Anda di halaman 1dari 13

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO Kode: LP-MR/00

PROGRAM STUDI D-III & D-IV T. ELEKTRONIKA Kode m.k:


LAPORAN PRAKTIK PEMELIHARAAN & PERBAIKAN Sks/j/mg :
POLBAN ELEKTRONIKA Mulai berlaku: 2021

Level
Acuan Standar : SKKNI-631/2016, bidang Otomasi Industri
KKNI
Kode/Nama Unit :
C.282900.024.01 / Memelihara Sistem Elektronika 5-6
Kompetensi
Sub-unit Kompetensi : Memeriksa & menguji peralatan / sistem elektronika
Topik : Catu Daya Teregulasi Dengan Op Amp
Hari/tanggal : Rabu, 13 Oktober 2021
Nama Mhs/NIM : Antonius Juan Felix / 191311004

JUDUL : CATU DAYA TEREGULASI DENGAN OP AMP

I. Tujuan

Setelah melakukan percobaan ini, diharapkan mahasiswa dapat :

• Menjelaskan cara kerja rangkaian catu daya teregulasi dengan op amp

• Mendiagnosis kerusakan yang terjadi pada rangkaian catu daya teregulasi dengan
op amp apabila SW 4 OFF

II. Dasar Teori

Rangkaian catu daya teregulasi dengan op-amp terdiri dari transformator step-
down, penyearah dan regulator. Tegangan keluaran setelah dioda bridge dan filter kapasitor
sekitar 16V DC. Tegangan ini diberi pembagi tegangan R1 dan zener 5,6Volt, dan tegangan
5,6 Volt ini sebagai masukan non-inverting opamp 741 (tegangan referensi). Agar stabil
tegangan ini diparalel dengan C2, sedangkan harga R1 ditentukan sesuai dengan Imax
reverse zener. Jika terjadi penurunan tegangan yang disebabkan oleh adanya perubahan
beban, maka pada titik pengukuran 5 (TP5) juga akan mengalami penurunan. Tegangan ini
akan dibandingkan dengan tegangan referensi. Hasil perbandingan tersebut akan membuat
tegangan keluaran opamp lebih tinggi, sehingga tegangan jatuh pada VCE Tr1 berkurang
(transistor lebih konduk). Berkurangnya tegangan VCE ini akan menaikkan tegangan
keluaran. Sedangkan jika tegangan keluaran lebih besar daripada tegangan referensi, maka
Tr1 akan kurang konduksi, dan tegangan akan menurun. Sehingga tegangan keluaran
akanstabil. Fungsi Tr2 dan R3 adalah sebagai pembatas arus. Bila arus yang mengalir pada
kolektor Tr1 maksimum, maka tegangan jatuh pada VBE Tr2 sekitar 0,7Volt, sehingga
transistor ini konduksi (on) yang mengakibatkan arus mengalir melalui kolektor emitter
Tr2, sedangkan arus emitter Tr1 tetap konstan karena adanya R3 yang membatasi arus basis
(IB)Tr1 selalu konstan, sementara itu arus kolektor ICpada Tr2 masih bisa bertambah terus
sampai pada batas maksimumnya.

Gambar-2.1 Rangkaian Catu Daya Teregulasi Dengan Op Amp

Reference :

Jobsheet CATU DAYA TEREGULASI DENGAN OP AMP

TUGAS PENDAHULUAN
1. Apakah Rangkaian Regulator itu? Jelaskan!
Rangkaian Regulator tegangan adalah rangkaian yang menghasilkan dan
mempertahankan fixed tegangan output terlepas dari perubahan pada input / kondisi beban.
Rangkaian regulator tegangan dapat mempertahankan tegangan output AC juga DC.
Terdapat 2 tipe yaitu Linear dan Switching. Keduanya meregulasi tegangan dari sebuah
sistem tapi Linear regulator bekerja dengan efisiensi rendah sementara Switching regulator
bekerja dengan efisiensi tinggi. Pada Switching regulator, daya input di transfer ke output
tanpa dissipasi daya.
• Linear Regulator
Menggunakan komponen aktif seperti BJT atau MOSFET yang di
kendalikan oleh Op-Amp dengan gain tinggi. Untuk mempertahankan tegangan
output konstan, regulator linier menyesuaikan resistansi komponen aktif dengan
membandingkan tegangan referensi internal dengan tegangan output sampel, dan
kemudian mengarahkan error ke nol. Regulator linier adalah konverter step-down,
jadi tegangan output selalu lebih rendah dari tegangan input. Namun, regulator ini
memiliki beberapa kelebihan yaitu : mudah dirancang, dapat diandalkan, hemat
biaya, dan noise yang rendah serta ripple tegangan output yang rendah. Linear
Regulator seperti MP2018, hanya memerlukan kapasitor input dan output agar
bekerja.

