Anda di halaman 1dari 11

PENGHARGAAN EFISIENSI ENERGI NASIONAL 2018

PENINGKATAN EFISIENSI PLTU PELABUHAN RATU DENGAN


IMPLEMENTASI SMART TARGETED SOOT BLOWER
Inovasi Khusus Bidang Industri

PT. INDONESIA POWER


UNIT JASA PEMBANGKITAN PLTU PELABUHAN RATU
FORMULIR APLIKASI
PENGHARGAAN SUBROTO BIDANG EFISIENSI ENERGI TAHUN 2018
KATEGORI MANAJEMEN ENERGI PADA INDUSTRI DAN BANGUNAN GEDUNG

Kategori: Inovasi Khusus


Nama Kegiatan:
Peningkatan Efisiensi PLTU Pelabuhan Ratu dengan Implementasi
Smart Targeted Soot Blower

Informasi Umum:
Nama Perusahaan: PT. INDONESIA POWER Unit Jasa Pembangkitan PLTU Pelabuhan Ratu
Alamat: Jl. Raya Cipatuguran, Desa Jayanti, Pelabuhan Ratu, Citarik, Sukabumi, Jawa Barat
Jumlah Pegawai: 360
Jenis Industri/Gedung: Pembangkitan Listrik
Usia Industri/Gedung: 4 Tahun
Bidang Usaha: Pembangkit Listrik Tenaga Uap
Contact Person:
Nama : Suriyan Arif Wibowo
Jabatan : Ahli Muda Reliability
Mobile phone : 085706661046
E-mail : suriyan.wibowo@indonesiapower.co.id / Suriyan.arif@gmail.com

Ringkasan Kegiatan:
PT. Indonesia Power Unit Jasa Pembangkitan Jawa Barat 2 Pelabuhan Ratu (UJP JPR)
merupakan salah satu unit kerja PT. Indonesia Power yang mengelola jasa Operation and
Maintenance PLTU Pelabuhan Ratu dengan kapasitas 3x350 MW. Sebagai upaya untuk menurunkan
intensitas energi di PLTU Pelabuhan Ratu, maka diperlukan program peningkatan efisiensi pada
boiler sebagai area of Significant Energy Use (SEU).
Slagging dan fouling yang menempel pada pipa boiler akan mengurangi perpindahan panas
dari flue gas ke air atau uap dalam pipa boiler. Slagging dan fouling dapat dikurangi dengan
mengoperasikan soot blower. Laju pembentukan slagging dan fouling dipengaruhi oleh komposisi
batubara dan parameter operasi, sehingga pengoperasian soot blower dengan condition based akan
lebih efektif dibandingkan dengan time based, karena dapat menghemat pemakaian steam dan efektif
membersihkan tube yang terindikasi kotor, sehingga dapat meningkatkan efisiensi unit.
Inovasi ini berhasil menurunkan intensitas energi atau NPHR sebesar 161 kcal/kWh, setara
dengan penurunan konsumsi batubara sebesar 5,8% atau 127.661 ton per tahun. Penurunan konsumsi
batubara berdampak pada penurunan emisi sebesar 233 kTon CO2.e per tahun. Inovasi ini berhasil
mengurangi biaya energi sebesar + Rp 128 Milyar per tahun. Tidak ada biaya investasi untuk
implementasi inovasi ini dan dapat diimplementasikan untuk semua jenis boiler dengan bahan bakar
batubara.

1
FORMULIR APLIKASI
PENGHARGAAN SUBROTO BIDANG EFISIENSI ENERGI TAHUN 2018
KATEGORI MANAJEMEN ENERGI PADA INDUSTRI DAN BANGUNAN GEDUNG

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Latar belakang dilaksanakannya inovasi Peningkatan Efisiensi PLTU Pelabuhan Ratu
dengan Implementasi Smart Targeted Soot Blower adalah:
a. Batubara merupakan Significant Energy Use (SEU) di PLTU
Pelabuhan Ratu, sedangkan boiler adalah area of Significant
Energy Use, sehingga fokus peningkatan efisiensi energi pada
boiler akan berdampak signifikan terhadap penurunan
intensitas energi di PLTU Pelabuhan Ratu.
b.Pengoperasian soot blower berdampak signifikan terhadap
efisiensi boiler dan pembangkit karena dapat menjaga relevant
variable yang berdampak pada Significant Energy Use sesuai
dengan baselinenya, sehingga pengoperasian soot blower harus
dilakukan secara optimal.
Gambar 1. Konsumsi Energi c. Mendukung program PT. PLN (Persero) untuk menurunan
PLTU Pelabuhan Ratu Biaya Pokok Penyediaan (BPP) listrik.
d.Penerapan standar ISO 50001 (Sistem Manajemen Energi)
yang telah diperoleh sertifikatnya oleh PT. Indonesia Power.

