Anda di halaman 1dari 28

Laporan Pendahuluan

Elektronika 1

Modul Praktikum
Aplikasi Transistor dan Karakteristik OP-AMP

Nama : Vania Sandra Clarissa

NPM : 1806195974
Rekan Kerja : Bismo Bandutomo

Kelompok : 20
Hari : Jumat
Tanggal : 27 September 2019
Modul ke : 4 dan 5

Laboratorium Elektronika – Departemen Fisika


Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
2019
1

Modul 4 dan 5
Aplikasi Transistor dan Karakteristik OP-AMP

A. TUJUAN
 Mempelajari aplikasi transistor
 Mampu menerapkan rangkaian dasar transistor
 Mencari arus dan bias input
 Mengukur dan meng-nol-kan tegangan offset input
 Mengamati efek pemberian daya pada bandwidth

B. TEORI DASAR
1. Transistor sebagai Penguat
Transistor sering dipergunakan sebagai penguat yang paling dasar. R1 dan R3
digunakan untul memberikan tegangan pada basis transistor dan menentukan
titik tengah dari operasi transistor. Nilai R4 digunakan untuk mengatur daerah
arus bagi transistor dan R2 berpengaruhpada penguatan dari penguatan
transistor.
Jenis penguat dibedakan berdasarkan kelas A, B, dan C berdasarkan perbedaan
input yang akan digunakan penguat diferensial.
2. Transistor sebagai Sumber Arus
Transistor dapat digunakan sebagai sumber arus. Pada gambar 6.2 terdapat
rangkaian transistor sebagai sumber arus. Kita dapat mengukur arus Ic pada
amperemeter yang dipasang seri pada LED.
3. Transistor sebagai Saklar
Pada bagian ini transistor digunakan sebagai saklar. R3 dapat berupa LDR atau
sensor lain yang nilai hambatannya berubah sesuai dengan besaran tertentu.
Jika R3 nilainya berkurang hingga menyebabkan Q1 tidak aktif maka beban

Universitas Indonesia 2019


2

tidak mendapatkan tegangan yang cukup. Jika R4 bertambah sehingga basis Q1


mendapatkan tegangan yang cukup untuk menyebabkan Q1 saturasi maka
beban akan mendapatkan arus sehingga saklar ON.
4. Cermin Arus
Aplikasi lain dari transistor adalah cermin arus, dimana kita dapat memiliki dua
sumber arus yang sama. Arus pada R1, Q1, dan R2 dapat dijadikan sebagai arus
referensi bagi beban RL dengan nilai yang sama dan tidak dipengaruhi oleh
beban. Dengan kata lain, kita memiliki metode lain guna mendapatkan sumber
arus yang tidak dipengaruhi hambatan beban.

Karakteristik OP-AMP
Pada kenyataannya dipasaran sulit sekali didapatkan op-amp yang ideal. Untuk
rangkaian instrumentasi yang membutuhkan oenguatan yang stabil dan mendekati
nilai pada teori harus dilakukan kompensasi sehingga didapatkan performance
yang mendekati keadaan ideal.

C. TEORI TAMBAHAN
Sebuah rangkaian Op-Amp memiliki dua input (masukan) yaitu satu Input
Inverting dan satu Input Non-inverting serta memiliki satu Output (keluaran).
Sebuah Op-Amp juga memiliki dua koneksi catu daya yaitu satu untuk catu daya
positif dan satu lagi untuk catu daya negatif.

Universitas Indonesia 2019


3

Karakteristik Op-Amp (Operational Amplifier)


Karakteristik Faktor Penguat atau Gain pada Op-Amp pada umumnya ditentukan
oleh Resistor Eksternal yang terhubung diantara Output dan Input pembalik
(Inverting Input). Konfigurasi dengan umpan balik negatif (Negative Feedback) ini
biasanya disebut dengan Closed-Loop configuration atau Konfigurasi Lingkar
Tertutup. Umpan balik negatif ini akan menyebabkan penguatan atau gain menjadi
berkurang dan menghasilkan penguatan yang dapat diukur serta dapat
dikendalikan. Tujuan pengurangan Gain dari Op-Amp ini adalah untuk
menghindari terjadinya Noise yang berlebihan dan juga untuk menghindari respon
yang tidak diinginkan. Sedangkan pada Konfigurasi Lingkar Terbuka atau Open-
Loop Configuration, besar penguatannya adalah tak terhingga (∞) sehingga
besarnya tegangan output hampir atau mendekati tegangan Vcc.Secara umum,
Operational Amplifier (Op-Amp) yang ideal memiliki karakteristik sebagai
berikut:
 Penguatan Tegangan Open-loop atau Av = ∞ (tak terhingga)
 Tegangan Offset Keluaran (Output Offset Voltage) atau Voo = 0 (nol)
 Impedansi Masukan (Input Impedance) atau Zin= ∞ (tak terhingga)
 Impedansi Output (Output Impedance ) atau Zout = 0 (nol)
 Lebar Pita (Bandwidth) atau BW = ∞ (tak terhingga)
 Karakteristik tidak berubah dengan suhu