Salah satu kelemahan utama regulator linier adalah bahwa Regulator Linear dapat
menjadi tidak efisien, karena Regulator Linear membuang sejumlah besar daya.
Tegangan jatuh regulator linear sebanding dengan tegangan jatuh pada resistor.
Misalnya, dengan tegangan input 5V dan tegangan output 3V, ada penurunan 2V
di antara terminal, dan efisiensinya dibatasi hingga 3V/5V (60%). Ini berarti
regulator Linear paling cocok untuk aplikasi dengan differential VIN / VOUT yang
lebih rendah.
• Switching Regulator
Rangkaian regulator switching umumnya lebih rumit untuk dirancang
daripada regulator linear, dan memerlukan tuning loop kendali untuk stabilitas, dan
desain tata letak yang cermat. Regulator switching dapat berupa konverter step-
down, konverter step-up, atau kombinasi keduanya, yang membuatnya lebih
fleksibel daripada regulator linier. Keuntungan dari regulator switching adalah
sangat efisien, memiliki kinerja termal yang lebih baik, dan dapat bekerja dengan
arus tinggi. Regulator Switching dapat mencapai efisiensi lebih dari 95%
tergantung pada sistem yang digunakan. Tidak seperti regulator linier, sistem catu
daya switching mungkin memerlukan komponen eksternal tambahan, seperti
induktor, kapasitor, FET, atau feedback resistor. HF920 adalah contoh regulator
switching yang menawarkan reliability tinggi dan regulasi daya yang efisien.

Regulator switching sangat efisien, tetapi beberapa kelemahannya termasuk


kurang hemat biaya daripada regulator linier, ukurannya lebih besar, lebih
kompleks, dan dapat menciptakan lebih banyak noise. Noise dapat menjadi sangat
penting untuk diperhatikan, karena noise dapat mempengaruhi operasi dan kinerja
rangkaian.
2. Terangkan Rangkaian Komparator dengan menggunakan Op-Amp!
Komparator Op-amp membandingkan satu level tegangan analog dengan level
tegangan analog lainnya, atau tegangan referensi (VREF) dan menghasilkan sinyal output
berdasarkan perbandingan tegangan ini. Dengan kata lain, komparator tegangan op-amp
membandingkan besarnya dua input tegangan dan menentukan mana yang terbesar dari
keduanya.
Op-Amp dapat digunakan dengan umpan balik negatif untuk mengontrol besarnya
sinyal keluarannya di wilayah linier yang melakukan berbagai fungsi yang berbeda.
Standar Op-Amp dicirikan oleh gain loop terbuka / Ao dan tegangan outputnya diberikan
oleh perhitungan sebagai berikut:
𝑉𝑂𝑈𝑇 = 𝐴𝑂 × (𝑉(+) − 𝑉(−) )
V+ dan V- sesuai dengan tegangan pada terminal non-inverting dan inverting.
Sementara, Komparator tegangan menggunakan feedback positif atau bisa juga tidak
menggunakan feedback sama sekali (mode open-loop), karena dalam mode open-loop,
penguatan tegangan amplifier pada dasarnya sama dengan AVO. Kemudian karena gain
open-loop yang tinggi ini, output dari komparator bisa sepenuhnya ke rel suplai positifnya
(+Vcc) atau sepenuhnya ke rel suplai negatifnya (-Vcc).

