Seri Boiler 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kamipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas semua berkah dan
Rahmat-Nya, buku tentang “Upaya Meminimalkan Slagging dan Fouling di Boiler” ini
dapat diselesaikan oleh team Engineer dari Divisi Engineering II. Kami sampaikan ucapan
terima kasih atas penyelesaian buku ini.
PT. Indonesia Power telah berpengalaman mengelola PLTU Batubara sejak 1984 dan saat
ini juga mendapatkan penugasan PLTU Pembangkit Fast Track Program (FTP-1) yang mana
mempunyai permasalahan yang tidak kalah kompleksnya dibandingkan dengan pembangkit
existing. Pengalaman-pengalaman ini melahirkan expertise-expertise pada bidangnya baik di
di bidang operasi, pemeliharaan dan engineering. Manajemen PT. Indonesia power
mendorong pembinaan keahlian dalam bentuk Community of Expertise khususnya keahlian
teknik untuk menjamin kontinuitas perusahaan dalam jangka panjang.
Buku ini merupakan hasil kerja keras insan PT. Indonesia Power berisikan standard practice,
referensi dan pengalaman dalam menangani slagging dan fouling di Boiler baik dalam
penanganan batubara, pemeliharaan peralatan maupun pengoperasian.
Semoga yang ditulis dalam buku ini dapat bermanfaat dan secara berkelanjutan dapat terus
dikembangkan untuk mendukung keandalan pembangkit di lingkungan PT. Indonesia Power
maupun di lingkungan PT. PLN (Persero)
Direktur Operasi II
Assalamuálaikum wr wb.
Segala puji bagi Allah SWT atas semua rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan kepada
kita semua. Buku ini merupakan buku yang disusun dari berbagai sumber dan juga dari
pengalaman-pengalaman dalam mengoperasikan dan memelihara Boiler sub-critical PC baik
yang telah lama dioperasikan (PLTU Suralaya) maupun Pembangkit Fast Track Program
(FTP-1) dengan type Burner Front Wall dan Tangential Boiler.
Permasalahan slagging dan fouling akan berpotensi ada, terutama ketika PLTU banyak
menggunakan batubara Low rank coal (LRC), yang mana terutama di FTP-1 banyak
menggunakan beberapa viariasi batubara baik Medium Rank Coal (MRC) dan LRC.
Terima kasih kepada semua pihak yang berkontribusi terhadap buku pedoman dari PLTU
Suralaya, PLTU Lontar, PLTU Pelabuhanratu dan para pihak yang yang
mengimplementasikan, mereview dan memberi masukan.
Semoga Bermanfaat.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
KDIV Engineering II Penyusun : Hari Cahyono
Hari Cahyono Munarto
Didi Rooscote
I. Latar Belakang
II. Tujuan
1. Memberikan penjelasan mengenai slagging dan fouling berdasarkan referensi
berbagai literature dan pengamatan terhadap fenomena terbentuknya slagging.
2. Memberikan rekomendasi baik dari sisi operasi, pemeliharaan dan engineering
dalam menangani dan mengantisipasi fenomena slagging dan fouling, dan
dampak lain sehingga derating dan outage dapat dihindarkan
3. Meningkatkan kehandalan dan effisiensi unit
3.1.1 Pengantar
Endapan dari Ash yang terjadi pada temperatur tinggi di definisikan sebagai slagging
dan fouling. Definisi slagging dan fouling dapat dijelaskan sebagai berikut [1]:
Slagging
Deposit yang terjadi akibat mencairnya abu pada permukaan dinding dan
permukaan lain (ash hopper slope, superheater, coal burner) yang yang terkena
pemanasan secara Radiasi di Furnace dari panas hasil pembakaran. Slagging
juga dapat berkembang ke daerah konveksi apabila temperatur gas tidak turun.
