Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTEK

PENGUJIAN HEAT TREATMENT

Disusun Oleh:

Nama : Marcel Yansen Herman

Nim : 4201817057

Kelas : III B / D4 Teknik Mesin

Kelompok : 02

LABORATORIUM PENGUJIAN METROLOGI

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

2019
A. TUJUAN
Dari membaca dan mempelajari job sheet didapatkan tujuan dari praktikum Heat
Treatment sebagai berikut :
1. Pratikum proses heat treatment .
2. Pack carborizing/metode penambahan karbon pada logam .
3. Membandingkan harga kekerasan material .

B. TEORI DASAR
Karburasi adalah sebuah proses penambahan unsur Karbon pada permukaan
logam dengan cara difusi untuk meningkatkan sifat fisis dan mekanisnya, berupa
kekerasan suatu material akibat bertambehnya unsur carbon. Proses karburasi ini
biasanya dilakukan pada baja karbon rendah yang mempunyai sifat lunak dan
keuletan tinggi.
Pack Carburizing atau Karburasi padat adalah proses di mana karbon
monoksida yang berasal dari senyawa padat (carbon aktof)terurai pada permukaan
logam menjadi karbon yang baru lahir dan karbon dioksida. Karbon yang baru lahir
diserap ke dalam logam, dan karbon dioksida segera bereaksi dengan bahan karbon
hadir dalam senyawa karburasi padat untuk menghasilkan karbon monoksida segar.
Pembentukan karbon monoksida ditingkatkan oleh energizer atau katalis seperti
(BaCO3), kalsium karbonat (Ca CO3), kalium karbonat ( K2CO3) dan Natrium
karbonat, yang muncul didaerah karburasi. energizer memfasilitasi pengurangan
karbon dioksida dengan karbon untuk membentuk karbon monoksida. Dengan
demikian, dalam sistem tertutup, jumlah energizer tidak berubah. Karburasi terus
asalkan cukup karbon hadir untuk bereaksi dengan karbon dioksida berlebih.
Proses perlakuan panas adalah memanaskan logam/paduan itu sampai ke suatu
titik tertentu, lalu ditahan beberapa saat pada temperatur itu(holding time), kemudian
mendinginkannya dengan laju pendinginan tertentu(quenching). Selama pemanasan
dan pendinginan ini akan terjadi beberapa perubahan struktur mikro yang
menyebabkan terjadinya perubahan sifat dari logam tersebut. Perubahan sifat tersebut
antara lain adalah : ductlity yang meningkat, kekerasan yang bertambah tinggi, tahan
korosi dll.
Hardening adalah suatu proses pengerasan suatu logam/paduan yang bertujuan
untuk mendapatkan sifat tahan aus dan kekuatan yang tinggi serta sifat tahan korosi
yang lebih baik. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memanaskan baja/paduan sampai
daerah austenit lalu didinginkan secara cepat kedalam media pendinginan, misalnya
air, oli dan lain-lain, sehingga akan diperoleh struktur martensit yang keras.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat-sifat mekanik pada proses hardening adalah:
tempertur pemanasan, holding time (waktu penahanan), laju pendinginan tebal
penampang benda kerja dan kondisi awal baja yang akan dikeraskan itu sendiri.

Temperatur pemanasan adalah salah satu faktor yang sangat berpengaruh


terhadap keberhasilan proses hardening. Untuk memperoleh struktur martensit yang
cukup banyak dan keras diusahakan dalam pemanasan harus dapat mencapai struktur
austenit, karena hanya austenit yang dapat bertransformasi mencapai martensit jika
dilakukan pendinginan melebihi kecepatan pendinginan kritis.

Apabila dalam pemanasan didapat struktur yang lainnya, maka pada saat
pendinginan tidak akan terbentuk martensit, yang berarti menurunkan harga
kekerasannya. Untuk baja karbon, temperatur austening berkisar antara 7700 –880 0C
atau sekitar 300 – 500 C di atas temperatur kristial untuk baja hypereutectoid (Gambar
1), sehingga dengan pemanasan seperti di atas diharapkan didapat butir austenit yang
halus dan diperoleh kekerasan maksimum tetapi memiliki keuletan yang cukup tinggi.

