Anda di halaman 1dari 38

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
PLTU batubara merupakan tempat dimana listrik dibangkitkan, dengan

dibangkitkannya listrik diperlukan energi yang dirubah yaitu energi panas yang
dihasilkan batubara yang dibakar yang selanjutnya terjadi perpindahan panas
melalui pipa-pipa yang berada dalam boiler. Untuk mendapatkan efisiensi
pembakaran batubara yang tinggi, batubara harus melalui proses penggilingan
dengan alat pulverizer.
Pengolahan batubara sangat mempengaruhi kinerja boiler sebab batubara
harus dihaluskan sebelum memasuki furnace atau ruang bakar. Pulverizer
merupakan salah suatu alat penanganan batubara dan merupakan bagian
terpenting dari PLTU dalam penyediaan listrik, karena alat ini digunakan untuk
menggerus dan menghaluskan batubara menjadi butiran-butiran halus berukuran
200 mesh sebelum dibakar. Penggilingan batubara ini bertujuan untuk
memperluas permukaan batubara sehingga mempermudah dan mempercepat
proses pembakaran yang lebih sempurna.
Dalam penulisan seminar ini saya mencoba memperkenalkan pulverizer
dan kinerja pulverizer karena banyak faktor yang mempengaruhi kerja pulverizer.
Kinerja pulverizer ini sangat penting karena akan mempengaruhi batubara yang
akan dibakar pada sistem pembakaran didalam boiler dan energi listrik yang akan
dihasilkan nantinya.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis memilih memperkenalkan


pulverizer beserta kinerjanya yang sangat bermanfaat karena dapat mengetahui
tentang alat tersebut dan kinerja pulverizer, sehingga pembakaran yang terjadi di
furnace dapat sempurna dan listrik yang dihasilkan dapat optimal. Sehingga dari
latar belakang tersebut penulis mengambil judul Pengenalan dan Kinerja
Pulverizer PLTU Suralaya .

1.2

Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah mengetahui tentang pulverizer pada
PLTU batubara yang digunakan pada PLTU Suralaya dan sistem kinerjanya
pulverizer yang akan mempengaruhi efisiensi pembakaran batubara
diruang bakar.

1.3

Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai proses penerapan dari
kemampuan mahasiswa setelah memperoleh pengetahuan dari kuliah,
praktikum, praktek dan lainnya, serta memenuhi salah satu prasyarat dalam
menyelesaikan studi dalam program sarjana strata satu. Hasil penulisan
diharapkan dapat diterapkan dalam dunia kerja terutama pada PLTU
batubara.

1.4

Rumusan Masalah
1. Apa itu pulverizer pada PLTU batubara?
2. Spesifikasi pulverizer pada PLTU Suralaya?
3. Jenis pulverizer yang digunakan PLTU Suralaya?
4. Bagaimana sistem kerja dari pulverizer PLTU batubara?

1.5

Batasan Masalah

Pada penulisan seminar ini, adapun batasan masalah yang


ditentukan meliputi :
1. Jenis pulverizer secara umum.
2. Jenis pulverizer dan spesifik dari pulverizer PLTU Batubara yang
digunakan di unit PLTU Suralaya.
3. Sistem kerja pulverizer PLTU Batubara.
4. Faktor yang mempengaruhi kinerja pulverizer.
1.6

Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan seminar ini adalah sebagai berikut: Bab satu
membahas tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, rumusan masalah atau batasan yang menjadi obyek penulisan
dan sistematika penulisan, bab dua membahas tentang dasar dari teori
kepustakaan

yang

mendukung

penulisan

penelitian

ini,

bab

tiga

membahas tentang metode penulisan yang digunakan dalam penyelesaian


penulisan ini, bab empat membahas mengenai data lapangan dan
pengolahan data serta menganalisa data yang telah ada, bab lima
membahas tentang hasil yang telah dianalisa sehingga didapat suatu
kesimpulan dan saran.

BAB II
TEORI DASAR

2.1

Pulverizer

Pulverizer atau mill adalah alat bantu pada ketel uap dengan bahan bakar
batubara yang berfungsi sebagai penggiling batubara kasar agar menjadi halus
atau serbuk (coal finesses) dengan ukuran 200 mesh masuk keruang bakar
(furnace) untuk digunakan pada proses pembakaran. Tujuan penghalusan
batubara ini adalah agar batubara lebih mudah terbakar sehingga pembakaran
sempurna dapat tercapai.
2.1.1 Macam dan tipe pulverizer
Ada beberapa tipe peralatan yang digunakan dalam proses reduksi ukuran
partikel untuk skala besar yang diklasifikasikan menurut putaran kerja dari mesin
penggilingan.
2.1.1.1 Putaran rendah (dibawah 75 rpm)

Ball Tube Mill


Pada gambar 2.1. menunjukkan skema peralatan ball tube mill
dengan putaran tabung secara horizontal. Bola-bola yang digunakan
terbuat dari bahan baja tempa atau bahan campuran dengan diameter
bervariasi antara 25 mm sampai 100 mm. Putaran lebih rendah dari 75 rpm
bahkan ada yang 35 rpm. Terjadi penghalusan batubara karena adanya
tumbukan antara batubara dengan bola-bola. Jenis batubara baik relative
basah atau kering dapat diterima oleh penggilingan tipe ini. Pada saat
batubara digiling udara panas dimasukkan kedalam penggilingan dengan
menggunakan sistem isap (induced), sehingga partikel yang halus akan ikut
terbawa oleh udara panas. Disamping itu untuk biaya investasi termasuk
tinggi. Akan tetapi perawatan unit relatif mudah dan murah, secara periodik

bola-bola harus ditambahkan kedalam tabung karena ada bola-bola yang


pecah karena saling bertumbukan. Kapasitas produksi mencapai 1-20
ton/jam.

