BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
PLTU batubara merupakan tempat dimana listrik dibangkitkan, dengan
dibangkitkannya listrik diperlukan energi yang dirubah yaitu energi panas yang
dihasilkan batubara yang dibakar yang selanjutnya terjadi perpindahan panas
melalui pipa-pipa yang berada dalam boiler. Untuk mendapatkan efisiensi
pembakaran batubara yang tinggi, batubara harus melalui proses penggilingan
dengan alat pulverizer.
Pengolahan batubara sangat mempengaruhi kinerja boiler sebab batubara
harus dihaluskan sebelum memasuki furnace atau ruang bakar. Pulverizer
merupakan salah suatu alat penanganan batubara dan merupakan bagian
terpenting dari PLTU dalam penyediaan listrik, karena alat ini digunakan untuk
menggerus dan menghaluskan batubara menjadi butiran-butiran halus berukuran
200 mesh sebelum dibakar. Penggilingan batubara ini bertujuan untuk
memperluas permukaan batubara sehingga mempermudah dan mempercepat
proses pembakaran yang lebih sempurna.
Dalam penulisan seminar ini saya mencoba memperkenalkan pulverizer
dan kinerja pulverizer karena banyak faktor yang mempengaruhi kerja pulverizer.
Kinerja pulverizer ini sangat penting karena akan mempengaruhi batubara yang
akan dibakar pada sistem pembakaran didalam boiler dan energi listrik yang akan
dihasilkan nantinya.
1.2
Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ini adalah mengetahui tentang pulverizer pada
PLTU batubara yang digunakan pada PLTU Suralaya dan sistem kinerjanya
pulverizer yang akan mempengaruhi efisiensi pembakaran batubara
diruang bakar.
1.3
Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah sebagai proses penerapan dari
kemampuan mahasiswa setelah memperoleh pengetahuan dari kuliah,
praktikum, praktek dan lainnya, serta memenuhi salah satu prasyarat dalam
menyelesaikan studi dalam program sarjana strata satu. Hasil penulisan
diharapkan dapat diterapkan dalam dunia kerja terutama pada PLTU
batubara.
1.4
Rumusan Masalah
1. Apa itu pulverizer pada PLTU batubara?
2. Spesifikasi pulverizer pada PLTU Suralaya?
3. Jenis pulverizer yang digunakan PLTU Suralaya?
4. Bagaimana sistem kerja dari pulverizer PLTU batubara?
1.5
Batasan Masalah
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan seminar ini adalah sebagai berikut: Bab satu
membahas tentang latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, rumusan masalah atau batasan yang menjadi obyek penulisan
dan sistematika penulisan, bab dua membahas tentang dasar dari teori
kepustakaan
yang
mendukung
penulisan
penelitian
ini,
bab
tiga
BAB II
TEORI DASAR
2.1
Pulverizer
Pulverizer atau mill adalah alat bantu pada ketel uap dengan bahan bakar
batubara yang berfungsi sebagai penggiling batubara kasar agar menjadi halus
atau serbuk (coal finesses) dengan ukuran 200 mesh masuk keruang bakar
(furnace) untuk digunakan pada proses pembakaran. Tujuan penghalusan
batubara ini adalah agar batubara lebih mudah terbakar sehingga pembakaran
sempurna dapat tercapai.
2.1.1 Macam dan tipe pulverizer
Ada beberapa tipe peralatan yang digunakan dalam proses reduksi ukuran
partikel untuk skala besar yang diklasifikasikan menurut putaran kerja dari mesin
penggilingan.
2.1.1.1 Putaran rendah (dibawah 75 rpm)
Bowl Mill
Tipe jenis ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan Ball maupun
Roll Mill, hanya jenis penumbukannya yang berbeda. Penumbukan pada
bowl mill berbentuk kerucut dan classifier yang berbentuk kerucut juga.
Demikian juga wadah atau driving ring disesuaikan dengan bentuk
penumbuk. Hasil dari penggilingan 75 sampai 85% lolos 200 mesh dengan
HGI 55. Tipe penggilingan ini memungkinkan untuk diatur untuk
menghasilkan persentase kehalusan.
Roll Mill
Tipe jenis ini yang akan dijelaskan lebih lanjut pada penulisan
seminar ini, yaitu pulverizer buatan Babcock & Wilcock tipe MPS.
Hammer Mill
Tipe ini juga disebut impact mill, termasuk jenis penggilingan putaran
tinggi, dimana produksinya biasanya tidak terlalu besar sekitar 1-5 ton/jam.
Putaran penggilingan dapat mencapai 1000 rpm. Yang mengembangkan
tipe
adalah
Combustion
Engineering.
Pada
penggilingan
terdapat
.