Fouling
Terbentuk dari endapan Ash bertemperatur tinggi pada daerah permukaan
penyerap panas konveksi seperti superheater, reheater economizer yang tidak
terkena pemanasan dari panas radiasi dari Furnace. Secara umum, fouling
terjadi akibat penguapan dari elemen volatile inorganic dari batubara selama
pembakaran. Elemen ini terkondensasi pada partikel ash dan permukaan panas
menyebabkan semacam perekat yang menjadikannya deposit
Terbentuknya slagging pada Furnace sangat tergantung pada temperatur Flue Gas
didalam Furnace. Semakin tinggi temperatur Furnace semakin tinggi kecepatan
perubahan bentuk dari slagging yang terbentuk. Dibedakan dalam 4 jenis bentuk
sebagai berikut [1]:
Tabel 1. Tahapan terbentuknya slagging dari tiga tipe batubara terhadap temperature
Boiler bottom
Gambar 1. Perubahan posisi terbentuknya slagging karena perubahan nilai kalor batu bara
Gambar 3. Bentuk flame berdasarkan batubara nilai kalori rendah dan nilai kalor design yang
memyebabkan perubahan titik panas dalam furnace
Untuk proses pembakaran PF sampai sempurna sangat ditentukan oleh tiga faktor
yaitu:
1. Temperatur dari PF pada Burner Throat.
2. Turbulensi dari PF dan Combustion Air pada Burner Throat, yang dipengaruhi
oleh Jenis Burner dan Air Register.
3. Time yaitu waktu atau Jarak yang diperlukan dari PF mulai penyalaan keluar
Burner Throat sampai PF tersebut terbakar sempurna di Furnace
Volatile matter yang tinggi mengawali pembakaran yang lebih cepat diikuti
terbakarnya Char (arang) dari Pulverized Fuel (PF) dengan fineness yang sangat
halus (90%), terjadi semacam spontaneous combustion sehingga untuk membakar
Char sampai sempurna memerlukan waktu yang lebih pendek bukan secara
gradual, terjadilah kenaikan temperatur Ruang bakar di Zona Burner yang sangat
tinggi. Kenaikan panas yang sangat tinggi tersebut kurang terserap di Zona Burner
karena luasan penyerapannya agak kurang, ditambah lagi dengan unsure mineral
Iron (Fe) yang tinggi maka terjadilah slagging di daerah/zona Burner. Gas
pembakaran menuju Furnace sisi atas justru temperatur sudah menurun.
Lain halnya bila membakar batubara NK standard pembakaran lebih lambat
karena Char akan terbakar habis pada waktu / jarak yang lebih panjang kenaikan
temperatur diserap pada luasan yang lebih besar sehingga kenaikan temperatur
Ruang bakar masih dalam batas normal (dibawah Fusion temperatur Ash).
A. Front Wall
Burner dan Air Register sangat menentukan sempurna atau tidaknya suatu
pembakaran, menentukan bentuk Flame, serta menentukan emisi NOx pada Fly Ash
yang keluar Boiler.
Pembangkit dengan Conventional Circular Burner dilengkapai dengan Coal
Impeller dan Single Air register, sedangkan untuk boiler yang menggunakan Dual
Register Burner (DRB) termasuk jenis Low NOx burner yang dapat menurunkan
sekitar 50% dari NOx dibanding Circular Burner.
Fungsi Burner dan Air Register yaitu untuk menentukan bentuk dari Flame.
Flame dapat diatur menjadi panjang, pendek, atau melebar sehingga flame tidak
langsung menjilat dinding wall tubes sekitar burner maupun burner throat. Bila hal ini
terjadi akan mengakibatkan slagging menempel pada dinding atau terjadi slagging
corrosion pada wall tubes.
Perlu disampaikan disini tentang arrangement Burner yang terdiri dari 7 burner
setiap level jarak antar burner lebih dekat dibanding Unit 5-7 yang setiap level terdiri
6 burner. Hal ini sangat berpengaruh pada peningkatan temperatur didaerah burner
itu sendiri.
