BY: ONNY
Pada boiler, air yang dipanaskan oleh boiler agar menjadi uap, akan selalu
melewati steam drum. Air di dalam steam drum dipompa menuju wall tube yang
letaknya berjajar secara rapat dan didesain menjadi dinding furnace, yaitu tempat
terjadinya proses pembakaran bahan bakar. Pada pipa-pipa inilah air berubah fase
menjadi uap dan kembali menuju steam drum. Selanjutnya air dan uap air akan
dipisahkan oleh steam drum, yang masih berfase air akan dipompa kembali
menuju wall tube, sedangkan yang sudah berfase uap akan menuju pipa-pipa
superheater dan menjadi supply untuk turbin uap.
Air pada boiler juga berfungsi sebagai media pendingin pada pipa-pipanya. Terutama
pula di sisi wall tube yang secara langsung ia menjadi dinding furnace, tempat proses
pembakaran. Untuk itulah level air pada steam drum menjadi parameter yang sangat
dijaga untuk memastikan tetap ada media pendingin bagi pipa-pipa boiler.
Parameter lain yang berhubungan dengan level air pada steam drumyaitu debit aliran
uap superheater (main steam) sebagai produk dari boiler, serta debit aliran feed
water yang masuk ke boiler. Dua parameter lain tersebut mempengaruhi kondisi level
air pada steam drum, dan digunakanlah sebuah sistem kontrol untuk menjaga level
airsteam drum. Ada tiga cara yang digunakan oleh sistem kontrol tersebut, yaitu single
element, two element, dan three element control, berkaitan dengan parameter-
parameter yang sudah saya sebutkan di atas.
Pada sistem kontrol single element, digunakan sensor level air padasteam drum dan
menjadi sinyal input untuk sistem kontrol tersebut. Sebagai outputnya, sistem kontrol
mengeluarkan perintah/sinyal kepada valve kontrol supply feed water untuk berada
pada posisi bukaan tertentu sehingga level air di dalam steam drum tetap terjaga pada
level set point-nya.
Pada sistem kontrol ini digunakan pula sinyal input berupa debit aliranmain steam / uap
superheater, selain sinyal input dari level steam drum. Dua sinyal input tersebut
dijumlahkan dan diproses oleh sistem kontrol untuk mengatur besar
bukaan valve kontrol feed water.
Pada sistem kontrol ini, besar bukaan dari valve kontrol feed waterdiharapkan dapat
mensupply debit feed water yang sesuai dengan kebutuhan untuk menjaga level steam
drum. Namun jika supply feed water tidak sesuai maka level steam drum akan berada
di luar set point. Setelah terjadi perubahan level steam drum tersebut, baru sistem
kontrol akan merespons dan bukaan valve supply feed water akan diatur lagi. Karena
sistem kontrol two element ini memiliki kelemahan, muncullah alternatif three element
control.
Sistem kontrol ini menggunakan parameter level steam drum, debit aliran main steam,
dan debit aliran feed water sebagai sinyal inputan untuk sistem kontrol. Sehingga
diharapkan level air pada steam drumdapat dijaga untuk tetap berada pada set point-
nya sekalipun terjadi permintaan perubahan beban yang signifikan.
Pada sebuah boiler dengan bahan bakar batubara, sistem kontrol pembakaran yang
ada menjadi satu hal yang sangat krusial. Untuk memaksimalkan efisiensi operational,
proses pembakaran harus diatur secara akurat, sehingga bahan bakar yang digunakan
harus pada jumlah yang tepat sesuai dengan kebutuhan uap air. Selain itu, proses
pembakaran harus dilakukan dengan aman, sehingga tidak membahayakan para
pekerja, pabrik, serta lingkungan sekitar.
Ada dua faktor kerugian yang muncul pada saat proses pembakaran batubara
dilakukan. Jika jumlah udara (oksigen) kurang dari kebutuhan pembakaran, maka
jumlah bahan bakar yang tidak terbakar akan semakin banyak sehingga terbuang sia-
sia melalui cerobong (stack). Namun jika sebaliknya, jumlah oksigen semakin banyak
yang ditandai dengan jumlah excess air juga semakin banyak, maka akan semakin
banyak pula energi panas yang ikut terbuang keluar karena diserap olehexcess
air tersebut. Kerugian yang kedua ini sering disebut dengan heat loss. Oleh karena
adanya dua macam kerugian inilah maka dicari kerugian total yang paling rendah.
