Anda di halaman 1dari 121

PEMELIHARAAN

PULVERIZER
dan COAL FEEDER
SIKLUS PLTU SEDERHANA
ALTERNATOR / GENERATOR
PROSES KONVERSI ENERGI PADA PLTU
1. FUNGSI FULVERIZER :

Pulverizer berfungsi untuk menghaluskan batu bara


pada tingkat tertentu sehingga batu bara dapat terbakar
sempurna di dalam furnace.

Batu bara halus yang ada di dalam pulverizer, didorong


dengan menggunakan udara panas (temperatur ± 60°),
masuk ke furnace dan batu bara terbakar dalam
furnace.

Udara panas yang digunakan untuk mendorong serbuk


batu bara ini biasa disebut sebagai Primary air.
PULVERIZER
CAROLINA TYPE, RADIANT BOILER

TO IP TURBINE

TO HP TURBINE

FROM HP TURBINE

FROM HP HEATER TO EP

SDCC
LALUAN UDARA DAN GAS BUANG
STOCKER BOILER
CIRCULATING FLUIDIZING BED (CFB) BOILER
PULVERIZED FUEL (PF) BOILER

Coal Convection Pass

Coal Bunker

FURNACE
Coal Burner
1400 C
Coal pipe
Gas

Combustion Air
Mill
SAF Primary Air
Seal Air
Motor
3. PRINSIP KERJA MPS PULVERIZER.
MPS Pulverizer mempunyai tiga buah roller
yang terpasang pada posisi tetap.

Batu bara akan dihaluskan diantara ”grinding


ring” yang berputar, dengan tiga buah roller
yang terpasang tetap.

Serbuk batubara akan dikeringkan dan


ditransportasikan keburner (furnace) dengan
menggunakan udara panas yang disebut
”Primary air”.
PULVERIZER
SIRKULASI BATUBARA DALAM MILL
Primary ini mempunyai 3 fungsi, yaitu :

Mentransportasikan serbuk batubara dari


pulverizer ke burner.
Mengeringkan serbuk batubara agar
pembakaran dapat optimum.
Untuk mensirkulasikan batubara didalam
pulverizer.
DIAGRAM
PRIMARY AIR
ROLLER TYPE MILL
COAL CRUSHER
COAL CRUSHER
COAL CRUSHER
MOBILE CRUSHER
PROSEDUR PEMELIHARAAN

1. Work Request
2. Work Order
3. Work Instruction
4. Work Permit / Lock out
5. Work Excecution
6.Closing / Tag out
7. Reporting
KEBUTUHAN PEMELIHARAAN

1. Tenaga kerja
2. Alat Kerja
3. Material
4. Spare Part
5. Tempat Kerja
6. Waktu pelaksanaan
EXCECUTION / PELAKSANAAN PEKERJAAN

1. Detachment / Dismantling / Pelepasan


2. External cleaning
2. Disassembly /dari bagian paling luar
3. Internal cleaning
4. Inspection / visual / NDT / measurement
5. Temuan / replace / recondition / repair
6. Reassembly / dari bagian paling dalam
7. Installment & Realignment /Pemasangan
8. Running test / uji coba
9. Release / penyerahan
KONSTRUKSI
MPS
PULVERIZER
Komponen-Komponen MPS
Pulverizer
Row Coal Pipe, yang terletak di tengah-tengah top
housing yang berfungsi sebagai tempat masuknya
batubara dari feeder. Pipa ini melalui bagian tengah
Classifier dan batubara dari feeder akan masuk
diantara roller

Classifier, dengan meet voner yang dapat diatur,


akan mengatur tingkat kehalusan (finess) batubara
yang keluar dari Pulverizer

Swing Valve, yang operasinya menggunakan udara


( air operated surving valve ) yang ada di setiap pipa
burner ( outlet Pulverizer ) berfungsi untuk
mengisolasi Pulverizer terhadap Boiler pada saat
Pulverizer tidak beroperasi.
Komponen-Komponen MPS Pulverizer
Classifire Cone, adalah suatu cyclone separator yang akan
mengembalikan partikel - partikel yang berat ( batubara yang
masih kasar ) ke daerah grinding ( Grinding Zone untuk dihaluskan
kembali sehingga mencapai finess yang sesuai