Gambar 2.1. Tipe penggilingan Ball Tube Mill

Roll and Race Mill


Jenis ini memiliki prinsip kerja yang sama seperti pada ball and race
mill, hanya saja bola diganti dengan roll. Untuk industri B & W maka
klasifikasinya termasuk putaran rendah karena memang banyak yang
menggunakan dibawah 75 rpm akan tetapi ada juga yang menggunakan
diatas 75 rpm tergantung pada kapasitas dan kekerasan batubara.
Kapasitas produksi penggilingan dapat mencapai 20 hingga 105 ton/jam.

Gambar 2.2. Tipe Penggilingan Roll and Race Mill

2.1.1.2 Putaran menengah (75 200 rpm)

Ball and Race Mill


Untuk tipe ball and race mill termasuk jenis yang berkapasitas besar
dimana penggilingan dlakukan dengan memutar wadah atau driving ring
dan secara otomatis bola ikut berputar karena terletak diantara stationary
ring driving ring. Sistem ini bekerja seperti bantalan atau bearing dimana
terletak bola diantara cincin penahan bersama dengan proses penggilingan
maka udara panas dihembuskan dan keluar bersama-sama dengan hasil
penggilingan. Hasil penggilingan akan disaring oleh classifier yang memiliki

ukuran tertentu dan sesuai dengan ukuran partikel batubara yang


dibutuhkan untuk pembakaran. Kapasitas produksi mencapai 1,5 20
ton/jam.

Gambar 2.3. Tipe Ball and Race Mill

Bowl Mill
Tipe jenis ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Ball maupun
Roll Mill, hanya jenis penumbukannya yang berbeda. Penumbukan pada
bowl mill berbentuk kerucut dan classifier yang berbentuk kerucut juga.
Demikian juga wadah atau driving ring disesuaikan dengan bentuk
penumbuk. Hasil dari penggilingan 75 sampai 85% lolos 200 mesh dengan
HGI 55. Tipe penggilingan ini memungkinkan untuk diatur untuk
menghasilkan persentase kehalusan.

Gambar 2.4. Tipe Bowl Mill

Roll Mill
Tipe jenis ini yang akan dijelaskan lebih lanjut pada penulisan
seminar ini, yaitu pulverizer buatan Babcock & Wilcock tipe MPS.

Gambar 2.5. Tipe Pulverizer MPS

2.1.1.3 Putaran tinggi (225 rpm)

Hammer Mill
Tipe ini juga disebut impact mill, termasuk jenis penggilingan putaran
tinggi, dimana produksinya biasanya tidak terlalu besar sekitar 1-5 ton/jam.
Putaran penggilingan dapat mencapai 1000 rpm. Yang mengembangkan
tipe

adalah

Combustion

Engineering.

Pada

penggilingan

terdapat

sederetan hammer yang dapat ditentukan jumlah tergantung pada produk


yang akan dihasilkan. Sedangkan udara panas ditiupkan dari luar untuk
pengeringan batubara yang digiling. Karena didesain dengan putaran tinggi
maka maintenance lebih mahal serta konsumsi energi lebih per satuan
produk jika dibandingkan dengan tipe yang lebih rendah putarannya.

.
Gambar 2.6. Tipe Hammer Mill
2.2

Mesh dan Finenes

Mesh adalah lubang-lubang pada ayakan batubara. Gunanya ayakan


adalah untuk mengukur tingkat kehalusan (finenes) dari batubara setelah digiling
pada pulverizer artinya apabila batubara setelah digiling kemudian diayak, maka
batubara yang halus akan lolos sedangkan yang kasar akan tertinggal dan tidak

10

lolos ayak. Finenes adalah kehalusan batubara, sedangkan satuannya adalah %.


Misalnya batubara yang diayak 100 gram, kemudian yang lolos ayakan 70 gram,
sedangkan yang tertinggal adalah 30 gram, maka finenes batubara = 70 gram/100
gram x 100 %= 70%.
Ada beberapa macam jumlah lubang atau Mesh ayakan yang biasa
digunakan yaitu Mesh 30, 50, 100, dan 200 : Mesh 50 berati untuk luas 1 inchi 2
terdapat 50 lubang, jadi luas perlubang = 1 inchi 2 / 50 = 1 / 50 inchi 2= 0,508 mm2.
Finenes batubara untuk pembangkit umumnya berkisar 65 75 % untuk mesh
200. Berarti luas lubangnya= 1 inchi2 / 200= 0,127 mm2.