Gas
Recirculation
Inlet duct
B. Tangential-fired boiler
Dalam sistem tangensial fired boiler, batubara di pulverisasi dalam mill dan
dibawa oleh udara utama (primary air) ke boiler melalui coal pipe. mill biasanya
merupakan aliran udara yang konstan dan memiliki output spesifik batu bara
tergantung pada sifat batubara seperti kekerasan, kelembaban, dan kehalusan yang
mempengaruhi output mill. Dalam system direct tangensial fired, batu bara bubuk
dari mill langsung di transfer ke boiler. Sifat batubara seperti FC / VM (Fixed Carbon
/ Volatile Matter), ukuran partikel, oksigen, nilai kalor batubara, reaktivitas, dan kadar
abu tampaknya merupakan variabel yang paling penting untuk pembakaran
batubara bubuk pada tangensial fired boiler, dan sangat saling terkait Jumlah total
batubara yang akan pulverisasi untuk ukuran boiler tertentu pada efisiensi yang
dirancang akan bergantung pada nilai kalor batubara. Karena kandungan abu di
batu bara naik, nilai kalori per satuan massa batubara turun. Hal ini meningkatkan
massa batubara untuk dipersiapkan, yang pada gilirannya meningkatkan jumlah mill
atau ketinggian yang dibutuhkan dalam system tangensial firing. Udara sekunder
yang dibutuhkan untuk pembakaran dikirim ke boiler melalui windbox yang
menampung nosel batubara, oil guns, dan nosel udara sekunder. Di balik nosel
batubara ada fuel-air damper yang digunakan untuk menjaga agar api tidak jauh dari
nosel batubara paling tidak satu meter dari ujungnya. Hal ini diperlukan untuk
mencegah tip nosel batubara agar tidak terbakar akibat radiasi dari nyala api
batubara. Bagian depan api didominasi oleh bahan volatil di batubara dan damper
udara bakar dimodulasi untuk mengendalikan bagian depan api. Saat damper udara
(1) slagging, karena berasal dari kategori lignitic ash dengan indeks slagging
dan fouling menengah-tinggi terutama karena suhu ash melting yang rendah (1180-
1220°C). (2) Konsumsi batubara 250-280 ton/jam pada beban penuh karena nilai
kalorinya rendah; Jauh lebih tinggi daripada batubara bituminous biasa yang
digunakan oleh IEC. Ini berarti boiler tidak bisa dioperasikan pada beban penuh
karena keterbatasan sistem penanganan dan kemampuan pulverizers. (3) Efisiensi
boiler rendah karena kadar air yang tinggi dan kecenderungan pengotoran dan
slagging yang tinggi. Heat rate unit akan meningkat dan efisiensi boiler akan
berkurang. (4) Peningkatan reheater dan superheater spray yang cukup banyak,
karena penurunan airheaters.
3.2.2.4 Ash
Setiap Jenis batubara memiliki temperatur leleh / pijar (fusion) dari fly ash nya
masing-masing. Apabila Ash Fusion temperatur Fly ash lebih rendah dari temperatur
Furnace maka akan terjadi slagging pada furnace dan menempel pada wall tube,
burner throat atau jatuh langsung ke bottom boiler dan dihandling oleh submerged
scrapper conveyor sehingga temperatur ash fusion harus lebih tinggi dibandingkan
dengan temperatur furnace. Potensi untuk terbentuknya slagging atau fouling
tergantung juga sifat atau type ash tersebut apakah bersifat Bituminous Ash atau
Lignitic Ash.
Tipikal temperatur fusi abu batubara bituminous ditentukan menggunakan
standar American Society for Testing and Materials (ASTM) D1857 [4]. Untuk
melakukan pengujian, cone abu ditempatkan di laboratorium furnace (laboratorium
untuk uji abu batubara) dan furnace dipanaskan perlahan. Temperatur furnace
dicatat pada empat titik karena deformasi cone abu. Fuel dengan temperatur ash
fusion yang tinggi diketahui sebagai “boiler friendly”. Fuels dengan ash fusion
temperatur rendah lebih presisi saat tuning combustion dan meningkatkan
sootblowing untuk mencegah deposit slag.
