box zone: memastikan distribusi udara yang baik dibawah orifice
 Orifice plate: mempertahankan pressure drop untuk distribusi udara
 Combustion zone: terdapat fluidized bed dimana bahan bakar di-injeksi
 Free-board zone: bagian terbesar reaktor untuk memastikan pembakaran berlangsung
sempurna dan pemisahan material bed & gas

A. Konsep Ruang Bakar Insinerasi Jenis Fluidized Bed (Unggun Fluidisasi)

Fluidized bed merupakan jenis ruang bakar yang memanfaatkan pasirsilika, abu pembakaran,
atau material sejenis pasir lainnya sebagai media yang tersuspensi di dalam ruang bakar
sehingga terjadi tingkat turbulensi dan perpindahan panas yang merata pada seluruh ruang
ruang bakar. Secara skematis rancangan sistem insinerator menggunakan ruang bakar
fluidized bed ditunjukan pada Gambar 7.

Gambar 7. Skema ruang bakar fluidized bed pada sistem PLTSa Insinerasi

Fenomena fluidisasi terjadi akibat adanya aliran gas dari bagian plenum (bawah ruang bakar)
yang menyebabkan terjadinya drag force pada partikel, sehingga gaya berat partikel dapat
diatasi. Kecepatan-gas minimum fluidisasi dan pengaruh variasi kecepatan gas pada
fenomena fluidisasi digambarkan secara jelas pada Gambar 7.

Pada tinjauan proses fluidisasinya, ruang bakar tipe fluidized bed dapat dibagi menjadi jenis
bubbling fluidized bed (BFB) dan circulating fluidized bed (CFB). Pada ruang bakar jenis
BFB, partikel dijaga tersuspensi pada kecepatan fluidisasi 0,5-3 m/s ukuran partikel kurang
dari 10 mm. Pada ruang bakar jenis CFB, partikel dijaga tersuspensi pada kecepatan fluidisasi
3-9 m/s sehingga partikel akan tersuspensi sepanjang tinggi ruang bakar dan disirkulasikan
kembali melalui kaki siklon. Gambaran mengenai proses fluidisasi pada ruang bakar
diberikan pada Gambar 8. Sedangkan proses fluidisasi tipe bubbling dan circulating terlihat
pada Gambar 9.
Gambar 8. Variasi kecepatan gas pada fenomena fluidisasi

Gambar 9. Proses fluidisasi tipe bubbling dan circulating

Parameter-parameter utama yang penting dalam proses rancangan ruang bakar fluidized bed
antara lain:

a. Karakteristik partikel bed (ukuran, densitas, distribusi ukuran partikel, panas jenis)
b. Superficial velocity dan solid circulation flux
c. Kecepatan fluidisasi
d. Pressure drop sepanjang bed (termasuk siklon)
e. Efisiensi siklon
f. Tinggi riser
g. Combustion residence time

B. Kelebihan & Kekurangan Insinerasi tipe fluidized bed

Beberapa kelebihan dari tipe insinerasi fluidized bed adalah:

 Konsep desain lebih sederhana sehingga biaya investasi dan perawatan relatif
lebih kecil
 Efisiensi termal keseluruhan dapat mencapai 90%
 Bagian mekanikal yang bergerak lebih sedikit, sehingga keausan yang terjadi
lebih sedikit
 Dapat digunakan untuk variasi campuran yang berupa cairan (sludge) dan limbah
padat

Sedangkan kekurangan dari insinerasi tipe ini adalah:

 Masih sedikit digunakan terutama untuk aplikasi limbah padat yang tercampur
atau tidak dipilah terlebih dahulu, sehingga belum begitu teruji performanya.
Begitu pula belum teruji untuk kapasitas yang cukup besar
 Kontrol operasi cukup sulit untuk mengakomodasi fluktuasi sampah karena
pembakaran yang begitu cepat
 Bahan bakar tambahan dibutuhkan untuk nilai kalor sampah yang lebih rendah
 Membutuhkan pre-treatment terlebih dahulu untuk pembakaran yang stabil,
karena permintaan komposisi dan ukuran sampah yang cukup ketat
LIQUID INJECT INCENERATOR

Bahan bakar cair yang digunakan untuk pembakaran dalam rotary kiln hampir secara
eksklusif dari kelas Bunker B atau Bunker C. Sisa minyak setelah produk yang tidak stabil
dan terdapat pada kilang dihilangkan. Karena kedua jenis ini termasuk dalam kelas minyak
berat, mereka harus dipanaskan terlebih dahulu sebelum dapat dipompa dan diatomisasi.
Pembangkit uap biasanya mengirimkan panas yang diperlukan ke penukar panas di mana
bahan bakar dinaikkan ke suhu yang memastikan viskositas yang benar.