Gambar 2.7. Mesh

11

BAB III
METODE PENELITIAN

1.1

Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang

terletak di Kecamatan Pulo Merak, Kota Cilegon, Banten yaitu PT. Indonesia
Power

UBP

Suralaya.

Letaknya

km

ke

arah

utara

dari Pelabuhan

Penyeberangan Merak dan 120 km dari Sekolah Tinggi Teknik PLN, Jakarta Barat.
Daerah PT. Indonesia Power UBP Suralaya ini terletak pada koodinat 553'33"
lintang selatan dan 1061'45" lintang utara.

12

Gambar 3.1 Lokasi PT. Indonesia Power UBP Suralaya

3.2

Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode datang langsung ke PT. Indonesia

Power UBP Suralaya dan mengamati langsung alat pulverizer yang digunakan di
PT. Indonesia Power UBP Suralaya dan cara kerja beserta kinerja dari alat
pulverizer yang bersumber langsung dari lokal dan controlroom. Beserta data-data
dan informasi yang didapat dari buku dan internet akan di sesuikan dari data atas
pengamatan yang didapat langsung dari PT. Indonesia Power UBP Suralaya.
3.3 Kerangka Pemecahan Masalah
Berikut ini merupakan kerangka metode dalam penelitian ini :
Mulai

Pengamatan
tidak langsung

Pengamatan
langsung
Wawancara

Data dari buku dan


internet, data yang
sudah ada
Pengamatan secara
langsung di PT.
BertanyaPower
langsung
Indonesia
UBPpada staf ahli dan
pegawai
PT.
Indonesia
Suralaya,
melalui
lokalPower UBP Suralaya
dan
dandosen-dosen
controlroomSTTPLN yang pernah
terjun langsung di PLTU

13

Penggabungan
informasi dan
keterangan

Selesai

Gambar 3.2 Skema Penyelesaian Seminar


3.4

Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data yang maksimal dari penulisan seminar ini, maka

diperlukan teori berupa informasi dan keterangan data-data akurat sebagai


landasan penulisan dan penyusunannya. Data data tersebut diperoleh dengan
metode sebagai berikut :
3.4.1 Metode Pengamatan Tidak Langsung
Metode ini melakukan pengamatan secara tidak langsung yaitu teori
berupa informasi dan keterangan yang didapat dari buku dan
internet.
3.4.2 Metode Pengamatan Langsung ( observation Methode )
Melakukan pengamatan langsung pada alat pulverizer unit PT.
Indonesia Power UBP Suralaya, pengamatan dilakukan secara lokal
dan controlroom.

14

3.4.3 Metode Wawancara ( interview Methode )


Mengajukan pertanyaan kepada staf ahli dan pegawai dari PT.
Indonesia Power UBP Suralaya. Selain wawancara yang didapat di
PT. Indonesia Power UBP Suralaya, wawancara juga dilakukan pada
dosen-dosen STTPLN yang pernah terjun langsung bekerja di
Pembangkit Listrik Tenaga Uap bertenaga batubara.
3.4.4 Metode studi literature/kepustakaan ( Library Methode )
Mempelajari buku-buku dari perpustakaan PLTU Suralaya atau
sumber-sumber referensi lain yang berkaitan dengan permasalahan
yang akan dibahas.

3.5 Teknik Pengolahan Data


Dalam teknik pengolahan data ini penulis ingin menjabarkan tentang
pengolahan data yang didapat oleh penulis sebagai bahan untuk mengerjakan
seminar ini. Dimana penulis menjelaskan langkah langkah pengolahan data
sebagai berikut ;
1. Pengenalan pulerizer PLTU batubara yang digunakan oleh PT. Indonesia
Power UBP Suralaya.
2. Sistem kerja pulerizer secara lokal dan controlroom.
3. Mengkombinasikan antara data yang didapat secara langsung dan tidak
langsung.

15

Langkah langkah tersebut yang digunakan dalam melakukan analisa


dalam seminar ini.

3.6

Teknik Analisis Data


Analisa data yang dilakukan secara lansung dan tidak langsung, dilakukan

dengan mendekripsikan alat pulverizer dari pengenalannya dan sistem kinerjanya,


bagaimana alat pulverizer dapat bekerja sehingga pembakaran batubara dalam
ruang bakar terjadi sempurna dan hasil listrik yang dihasilkan bisa optimal.

BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISA

4.1

Spesifikasi dari alat Pulverizer


Pada boiler unit 5-7 PLTU Suralaya, terdapat enam buah pulverizer tiap

unit. Satu unit pulverizer menyuplai batubara ke satu rangkaian burner. Spesifikasi
pulverizer pada boiler PLTU suralaya adalah sebagai berikut:
Pabrik pembuat

: Babcock & Wilcox Company, Canada

Tipe

: MPS-89N

Kapasitas

: 56.246 kg/jam (124.000 lb/jam)

16

Kadar air batubara

: 28,3%

HHV batubara minimal

: 4225 kcal/jam

HGI batubara

: 59,4

Kelembutan hasil penggilingan

: 200 mesh (75 mikron)

Kecepatan putaran rinding table : 23,5 rpm


Motor penggerak

: Westinghouse 850 HP/3 kV/3/50 Hz/982 rpm

Tingkat kebisingan

: 93 dB

Sementara itu, arti kode yang digunakan sebagai nama tipe pulverizer MPS89N adalah sebagai berikut:

(mill/pulverizer)
P berasal dari bahasa Jerman Pendel yang berarti pendulum dan

menggambarkan gerakan memutar.


