Anggota : Duta Prima Putra Dwi Okta Larassakti Nur Annisa Yuliasdini Kelas : 4 KIB Mata Kuliah : Sistem Utilitas Pengertian Bahan Bakar
Bahan bakar adalah bahan yang apabila dibakar
dapat meneruskan proses pembakaran dengan sendirinya, disertai pengeluaran kalor. Bahan bakar dapat terbakar dengan sendirinya karena kalor dari sumber kalor lebih kecil dibandingkan kalor yang dihasilkan dari proses pembakaran. Jenis- Jenis Bahan Bakar
Berdasarkan materinya Bahan bakar padat
Bahan bakar cair
Bahan bakar gas
Proses Pembakaran
Pembakaran adalah reaksi kimia yang cepat
antara oksigen dan bahan yang dapat terbakar, disertai timbulnya cahaya dan menghasilkan kalor. Macam-macam Proses Pembakaran
Pembakaran tidak sempurna
CH4 + 3/2O2 CO + 2H2O Pembakaran sempurna CH4 + 2O2 CO2 + 2H2O + kalori Sistem Pembakaran Bahan Bakar Sistem pembakaran bahan bakar dibagi menjadi :
Pembakaran dalam unggun tetap (fixed bed) dengan cara pengumpanan overfeed (spreder), underfeed dan crossfeed (vibrating) Pembakaran dalam Pulverized (Purverisasi) Pembakaran dalam unggun terfluidisasi (fluidized bed) 1. Fixed Bed (Unggun Tetap)
Kadar abu batubara pada
unggun diam yakni 10-15% dengan ketebalan minimum 5cm.
Ada tiga pola dasar
pengumpanan batubara dan udara yang telah dikembangkan. Tiga pola tersebut adalah : Overfeed (spreader) Underfeed Crossfeed (vibrating) Overfeed (spreader)
Udara dan batubara dialirkan secara berlawanan. Udara
dialirkan dari bagian bawah bed sedangkan batubara dialirkan pada bagian atas bed. Umpan batubara akan terpanaskan karena kontak dengan batubara yang sudah terbakar dibawahnya dan juga oleh udara panas yang diumpankan dari bagian bawah bed. Sisa pembakaran akan turun ke permukaan greet, dimana akan dikeluarkan secara dumping, vibrating, dan shaking. Underfeed
Pada pola pengumpanan underfeed, aliran batubara
dan udara terjadi secara paralel dan biasanya mengalir ke atas. Volatille matter, air, dan udara pembakaran mengalir melalui lapisan bahan bakar yang terbakar. Tipe ini menghasilkan lebih sedikit asap selama pengumpanan dan pengoperasian beban yang rendah. Crossfeed (vibrating)
Pola pembakaran ini terdiri dari stoker yang
dilengkapi dengan hopper untuk tempat pengumpanan, chain grate, travelling grate dan vibrating, reciprocating atau oscillating grate. Bagian yang biasanya melengkapi Stoker :
Hopper adalah tempat penampungan bahan
padatan yang digunakan sebelum bahan diumpankan ke suatu unit proses. Chain Grate adalah jenis stoker mekanik untuk furnace dimana perapian terdiri dari rantai tak berujung yang menarik bahan bakar padat ke dalam furnace seperti berputar. Travelling Grate adalah bagian grate yang mengangkut batubara selama proses pembakaran dengan udara yang dihembuskan dari bagian bawah grate. 2. Pulverized Coal Combustion
Batubara diumpankan bersamaan
dengan sebagian udara pembakaran. Udara yang dimasukkan dibagi dua yaitu udara primer dan udara sekunder. Ukuran batubara untuk pembakaran bahan bakar pulverized adalah 200 mesh (diameter 72m) Proses pembakaran terjadi pada temperature 1300C 1700C Batubara diinjeksi dengan kecepatan tinggi yakni 15m/s Pembakaran dengan metode ini akan menghasilkan abu yang terdiri diri dari clinker ash sebanyak 15% dan sisanya berupa fly ash Kelebihannya yaitu : - Dapat membakar berbagai jenis batubara - Respon yang sensitive terhadap perubahan beban muatan - Proses pemanasan awal pada suhu yang tinggi
Berdasarkan abu yang dikeluarkan maka
Pulverized Coal Combustion dapat dibedakan menjadi : a) Dry Bottom Firing b) Wet Bottom Firing c) Slurry Firing a. Dry Bottom Firing
Operasi unit abu kering lebih sederhana dan lebih
fleksibel terhadap perubahan jumlah dan sifat-sifat batubara dibandingkan dengan unit wet bottom firing. Kerugian utama unit dry bottom firing ini adalah karena ukuranya lebih besar sehingga lebih mahal dan sekitar 80-90% abu. Adapun jenis dari dry bottom firing adalah sebagai berikut : Vertikal Firing Tangenstial Firing Opposed Inclined Firing Horizontal Firing b. Wet Bottom Firing
Aliran leburan abu yang mengalir dari tanur
disemprot dengan air dingin sehingga terbentuk produk dengan ukuran yang diinginkan. Sekitar 80% abu bisa tinggal dalam tanur untuk beberapa unit desain tertentu.