1.2 Maksud dan Tujuan Inovasi


Inovasi ini merupakan salah satu program kerja Sistem Manajamen Energi di PLTU
Pelabuhan Ratu yang bertujuan untuk menurunkan intensitas energi atau Net Plant Heat Rate
(NPHR) dengan cara menentukan pola pengoperasian soot blower yang efektif dan efisien. NPHR
dinyatakan dalam kcal/kWh.

1.3 Pengaruh Perubahan Parameter Operasi Terhadap Perubahan NPHR


Pengoperasian parameter operasi (relevant variable) sesuai baseline diperlukan untuk
mendapatkan NPHR paling optimal. Dampak perubahan parameter operasi terhadap perubahan
NPHR dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Pengaruh perubahan parameter operasi (relevant variable) terhadap NPHR
Heat Rate Factor
Parameter Unit
Change % NPHR
Flue gas AH outlet °C 5,50 0,35
Main Steam Temperature °C 5,50 -0,15
Hot Reheat Steam Temperature °C 5,50 -0,14
Spray Superheater % 1,00 0,02
Spray Reheater % 1,00 0,20

1.4 Slagging dan Fouling


Slagging dan fouling yang menempel pada pipa boiler akan mengurangi perpindahan
panas dari flue gas ke air atau uap dalam pipa boiler. Faktor yang mempengaruhi pembentukan
slagging dan fouling adalah komposisi batubara dan parameter operasi. Slagging dan fouling
dapat dikurangi dengan pengoperasian soot blower. Jenis batubara dan faktor pembebanan di
PLTU Pelabuhan Ratu bervariasi, maka pengoperasian soot blower perlu di optimalkan hanya
untuk membesihkan area tube boiler yang kotor saja untuk menghemat penggunakaan superheat
steam dan menjaga parameter operasi sesuai baseline.

2
FORMULIR APLIKASI
PENGHARGAAN SUBROTO BIDANG EFISIENSI ENERGI TAHUN 2018
KATEGORI MANAJEMEN ENERGI PADA INDUSTRI DAN BANGUNAN GEDUNG

2. PEMBAHASAN

2.1 Root Cause Analysis (RCA) Peningkatan NPHR


Peningkatan NPHR dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah pola
pembebanan, kualitas bahan bakar, kesehatan peralatan, cuaca, dan pola pengoperasian. RCA
peningkatan NPHR di PLTU Pelabuhanratu dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. RCA Peningkatan NPHR


Fokus dari inovasi ini adalah menyelesaikan permasalahan NPHR akibat ketidaksesuaian
parameter operasi terhadap baseline saat proses soot blowing all area berjalan yang dilakukan
setiap satu hari sekali (time based). Tindak lanjut dari peningkatan NPHR akibat proses soot
blowing all area adalah dengan merubah pola operasi soot blower dari time based menjadi
condition based, sesuai dengan tingkat kekotoran setiap area tube boiler.

2.2 Perencanaan Pembuatan Inovasi Smart Targeted Soot Blower


Sebagai tindak lanjut dari RCA pada sub bab 2.1, maka perlu dilakukan penyusunan pola
operasi soot blower berdasarkan condition based dengan langkah sebagai berikut.

Gambar 3. Proses Perencanaan dan Pembuatan Inovasi Smart Targeted Soot Blower
Perancangan dan implementasi inovasi ini telah disetujui dan didukung oleh manajemen
melalui kesepakatan pada idea charter yang dapat dilihat pada gambar 3.

2.3 Konfigurasi Boiler dan Soot Blower


Pembagian grup area soot blower berdasarkan lokasi tube boiler dapat dilihat pada
gambar 4.