S berasal dari bahasa Jerman Schussel yang berarti piring dan

menggambarkan grinding ring.


89 berarti diameter roll whell pulverizer 89 inch (2260 mm).

N adalah kode untuk kapasitas dasar spesifik menengah (K untuk kapasitas

berasal

dari

bahasa

Jerman

Muhle

yang

berarti

penggiling

rendah dan G untuk kapasitas tinggi).

4.2

Pengoperasian Pulverizer pada Boiler


Proses start-up pulverizer dimulai dengan menghidupkan motor penggerak

pulverizer kemudian membuka seluruh katup-katup pada saluran udara primer


sehingga udara primer dari Primary Air Heater mengalir masuk ke dalam
pulverizer. Udara primer tersebut disuplai oleh Prymary Air Fan (PAF). Setelah

17

aliran udara primer mencapai kondisi steady dan temperature yang diinginkan,
udara perapat (seal air) dialirkan dengan cara membuka Seal Air Valve. Udara
perapat ini disuplai oleh Seal Air Fan (SAF). Fungsi udara perapat adalah untuk
mencegah serbuk batubara keluar pulverizer dan mencegah serbuk batubara
mengotori oli pelumas pada grinding roll assemblies. Tekanan udara perapat
sedikit lebih tinggi daripada tekanan udara primer.
Setelah udara primer dan udara perapat bekerja dengan baik, coal feeder
dihidupkan sehingga batubara masuk ke pulverizer dan proses penggilingan
dimulai. Bukaan Classifier diatur sekitar 50-60% sehingga kelembutan serbuk
batubara yang dialirkan ke burner melalui Coal Pipe adalah 200 mesh. Raw coal
masuk di coal bunker masuk ke pulverizer melalui coal feeder yang mengatur
jumlah batubara yang masuk berdasarkan beratnya (Gravimetric). Batubara jatuh
diatas meja penggiling yang berputar digilas oleh roller menjadi batubara bubuk.
Udara primer panas (200-300 oC) yang masuk ke pulverizer membawa batubara
bubuk ke coal burner melalui classifier dan jatuh kembali ke meja penggilingan.
Udara primer masuk ke pulverizer melalui rongga (throat) dengan
kecepatan yang cukup untuk membawa pulverizer fuel ke coal burner. Benda
berat atau benda asing yang tercampur dengan batubara seperti potongan besi,
pyrite, batu dan sebagainya akan terlempar keluar dari meja penggilingan melalui
throat, tersapu oleh pyrite plow ke pyrite hopper.
Pulverizer haruslah selalu dalam kondisi siap operasi (stand by) untuk
menjaga keandalan unit. Sebenarnya keandalan unit masih bisa dijaga dengan
sistem bahan bakar minyak (HFO), namun kondisi ini bukanlah pilihan karena

18

harga HFO yang sangat mahal. Dengan demikian satu-satunya cara menjaga
keandalaan dan keseterdiaan unit dalam sistem bahan bakar adalah dengan
menjaga pulverizer selalu dalam kondisi baik melalui pengoperasian normal
sesuai prosedur serta pemeliharaan yang terencana dan terkontrol.

Gambar 4.1. Sistem pengoperasian dari controlroom


Pada gambar 4.1 disini ada enam pulverizer, dimana lima pulverizer
beroperasi dan satu pulverizer standby, pulverizer yang standby ini beroperasi
saat ada salah satu pulverizer yang beroperasi terjadi kerusakan atau sedang
adanya pemeliharaan. Tiap-tiap pulverizer memiliki satu coal silo atau bunker
sebagai tempat penampungan batubara dan satu coal feeder yang mengalirkan
batubara dari coal silo ke pulverizer. Pengeluaran suplai batubara akan diatur oleh
solenoid atau gatevalve sebelum memasuki coal feeder. Enam pulverizer ini
beroperasi untuk satu boiler.