Untuk lebih memahami kerugian-kerugian dari proses pembakaran batubara tersebut
mari kita perhatikan grafik di bawah ini. Sesuai dengan grafik tersebut kerugian total
yang paling rendah, didapatkan pada jumlah excess air "A".
Heat Losses dan Unburned Losses Pada Furnace
Berikut adalah contoh sistem-sistem kontrol proses pembakaran batubara pada boiler
mulai dari yang paling sederhana hingga yang kompleks:
Cara yang paling sederhana dalam mengontrol proses pembakaran batubara adalah
dengan mengatur jumlah batubara dan udara yang masuk ke boiler secara paralel.
Jumlah batubara yang masuk ke dalam boiler diatur oleh sebuah control
valve sedangkan jumlah udara diatur oleh damper, keduanya dihubungkan secara
mekanikal sehingga setiap perubahan jumlah batubara yang masuk akan selalu diikuti
oleh jumlah udara yang masuk ke boiler.
Sistem kontrol ini cocok digunakan pada boiler-boiler berukuran kecil. Dan akan
semakin tidak cocok jika digunakan pada boiler yang berukuran semakin besar.
Kelemahan mendasar dari sistem kontrol ini adalah adanya asumsi bahwa jumlah dari
batubara dan udara yang masuk ke boiler adalah konstan sesuai dengan yang
diharapkan, jika posisi control valve dan damper pada posisi tertentu. Sehingga
jumlahexcess air serta jumlah aktual batubara yang masuk ke boiler tidak diketahui
secara tepat.
Pada sistem kontrol yang kedua ini, digunakan sensor pembacaan debit aliran udara
dan bahan bakar sebagai input untuk mengontrol jumlah udara yang masuk ke boiler.
Sistem kontrol ini juga menggunakan persamaan teoritis untuk memproses sinyal input
dari debit aliran batubara sehingga didapatkan kontrol udara yang lebih mendekati
teoritis.
Sistem kontrol ini disebut dengan sistem kontrol fuel-lead, karena sistem ini menjadikan
debit batubara sebagai nilai acuan untuk mengatur besar aliran udara yang akan masuk
ke boiler. Pada sistem ini perintah utama kebutuhan pembakaran batubara yang diatur
olehmaster demand, dikirimkan hanya kepada control valve batubara. Kebalikan dari
sistem ini adalah sistem air-lead, dimana debit aliran udara menjadi nilai acuan sistem
kontrol.
Sistem kontrol ini mirip dengan sistem kontrol paralel, hanya saja sudah
dipergunakannya sensor pembacaan debit aliran batubara dan udara sebagai
sinyal feed-forward. Masing-masing sistem kontrol bahan bakar dan udara
mendapatkan sinyal perintah utama dari master demand, namun nilai kontrol-nya masih
dipengaruhi juga oleh kondisi aktual debit aliran batubara dan udara. Hasil akhir dari
sistem kontrol ini adalah diharapkan terjadi proses pembakaran yang lebih responsif
untuk perubahan nilai beban boiler serta lebih akurat.
Sistem Kontrol Bersilangan
Satu parameter yang dapat digunakan untuk lebih mempresisikan sistem kontrol
pembakaran batubara pada boiler adalah jumlah excess air pada gas buang hasil
pembakaran. Pembacaan excess air pada gas buang menggunakan oxygen analyzer.
Pembacaan excess airdigunakan sebagai sinyal feed forward pada sistem kontrol
pembakaran batubara.
Sistem kontrol pembakaran batubara pada boiler yang terakhir adalah dengan
melibatkan parameter-parameter lain selain excess air. Salah satu parameter penting
tersebut adalah gas karbon monoksida. Kandungan karbon monoksida dalam gas
buang menunjukkan jumlah gas yang tidak terbakar di ruang bakar. Sehingga sistem
kontrol ini secara nyata berusaha untuk meminimalisir kerugian terbuangnya bahan
bakar yang tidak dapat dibakar, serta kerugian (heat loss) akibatexcess air yang terlalu
besar.