Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTEK

PENGUJIAN METALOGRAFI

Disusun Oleh:

Nama : Indra Setyawan


Nim : 4201817041
Kelas : III B / D4 Teknik Mesin
Kelompok : 02

LABORATORIUM PENGUJIAN METROLOGI


JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK
2019
A. TUJUAN

Setelah membaca job sheet dan mengikuti demonstrasi oleh dosen, mahasiswa
diharapkan dapat :
1. Dapat menunjukkan mikro struktur dari logam dan paduannya
2. Dapat membedakan macam-macam bahan dengan melihat mikro strukturnya.
3. Dapat membedakan struktur logam dan paduannya.

B. DASAR TEORI

Analisa struktur adalah analisa mengenai struktur logam melalui pembesaran


dengan menggunakan mikroskop khusus metalografi.
Dengan analisa mikro struktur kita dapat mengamati bentuk dan ukuran kristal
logam, kerusakan logam akibat deformasi, proses perlakuan panas dan perbedaan
komposisi.
Dari hasil pengujian dan pengamatan pada pengujian metalografi yang dimulai
dari proses ,pemotongan sampel,pengamplasan atau grinding dilakukan pada Spesimen
yang baru dipotong atau sampel yang telah terkorosi akan memiliki permukaan yang
kasar. Permukaan yang kasar tadi harus diratakan lagi agar pengamatan struktur dapat
mudah dilakukan ,
mounting adalah proses pembuatan dudukan spesimen agar mudah dilakukan
percobaan mengingat juga spesimen berukuran kecil ,pemolesan merupakan langkah
persiapan sampel metalografi yang untuk menghilangkan bekas goresan pada sampel
akibat proses pengamplasan pada praktikum kali ini kami menggunakan teknik
pemolesan satu arah ,
Etsa merupakan suatu proses pengikisan batas butir secara selektif dan terkendali
dengan pencelupan ke dalam lautan pengetsa ,estsa juga berguna untuk memudahkan
pengamatan mikro struktur .
Sifat-sifat logam terutama sifat mekanis dan sifat teknologis sangat
mempengaruhi oleh mikro struktur logam dan paduannya disamping komposisi kimianya.
Struktur mikro dari logam dapat diubah dengan jalan perlakuan panas ataupun dengan
proses perubahan bentuk (deformasi) dari logam yang akan diuji.
Ferit adalah larutan padat karbon dalam besi dan kandungan karbon dalam besi maksimum
0,025% pada temperatur 723 oC. pada temperatur kamar, kandungan karbonnya 0,008%. Sifat
ferit adalah lunak, ulet dan tahan korosi .
Pearlite merupakan elektroid yang terdiri dari 2 fasa yaitu ferit dan cementite. Kedua fasa ini
tersusun dari bentuk yang halus. Perlit hanya dapat terjadi dibawah 723 drajat Celsius. Sifatnya
kuat dan tahan terhadap korosi serta kandungan karbonnya 0.83%.
Untuk pemeriksaan mikroskopis dari benda uji memerlukan persiapan yang baik,
sehingga struktur dari benda uji dapat terlihat dengan jelas.
Pada pelaksanaan menganalisa struktur setelah mengalami pemolesan, maka akan
menghasilkan suatu lapisan yang menutupi permukaan struktur. Agar supaya mikro
struktur terlihat jelas dengan mikroskop, maka lapisan dari pemolesan tersebut harus
dilarutkan atau dihilangkan dengan menggunakan reagen etsa tertentu tergantung dari
jenis logam.
Beberapa reagen etsa yang biasa digunakan dalam metalografi dapat dilihat pada tabel
berikut ini.