19

Gambar 4.2. Sistem pengoperasian dari controlroom


Pada gambar 4.2 ini menunjukan adanya seal air, yaitu sistem udara
perapat yang berfungsi memberikan udara perapat pada tiga lokasi, yaitu udara
perapat di yoke, roll wheel dan coal feeder (FDR Motor). Seal air pada roll wheel
berfungsi untuk memberikan perapat pada sisi bearing roll wheel agar
debu/butiran batubara tidak masuk, sehingga tidak mencemari pelumas bearing
pada roll wheel. Sedangkan di yoke, seal air berfungsi sebagai perapat antara
udara luar dan ruang pulverizer, sehingga udara di pulverizer tidak keluar atau
bocor melalui celah yoke maupun gearbox. Seal air juga mensuplai untuk coal
feeder berfungsi memberikan tekanan positif dari coal feeder ke pulverizer. Untuk
mencegah udara panas bermuatan debu batubara dari pulverizer mengalir naik ke
coal feeder, dimana dikhawatirkan bisa terjadi ledakan di bunker akibat intensitas
udara panas bertemu dengan debu batubara. Desain sistem udara perapat untuk

20

pulverizer dan coal feeder disuplai dari satu buah Seal Air Fan (SAF). Flow seal
air pada tiap pulverizer sebesar 62,3 kg/mnt dan seal air pada tiap pulverizer
memerlukan tekanan 635 mmHg lebih besar dari udara ruang di pulverizer
sehingga seal air disetting harus lebih bertekanan lebih positif.
Pemasukan udara seal air pada pulverizer ini dengan cara membuka
solenoid 005A yang mensuplai bagian coal feeder dan yoke, dan membuka
solenoid 006A yang mensuplai pada bagian roll wheel, yang instruksi
pembukaannya dilakukan di control room.
Pada kondisi normal udara primer berfungsi untuk mengangkut dan
menjaga temperature keluaran batubara serbuk dari pulverizer adalah konstan
66oC. Pengaturan besarnya aliran udara primer ini akan disesuaikan dengan
besarnya aliran batubara kedalam pulverizer dengan mengatur pembukaan flow
damper, sementara untuk menjaga keluaran batubara serbuk dari pulverizer
dengan mengatur hot dumper dan cold damper.
Pada saat start pulverizer, tahapan awal yang harus terpenuhi adalah
membuka PA dumper dan melakukan set PA minimum sebesar 40 t/h, pada tahap
ini cold damper (udara PA dingin) masih membuka 100% dan secara bertahap hot
dumper akan mengontrol temperature keluaran batubara sebesar 66 oC. Pada
kondisi normal operasi besarnya aliran udara primer akan menyesuaikan dengan
besarnya aliran batubara yang masuk ke pulverizer, sementara temperature
keluaran batubara dari pulverizer dipertahankan pada temperature 66 oC sesuai
dengan jenis batubara yang dipakai PLTU Suralaya.

21

4.2.1 Bagian-bagian Utama Pulverizer


Karena adanya beberapa tipe pulverizer, maka penulisan ini akan diuraikan
secara lebih rinci pulverizer yang digunakan di unit pembangkitan PLTU Suralaya,
yaitu pulverizer medium speed pressure type. Walaupun pada uraian ini nantinya
akan menguraikan secara rinci MPS Pulverizer, akan tetapi pada prinsipnya
adalah sama untuk berbagai tipe pulverizer.
Bagian-bagian utama pulverizer secara umum dapat dibagi menjadi tiga
bagian, yaitu rumah gear (gearbox), rumah bawah (bottom housing), rumah
tengah (intermediate housing), dan rumah atas (top housing).
1.

Rumah gear (gearbox)


Gearbox pada pulverizer berfungsi untuk merubah putaran, dari putaran
tinggi keputaran yang diinginkan. Gearbox yang terletak dibawah (bottom
housing), gearbox pada pulverizer fungsi utamanya untuk memutar yoke dan
grinding ring.

Gambar 4.3. Gearbox

22

2.

Rumah bawah (bottom housing)


Throat ring
Throat ring berfungsi untuk mengarahkan dan membuat turbulensi udara
primary air agar membawa coal finesse keruang bakar menjadi sempurna
dan untuk mengeluarkan pyrite batubara dan benda asing yang tidak
tergiling. Throat ring menempel pada bottom housing dan tidak berputar.
Throat
ring

Gambar 4.4. Throat ring, Ring Segment, Ring Set


Yoke
Yoke merupakan tempat dudukan atau tempat dari grinding segment dan
membawanya berputar.

Gambar 4.5. Yoke


Ring set
Ring set terletak diatas yoke dan berputar bersama.

23

Yoke air seal


Yoke air seal terletak di dasar rumah bawah pulverizer. Yoke air seal
berfungsi untuk mencegah udara primer dan serbuk batu bara keluar dari
pulverizer melalui permukaan luar yoke yang berputar.

Gambar 4.6. Yoke Air Seal


Pyrite plows
Pyrite plows disekrup pada permukaan bawah yoke. Pyrite plows berfungsi
untuk menyingkirkan atau menyapu bila ada material asing seperti besi,
batu, batubara keras dan lain-lain atau pyrite lain yang tidak dapat
dihaluskan untuk diarahkan ke pyrite box. Pyrite plows juga digunakan
untuk membersihkan batubara dari pulverizer pada saat dilakukan
pemeliharaan.
Pyrite box
Pyrite box berfungsi sebagi tempat penampung sementara bagi materialmaterial yang tak tergiling dari batubara. Pyrite box mempunyai gerbang

24

pintu masuk dan pintu keluar yang dioperasikan dengan udara. Pyrite box
disekrup pada bagian bawah primary air.