Tabel dibawah adalah coal ash fusion berdasarkan ASTM D1857 [4]. Yaitu
temperatur dari analisis ash fusion. Kondisi ash dapat diestimasikan baik di dalam
furnace dan keluaran furnace jika temperatur diketahui.
Tabel 4. Perbandingan komposisi batu bara design antara bukit asam dan arutmin
BB. Bukit
No. Unsur Satuan Boiler Design BB. Arutmin
Asam
1 Silica (SiO2) % by W’t 59,4 75 27
2 Iron (Fe2O3) % by W’t 4,6 7 35,2
3 Aluminium Oxida (Al2O3) % by W’t 24,7 33 6,25
4 Calcium Oxide (CaO) % by W’t 3,1 3 9,6
5 Magnesium Oxide(MgO) % by W’t 1,7 1,5 9,5
6 Sodium Oxide(Na2O) % by W’t 2,5 3,5 0,14
7 Pottassium Oxide (K2O) % by W’t 0,5 0,7 0,35
8 TitaniumDioxide (TiO2) % by W’t 0,8 - 0,77
Yang perlu perhatikan dari tabel di atas adalah kandungan component Iron
(Fe) yang cukup tinggi. Senyawa-senyawa Fe dalam bentuk
(FeO3,FeS2,FeCO3,Fe3O4 dst) sangat berpengaruh terhadap karakteristik dan
melting point temperatur dari Ash , Semakin tinggi Fe semakin menurunkan Melting
temperatur dari Ash.
Gambar 5. Variasi mill output dengan fineness dari produk mill [6]
2. Distribusi coal pada setiap burner harus balance kurang lebih 10%
SI = (B/A) x %S
Dimana :
B : CaO + MgO + Fe2O3 + Na2O + K2O
A : SiO2 + Al2O3 + TiO2
S : %berat sulfur pada kondisi batubara bebas moisture (dry coal basis)
Range
Low Medium High Severe
Si<0.6 0.6<Si<2.0 2.0<Si<2.6 Si>2.6
Slagging index untuk abu lignitic berbasis pada ASTM temperature fusibility abu,
dimana temperature fusibility ini menunjukkan batasan temperature dimana plastic
slag mulai terbentuk. Berikut klasifikasi potensi terjadinya slagging menggunakan Rs
[1]. Contoh perhitungan terdapat pada lampiran.
Slagging Index untuk jenis abu lignitic
Dimana :
B : CaO + MgO + Fe2O3 + Na2O + K2O
A : SiO2 + Al2O3 + TiO2
S : %berat sulfur pada kondisi batubara bebas moisture (dry coal basis)
Metode lain yaitu dari B&W yang memprediksi berdasarkan antara viscosity (Siv)
dan temperature dari pada abu. Index ini berlaku untuk batubara baik bituminous
atau lignite, tetapi pengukuran viscosity abu harus dilakukan
Klasifikasi fouling untuk batubara abu lignitic didasarkan kandungan sodium pada
abu batubara sebagai berikut: Bila CaO + MgO + Fe2O3 > 20% berat batubara
Gambar 8. Lokasi instrument Pembacaan oksigen pada furnace bisa jadi tidak akurat karena lokasi
analyzer [4].
Hal ini sangat penting untuk menerapkan perhatian yang diperlukan untuk
mengoptimalkan furnace burner belt “inputs,” karena pembakaran harus
diselesaikan di dalam rongga furnace. Yang mutlak penting adalah memberikan
aliran udara pembakaran yang cukup ke bahan bakar sebelum produk pembakaran
keluar dari tungku. Salah satu penyebab paling umum dari slagging dan fouling
adalah pembakaran sekunder pada upper furnace. Penyebab paling umum
pembakaran sekunder adalah kekurangan oksigen dalam burner belt.
Gambar 9. Dengan residences time yang hanya beberapa detik, tidak ada waktu cukup untuk
panas di absorb di dalam furnace. Ketika secondary combustion hadir, furnace exit gas temp
dapat melebihi temp ash fusion, alasan uama bahwa terjadinya furnace slagging [4].