Throat Ring, adalah tempat masuknya Primary Air untuk menuju


ke Grinding Zone. Aliran Primary Air diukur dengan menggunakan
air foils atau tabung pilot yang terletak di duct diatas Pulverizer

Control Damper, berfungsi untuk mengatur aliran Primary Air dan


untuk mempertahankan perbandingan bahan bakar ( batubara )
dengan udara agar tetap sesuai besarnya aliran Primary Air
tergantung pada beban Pulverizer. Aliran Primary Air akan
didistribusikan secara merata di sekeliling Pulverizer pada throat
ring.
Komponen-Komponen MPS Pulverizer
Grinding Ring dan Roller, berfungsi untuk
menghaluskan batubara, dimana Grindin Ring
berputar dan Roller pada posisi tetap. Batubara yang
halus akan tumpah melalui Ring Seat ke throat area

Cooler, berfungsi sebagai media pendingin minyak


pelumas. Dengan menggunakan aliran air yang
secara otomatis dikontrol uantuk mempertahankan
temperatur pelumas agar berada pada kondisi
normal

Seal Air, berfungsi untuk mencegah partikel ( serbuk


batubara ) masuk ke bearing roll wheel. Seal Air yang
dialirkan langsung ke Yoke Seal berfungsi untuk
mencegah partikel atau serbuk batubara dari
Grinding Zone ke udara luar ( atmosphere )
PULVERIZER TERBAGI ALAM 3 TYPE yaitu :

Tipe Low Speed


Tipe Medium Speed
Tipe High Speed
Medium Speed
Vertical Spindle Mill
Pressure Type.
( Babcock And
Wilcox 'E' Type )
Pulverizer Medium
Speed Suction Type
Faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan Pulverizer adalah :
Ukuran boiler
Nilai kekerasan ( HGI ) batu bara yang
akan diolah
Kandungan air di dalam batu bara
(moisture content)
Jumlah abu di dalam batu bara (ash
content
contoh parameter untuk Mill
(Pulverizer) MPS 89 dan Coal Feeder
:
Temperatur Mill Outlet minimum 45 deg.C, maksimum 85 deg.
C
Aliran udara primer ( Primary Air ) minimum 52 t/h, maksimum
140 t/h
Temperatur udara primer ( Primary Air ) minimum 180 deg.C,
maksimum 400 deg.C
Arus motor Mill minimum 50 Ampere, maksimum 158 Ampere
Differential Pressure (DP) Mill minimum 40 mmWg, maksimum
500 mmWg
Coal Flow (Coal Feeder) minimum 25 t/h, maksimum 70 t/h
Pembukaan damper aliran udara primer ( Primary Air )
minimum 20%, maksimum 95 %
Tekanan Lube Oil Pump minimum 1,4 kg/cm2 maksimum 6
kg/cm2
Temperatur pendingin Lube Oil maksimum 55 deg.C
2.1. PULVERIZER LOW SPEED.
Pulverizer tipe ini beroperasi pada putaran 17 - 20 RPM
dan lebih dikenal dengan sebutan "tube ball mills".
2.2.1. P ULVERIZER MEDIUM SPEED
PRESSURE TYPE

Pulverizer ini memerlukan udara untuk


mendorong Serbuk batu bara keluar dari
Pulverizer. Udara untuk keperluan ini dihasilkan
oleh "primary air fan", melalui suatu heater
(pemanas) agar diperoleh temperatur yang
memadai sehingga serbuk batu bara apat
terbakar sempurna di dalam furnace.
Gambar 3. Medium Speed Vertical Spindle Mill Pressure Type.
( Babcock And Wilcox 'E' Type )
2.2.2. PULVERIZER MEDIUM SPEED
SUCTION TYPE

Pada prinsipnya pulverizer suction type


sama dengan pressure type, akan tetapi ada
beberapa perbedaan yang mendasar
diantara keduanya.

Suction type tidak memerlukan "seal air fan".


Untuk mentransportasikan serbuk batu bara
digunakan EXHAUSTER FAN, yang akan
menghisap serbuk batu bara dari pulverizer
untuk ditransportasikan ke furnace.
Gambar 4. Pulverizer Medium Speed Suction Type.
2.3. PULVERIZER HIGH SPEED.