Gambar 4.7. Pyrite Box dan Primary Air Inlet


Primary air inlet
Primary air inlet berupa ruang silinder dibawah throat ring. Udara primer
masuk melalui throat ring mengangkut batubara halus, fungsi lainnya
adalah mensirkulasikan batubara serta mengeringkan batubara.

Loading Cylinder
Berfungsi untuk penyetelan spring. Pada MPS Pulverizer tekanan tire
terhadap grinding ring didapat dari tekanan pegas ulir yang terpasang

25

diantara spring frame dan preassure frame yaitu spring atau pegas.
Panjang pegas ini dipertahankan pada daerah operasinya agar diperoleh
grinding pressure (tekanan grinding) yang memadai.

Gambar 4.8. Loading Cylinder, Spring Frame dan Pressure Frame


Inerting Header
Merupakan pipa steam uap basah yang masuk ke mill yang berfungsi untuk
membersihkan pulverizer dari batubara halus yang mengotori pulverizer.
3.

Rumah tengah (intermediate housing)


Roll wheel assemblies (tire)
Terdapat tiga buah tire pada tiap pulverizer. Pada roll wheel assemblies
terdapat ban (tire) yang terbuat dari material tahan aus. Kekerasan ban
berkisar antara 360 sampai 400 angka kekerasan Brinell (Brinell hardness
number).

Ban

mempunyai

permukaan

berbentuk

bola

untuk

memaksimalkan kinerja penggilingan. Untuk melindungi bantalan roll wheel


assemblies dari serbuk batubara, digunakan udara perapat (seal air). Tire
berfungsi untuk menggilingkan batubara dari coal feeder masuk didalam

26

pulverizer. Tire ini bekerja dengan tekanan multi spring dan berputar pada
poros roll wheel assembly.

Gambar 4.9. Roll Wheel


Pressure frame
Rangka segitiga terletak di atas roll wheel assemblies dan disebut pressure
frame. Rangka ini berfungsi untuk menahan tire pada tempatnya serta
meneruskan gaya pegas ke tire untuk proses penggilingan atau dalam kata
lain fungsi dari pressure frame sebagai dudukan spring.
Spring frame
Rangka segitiga yang terletak di atas spring-spring disebut spring frame.
Spring frame terbuat dari baja mampu las. Spring frame terhubung dengan
tiga silinder hidrolik pada dasar pulverizer. Silinder hidrolik ini berfungsi
untuk mengatur besarnya gaya pegas pada tire. Spring frame terdiri dari 18
spring dan ukuran 54,6 cm2 yang menekan tire.

27

Spring
Frame
Pressure
Frame

Spring

Gambar 4.10. Spring, Pressure Frame dan Spring Frame


Intermediate housing
Intermediate housing merupakan rumah bagian tengah dari pulverizer.
Pada intermediate housing terdapat pintu yang dapat dibuka pada saat
proses pemeliharaan.
Seal air pipe
Merupakan pipa tempat mengalirnya udara perapat.

Gambar 4.11. Seal Air Pipe, Seal Air Header dan Seal Air Inlet

28

Seal air header


Sebagai pengumpul udara utama.
Grinding ring segment (GRS)
Grinding ring terdiri atas 12 segmen yang berbentuk kue pastel yang identik
yang bagiannya menjadi lingkaran. Ketebalan normal grinding ring adalah
12 cm. Grinding ring terbuat dari bahan tahan aus, GRS berfungsi sebagai
meja atau tempat dudukan tire dan berputar dengan yoke yang berada
dibawahnya.
Spring
Berfungsi untuk memberi tekanan pada tire.
4.

Rumah atas (top housing)


Classifier
Classifier berfungsi untuk memisahkan serbuk batu bara (coal finesses)
yang kasar dengan yang halus, dimana yang halus langsung menuju ruang
bakar dan yang kasar jatuh tergiling kembali. Pada proses penggilingan
batubara akan menghasilkan bubuk batubara yang ukurannya berbedabeda. Persyaratan untuk pembakaran batubara pada boiler biasanya
digunakan ukuran batubara yang minimum 70 persen lolos saringan 200
mesh atau partikel berukuran sekitar 75 mikron.

29

Classifier

Gambar 4.12. Classifier


1. Louver section
Classifier louver section merupakan katup yang biasa membuka dan
menutup sebagai tempat jalannya batubara. Kecepatan tangensial yang
tinggi menyebabkan terjadinya gaya sentrifugal yang besar pada partikel
batubara yang besar sehingga bergerak kearah dinding luar classifier
cone dan jatuh ke bawah untuk digiling kembali.
2. Classifier cone
Classifier cone berfungsi mengembalikan partikel-partikel batubara yang
berat (batubara yang masih kasar) kearah grinding zone untuk
dihaluskan kembali sehingga mencapai kehalusan yang sesuai.