Primary airflow yang tinggi pada low NOx burner akan mendorong fuel menuju
ke dalam furnace, sehingga menyebabkan outrunning airflow. Sebagai
konsekuensinya, fuel rich zone dapat terbentuk di daerah upper furnace
menghasilkan secondary combustion, temperatur yang tinggi dan zona dari reducing
atmosfer dikurangi, semua aspek tersebut berkontribusi pada slagging dan fouling.
Besarnya Teoritical Air Per Satuan berat dari Batubara tergantung dari besarnya
Nilai Kalor dari batubara tersebut, berbeda untuk setiap jenis batubara yang Nilai
Kalornya juga berbeda. Berkisar antara 7,46 sampai 7,76 lb/10.000 Btu.
Formula yang digunakan untuk menghitung Teoritical Air requirement adalah :
Jenis Batubara
Uraian Bituminus Sub Bituminus
Anthrasit Lignite
Bituminus A Bituminus B Sub.Bit A Sub.Bit B
Nilai Kalor dlm (Btu/lb) 11.230 14.100 13.080 11.030 9.670 6.940
Nilai Kalor dlm (Kcal/kg) 6.223 7.786 7.220 6.090 5.339 3.830
Teoritical Kebutuhan
Udara 7.76 7.59 7.55 7.48 7.53 7.46
(lb udara /10.000 Btu)
Teoritical Kebutuhan
Udara 3.52 3.45 3.43 3.40 3.42 3.39
(Kg Udara/ 10.000 Btu)
Teoritical Kebutuhan
Udara 8.69 10.7 9.87 8.25 7.27 5.1
(Kg Udara/Kg Batubara)
Teoritical Kebutuhan
Udara 1.396 1.374 1.367 1.354 1.361 1.331
(gram Udara/ Kcal)
Kebutuhan Udara
(Kg Udara/Kg Batubara + 10,4 12,8 11.8 9.9 8.7 6.12
Excess Air 15% -20%)
Uraian % % % % % %
Excess Air 0 4,9 10,2 16,2 22,9 30,4
O2 in FG 0 1 2 3 4 5
Tabel 8. Daftar kebutuhan udara pembakaran (Teoritical) pada load 400 MW dengan Nilai Kalor
tertentu
Kebutuhan udara
N K Batu bara Coal Flow Kg/jam Total Boiler Air Flow
(Kg Udara/Kg
(Kcal/Kg) (Kg /jam ) (Kg/jam)
B.Bara)
5.300 170.000 8,7 1.479.000
5.000 173.400 8,13 1.409.700
4.700 184.500 7,6 1.402.200
4.500 192.600 7,5 1.444.500
4.000 216.700 6,5 1.408.500
3.800 228.200 6,12 1.396.600
PF (%)
No. Jenis Batu Bara yang lolos Mesh
200
Batu bara dengan Nilai Kalor diatas 13.000 Btu/lb
1 70
atau setara diatas 7.100 Kcal/kg
Batu bara dengan Nilai Kalor 11.000 sampai
2 13.000 Btu/lb atau setara 7.100 sampai 6.000 65
Kcal/kg
Batu bara dengan Nilai Kalor dibawah 11.000
3 60
Btu/lb atau setara dibawah 6.000 Kcal/kg
Batubara dengan nilai kalor tinggi, Bituminus, Antrasit maka PF yang lolos Mesh 200
Per Inch persegi adalah 60% -70%, sedangkan untuk batubara NK rendah hasil PF
testnya lebih tinggi karena lunak sehingga hasil grindingnya sangat halus. Sebagai
mana hasil sampel dibawah ini bertentangan dengan standard B & W diatas.
Tabel 11. Hasil Sample Finess test Mill Unit 2 (data dari lab)
PF Mill Outlet Temperatur Unit 1-4 rata - rata 55oC untuk Unit 5-7 rata – rata
64oC tidak pernah lebih dari 66oC. Semakin tinggi NK dan semakin rendah Volatile
matter maka membutuhkan pemanasan awal (Mill Outlet Temperatur) yang tinggi
karena untuk jenis batu bara ini lambat terbakar sempurna. Sedangkan untuk jenis
batubara NK rendah dan Volatile matter tinggi sangat cepat terbakar habis sehingga
tidak diperlukan pemanasan awal (Mill Outlet Temperatur) yang tinggi.