3
FORMULIR APLIKASI
PENGHARGAAN SUBROTO BIDANG EFISIENSI ENERGI TAHUN 2018
KATEGORI MANAJEMEN ENERGI PADA INDUSTRI DAN BANGUNAN GEDUNG

Gambar 4. Konfigurasi soot blower pada layar DCS

2.4 Pengujian Soot Blower


Pengujian pengoperasian soot blower dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara
hipotesa awal dengan kondisi aktual. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Analisa data hasil pengujian soot blower
Soot
No Area Analisa Data Pengujian
blower
a. Temperature SH dan RH menurun karena penyerapan panas pada
A1-A18
wall tube meningkat, yang mengakibatkan Furnace Exit Gas
B1-B18
1 Wall Tube Temperature (FEGT) berkurang
C1-C18
b. Flow spray SH berkurang dari 40 t/h menjadi 6.6 t/h (valve spray SH
D1-D18
sudah full close, tetapi leaktrough)
a. Steam temperature outlet SH platen header meningkat dari 484.30C
SH Div Panel R&L 1- menjadi 496.50C
2
& SH Platen 4 b. Temperatur Low Temp SH menurun dari 405.60C ke 4000C, karena
lokasinya berada di belakang (downstream)
a. Temperature Hot RH meningkat dari 5080C menjadi 5360C
RH Platen & R&L 5-
3 b. Temperature Final SH menurun dari 533.10C menjadi 5300C karena
RH Final 8
lokasinya berada di belakang (downstream)
R&L 9-
4 Final SH a. Temperatur steam SH final meningkat dari 5300C menjadi 532.80C
10
a. Temperature Low Temp SH meningkat dari 4000C menjadi 408.40C
R&L
5 Low Temp SH b. Temperature outlet SH Div Panel, SH Platen, dan Final SH naik,
11-16
karena dampak dari kenaikan temperature outlet Low Temp SH
R&L a. Penurunan temperature SH
6 Economizer
17-22 b. Penurunan spray SH
a. Temperatur Flue gas outlet APH 3A menurun dari 136.2 menjadi
7 APH AL 1-4 135.3 dan Temperatur Flue gas outlet APH 3B menurun dari 126.8
menjadi 126.1

4
FORMULIR APLIKASI
PENGHARGAAN SUBROTO BIDANG EFISIENSI ENERGI TAHUN 2018
KATEGORI MANAJEMEN ENERGI PADA INDUSTRI DAN BANGUNAN GEDUNG

2.5 Indikator Kotor pada Tube Boiler


Dari analisa data hasil pengujian soot blower, pengoperasian condition based soot blower
dapat dilakukan dengan membandingkan nilai aktual parameter operasi dengan desain pada boiler
manual book. Selain dari hasil pengujian, data-data pendukung dari buku manual pengoperasian
boiler dan standard EPRI Heat Rate Improvement Reference Manual TR-109546 digunakan
sebagai acuan. Indikasi-indikasi kotor pada area tube boiler dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Indikasi kotor pada tube boiler
Soot
No Tube Boiler Indikasi Tube Boiler Kotor
blower
1. Temperatur Low Temp SH lebih tinggi dari desain
A1-A18 2. Temperatur Platen SH lebih tinggi dari desain
B1-B18 3. Temperature Hot RH lebih tinggi dari desain
1 Wall Tube
C1-C18 4. Flow spray 1st stage SH tinggi
D1-D18 5. Flow spray 2nd stage SH tinggi
6. Flow spray RH tinggi
SH Div Panel & SH 1. Temperature Platen SH lebih rendah dari desain
2 R&L 1-4
Platen 2. Temperatur Final SH lebih rendah dari desain
RH Platen & RH 1. Temperatur Hot RH lebih rendah dari desain
3 R&L 5-8
Final 2. RH Spray close
1. Temperature Final SH lebih rendah dari desain
4 R&L 9-10 Final SH
2. 2nd spray SH close
1. Temperatur low temperature SH lebih rendah dari desain
R&L 11- 2. Temperatur Platen SH lebih rendah dari desain
5 Low Temp SH
16 3. Temperature Final SH lebih rendah dari desain
4. Spray 1st & 2nd SH close
R&L 17- 1. Temperature Platen SH out tinggi
6 Economizer
22 2. 2nd Spray SH Flow atau 1st spray SH tinggi
7 AL 1-4 APH 1. Soot blower APH tetap dilakukan 3 kali sehari

2.6 Penambahan Logic Smart Targeted Soot Blower pada DCS


Dilakukan penambahan
logic pada DCS dengan
nama Logic Smart
Targeted Soot Blower
seperti pada gambar 5.
Penambahan logic pada
DCS bertujuan untuk
memudahkan operator
dalam mengidentifikasi
tube yang kotor secara
real time. Lingkup dari
penambahan logic ini
adalah penambahan
parameter dan alarm
pada tampilan DCS soot
blower. Penambahan
parameter dan alarm
dapat dilihat pada Gambar 5. Logic Smart Targeted Soot Blower pada DCS
gambar 6.