Holding time atau waktu penahanan sangat dipengaruhi tingkat kelarutan karbida
dan ukuran butir/grainsize. Hal ini disebabkan jumlah dan jenis karbida ini berbeda
antara baja yang satu dengan yang lain. Holding time juga berfungsi untuk
mendapatkan ukuran butir austenit yang hampir sama pada seluruh bagian baja yang
dikenai proses perlakuan panas.
Jika suatu material diberi pemanasan yang sangat lambat, maka pemberian
holding time tidak akan begitu banyak berpengaruh, karena telah banyak karbida yang
larut pada saat pemanasan serta grainsize yang terbentuk sudah cukup homogen.
Sebaliknya, jika satu material dilakukan pemanasan dengan cepat, maka holding time
sangat diperlukan, karena dengan kenaikan temperatur yang cepat laju kelarutan
karbida akan menurun dan juga terjadi perbedaan temperatur yang cukup besar antara
permukan dan bagian dalam material, sehingga grain size yang terbentuk tidak
homogen.
Setelah logam dipanaskan dan dilakukan holding time, untuk mendapatkan
struktur martensit maka dilakukan pendingin yang cepat melebihi/sama dengan
kecepatan pendinginan kritis dari struktur austenit. Pada umumnya media pendingin
yang paling sering digunakan orang adalah air, karena air mempunyai sifat cooling
capacity yang sangat tinggi. Selain air media pendingin yang lajim digunakan adalah
minyak (oil),
Keunggulan dari media pendingin oli adalah cooling capacity tidak terlalu
tinggi, sehingga kemungkinan retak pada saat pendingin dapat dihindarkan. Jika
cooling capacity dari oli sudah sangat rendah, maka cooling capacitynya dapat
dinaikkan secara agitasi/paksa.
Gambar 1. Diagram Besi dan Karbida Besi (Fe3C)

Media pendingin lain yang dapat digunakan adalah udara dan garam cair (salt bath),
tetapi jika kita menggunakan media pendingin udara, dikhawatirkan akan terjadi oksidasi.
Sedangkan keuntungannya adalah laju pendingin yang lambat sehingga kemungkinan
terjadinya retak dapat dicegah.
Untuk mengetahui sejauh mana material mampu dikeraskan diperlukan suatu
pengujian yaitu Hardenability Test. Dimana Hardenability adalah kemampuan suatu bahan
atau material untuk dapat dikeraskan dengan membentuk 100% martensit. Martensit ini
diperoleh dari pendinginan mendadak dari struktur austenit dan jumlahnya tergantung dari
kadar karbon yang terkandung dalam baja. Semakin besar kadar karbon maka semakin
besar kemampuan untuk dapat dikeraskan. Kemampuan ini hanya dimiliki baja
Hypereutectoid yaitu baja yang memiliki carbon di atas 0,8%.
Hubungan antara kekerasaan baja setelah dilakukan Quencing dapat digambarkan dalam
grafik dibawah ini :
Gambar 2. Pengaruh persen karbon terhadap kekerasan dalam besi

Di bawah ini dapat dilihat gambar mikrostruktur perubahan dari austenit menjadi
martensit hasil pendinginan yang cepat dan perubahan dari austenit menjadi pearlit. hasil
pendinginan yang lambat.

Gambar 3. Struktur mikro Martensit dan pearlit


C. ALAT DAN BAHAN

ALAT :
1. Dapur/Furnace Heat Treatment

Gambar 4.Dapur Heat Treatment

2. Bak larutan pendingin berisi air


3. Tang/ penjepit
4. Wadah benda kerja
5. Amplas kasar ukuran 80
BAHAN :
1. Arang karbon batok kelapa
2. Barium karbonat (soda kue)
3. ST 37

Gambar 5. Bahan Uji ST37

D. KESELAMATAN KERJA :
1. Pelajari Job sheet sebelum praktek
2. Gunakan pakaian praktikum dan sepatu kulit.
3. Jangan merokok dan makan waktu praktek
4. Pastikan bahwa dapur sudah tertutup.
5. Hati-hati terhadap bahan yang di panaskan terhadap benda yang mudah
terbakar dan tubuh anda.
6. Jangan mengubah program jika anda masih belum memahami prosedur
pemograman dapur
7. Tanyakan pada pembimbing praktikum hal-hal yang belum jelas

E. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Siapkan alat-alat yang akan di gunakan
2. Siapkan bahan karbon dalam hal ini arang batok kelapa
3. Siapkan bahan Baking soda ( barium karbonat)
4. Atur takaran bahan arang dan barium karbonat dengan perbandingan 5:1
5. Kemudian campur kedua bahan itu hingga merata
6. Hubungkan power dapur heat treatment
7. Masukkan bahan campuran tadi setelah itu masukkan bahan dan tutup dengan
karbon sehigga kondisi bahan berada di tengah dan merata
8. Masukkan kaleng wadah yang berisi bahan ke dalam dapur
9. Tekan tombol P di menu kemudian tekan enter
10. Atur waktu 10 menit kemudian tekan enter
11. Atur suhu 900℃ kemudian tekan enter
12. Atur waktu 20 menit untuk waktu penahanan kemudian tekan enter
13. Tekan enter dan tunggu sampai indikator selesai
14. Tanda indikator selesai adalah T2

F. DATA DAN PENGOLAHAN DATA

Berikut adalah data dan pengolahan data menggunakan metode Vickers dengan bahan
ST 37 yang telah mengalami perlakuan panas maupun tidak .