Pulverizer ini beroperasi pada putaran yang


tinggi. Pada kondisi operasi yang seperti ini
mengakibatkan biaya pemeliharaan menjadi
tinggi, karena cepatnya keausan pada
bagian/ part yang bergerak seperti misalnya
grinding elemen.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi
pemilihan pulverizer adalah :

Ukuran boiler.
Nilai kekerasan ( HGI ) batu bara yang
akan diolah.
Kandungan air di dalam batu bara
(moisture content).
Jumlah abu di dalam batu bara (ash
content).
KONSTRUKSI
MPS
PULVERIZER
GAMBAR 6. BAGIAN-BAGIAN MPS PULVERIZER.
GAMBAR 7. GEAR DRIVE
GAMBAR 8. PRIMARY AIR INLET.
GAMBAR 9. GRINDING RING
GAMBAR 10. YOKE
GAMBAR 11. ROLL WHEEL ASSEMBLY.
GAMBAR 12. POSISI ROLL WHEEL DIDALAM
INTERMEDIATE HOUSING.
GAMBAR 13. PRESSURE FRAME DAN SPRING FRAME.
GAMBAR 14. POSISI SPRING FRAME PADA ROLL WHEEL.
GAMBAR 15. CLASSIFIER CONE.
GAMBAR 16. SWING VALVE.
5. PEMELIHARAAN PULVERIZER.
5.1. Safety.

Dalam melaksanakan pemeliharaan, tidak dapat


dialirkan masalah safety. Karena hal ini akan
menyangkut keselamatan pelaksana dalam
melaksanakan suatu pemeliharaan.

Pengaman yang harus diperhatikan pada saat


akan melaksanakan pemeliharaan pulverizer
adalah :
1. primary air damper.
2. Tempering air damper.
3. Hot PA damper.
4. Swing Valve.
5. Maintenace damper.
6. Seal air.
5.2. Jadwal Pemeliharaan.
5.3. Pemeriksaan Pada Saat ” In-Service”
(Pulverizer Beroperasi).
Pemeriksaan yang dilakukan saat pulverizer
beroperasi meliputi kebocoran – kebocoran
batubara dibawah primary air chamber,
haousing joints, maintenace acces door dan
pada loading cable seals.

Selain itu juga harus dilakukan pemeriksaan


pada sisi gear box yang meliputi kebocoran
pelumas, kelainan suara, tekanan dan
temperature lube oil system dan kemungkinan
adanya busa pada sistem pelumas.
5.4. Pemeriksaan/ Pemeliharaan Pada Saat
”Out of Service”

Pemeriksaan yang dilakukan pada saat pulverizer tidak


beroperasi (Out of Service) meliputi :

1. Wedge Bolts
2. Roll Wheel Assembly.
3. Loading Assembly.
4. Gear Box Breather & Lube Filter.
5. Housing & Pressure Frame Wear Plates.
6. Yoke Air Seal.
7. Pyrites Sweep.
8. Rai Scellaneous Wear Areas ( Area yang menunjukan
gejala keausan)
9. Grinding Element Wear Profiles.
10. Gear Drive Trust Check.
11. Swing Valve.
12. Gear Drive Oil.
13. Coneral Interlock.
14. Burner line.
15. Lain – lain.
GAMBAR 18. WEDGE BOLT.
5.4.2. Roll Wheel Assembly
5.4.3. Loading Assembly
5.4.4. Gear Box Breather dan Lube Oil Filter.

Gear box breather dan lube oil filter harus


dibersihkan secara periode sesuai jadwal yang
telah diuraikan pada halaman sebelumnya.
5.4.5. Housing & Pressure Frame Wear Plates
5.4.6. Yoke Air Seal
5.4.7. Pyrites Sweep
5.4.8. Area Yang Mengalami Keausan.

Area yang memungkinkan aus karena erosi


harus dilakukan pemeriksaan secara periodik
pada saat pulverizer tidak beroperasi.

Area yang diperiksa meliputi housing (dengan


ceramic linernya, bila ada), classifier cone, throat
dan roll bracket wear plate.
Pada gambar berikut dapat dilihat keausan yang
terjadi pada area tersebut.
5.4.9. Grinding Element Wear Profiles.

Profil dari grinding elemen yang terdiri dari Roller


(tire) dan ring segment di-ukur secara berkala
setiap 3000 jam operasi.