Gambar 2.6. Tipe Hammer Mill
2.2
10
11
BAB III
METODE PENELITIAN
1.1
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di unit Pembangkit Listrik Tenaga Uap yang
terletak di Kecamatan Pulo Merak, Kota Cilegon, Banten yaitu PT. Indonesia
Power
UBP
Suralaya.
Letaknya
km
ke
arah
utara
dari Pelabuhan
Penyeberangan Merak dan 120 km dari Sekolah Tinggi Teknik PLN, Jakarta Barat.
Daerah PT. Indonesia Power UBP Suralaya ini terletak pada koodinat 553'33"
lintang selatan dan 1061'45" lintang utara.
12
3.2
Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan metode datang langsung ke PT. Indonesia
Power UBP Suralaya dan mengamati langsung alat pulverizer yang digunakan di
PT. Indonesia Power UBP Suralaya dan cara kerja beserta kinerja dari alat
pulverizer yang bersumber langsung dari lokal dan controlroom. Beserta data-data
dan informasi yang didapat dari buku dan internet akan di sesuikan dari data atas
pengamatan yang didapat langsung dari PT. Indonesia Power UBP Suralaya.
3.3 Kerangka Pemecahan Masalah
Berikut ini merupakan kerangka metode dalam penelitian ini :
Mulai
Pengamatan
tidak langsung
Pengamatan
langsung
Wawancara
13
Penggabungan
informasi dan
keterangan
Selesai
14
15
3.6
BAB IV
PEMBAHASAN DAN ANALISA
4.1
unit. Satu unit pulverizer menyuplai batubara ke satu rangkaian burner. Spesifikasi
pulverizer pada boiler PLTU suralaya adalah sebagai berikut:
Pabrik pembuat
Tipe
: MPS-89N
Kapasitas
16
: 28,3%
: 4225 kcal/jam
HGI batubara
: 59,4
Tingkat kebisingan
: 93 dB
Sementara itu, arti kode yang digunakan sebagai nama tipe pulverizer MPS89N adalah sebagai berikut:
(mill/pulverizer)
P berasal dari bahasa Jerman Pendel yang berarti pendulum dan
berasal
dari
bahasa
Jerman
Muhle
yang
berarti
penggiling
4.2
17
aliran udara primer mencapai kondisi steady dan temperature yang diinginkan,
udara perapat (seal air) dialirkan dengan cara membuka Seal Air Valve. Udara
perapat ini disuplai oleh Seal Air Fan (SAF). Fungsi udara perapat adalah untuk
mencegah serbuk batubara keluar pulverizer dan mencegah serbuk batubara
mengotori oli pelumas pada grinding roll assemblies. Tekanan udara perapat
sedikit lebih tinggi daripada tekanan udara primer.
Setelah udara primer dan udara perapat bekerja dengan baik, coal feeder
dihidupkan sehingga batubara masuk ke pulverizer dan proses penggilingan
dimulai. Bukaan Classifier diatur sekitar 50-60% sehingga kelembutan serbuk
batubara yang dialirkan ke burner melalui Coal Pipe adalah 200 mesh. Raw coal
masuk di coal bunker masuk ke pulverizer melalui coal feeder yang mengatur
jumlah batubara yang masuk berdasarkan beratnya (Gravimetric). Batubara jatuh
diatas meja penggiling yang berputar digilas oleh roller menjadi batubara bubuk.
Udara primer panas (200-300 oC) yang masuk ke pulverizer membawa batubara
bubuk ke coal burner melalui classifier dan jatuh kembali ke meja penggilingan.
Udara primer masuk ke pulverizer melalui rongga (throat) dengan
kecepatan yang cukup untuk membawa pulverizer fuel ke coal burner. Benda
berat atau benda asing yang tercampur dengan batubara seperti potongan besi,
pyrite, batu dan sebagainya akan terlempar keluar dari meja penggilingan melalui
throat, tersapu oleh pyrite plow ke pyrite hopper.
Pulverizer haruslah selalu dalam kondisi siap operasi (stand by) untuk
menjaga keandalan unit. Sebenarnya keandalan unit masih bisa dijaga dengan
sistem bahan bakar minyak (HFO), namun kondisi ini bukanlah pilihan karena
18
harga HFO yang sangat mahal. Dengan demikian satu-satunya cara menjaga
keandalaan dan keseterdiaan unit dalam sistem bahan bakar adalah dengan
menjaga pulverizer selalu dalam kondisi baik melalui pengoperasian normal
sesuai prosedur serta pemeliharaan yang terencana dan terkontrol.
19
20
pulverizer dan coal feeder disuplai dari satu buah Seal Air Fan (SAF). Flow seal
air pada tiap pulverizer sebesar 62,3 kg/mnt dan seal air pada tiap pulverizer
memerlukan tekanan 635 mmHg lebih besar dari udara ruang di pulverizer
sehingga seal air disetting harus lebih bertekanan lebih positif.