5
FORMULIR APLIKASI
PENGHARGAAN SUBROTO BIDANG EFISIENSI ENERGI TAHUN 2018
KATEGORI MANAJEMEN ENERGI PADA INDUSTRI DAN BANGUNAN GEDUNG

Gambar 6. Tampilan parameter dan alarm condition based soot blower

2.7 Prosedur Pengoperasian Condition Based Soot blower


Prosedur pengoperasian condition based soot blower disusun oleh tim enjiner efisiensi
dan tim operasi, kemudian direview oleh manajer enjinering dan manajer operasi untuk
selanjutnya disahkan oleh manajer representative. Prosedur tersebut telah disosialisasikan melalui
email dan weekly meeting efficiency yang dihadiri pihak operasi, enjinering, dan pemeliharaan.
Prosedur pengoperasian Condition based Soot blower dan kegiatan sosialisasi ke operator dapat
dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Prosedur Condition based Soot blower dan sosialisasi prosedur

6
FORMULIR APLIKASI
PENGHARGAAN SUBROTO BIDANG EFISIENSI ENERGI TAHUN 2018
KATEGORI MANAJEMEN ENERGI PADA INDUSTRI DAN BANGUNAN GEDUNG

3. HASIL INOVASI

3.1 Efektifitas Implementasi Inovasi


Inovasi ini diimplementasikan sejak Januari 2016. Smart Targeted Soot Blower tidak
hanya mengendalikan flue gas temperature, tetapi juga efektif mengendalikan main steam dan
reheat steam temperature, flow spray superheater dan reheater. Parameter-parameter tersebut
sangat mempengaruhi nilai dari NPHR. Efektifitas implementasi inovasi ini dapat dilihat dari
grafik monitoring parameter operasi yang dimonitor oleh operator setiap jam pada media energy
efficiency war room.

Gambar 8. Trend flue gas temperature sebelum dan sesudah implementasi

Dari gambar 8. terlihat flue gas temperature setelah implementasi inovasi relatif stabil di
bawah baseline.

Gambar 9. Trend main steam temperature sebelum dan sesudah implementasi

Dari gambar 9.terlihat main steam temperature setelah implementasi inovasi relatif lebih
stabil sesuai baseline.

Gambar 10. Trend reheat steam temperature sebelum dan sesudah implementasi

7
FORMULIR APLIKASI
PENGHARGAAN SUBROTO BIDANG EFISIENSI ENERGI TAHUN 2018
KATEGORI MANAJEMEN ENERGI PADA INDUSTRI DAN BANGUNAN GEDUNG

Dari gambar 10. Terlihat reheat steam temperature setelah implementasi inovasi relatif
lebih stabil sesuai baseline.

Gambar 11. Trend spray reheater flow sebelum dan sesudah implementasi
Dari gambar 11. Terlihat spray reheat flow setelah implementasi inovasi relatif mendekati
atau di bawah baseline. Besarnya deviasi parameter saat sebelum dan setelah implementasi
inovasi ini dapat dilihat pada table 4.

Tabel 4. Deviasi Parameter Operasi Saat Sebelum dan Setelah Implementasi Inovasi
Deviasi Actual VS Deviasi
Parameter Baseline Setelah VS
No Unit Keterangan
Operasi Sebelum Setelah Sebelum
Inovasi Inovasi Inovasi
Flue gas 0C Semakin rendah temperature flue gas,
1 + 1.92 - 4.36 -6.28
Temperature maka NPHR semakin rendah
Main Steam 0C Semakin tinggi main steam temperature,
2 - 1.29 - 0.27 1.02
Temperature maka NPHR semakin rendah
Reheat Steam 0C Semakin tinggi reheat temperature,
3 - 1.34 -0.23 1.11
Temperature maka NPHR semakin rendah
Reheat Spray Semakin rendah flow rehehat spray,
4 t/h + 6.48 + 2.12 -4.36
Flow maka NPHR semakin rendah

3.2 Penghematan Energi per Tahun


Untuk mengetahui efek perubahan NPHR akibat implementasi inovasi ini, maka
monitoring NPHR diambil dengan interval waktu 3 bulan sebelum dan 4 bulan setelah
implementasi dengan kondisi kesehatan pembangkit yang relatif sama. Setelah implementasi
Smart Targeted Soot Blower pada Januari 2016, diperoleh penurunan NPHR pada bulan Januari
2016 sebesar 161 kcal/kwh atau setara dengan penghematan pemakaian batubara sebesar 5,8%.
Hingga bulan Juni 2018, inovasi ini berhasilkan menurunkan konsumsi energi hingga 6.468.423
GJ sejak inovasi ini diimplementasikan pada Januari 2016. Trend penurunan NPHR dan
penghematan energi dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Trend penurunan NPHR dan penghematan energi