Untuk dapat menggambar (mengukur) profil


diperlukan alat khusus yang disebut tire wear
gage.
Prosedur untuk menggambar profile tire kondisi
baru adalah sebagai berikut :

1. Masukkan depth pin dan positioning pin


2. Geser "gage" sehingga berada di tengah di
antara dua baut penutup bearing dan
membentuk sudut ± 45 terhadap garis tengah.
Kemudian tekan locking handle (C) ke arah
sumbu roller (tire) dan putar 90" sehingga
register collar pin duduk pada tire.
Yakinkan regsiter surface "A", "B", dan
menyentuh.
3. Bautkan positioning pin (H) pada penutup
bearing.
4. Kencangkan thumbscrew (F). Atur kembali sudut 45o bila
perlu.
5. Tekan depth pin (B) hingga menyentuh tire dan kemudian
dikunci dengan menggunakan thumbscrew.
6. Buat garis dengan menggunakan kapur pada penutup
bearing dan roll air seal mengikuti "gage" pada register
surface "A", "B", dan "C".
7. Buka pengunci handle, keluarkan positioning pin (H) dan
kemudian "gage" dilepas.
8. Garis, yang terbentuk pada langkah ke 6 di atas
dipertajam dengan menggunakan gerinda, sehingga
diperoleh garis yang permanen.
9. Tempatkan gage pada bidang datar dengan alas
kertas dan dengan ukuran yang memadai untuk
menggambar profil tire.
Prosedur untuk menggambar profil ring segment pada
kondisi awal (baru) adalah sebagai berikut :

Masukan semua “depth pin”.


Tarik kawat (tali) dari titik puncak cover cone ke seat
ring bagian luar.
Letakan segment gage diantara tali dan register
surface “E”, melangkahi baut “Cover plate”.
Tekan Depth pin hingga menyentuh ring segment dan
dikunci dengan menggunakan thumbscrews.
Beri tanda dengan menggunakan kapur pada ring seat
dan cover plate dimana gage terpasang.
garis yang terbentuk pada langkah 5 diatas dipertajam
dengan menggunakan gerinda sehingga terbentuk
garis yang tajam dengan kedalaman + 2 mm.
Kemudian tempatkan segment gage pada bidang
datar dengan alas kertas gambar profil ring segment.
5.4.10. Gear Drive Thrust Check.
Thrust bearing dimension diukur secara periodik
dan dibandingkan dengan hasil pengukuran awal
(asli) untuk mengetahui tingkat keausan thrust
bearing.

Pengukuran dilakukan pada empat titik yang


berseberangan yang membentuk garis tegak
lurus (sudut 90o)

Pengukuran dilakukan secara periodik setiap


tahun. Input scraft seals dilumasi dengan
menggunkan grease yang sesuai setiap enam
bulan satu kali (2 kali pertahun).
5.4.11. Swing Valves.

Poros swing valves diberi pelumas dengan


menggunakan grease yang sesuai setiap tahun
satu kali.

Apabila dilakukan penggantian swing valves seat,


karena aus, maka setelah penggantian harus
dilakukan test kebocoran dengan mengguanakan
air.

Hal ini perlu karena pada kondisi menutup, swing


valve harus dapat menutup dengan rapat.
GAMBAR 31. SWING VALVES
5.4.12. Gear Drive Oil

Lube oil pada gear unit dan roll wheel harus diganti
apabila :

a. kandungan sediment total mencapai 0,20 %.


b. Kandungan sediment magnetic mencapai 0,05 %

Dengan demikian maka analisa kimia terhadap


minyak pelumas harus dilakukan pada setiap 3000
jam operasi.
GAMBAR 32. GEAR DRIVE.
5.4.13. Control dan Interlock.

Control dan interlock untuk seal air system harus


dipertahankan agar berfungsi dengan baik untuk
mencegah kerusakan roll wheel karena
kontaminasi debu akibat dari tidak berfungsinya
seal air.

Sistem control untuk gear drive lube oil


memegang peranan penting dalam
mempertahankan adanya sistem pelumasan yang
memadai setiap saat untuk mencegah kerusakan
pada gear drive.
5.4.14. Lain – lain.