Pembukaan Air Register setiap Burner sangat menentukan bentuk lidah api
(Flame): panjang, pendek, melebar yang sangat menentukan pada titik mana terjadi
complete combustion, pada titik mana terjadi titik temperatur tertinggi pada Furnace.
Semakin besar pembukaan Air Register semakin panjang dan kedepan menjahui
burner Throat sehingga semakin menurunkan potensi penempelan slagging pada
wall tubes sekitar burner serta semakin memberikan kesempatan pendistribusian
panas ke areal yang lebih besar untuk proses penurunan temperatur burner zone.
Semakin kecil pembukaan Air Register Flame semakin pendek melebar samping
dan cenderung menjilat ke Dinding (Wall tubes) di sekitar Burner, hal ini akan
menaikkan temperatur di zona Burner sehingga berpotensi terjadi penempelan
slagging pada zona burner yang sangat berbahaya dapat menutup Burner Throat.
Oleh karena itu periksa flame front, jika jaraknya satu meter dari ujung nosel
batubara maka tutup semua fuel air dampers. Jika volatile matter di batubara 20%
atau kurang, kondisi ini akan terpenuhi. Selain itu perhatikan furnace untuk kondisi
api seperti brightness dan flickering. Pembakaran optimum di dalam boiler akan
memastikan performa boiler
Gambar 12. Damaged burners menyebabkan slagging pada burner tipe front [4]
Kerusakan yang terjadi pada tangential burner dapat diakibatkan oleh dua
hal, yaitu
1. Slagging
2. Ketika fireball tidak terbentuk saat pembakaran menyebabkan
deformasi pada bagian boiler wall
Penyebab utama dari fuel imbalances pada furnace exit adalah performa dari
pulverizer coal. Fuel fineness yang buruk hampir selalu berkontribusi pada fuel
balance yang buruk. Kondisi sebagus-bagusnya, pulverized fuel balance akan
berada dalam kisaran 5% sampai 15% deviasi.
Ketika classifier tidak di atur dalam kondisi fineness terbaik (biasanya untuk
mensubstitusi coal pulverizer lebih untuk mereduksi fineness), fineness dapat
memburuk kurang dari 70% passing 200 mesh [5]. Sepanjang dengan mereduksi
fineness, akan ada less-uniform fuel balance. Fuel fineness yang buruk akan
menghasilkan distribusi fuel yang buruk. Ini sangat umum untuk menemukan deviasi
fuel kurang lebih 25% ketika pulverizer tidak teroptimasi.
Coal pulverizer merupakan jantung dari pulverized coal-fueled boiler. Sekitar
70% dari oportuniti untuk improvisasi adalah dalam tuning dengan coal mils, primary
airflow dan keseimbangan fuel. Gambar 14. Menunjukkan point penting dalam
mencapai pembakaran optimal dengan minimum slagging dan fouling.
C. Kerusakan Sootblower
f. Pressure Control Valve (PCV) untuk soot blower macet atau tidak
dapat mengontrol dengan baik.
Menginjeksikan atau
memperbesar aliran Gas
Recirculation dari Bottom
Boiler.