ETCHANT COMPOSITION APPLICATION


2 % Nital Nitric Acid 2 ml Cast Iron and Steel
Methyl Alcohol 98 ml Magnesium and its Alloys; Tin
and its Alloys
5 % Nital Nitric Acid 5 ml General Struktur of Iron and
Abs. Methyl Alcohol 95 ml Steel
Pieral Picric Acid 4 ml General Structure of Iron and
Abs. Ethyl Alkohol 96 ml Steel
Alcoholic Ferric Ferric Chloride 5 gm Copper and Its Alloy Especially
Chloride Conc. Hydrochloric 2 ml with Cu
Alcohol 95 ml Tin Its Alloy; Nichel and Its
Alloy
Alkaline Sodium Picric Acid 2 gm To Distinguish Iron
Picrate Sodium Hydroxide 2 ml Cardide and Ferrite in Steel by
Water 100 ml Boiling 5 – 10 minute; Carbide
is Darkened, Ferrite Unaiffected
Alkaline Etchant Sidium Hydroxide 10 gm Aluminium Alloys
Water 100 ml
Ammoniacal Hydrogen Peroxide 5 ml For Brass (must swab with
Hydrogen 50 % Ammonium Catton continu ously during
Peroxide Hydroxide 20 ml etching)
Aqueous Ferrite Ferrite Chloride 10 gm Bronz, German Silver, Copper,
Chloride Hydrochloric Acid 30 ml Alluminium Alloy, and Phosphor
Water 120 ml Bronze

Gambar dibawah ini ada beberapa contoh dari struktur hasil percobaan, dan merupakan
referensi yang dapat sebagai perbandingan dari hasil percobaan yang akan dilaksanakan.
Adapun contoh-contohnya adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Struktur X 5 Cr Ni 18 10 dengan analisis %; C 0,05. Si 0,41. Mn 1,01.
P 0,02. S 0,01. Ni 8,79. Mo 0,14. V 0,08. W 0,07. Co 0,12
Gambar 2. Struktur ST 37 dengan analisis %; C  0,25. P  0,05. S  0,50.

Gambar 3. Struktur C 45 dengan analisis %; C 0,42-0,50. Si 0,15-0,35 Mn 0,50-0,80


P <0,45. S <0,45
Gambar 4. Struktur 31 CrMoV 9 dengan analisis %; C 0,26-0,34. Si 0,15-0,40.

Mn 0,40-0,70. P <0,30. S <0,35. Cr 2,30-2,70. Mo 0,15-0,25. V 0,10-0,020

Gambar 5. Struktur 100 Cr 6 dengan analisis %; C 0,90-1,05. Si 0,15-0,35.


Mn 0,25-0,45. P 0,30. S 0,025. Cr 1,35-1,65. Ni <0,30. Cu  0,30
Gambar 6. Diagram Fe – Fe 3C

C. PERLENGKAPAN PRAKTEK

Perlengkapan yang digunakan dalam praktek ini adalah :

1. Alat pemotong bahan:


 Gergaji besi
2. Alat dan bahan untuk proses mounting:
 Resin dan hardner
 Alas kaca
 Cetakan menggunakan potongan pipa pvc sepanjang 20-30mm
3. Alat untuk proses grinding:
 Amplas kasar 200
 Amplas kasar 400
 Amplas kasar 800
 Amplas Halus 2000
4. Alat untuk proses finishing/poles :
 Batu hijau
 Kain halus/kain jeans
5. Mikroskop dan perelengkapannya
6. Benda uji kuningan, st37, alumunium, tembaga

D. KESELAMATAN KERJA :

1. Pelajari Job sheet sebelum praktek


2. Gunakan pakaian praktikum dan sepatu kulit.
3. Jangan merokok dan makan waktu praktek
4. Tanyakan pada pembimbing praktikum hal-hal yang belum jelas

E. PROSEDUR PERCOBAAN

1. Memotong benda kerja


a. Siapkan benda uji dengan bahan medium carbon stell
b. Cekam benda uji dengan ragum
c. Potong benda uji dengan gergaji besi
2. Proses Mounting
a. Siapkan alat kaca yang telah diletakkan potongan pipa sebagai cetakan di atasnya
b. Siapkan campuran resin dan hardener
c. Masukkan benda uji yang telah disiapkan pada posisi tengah cetakan
d. Masukkan cairan resin dan biarkan hingga semalaman hingga mengeras
e. Setelah mengeras lepaskan benda uji dari cetakan
3. Pengamplasan benda uji
a. Dengan menggunakan amplas kasar, haluskan bagian bawah pada benda uji hingga
rata
b. Setelah permukaan benda rata , kemudiaan dilakukan pengamplasan dengan amplas
halus dengan gerakan tangan searah dari kanan ke kiri
c. Untuk menghilangkan bekas amplasan diberi air pada ampalas , agar proses
pengamplasan menjadi lebih ratadan tidak ada goresan di permukaan benda uji
4. Pemolesan benda uji
Gosokkan permukaan benda uji yang sudah diamplas dengan batu hijau, setelah itu lap
dengan kain bersih

5. Memotret struktur logam sebelum di-etsa


Tujuan dari pemotretan benda uji sebelum dietsa adalah sebagai pembanding struktur
permukaan logam

6. Pengetsaan benda kerja


Tujuan dari pengetsaan adalah agar struktur mikro terlihat jelas dengan
menggunakanmikroskop, maka lapisan dari pemolesan tersebut harus dilarutkan atau
dihilangkan dengan menggunakan reagen etsa.