Pemeriksaan meliputi :
a. Keausan seal air ball joints.
b. Kebocoran udara pada wild box, roll
pivots dan block.
c. Keausan raw coal pipe.
d. Spray nozzle dan oil breather pada
gear box, line untuk sirkulasi pelumas.
e. Classifier discharge gates.
Fungsi dan Prinsip Kerja Coal
Feeder
Coal feeder berfungsi untuk mengatur jumlah batu bara
yang masuk ke pulverizer. Jumlah batu bara yang
masuk ke pulverizer berubah-ubah sesuai dengan beban
pulverizer / unit pembangkit. Oleh karena itu, output coal
pun berubah-ubah sesuai kebutuhannya.
Pengaturan output coal feeder dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu dengan motor penggerak yang
putarannya dapat diatur (variable speed motor) atau
motor putaran tetap dilengkapi dengan variable speed
drive.
MACAM-MACAM TYPE COAL
FEEDER :

1. Table type
2. Chain - link/ drag - link type
3. Belt type
TABLE TYPE COAL FEEDER
DRAG LINK TYPE COAL FEEDER
BELT FEEDER
Komponen – Komponen Coal
Feeder
Travelling Belt, berfungsi untuk menyalurkan
batubara dari keluaran Coal Bunker menuju pipa
penyalur batubara ke Mill

Clean out conveyor chain, berfungsi untuk


membersihkan batu bara yang tumpah dari coal
feeder belt. Tumpahan batu bara akan disapu oleh
clean out conveyor chain masuk ke pulverizer melalui
discharge chute coal feeder

Head Pulley dan Take-Up Pulley, berfungsi sebagai


tempat berputarnya belt feeder dari atas ke bawah
dan dari bawah ke atas. Take-Up Pulley di-lengkapi
dengan adjusting screw yang berfungsi untuk
mengatur posisi belt
Komponen – Komponen Coal
Feeder
Belt V –Guide, berfungsi sebagai guide ( pemandu ) agar
dalam operasinya belt selalu dalam posisi tengah. Belt V-
Guide terletak pada bagian tengah belt coal feeder, yang
terpasang pada bottom cover

Junction Box, berfungsi sebagai tempat lampu indikator


untuk Belt Feeder, dan Clean Out Conveyor posisi operasi
atau stop, posisi remote-lokal, forward-reverse, bunker
outlet open-close dan lampu penerangan pada posisi
operasi ( ON ) atau mati ( OFF ), serta tombol Emergency
stop

Lokal Kontrol Panel, berisi relay – relay dan


micropreocessor keyboard yang memberikan informasi
status, mode yang dipakai dan alphanumeric display untuk
menampilkan kondisi pengoperasian
Pemeliharaan preventive yang dilakukan meliputi
kegiatan inspeksi (pemeriksaan) dan pengaturan
(penyetelan) kembali beberapa bagian peralatan pada
coal feeder.

a. Harian :

1. Periksa belt tracking.


2. Periksa belt tension.
3. Periksa sistem penerangan didalam coal
feeder.
4. Periksa kebocoran.
b. Mingguan :

1. Periksa belt tension (ketegangan belt)


2. Periksa keausan top cover
3. Periksa ketinggian pelumas reducer
c. Bulanan :

Periksa sistem pelumasan secara


menyeluruh.

Empat bulanan :
Periksa kondisi pelumas reducer dan
ganti bila perlu.
e. Enam bulanan (pada kondisi shut down) :

1. Periksa semua bagian yang berputar apakah masih dapat


berputar dengan bebas.
2. Periksa keausan part.
3. Periksa kondisi belt dan sambungannya.
4. Periksa paddle alarm apakah masih dapat berfungsi dengan
baik dan setting kembali bila perlu.
5. Periksa belt scraph.
6. Bersihkan kaca intip.
7. Bersihkan kontaktor-kontaktor listrik dan periksa terminal
kabel.
8. Bersihkan batu bara yang menempel di dalam coal feeder
9. Lakukan pelumasan ulang pada beberapa bagian peralatan.
10. Atur kembali ketegangan clean out conveyor.
11. Kalibrasi kembali unclear coal monitor.
Selain kegiatan pemeriksaan diatas, ada beberapa
peralatan yang perlu dilakukan penyetelan kembal secara
periodik, yaitu :