Dapat dikatakan bahwa Komparator Tegangan Op-Amp merupakan salah satu


komponen yang tegangan outputnya bergantung pada tegangan inputnya. Output akan
HIGH ketika tegangan di input non-inverting nya lebih besar dari tegangan input inverting
dan Output akan LOW ketika tegangan di input non-invertingnya lebih kecil dari tegangan
input invertingnya. Kondisi ini TRUE terlepas dari apakah sinyal inputnya terhubung
dengan input inverting atau non-inverting.
III. Alat dan Bahan yang digunakan
Tabel-2.1 Alat dan Bahan yang digunakan
No Alat & bahan Spesifikasi Kode Alat Jumlah Kondisi
Rangkaian Catu Daya
Gambar
1 Teregulasi dengan Op Gambar-2.1 1 Baik
rangkaian
Amp
2 Software Proteus Versi 8.6 Professional 1 Baik
3. Laptop ASUS A455LN 1 Baik
BD131 TR1 1 Baik
4. Transistor
BC108 TR2 2 Baik

5. Probe TP1, TP2, TP3, 7 Baik


TP4, TP5, OUT, IL
3300 µF C1 1 Baik
6. Kapasitor
22 µF C2 1 Baik
7. Potentiometer 2.5 kΩ RV1 1 Baik
1.2 kΩ R1, R4 2 Baik

180 Ω R2 1 Baik
8. Resistor
1.5 Ω R3 1 Baik

1Ω RL 1 Baik
9. Dioda 1N5401 D1, D2, D3, D4 4 Baik
10. Osiloskop - - 1 Baik
11. Dioda Zener 1N4734A D5 1 Baik
Operational
12. LM741 U1 1 Baik
Amplifier
13. Sine Generator 15 VAC, 50 Hz - 1 Baik
14. DC Generator +15 VDC, -15VDC U1(+), U1(-) 2 Baik

IV. JSA & JSO

Tabel-2.2

No. Alat & Bahan Potensi Bahaya Langkah Pencegahan


1. Periksa kembali gambar / tanyakan
1. Kesalahan jalur / komponen pada instruktur
1 Gambar Rangkaian 2. Kesalahan penempatan 2. Periksa kembali ke penempatan
komponen komponen / tanyakan pada instruktur

Kesalahan dalam menentukan


Periksa kembali dan sesuaikan range
2 Alat Ukur range pengukuran dari alat
alat ukur
ukur
Komponen 1. Nilai komponen tidak
(Transistor, Zener, sesuai dengan instruksi Periksa kembali komponen / tanyakan
3 Resistor, 2. Jenis komponen tidak kembali kepada instruktur
Potensiometer, sesuai dengan instruksi
Kapasitor)
Memeriksa kembali penempatan
Kesalahan penempatan probe
probe dan periksa kembali hasil
4 Osiloskop menyebabkan hasil
pengukuran pada osiloskop dengan
pembacaan salah
teliti
Kesalahan dalam meletakkan
komponen sehingga rangkaian Periksa kembali komponen dan
5 Proteus
menjadi error dan tidak bisa penempatannya di rangkaian
disimulasikan
Periksa kembali laporan dan tanyakan
6 Microsoft Word Format laporan tidak sesuai
kembali kepada instruktur

V. Langkah Kerja

Tabel-2.3 Langkah Pengukuran


Parameter yg
No Titik Pengukuran Alat yg digunakan
diperiksa/diuji

TP1 ; TP2 ; TP3 ; TP4 ; TP5 ; Simulator Proteus


1 Tegangan DC
OUTPUT v8.6
Simulator Proteus
2 Bentuk gelombang OUTPUT v8.6

Gambar Kerja
Gambar-2.2 Rangkaian Catu Daya Teregulasi Dengan Op Amp pada Proteus (Kondisi Normal)

Gambar-2.3 Rangkaian Catu Daya Teregulasi dengan Op Amp pada Proteus (Kondisi Rusak)
TUGAS DAN PERTANYAAN