Menurunkan temperatur di
2 zona burner semua level Setting pressure windbox 800-850 kPa
Adjust (mengendorkan)
spring tension dari Perlu stop pulverizer
pulverizer
Menurunkan fineness PF
3 200 mesh menjadi 60% - Modifikasi system spring Dari system manual ke
70% loading tension system auto loading
1. Meningkatkan
Menambah total boiler air efisiensi
Menurunkan temperatur di
7 flow sehingga Fuel/Air
zona burner semua level 2. Menurunkan
Ratio selalu 1:8 s/d 1:8,5
potensi slagging
1. Menurunkan
Modernisasi mill spring potensi slagging
Mengontrol finenness PF loading tention adjuster
200 mesh keluar mill dari manual menjadi 2. Menurunkan
8 menjadi antara 60% -70% automatic hydrolik spring pemakaian daya
loading tension adjuster. listrik dari motor mill
Melakukan perbaikan
Mengoptimalkan
terhadap tilting dan
Perbaikan tilting & burner pembakaran yang
10 system
membersihkan idle burner
mempengaruhi bentuk
dari slag-slag yang
api burner
menempel
Melakukan pengetesan
Mengoptimalkan udara
sebelum dan sesudah
pembakaran agar
perbaikan untuk
terjadi pembakaran
mengetahui flow rate
sempurna
11 Air leakage di DAC tinggi udara masuk dari DAC
Akan dilakukan
normalisasi DAC
(manhole) saat OH
V. Saran
1. Babcock & Wilcox Company, Fuel Ash Effects on Boiler Design and
Operation. Chap.21, Steam 41.
2. Engineers Welfare Forum. Boiler Fuel Firing System. The West Bengal Power
Development Corprn. Ltd
3. Efim Korytnyi. (2008). Sub-Bituminous Coals Fired in Boiler Designed for
Bituminous Coals. Proceedings of PWR, ASME Power. July 22-24,
Contemporary Resort, Orlando, Florida
4. Richard F. (2015). Typical Causes of Slagging dan Fouling Problems in
Boiler. PowerMag.
5. Innovative Combustion Technologies. (2007). A Summary of expriences
related to achieving optimum pulverizer performance and fuel line balance.
Lakeside Drive, Birmingham.
6. T K Ray. Pulverizer Plant O&M Aspects. NTPC Limited, India Enterprise.
7. Kiminaro Sato. (2017). Sootblower Operation. IHI Power System, Japan.
8. A.J. Minchener. (2007). Significant achievement of European coal and steel
community R&D programmes in the development of clean coal power
generation technology. Clean coal centre, UK.
9. Arafat A. Bhuiyan. (2015). Modeling of Slagging in Industrial Furnace: a
comprehensive review. Elsevier, Procedia Engineering, pg 512-519.
10. Nusyirwan. (2010). Manajemen Pembangkitan Tenaga Listrik. Program Pasca
Sarjana Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN).
SI = (B/A) x %S
Dimana :
B : CaO + MgO + Fe2O3 + Na2O + K2O
A : SiO2 + Al2O3 + TiO2
S : %berat sulfur pada kondisi batubara bebas moisture (dry coal basis)
Contoh perhitungan:
Komposisi Batubara PT A
CaO : 10.0
MgO : 4.0
Fe2O3 : 15.0
Ternyata CaO + MgO lebih kecil dari nilai Fe2O3, maka jenis abunya adalah
bituminous, maka kita gunakan formula Si. Berdasarkan formula slagging index (Si),
maka dapat dilihat sebagai berikut:
SI = (B/A) x %S
S : 0.29
N : 0.19 (aman)
Fouling Index
Dimana:
Na2O = 1.00
Fi = (40/60.8) x 1.00
Fi = 0.66 (high)
Dimana :
Max HT : temperatur tertinggi reducing atau oxidizing hemispherical softening
dalam oF
Min HT : temperatur terendah dari reducing atau oxidizing initial deformation
dalam oF
Contoh perhitungan :
Ternyata CaO + MgO lebih besar dari nilai Fe2O3, maka jenis abunya lignitic, maka
kita gunakan formula Rs
Keterangan:
Data dari:
1. PT.A : 3.42%
2. PT.B : 15%
3. PT.C : 20.0%
Dapat disimpulkan bahwa fouling yang akan terbentuk akan sangat sulit dilepas
karena tingginya kandungan besi dari batubara baik PT.B maupun PT.D
PT INDONESIA POWER
T. +62 21 5267666
F. +62 21 5251923
+62 21 5252623
E. kontak-ip@indonesiapower.co.id
W. www.indonesiapower.co.id
FB Indonesia Power