Belt tracking – untuk belt baru perlu diperiksa 2


kali per shift dan dilakukan pengaturan kembali
bila perlu, selama 1 hari operasi.
Belt tension – untuk belt baru harus diperiksa
dan diatur kembali bila perlu, 2 kali per shift
hingga kondisi belt stabil.
Clean out Conveyor.
Inlet side skirt.
Belt support roller.
Purge air valve.
Nuclear monitor.
7.1. BELT TRACKING

Tujuan belt tracking adalah untuk menjaga


agar belt selalu berada pada posisi tengah
pada head pulley dan take - up pulley untuk
mencegah kemungkinan rusaknya belt dan
berhenti nya belt pada saat yang tidak
dikehendaki.
7.1.1. TAKE - UP PULLEY

Apabila terjadi tracking pada belt (belt berputar


tidak pada posisi tengah) pada sisi head pulley
atupun take-up pulley, dapat diatasi dengan
mengatur Take up pulley adjusting screw".
Pengaturan antara satu coal feeder dengan coal
feeder yang lain dapat berbeda-beda tergantung
pada kondisi belt.
7.1.2. BELT V – GUIDE.

Pada beberapa type belt coal feeder terpasang


V-guide, pada bagian tengah belt. V-guide yang
terpasang pada bottom cover berfungsi sebagai
guide (pemandu) agar belt selalu dalam posisi
tengah. Belt diatur agar belt V-guide masuk
pada celah pulley (pulley/roller groove). Celah
pulley dibuat dengan beban yang memadai,
sehingga V-guide tidak terjepit pada celah
pulley/roller.
GAMBAR 36. BELT V – GUIDE
7.1.3.PENGATURAN TRACKING PADA SAAT
COAL FEEDER TIDAK BEROPERASI

Pada saat coal feeder tidak beroperasi,


dapat dilakukan pengaturan agar belt
berputar pada posisi tengah-dengan
langkah-langkah sebagai berikut :
1. Buka pintu coal feeder, bersihkan sisa batu bara
yang ada.
2. Atur posisi belt sehingga V-guide berada pada
celah pulley.
3. Operasikan coal feeder pada kecepatan rendah,
dan amati apakah terjadi "hump" selama lima putaran.
4. Bila tidak terjadi "hump", operasikan coal feeder pada
kecepatan maksimum selama 20 putaran. Bila tidak terjadi
hump berarti posisi belt sudah benar.
Untuk belt baru, pada kondisi ini dioperasikan selama 1 jam
dengan ketegangan maksimum sehingga terjadi kesesuaian.
5. Bila terjadi "hump", maka perlu dilakukan pengaturan pada
take-up pulley. Kemudian diamati selama lima putaran pada
kecepatan rendah.
Apabila sudah tidak terjadi "hump", baru dilanjutkan dengan
operasi pada putaran maksimum selama 20 putaran seperti
yang dilakukan pada no.4 di atas.
6. Setelah pengaturan tracking selesai, atur kembali tension
roll untuk meyakinkan ketegangan belt. Kemudian pencatat
dilepas dan direset pada posisi roll kemudian pasang kembali.
7.1.4. Pengaturan Tracking Pada Saat Coal
Feeder Beroperasi
Saat coal feeder beroperasi, pemeriksaan tracking
hanya dapat dilakukan dari kaca intip. Pada kondisi
operasi "hump" tidak dapat terlihat. Kondisi tracking
dapat diketahui apabila dilihat secara cermat pada
pulley apakah belt beroperasi pada posisi tengah.

Apabila belt tidak pada posisi tengah, maka perlu


dilakukan pengaturan tracking dengan hati-hati sebab
kesalahan dalam melakukan pengaturan tracking
dapat mengakibatkan kerusakan belt karena
kemungkinan belt sedang beroperasi pada kecepatan
tinggi, sehingga kesalahan pengaturan tracking akan
mengakibatkan belt lari dari titik tengahnya.

2. Setelah pengaturan tracking selesai, atur kembali


ketegangan belt. Kemudian pencatat dilepas dan
direset pada posisi nol dan penunjuk dipasang
kembali.
7.2. Pengaturan Ketegangan Belt (Belt Tension).

Coal feeder dilengkapi dengan tension roller yang dapat


bergerak bebas pada sisi bawah, melintang belt sehingga
memberikan ketegangan yang konstan pada belt.