Tabel 1.Data pengamatan Metode Vickers (tanpa perlakuan panas).

Pengujian kekerasan vickers Diameter HV


D1 D2
1. Pengujian tanpa perlakuan panas 457,34 460,41 88,0
475,26 473,38 82,4
442,49 4,28,41 97,7
Tabel 2..Data pengamatan Metode Vickers (perlakuan panas ditambah karbon)

Pengujian kekerasan vickers Diameter HV


D1 D2
2 Pengujian dengan karbon 226,99 234,17 348,7
207,52 196,13 455,2
206,69 222,15 403,3
Tabel 3..Data pengujian Metode Vickers ( perlakuan panas tanpa karbon)

Pengujian kekerasan vickers Diameter HV


D1 D2
1. Pengujian tanpa karbon 346,33 348,54 153,6
438,90 438,90 96,7
434,49 434,49 99,8

G. ANALISIS

Setelah melakukan penelitian tentang Heat Treatment terhadap material logam low
carbon ST37, dengan melakukan proses Pack Carburizing, menggunakan bahan arang
tempurung kelapa sebagai karbon aktif serta soda kue sebagai katalisator dengan
perbandingan 500g carbon aktif 100g katalisator.

Terdapat 3 specimen dengan perlakuan berbeda,satu specimen di lakukan pemanasan


tampa tambahan karbon, Satu lainnya dipanaskan dengan tambahan karbon, dan satu lainnya
tidak di lakukan pemanasan. Selanjutnya proses hardenning kami lakukan sesuai prosedur
yang brtujuan untuk mengubah sifat dari material specimen tadi. Proses pemanas pada suhu
900o sampai daerah austenite dengan holding time 20 menit, kemudian dilakukan quenching
dengan media air. Proses holding time dilakukan untuk proses penyerapan unsur karbon
kedalam benda kerja, hal ini sangat penting di lakukan, cepat lambatnya terga tung
perbandingan karbon katalisator,serta volume dan ketebalan material tersebut. Proses holding
time juga bertujuan pemerataan bentuk struktur austenite agar didapatkan sifat material ya g
semakin keras.

Dari percobaan ini kami mendapatkan kekerasan menggunakan metode penguji


kekerasan Vickers .Metode Vickers dipilih karena metode ini cocok digunakan pada spesimen
yang sifatnya keras mengingat metode Vickres ini menggunakan indentor intan yang lebih
keras dari metode lain yang kebanyakan menggunakan indentor bola baja . awal benda yang
tidak diberi perlakuan panas kekerasannya yaitu 88,0 -97,7 HV kemudian dilakukan
hardenning dengan benda yang tidak diberi karbon dan didapatkan 99,8-153,6 HV
.setelahnya kami lakukan percobaan lagi kali ini spesime
Dari data tersebut terbukti bahwa terjadi proses karburasi pada spesimen ST37 yang
merupakan low carbon stell yaitu proses penambahan unsur Karbon pada permukaan logam
dengan cara difusi untuk meningkatkan sifat fisis dan mekanisnya

H. KESIMPULAN

Dapat di simpulkan bahwa karburasi padat pack carburizing dan Hardenning terjadi pada
praktek heat treatment kali ini dimana spseimen yang dilakukan pack carburizing dan
Hardenning mengalami penambahan unsur logam pada permukaan logam dari awalnya hanya
memiliki kekerasan 88,0 -97,7 HV setelah dilakukan hardenning dan pack carburizing
berubah menjadi 348,7-455,2 HV .kemudian spesimen yang hanya dilakukan hardenning juga
berubah kekerasannya tetapi tidak signifikan ,spesimen tersebut berubah karena proses
pendinginan yang cepat atau queencing sehingga kekerasan benda tersebut naik meskipun
tidak signifikan ,mengingat proses queencing juga mempengaruhi kekerasan suatu material
.Metode pengujian yang kami gunakan adalah metode Vickers .

Faktor yang mempengaruhi Hardening antara lain, temperatur,holding time ,laju pendinginan
Queencing yang dipengaruhi media pendinginan seperti air,udara langsung ,atau dibiarkan
didalam oven .Faktor yang mempengaruhi Pack Carburizing antara lain Arang batok kelapa,
dan Natrium karbonat sebagai katalisator .

Anda mungkin juga menyukai