8
FORMULIR APLIKASI
PENGHARGAAN SUBROTO BIDANG EFISIENSI ENERGI TAHUN 2018
KATEGORI MANAJEMEN ENERGI PADA INDUSTRI DAN BANGUNAN GEDUNG

3.3 Dampak Terhadap Lingkungan


Dengan implementasi Smart Targeted Soot
Blower dapat menurunkan konsumsi batubara sebesar
5,8% atau 127.661 ton per tahun. Penurunan pemakaian
konsumsi batubara selama 1 tahun berdampak pada
penurunan emisi sebesar 233 kTon CO2.e per tahun.

3.4 Manfaat Finansial


Tidak ada biaya investasi untuk implementasi inovasi ini. Program inovasi ini berhasil
mengurangi biaya energi sebesar + Rp 128 Milyar per tahun. Inovasi ini termasuk dalam kategori
rekomendasi peningkatan efisiensi energi no cost high impact. Trend penghematan biaya energi
dapat dilihat pada gambar 13.

Gambar 13. Trend penghematan biaya energi

3.5 Replicability
Program inovasi ini diawali
implementasi di PLTU unit 3
sebagai pilot project. Setelah
berhasil dan efektif meningkatkan
efisiensi energi, selanjutnya
program ini diimplementasikan di
unit 1 dan 2. Dengan menggunakan
metode penelitian dan analisa data
pada bab 2, Smart Targeted Soot
Blower dapat diimplementasikan
untuk semua jenis boiler dengan
bahan bakar batubara yang
mempunyai fasilitas soot blower.
Inovasi ini juga dalam tahap set-up Gambar 14. Notulen diseminasi inovasi Smart
implementasi di PLTU Adipala Targeted Soot Blower
dengan jenis super critical boiler berkapasitas 660 MW. Tahapan diseminasi inovasi Smart
Targeted Soot Blower di lingkungan PLTU yang dikelola PT Indonesia Power dapat dilihat pada
gambar 15.

Gambar 15. Tahapan diseminasi inovasi di PLTU yang dikelola PT Indonesia Power

9
FORMULIR APLIKASI
PENGHARGAAN SUBROTO BIDANG EFISIENSI ENERGI TAHUN 2018
KATEGORI MANAJEMEN ENERGI PADA INDUSTRI DAN BANGUNAN GEDUNG

3.6 Arah Pengembangan Inovasi Selanjutnya


Saat ini pengoperasian soot blower masih dilakukan secara manual oleh operator dengan
menggunakan hasil rekomendasi dari output Smart Targeted Soot Blower. Pengoperasian secara
manual bertujuan untuk menghindari adanya kemungkinan gangguan lain yang mungkin muncul
saat akan dilakukan proses soot blowing, sehingga perlu adanya pertimbangan operasional oleh
operator. Untuk pengembangan selanjutnya akan dilakukan otomatisasi untuk pengoperasian soot
blower setelah dilakukan peningkatan kehandalan pada peralatan-peralatan pendukung soot
blower, sehingga efisiensi pembangkit menjadi lebih baik lagi.

3.7 Originalitas
Program inovasi Peningkatan Efisiensi Pembangkit dengan Smart Targeted Soot
Blower adalah inovasi dengan metode baru yang belum pernah ada sebelumnya di unit-unit PT
Indonesia Power, dan sampai saat ini pihak penulis belum mendapatkan informasi bahwa ada
PLTU lain di Indonesia atau di negara lain yang menggunakan metode serupa dengan yang
digunakan pada inovasi ini. Inovasi ini disusun oleh tim inovator PT Indonesia Power UJP
Pelabuhan Ratu secara mandiri tanpa adanya bantuan dan kerja sama dari pihak manapun. Inovasi
ini berhasil menjadi juara 2 dalam forum karya inovasi PT Indonesia Power semester 2 tahun
2016 dan menjadi juara 1 dalam forum karya inovasi PT Indonesia Power UJP Pelabuhan Ratu
semester 1 tahun 2018.

Gambar 16. Pernyataan originalitas implementasi inovasi

10

Anda mungkin juga menyukai