30

Classifier
Cone

Gambar 4.13. Classifier Cone


3. Classifier discharge section
Classifier discharge section terletak di bagian bawah classifier cone,
berfungsi sebagai pintu untuk mengembalikan batubara yang masih
kasar untuk digiling kembali.
Raw coal inlet pipe
Batubara masuk ke pulverizer dengan dijatuhkan dari bagian tengah
classifier melalui raw coal inlet pipe dari coal feeder. Hal ini memungkinkan
batubara jatuh lurus ke tengah-tengah cover cone. Terdapt 6 coal pipe tiap
unit.
Swing valve
Pada pulverizer tipe MPS dipasang swing valve, swing valve ini berfungsi
untuk mengisolasi pulverizer terhadap boiler pada saat tidak beroperasi,
untuk mengisolasi pulverizer terhadap boiler harus dijaga tekanan
pulverizer lebih tinggi daripada tekanan boiler. Swing valve ini juga
berfungsi sebagai jalannya batubara yang telah digiling menuju ke burner
saat pulverizer beroperasi. Terdapat 6 swing valve dalam satu pulverizer.

31

Seal air header


Seal air header terletak pada dinding dalam rumah atas pulverizer pada
tengah-tengah antara bagian bawah classifier louver section dan bagian
bawah rumah atas pulverizer. Seal air header ini menyuplai udara perapat
ke tiga tire. Tekanan udara perapat disini dijaga konstan 635 mmHg lebih
tinggi daripada zona penggilingan.

4.2.2 Prinsip Kerja Pulverizer


Batubara masuk ke pulverizer melalui pipa batubara mentah (raw coal pipe)
yang terletak di tengah bagian atas pulverizer. Batubara jatuh ke bawah oleh gaya
gravitasi dan mengalir secara radial ke bagian tepi grinding table akibat adanya
gaya sentrifugal. Mekanisme reduksi ukuran partikel batubara adalah adanya
gesekan antar partikel yang berada di antar grinding ring dan tire. Mekanisme
penggilingan semacam ini menghasilkan tingkat keausan elemen penggiling yang
rendah.

Nosel-nosel

yang

berada

pada

bagian

bawah

grinding

ring

menyemburkan udara primer (primary air) kedalam pulverizer. Aliran udara primer
akan membawa partikel-partikel batubara ke atas dan memasuki sudu-sudu
classifier. Partikel yang lembut akan lolos dari clasiffier dan ikut terbawa udara
primer menuju burner. Sementara itu, partikel-partikel yang lebih besar dan berat
akan kembali ke bawah dan mengalami penggilingan kembali.

32

Gambar 4.14 Sirkulasi batubara

4.3

Faktor yang mempengaruhi kinerja pulverizer


Kualitas batubara sebagai bahan bakar unit pembangkit merupakan faktor

penentu efisiensi. Suatu unit pembangkit dirancang berdasarkan jenis bahan


bakar dengan spesifikasi dan batasan komposisi tertentu. Setiap adanya
perubahan dari komposisi bahan bakar yang dipergunakan akan berakibat
terhadap operasi, performance, pemeliharaan dan efisiensi.
Pulverizer PLTU Suralaya juga didesain dengan spesifikasi batubara Bukit
Asam. Permasalahannya akan muncul jika pulverizer disuplai batubara dengan
spesifikasi yang tidak sesuai, pemeliharaan yang tidak tepat waktu, sehingga
pengoperasian menjadi tidak sempurna. Pemakaian batubara dengan kualitas
dibawah standar rata-rata akan berakibat sangat buruk pada kinerja pulverizer.

33

Adapun faktor yang mempengaruhi kerja pulverizer antara lain:


1. Hardgrove Grindability Indexs (HGI)
Hardgrove Grindability Index (HGI) adalah angka yang menunjukkan
kekerasan suatu batubara untuk digiling pada pulverizer. Metode Hardgrove
adalah Grindability batubara yang menggunakan metode mesin Hardgrove.
Karena metode tersebut diatas, maka angka kekerasan batubara sering juga
disebut angka HGI. Semua jenis batubara mempunyai angka HGI antara 35
sampai 110. Index ini mencerminkan tingkat kekerasan batubara, semakin
tinggi index hard grove, semakin lunak batubara sehingga semakin mudah
digerus dan output pulverizer lebih besar. Untuk pulverizer PLTU Suralaya
didesain untuk batubara dengan range HGI 55-65

Gambar 4.15. Typical fineness / hubungan Kapasitas

34

Pada gambar 4.1 menjelaskan tentang hubungan fineness, HGI dan


persenan kapasitas batubara yang akan lolos pada ayakan 200 mesh. Batubara
yang masuk pada pulverizer memiliki nilai HGI dan fineness atau kehalusan, pada
gambar grafik ini dijelaskan saat batubara yang memiliki HGI 55 dan 70% fineness
akan mendapatkan serbuk batubara halus yang dapat melewati ayakan 200 mesh
sebesar 100% dari batubara awal yang masuk ke dalam pulverizer.
Penyimpangan Hardgrove Index dari desain berakibat:

Grinding table dan roller wheel cepat aus.


Waktu penggerusan lebih lama untuk mendapatkan kehalusan yang

diharapkan.
Bila penggerusan tidak sempurna, pembakaranpun menjadi tidak

sempurna.
Efisiensi turun, biaya operasi dan biaya pemeliharaan tinggi.
Pyrite banyak.
2. Ukuran batubara baku (Raw Coal Grind Size).
Coal size merupakan ukuran dari batubara yang akan masuk kedalam
pulverizer, ukuran yang bagus dalam penggerusan batubara adalah sebesar
40 mm, jika lebih besar maka akan terjadi penggerusan yang

lebih lama.