Pemasukan udara seal air pada pulverizer ini dengan cara membuka
solenoid 005A yang mensuplai bagian coal feeder dan yoke, dan membuka
solenoid 006A yang mensuplai pada bagian roll wheel, yang instruksi
pembukaannya dilakukan di control room.
Pada kondisi normal udara primer berfungsi untuk mengangkut dan
menjaga temperature keluaran batubara serbuk dari pulverizer adalah konstan
66oC. Pengaturan besarnya aliran udara primer ini akan disesuaikan dengan
besarnya aliran batubara kedalam pulverizer dengan mengatur pembukaan flow
damper, sementara untuk menjaga keluaran batubara serbuk dari pulverizer
dengan mengatur hot dumper dan cold damper.
Pada saat start pulverizer, tahapan awal yang harus terpenuhi adalah
membuka PA dumper dan melakukan set PA minimum sebesar 40 t/h, pada tahap
ini cold damper (udara PA dingin) masih membuka 100% dan secara bertahap hot
dumper akan mengontrol temperature keluaran batubara sebesar 66 oC. Pada
kondisi normal operasi besarnya aliran udara primer akan menyesuaikan dengan
besarnya aliran batubara yang masuk ke pulverizer, sementara temperature
keluaran batubara dari pulverizer dipertahankan pada temperature 66 oC sesuai
dengan jenis batubara yang dipakai PLTU Suralaya.
21
22
2.
23
24
pintu masuk dan pintu keluar yang dioperasikan dengan udara. Pyrite box
disekrup pada bagian bawah primary air.
Loading Cylinder
Berfungsi untuk penyetelan spring. Pada MPS Pulverizer tekanan tire
terhadap grinding ring didapat dari tekanan pegas ulir yang terpasang
25
diantara spring frame dan preassure frame yaitu spring atau pegas.
Panjang pegas ini dipertahankan pada daerah operasinya agar diperoleh
grinding pressure (tekanan grinding) yang memadai.
Ban
mempunyai
permukaan
berbentuk
bola
untuk
26
pulverizer. Tire ini bekerja dengan tekanan multi spring dan berputar pada
poros roll wheel assembly.
27
Spring
Frame
Pressure
Frame
Spring
Gambar 4.11. Seal Air Pipe, Seal Air Header dan Seal Air Inlet
28
29
Classifier
30
Classifier
Cone
31
Nosel-nosel
yang
berada
pada
bagian
bawah
grinding
ring
menyemburkan udara primer (primary air) kedalam pulverizer. Aliran udara primer
akan membawa partikel-partikel batubara ke atas dan memasuki sudu-sudu
classifier. Partikel yang lembut akan lolos dari clasiffier dan ikut terbawa udara
primer menuju burner. Sementara itu, partikel-partikel yang lebih besar dan berat
akan kembali ke bawah dan mengalami penggilingan kembali.
32
4.3
33
34
diharapkan.
Bila penggerusan tidak sempurna, pembakaranpun menjadi tidak
sempurna.
Efisiensi turun, biaya operasi dan biaya pemeliharaan tinggi.
Pyrite banyak.
2. Ukuran batubara baku (Raw Coal Grind Size).
Coal size merupakan ukuran dari batubara yang akan masuk kedalam
pulverizer, ukuran yang bagus dalam penggerusan batubara adalah sebesar
40 mm, jika lebih besar maka akan terjadi penggerusan yang
lebih lama.
Semakin besar ukuran raw coal yang disuplai ke dalam pulverizer maka energi
yang diperlukan untuk memecahkan batubara menjadi bahan bakar akan
semakin besar. Raw Coal Grind Size Suralaya adalah 32 mm.
3. Kandungan air (moisture, kelembaban)
Terdiri dari inherent moisture yang melekat di dalam batubara dan surface
moisture yang berupa air permukaan. Pengeringangan dilakukan dengan
melewatkan udara panas ke dalam pulverizer (primary air). Bila kandungan air
menjadi berlebihan, output pulverizer akan turun. Batasan kandungan moisture
35
36
bisa
mengakibatkan
terjadinya
kebakaran
pada
sistem
pulverizer.
Kenaikan temperature dari sistem pulverizer bisa disebabkan:
4.3
sesuai dengan kualitas batubara yang digiling. Kapasitas dasar yang sudah
terkoreksi (corrected base capacity) dapat dicari dengan rumus sebagi berikut:
Corrected Base Capacity = Base Capacity. Cg . Cs
Dimana:
Cg = Faktor koreksi kapasitas untuk kemampuan giling batubara
Cs = Faktor koreksi kapasitas untuk kandungan air permukaan batubara
37
BAB V
KESIMPULAN
38