Untuk mendapatkan pembakaran yang baik, bahan bakar minyak harus diatomisasi, yang
berarti minyak harus dipecah menjadi tetesan kecil untuk meningkatkan kombinasi yang
mudah dengan oksigen. Hal ini dilakukan dengan cara nosel penyemprot dimana minyak
dipaksa melalui lubang pada tekanan tinggi, menciptakan gerakan turbulen. Ukuran lubang
menentukan tekanan bahan bakar di ujung burner, yang pada gilirannya mempengaruhi
bentuk api. Lubang kecil menghasilkan tekanan bahan bakar yang lebih tinggi dan lebih
sedikit bahan bakar yang melewati pembakar dibandingkan lubang besar. Karena batas tinggi
dan rendah tertentu ditetapkan untuk lubang tertentu, sering kali perlu untuk menukar lubang
tersebut dengan lubang yang berbeda saat diperlukan perubahan besar dalam laju bahan
bakar.

Tekanan bahan bakar sangat penting untuk bentuk nyala api dan karenanya harus sering
diperiksa oleh operator kiln. Jika tekanannya, misalnya, terlalu rendah, pembakaran sempurna
dari partikel-partikel minyak yang tidak dikabutkan tidak dapat terjadi, yang mengakibatkan
pelepasan bahan bakar yang tidak terbakar pada lapisan dan unggun umpan.

A. Bahan Baku :

Pembakar injeksi cair, seperti insinerator rotary kiln, biasanya digunakan untuk bahan berbahaya
(B3). Pembakaran injeksi cair dapat digunakan untuk membuang hampir semua bahan yang mudah
terbakar, limbah cair atau seperti cairan (misalnya cairan, bubur, dan lumpur). Sistem insinerator
tipe injeksi cair, mungkin merupakan jenis yang paling sederhana dari segi perangkat pembakaran,
termasuk sistem pembakar limbah, sistem bahan bakar tambahan, sistem pasokan udara, ruang bakar,
dan sistem kontrol polusi udara.

B. Cara Kerja Liquid Inject Incenerator

Limbah cair dimasukkan dan diatomisasi ke dalam ruang pembakaran melalui nozel pembakar
limbah. Nozel ini menyemprotkan limbah dan mencampurkannya dengan udara pembakaran.
Atomisasi biasanya dicapai dengan metode mekanis seperti cangkir putar atau atomisasi tekanan
sistem, atau dengan nozel fluida kembar yang menggunakan udara atau uap bertekanan tinggi.
Dengan luas permukaan yang relatif besar, partikel yang diatomisasi menguap dengan cepat,
membentuk campuran limbah yang sangat mudah terbakar, asap dan udara pembakaran. Campuran ini
terbakar dan terbakar di ruang bakar. Waktu tinggal dan suhu ruang pembakaran adalah 0,5 - 2 detik
dan 1300 ° F - 3000 ° F, yang dimana parameter ini digunakan untuk memastikan pembakaran
limbah cair sempurna. Laju alir umpan cair yang digunakan sebesar 200 ft3/h. Jika kandungan energi
limbahnya tidak cukup tinggi mempertahankan suhu pembakaran dan pembakaran yang memadai,
bahan bakar tambahan seperti bahan bakar minyak atau gas alam disediakan.

Dalam beberapa kasus, limbah dengan padatan tinggi disaring sebelum pembakaran hindari
memasukkan nozzle. Insinerator injeksi cair dapat membuang limbah berair atau tidak berair yang
bisa dikabutkan melalui nozzle burner (mis., viskositas kurang dari 10.000 SSU). Limbah harus
dikabutkan menjadi tetesan kecil 40 mm atau kurang. Atomisasi biasanya dilakukan secara mekanis
menggunakan cangkir putar atau sistem atomisasi tekanan. Sampah dengan padatan tinggi disaring
sebelum memasuki tangki umpan. Sistem bahan bakar limbah cair mentransfer limbah dari drum ke
umpan tangki.
C. Kelebihan
a. Ruang pembakaran dapat menggunakan desain sederhana seperti silinder berlapis api
b. Dapat menjadi relatif kompleks dengan pemanasan awal udara pembakaran di sekitar
ruangan dan menembakkan banyak bahan bakar stream.
c. Insinerator dapat dirancang menggunakan orientasi horizontal atau vertikal.
d. Burner ditempatkan untuk mencegah pelampiasan nyala api di dinding (untuk
menghilangkan korosi refraktori dan hilangnya panas)

Anda mungkin juga menyukai