Langkah-langkah pengetsaan adalah :

a. Campurkan asam nital 2 % dengan alcohol 98 % di letakan di wadah


b. Celupkan permukaan benda uji ke wadah yang telah dicampurkan dengan larutan
tersebut
c. Selama 10 – 20 detik kemudian ambil benda uji dan langsung dibersihkan dengan kain.
d. Lap benda uji dengan kain kering setelah di etsa
7. Memotret struktur logam
Tujuan pemotretan adalah agar dapat memotret struktur logam dengan menggunakan

kamera pada mikroskop metalografi dengan prosedur yang benar dan mendapatkan gambar

yang jelas dan tajam.Langkah-langkahnya sebagai berikut:

1. Nyalakan listrik
2. Nyalakan CPU
3. Nyalakan monitor/layar
4. Nyalakan mikroskop
5. Sambungkan mikroskop ke CPU
6. Buka aplikasi optik lab
7. Letakkan benda kerja di tempat untuk melihat objek
8. Seting hingga dapat gambar yang jelas
9. Foto objek sebelum sesudah di etsa
10. Di simpan file.
F. DATA HASIL PENGAMATAN
Dari percobaan yang telah di lakukan di dapatkan data sebagai berikut:
A. Foto hasil pengujian:
1. Alumunium
Sebelum sesudah

2. St37
Sebelum sesudah

3. Kuningan 1
Sebelum sesudah

4. Tembaga
Sebelum sesudah
5. ST 37 ( lelehan las)
Sebelum Sesudah

6. ST 37 (Dekat lelehan las)


Sebelum Sesudah

7. ST 37 (Jauh dari daerah las)


Sebelum sesudah

8. Kuningan 2
Sebelum Sesudah
B. Tabel campuran
NO BAHAN LOGAM FERO REAGEN ETSA KETERANGAN
1. ST 37 NITAL Terjadi perubahan
2. ST 37 (lelahan las) NITAL Terjadi perubahan
3. ST 37 (dekat lelehan las) NITAL Terjadi perubahan
4. ST 37 (jauh dari lelehan las) NITAL Terjadi perubahan

NO BAHAN LOGAM NON FERO REAGEN ETSA KETERANGAN


1. ALUMUNIUM FeCl2 Terjadi perubahan
2. KUNINGAN 1 FeCl2 Terjadi perubahan
3. KUNINGAN 2 FeCl2 Terjadi perubahan
4. TEMBAGA FeCl2 Terjadi perubahan

G. ANALISA

Dari hasil pengamatan yang kami lakukan dengan delapan bahan uji yang berbeda antara lain
baja ST 37berbentuk besi silinder ,ST 37 kampuh las, ST 37 yang di ambil dari potongan daerah
sekitar lelehan atau sekitar kampuh las ,ST 37 yang diambil dari potongan bagian yang jauh dari
daerah lelehan kampuh las, Alumunium,Tembaga,Kuningan yang diambil dari potongan
lempengan kuningan ,,Kuningan yang di ambil dari potongan yang berbentuk silinder atau
tabung, dengan etsa yaitu NITAL untuk logam Fero dan FeCl2 untuk logam non fero.
Hasilnya setiap specimen menghasilkan citra berbeda-beda pada mikroskop yang
menunjukan bentuk struktur sususan material tersebut. Namun sebenarnya proses etsa tersebut
hanya mengubah struktur pada lapisan saja, agar mempermudah proses penga atan mikrostruktur
dengan mikroskop. Hasilnya sususan karbon akan terlihat pada mikroskop, pada logam ferro
jumlah karbon lebih banyak dan terlihat jelas dari mikroskop, semakin dekat dengan daerah
lelehan las, maka susunan karbon akan semakin dekat dan rapat. Sedangkan pada logam non
ferro terdspat sedikit bahkan tidak kelihatan bintik-bintik karbonnya.
H. KESIMPULAN.

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisa dan pengamatan, bahwa suhu dapag
mempengaruhi struktur mikro pada suatu material.

Anda mungkin juga menyukai