1. Buatlah diagram blok dari rangkaian Gambar 12.1!

VI. Hasil Pengujian & Analisis

Kondisi Normal

Tabel-2.4 Hasil Pengamatan Kondisi Normal

Test Kondisi Berdasarkan Pengukuran


Point Tegangan
Gambar
(TP) (VDC)

1 +15.1 V

2 +5.59 V
3 +10.0 V

4 +10.7 V

5 +5.60 V

+10.0 V

OUT

+10.0 VDC

Kondisi RV1 = 62%


Kondisi Rusak

Tabel-2.5 Hasil Pengamatan Kondisi Rusak (SW4 short circuit)

Test Kondisi Berdasarkan Pengukuran


Point Tegangan
Gambar
(TP) (VDC)

1 +45.0 V

2 +5.76 V

3 +0.01 V

4 +0.45 V

5 +0.00 V

OUT +0.01 V
+0.00 VDC

Kondisi RV1 = 62%

Analisis

Gejala Kerusakan ketika SW4 hubung singkat :

• TP1 menjadi 45 V

• TP2 menjadi 5.76 V

• TP3 dan OUT menjadi 0.00 VDC

• TP4 menjadi 0.45 V

• TP5 menjadi 0.00 V

Ketika SW4 hubung singkat, nilai tegangan pada TP1 menjadi sangat besar yaitu
45 V. Tegangan Output diatur oleh Rv1. Ketika terjadi perubahan pada tegangan output
maka perubahan tersebut akan dideteksi oleh R3 dan tegangannya akan mempengaruhi Op
Amp LM741. Ketika tegangan pada beban bertambah, Opamp Komparator
membandingkan tegangan pada input non-inverting dan invertingnya dan akan mengurangi
tegangan ke basis Tr1 dan menyebabkan pengurangan tegangan pada output. Jika tegangan
pada beban berkurang, maka tegangan pada input Opamp inverting akan berkurang juga
sehingga ketika dibandingkan dengan input non-inverting maka Opamp akan menaikan
nilai tegangan output nya ke basis Tr1, Input noniverting Opamp 741 yang dijaga konstan
oleh Zener 5,6 Volt dan R1.

Pada rangkaian, Transistor 1 berfungsi untuk mengatur arus yang masuk ke Tr3
sampai ke output. Sehingga Transistor 1 harus tetap berada dalam kondisi forward active
agar tegangan dapat tetap teregulasi. Diagnosa awal adalah Op Amp 741 hubung singkat.
Karena terjadi penurunan tegangan pada TP3 dan TP4. Kejadian ini tidak sesuai dengan
prinsip kerja rangkaian yang adalah jika tegangan pada beban berkurang, maka tegangan
pada input Opamp inverting akan berkurang juga sehingga ketika dibandingkan dengan
input non-inverting maka Opamp akan menaikan nilai tegangan output nya ke basis Tr1.
Pada TP4, ketika Vout = 0 V, TP4 = 0.45 V, yang berarti Op Amp tidak melakukan
perbandingan sehingga tidak ada tegangan yang masuk ke TP4 kecuali dari Collector Tr1.

VII. Kesimpulan dan Rekomendasi

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :

a. Tegangan Output diatur oleh Rv1. Ketika tegangan pada beban bertambah, Opamp
Komparator membandingkan tegangan pada input non-inverting dan invertingnya
dan akan mengurangi tegangan ke basis Tr1 dan menyebabkan pengurangan
tegangan pada output. Jika tegangan pada beban berkurang, maka tegangan pada
input Opamp inverting akan berkurang juga sehingga ketika dibandingkan dengan
input non-inverting maka Opamp akan menaikan nilai tegangan output nya ke basis
Tr1, Input noniverting Opamp 741 yang dijaga konstan oleh Zener 5,6 Volt dan R1.

b. Rangkaian mengalami kerusakan Op Amp 741 hubung singkat dengan gejala


kerusakan sebagai berikut :

• TP1 menjadi 45 V

• TP2 menjadi 5.76 V

• TP3 dan OUT menjadi 0.00 VDC

• TP4 menjadi 0.45 V

• TP5 menjadi 0.00 V

Anda mungkin juga menyukai