Semakin besar ukuran raw coal yang disuplai ke dalam pulverizer maka energi
yang diperlukan untuk memecahkan batubara menjadi bahan bakar akan
semakin besar. Raw Coal Grind Size Suralaya adalah 32 mm.
3. Kandungan air (moisture, kelembaban)
Terdiri dari inherent moisture yang melekat di dalam batubara dan surface
moisture yang berupa air permukaan. Pengeringangan dilakukan dengan
melewatkan udara panas ke dalam pulverizer (primary air). Bila kandungan air
menjadi berlebihan, output pulverizer akan turun. Batasan kandungan moisture

35

pulverizer PLTU Suralaya adalah 23-28.3%. Tingginya Inherent moisture


berakibat:
Batubara sulit kering, membutuhkan banyak udara panas, pulverizer
outlet temperature rendah.
Temperature api di ruang bakar rendah, mempercepat proses slagging.
4. Fines (kehalusan produk gilingan)
Kehalusan pengilingan batubara ditentukan melalui setting classifier.
Normal setting classifier akan meloloskan 70-75% pulverizer fuel bila melalui
saringan 200 mesh.
Batubara dengan grindibility di bawah 55 akan membuat pulverizer bekerja
ekstra keras. Akibatnya akan dihasilkan pyrite dalam jumlah yang sangat
besar, karena pulverizer gagal menggerus batubara tersebut. Batubara dengan
nilai kalor yang rendah juga membuat pulverizer harus bekerja lebih untuk
menghasilkan pulverizer fuel yang lebih banyak. Penggunaan batubara
bermutu rendah bisa menyebabkan upper gate pulverizer blocking karena
tersumbat pyrite. Kondisi ini berbahaya, karena pyrite akan menumpuk dan
tidak bisa keluar, sehingga bisa terjadi kebakaran pulverizer. Kondisi ini
biasanya diatasi dengan menyodok bagian upper gate dengan tongkat besi
panjang. Bila kondisi blocking terlalu banyak dan tidak bisa disodok, harus
dilakukan shutdown pulverizer dan dilakukan pembersihan. Mengatasi
blocking dengan menyodok upper gate sesungguhnya adalah tindakan yang
beresiko, karena saat blocking rontok, primary air flow panas akan berhembus
keluar dengan kecepatan cukup tinggi, apabila operator tidak sigap
menghindari bisa terkena semburan udara panas.

36

Salah satu penyebab kegagalan pulverizer adalah akibat kenaikan


temperature di dalam pulverizer yang melebihi batas yang diizinkan, yang
kemungkinan

bisa

mengakibatkan

terjadinya

kebakaran

pada

sistem

pulverizer.
Kenaikan temperature dari sistem pulverizer bisa disebabkan:

Pasokan batubara ke pulverizer tidak ada atau berada dibawah batas

minimum yang diizinkan.


Udara primer tempering suhunnya terlalu tinggi.
Adanya nyala balik dari ruang bakar. Hal ini hanya akan terjadi di dalam
coal tube tekanan lebih rendah dari tekanan di dalam ruang bakar.

4.3

Kapasitas dasar actual pulverizer pada boiler


Dalam kenyataannya, kapasitas dasar spesifik pulverizer dapat berubah

sesuai dengan kualitas batubara yang digiling. Kapasitas dasar yang sudah
terkoreksi (corrected base capacity) dapat dicari dengan rumus sebagi berikut:
Corrected Base Capacity = Base Capacity. Cg . Cs

Dimana:
Cg = Faktor koreksi kapasitas untuk kemampuan giling batubara
Cs = Faktor koreksi kapasitas untuk kandungan air permukaan batubara

37

Berdasarkan rumus diatas, kapasitas dasar pulverizer sangat tergantung


pada kualitas batubara yang digunakan, terutama sifat mampu giling (grindability)
dan kandungan kadar air permukaan (surfec moisture content).

BAB V
KESIMPULAN

38

Berdasarkan analisa dan pembahasan di atas dapat diambil beberapa


kesimpulan sebagai berikut:
1. Pulverizer yang digunakan pada boiler unit 5-7 PLTU Suralaya adalah tipe
Bowl Mill (MPS-89N). Pulverizer tipe MPS-89N dapat dibagi menjadi empat
bagian utama, yaitu rumah gear, rumah bawah, rumah tengah, dan rumah
atas.
2. Prinsip kerja pulverizer jenis ini adalah menggerus batubara diantara tire
dan grinding ring kemudian dihembuskan dengan udara primer dari bawah
ke atas. Campuran serbuk batubara dan udara melewati classifier sehingga
hanya partikel batubara ukuran tertentu saja yang lolos keluar dari
pulverizer.
3. Faktor yang mempengaruhi kinerja pulverizer adalah Hardgrove Grindibility
Index (HGI), ukuran batubara baku, kandungan air dan kehalusan dari
batubara.

Anda mungkin juga menyukai