Wet bottom firing mempunyai kerugian :
kurang fleksibel terhadap pemilihan batubara lebih banyak terjadi fouling korosi eksternal pembentukan NOx yang lebih tinggi c. Slurry Firing
Pembakaran dalam bentuk slurry bertujuan
agar bahan bakar lebih mudah ditransportasikan, disimpan dan digunakan dibandingkan dalam bentuk padat.
halus dan air dengan perbandingan tertentu serta dengan penambahan aditif tertentu untuk menjaga kestabilan fluida agar batubara tidak dapat mengendap. Tujuan utama CWM adalah agar dapat ditransportasikan dengan pipa-pipa sehingga lebih murah biaya transportasinya dibandingkan biaya transportasi batubara dalam keadaan padat.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari CWM yaitu :
- Penyimpanan yang membutuhkan tempat khusus - Kestabilan fluida dalam waktu tertentu - masalah dewatering baik secara termal maupun mekanik Coal-Oil Mixtures (COM)
COM merupakan campuran antara batu bara
halus dan minyak dengan perbandingan tertentu. COM tidak terlalu menimbulkan masalah menyangkut keberhasilan dalam pembakaran, dibandingkan CWM d. Tanur Cyclone
Metode ini dilakukan dengan menginjeksikan udara
dan batubara secara tangensial dan dengan kecepatan tinggi kedalam tanur cyclone horizontal silindris, kemudian membakar batubara tersebut bergerak mengikuti bentuk spiral. Dibawah kondisi aerodinamis yang tepat, tanur ini bisa menghasilkan panas mencapai 500.000 Btu/jam ft 3 ruang pembakaran (bandingkan dengan sistem dry bottom yang hanya menghasilkan panas paling tinggi 150.000 dan sistem slag-tap yang menghasilkan panas 400.000 Btu). Karena temperature nyala api yang tinggi (3000oF) maka dihasilkan sekitar 90% abu sebagai abu lebur (molten slag) yang cenderung menempel pada dinding tanur dengan lengket sehingga masih menyisahkan partikel-partikel batubara yang terbakar. 3. Fluidized-Bed Combustion (Unggun Terfluidisasi)
Batubara berukuran maksimum 25mm dengan
kadar air (free moisture) tidak lebih dari 4% Suhu pembakaran berkisar 850-900C konsep teknologi yang diunggulkan dari system pembakaran fluidized bed adalah 1. Adanya gerak turbulen partikel yang sangat baik untuk proses perpindahan panas dan massa bahan bakar padat, dan baik untuk menyeragamkan temperature di dalam bed dan reactor. 2. injeksi langsung gas terlarut (sorbent) ke dalam bed, sangat memudahkan untuk mengkontrol gas asam 3. penggunaan temperature sebagai variable independent, yang berguna untuk mengendalikan polusi, mengatur distribusi bahan bakar dan udara, serta penukaran panas di dalam reactor 4. penggunaan bed dengan material inert sebagai pemberat panas (thermal flywheel) yang dapat mengurangi terjadinya slugs ataupun pengotor bahan bakar lainnya. Beberapa keuntungan fluidized-bed adalah : 1. Biaya capital dan biaya oparasi lebih rendah 2. Perpindahan panas ketabung boiler cukup tinggi (sampai dengan 100 btu/ jam ft20F) 3. Jumlah NOX yang terbentuk lebih sedikit karena suhu nyala yang rendah. Sistem Pembakaran Minyak Bumi
Sistem pembakaran minyak dibagi menjadi :
Pembakaran minyak dengan pengatoman Pembakaran minyak dengan mangkuk berputar Pembakaran minyak dengan pengatoman Pembakaran minyak dengan mangkuk berputar Sistem Pembakaran Gas
Sistem pembakaran gas dibagi menjadi :
1. Pembakaran gas atmosfer 2. Pembakaran gas tahan api 3. Pembakaran fan-mx Pembakaran Gas Atmosfer Pembakaran gas tahan api Pembakaran fan-mx THANK YOU !