Ketegangan yang memadai diperoleh apabila bagian


tengah (center) tension roll berada diantara titik ekstrim atas
dan bawah pada tension indicator plate. Tanda ”0” pada
indikator digunakan sebagai referensi untuk menunjukan
kondisi awal.

Pengaturan ketegangan belt harus dilakukan dengan cara


memutar kedua ”adjusting screw” pada arah yang sama
dengan jumlah putaran yang sama untuk mempertahankan
belt tetap beroperasi pada posisi tengah.

Ketegangan belt sebaiknya diatur pada saat coal feeder


beroperasi.
7.3. Pengaturan ” Inlet Side Skirt.

Apabila inlet side skirt dilepas atau diganti maka harus


dilakukan pengaturan kembali untuk memperoleh beban
yang sesuai sehingga ketepatan jumlah batubara yang
masuk dapat dipertahankan.

Atur ”nut” pada ”Monitoring stud” sehingga permukaan


dalam dari skirt segaris dengan permukaan dalam dari inlet.
Side skirt tegak lurus terhadap belt, akan tetapi posisi side
skirt tidak menggangu operasi belt (tidak menyinggung
belt).

Jarak antara belt dengan skirt semakin kedepan (kearah


gerak belt) semakin beban untuk mencegah batubara
terjepit diantara skirt dengan belt.
Gambar 37. Posisi Skirt Pada Coal Feeder
7.4. Clean Out Conveyor Chain.
7.5. System Pelumasan.

Dengan banyaknya sistem yang bergerak, perlu


adanya pelumasan pada bagian-bagian yang
bergerak tersebut. Pelumas dapat berupa grease
atau oil tergantung dari bagian yang dilumasi.
GAMBAR 40. Titik – Titik Pelumasan Pada Coal Feeder.
7.5.1. Pelumasan Dengan Grease.

No Nama Peralatan Frekuensi Pelumasan


1 Belt take – up pulley Bulanan (tiga puluh harian)
2 Belt take – up screw Bulanan
3 Clean out conveyor take – up pulley Bulanan
4 Clean out conveyor take – up screw Bulanan
5 Support roller shaft Enam bulanan
6 Tension roller shaft Enam bulanan
7 Tension roller pivot Enam bulanan
8 Drag link Enam bulanan
9 Belt drive reduch Bulanan
10 Belt drive shaft Bulanan
11 Clean out conveyor reducer (pada steeple) Tiga bulanan
12 Clean out conveyor reducer Bulanan
13 Clean out conveyor shaft Bulanan
14 Belt paddle switch shaft Bulanan
15 Discharge paddle switch shaft Bulanan
16 Belt drive motor, input shaft, pilot shaft dan Enam bulanan
17 out put shaft Tahunan
18 Counter shaft -
Clean out conveyor motor
7.5.2. Worm Gear Oil Lubrication dan Motor Gear Oil
Lubrication.

No Nama Peralatan Frekuensi penggantian

19 Belt drive reducer worm gear Enam bulanan


20 Clean out reducer worm gear Enam bulanan
21 Clean out conveyor motor box Enam bulanan
Hal – hal yang harus diperhatikan pada sistem pelumasan
adalah :

Pada saat re-greasing, grease yang lama


harus dibersihkan.
Bila diganti dengan grease baru, perlu
diperhatikan apakah grease yang lama dapat
bercampur dengan grease yang baru.
Pergantian minyak pelumas pertama dilakukan
pada satu bulanan pertama operasi, dan
setelah itu pada setiap interval enam bulanan
(2500 jam operasi).
Penggantian minyak pelumas baru perlu
dikonsultasikan pada pihak terkait (lubricant supplier)
tentang kemampuannya untuk bercampur dengan
minyak pelumas yang lama.
Apabila meragukan, pertama – tama gear box harus
dicuci (flushing) dengan menggunakan minyak
pelumas baru.
Setelah di drain untuk menghilangkan sisa – sisa
minyak pelumas yang lama, kemudian diisi dengan
minyak yang baru.
Ikuti petunjuk penyimpanan minyak pelumas sesuai
dengan yang direkomendasikan oleh pabrik minyak
pelumas.
bearing motor dikenai dengan grease yang cukup
untuk minimal 2 (dua) tahun tidak memerlukan
pelumas ulang.
BONGKAHAN BATUBARA
RUBBER SKIRT CONVEYOR

Anda mungkin juga menyukai