Pada dasarnya, kondisi Op-Amp ideal hanya merupakan teoritis dan hampir tidak
mungkin dicapai dalam kondisi praktis. Namun produsen perangkat Op-Amp selalu
berusaha untuk memproduksi Op-Amp yang mendekati kondisi idealnya ini. Oleh
karena itu, sebuah Op-Amp yang baik adalah Op-Amp yang memiliki karakteristik
yang hampir mendekati kondisi Op-Amp Ideal.

Universitas Indonesia 2019


4

D. ALAT DAN KOMPONEN YANG DIGUNAKAN


1. Transistor
2. Resistor
3. LDR
4. LED
5. Protoboard
6. Catudaya
7. Multimeter
8. Osiloskop
9. Sumber Tegangan ± 15 V
10. Generator fungsi
11. Op-amp 741
12. Resistor (100Ω, 1K, 10K, 100K, 200K, dan IM) dan variable resistor (5K)

E. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Transistor sebagai Penguat
a. Menyusun rangkaian seperti pada gambar 6.1. dengan komponen seperti
yang telah dikerjakan pada laporan pendahuluan
b. Memberikan Vin sebesar 10 mVpp, mencatat Vin dan Vout, serta fase
masing – masing tegangan!
c. Menaikkan Vin sampai 100mVpp dengan interval kenaikkan 20 mVpp.
Mencatat Vin dan Vout serta fase masing-masing tegangan!

Universitas Indonesia 2019


5

VCC
12V

R3
R1 1kΩ
1kΩ Vout

Vin Q1
BC547A

R2
1kΩ R4
1kΩ

2. Transistor sebagai Penguat Arus


a. Menyusun rangkaian seperti pada gambar 6.2. dengan komponen seperti
yang telah dikerjakan pada laporan pendahuluan
b. Memberikan Vbb sebesar 0 volt, menaikkan sebesar 1 volt sampai 12 volt,
mencatat arus yang mengalir pada masing – masing tegangan Vbb

Universitas Indonesia 2019


6

VCC LED2

12V

R1
1kΩ

R3 Q1
BC547A
1kΩ

Vbb
12V R2
1kΩ

3. Transistor sebagai Saklar


a. Menyusun rangkaian seperti pada gambar 6.3. dengan komponen seperti
yang telah dikerjakan pada laporan pendahuluan.
b. Menghalangi cahaya yang jatuh pada LDR, kemudian ukur Ic dan Vce!
c. Membuka penghalang cahaya pada LDR, kemudian ukur ic dan Vce!
VCC
5.0V

R1
1kΩ
X1
LED

Q2
BC547A

R3
1kΩ 100 % R2
Key=A 1kΩ

Universitas Indonesia 2019


7

4. Cermin Arus
a. Menyusun rangkaian seperti pada gambar 6.4. dengan komponen seperti
yang telah dikerjakan pada laporan pendahuluan
b. Mengukur arus yang mengalir melalui R1, R2, R3, dan RL.
VCC
12V

R1 R2
1kΩ 1kΩ

Q1 Q2
BC547A BC547A

R3 RL
1kΩ 1kΩ

5. Arus Bias Input


a. Menyusun rangkaian seperti gambar 11.1
b. Mengatur osiloskop pada coupling DC dan tegangan yang telah rendah
diukur dalam orde mV
c. Mencatat tegangan pada kaki input inverting dan non inverting serta
tegangan output.
d. Mematikan power ke op-amp dang anti dengan op-amp yang lain.
e. Mengulangi langkah 1 s.d. 3
f. Menghitung arus input pada kaki – kaki op-amp (dengan hukum Ohm) dan
harga rata – rata dari arus input tersebut disebut sebagaiarus bias input.

Universitas Indonesia 2019


8

R1

200kΩ U1
Vout

R2 OPAMP_3T_VIRTUAL

200kΩ

6. Mengukur CMRR
a. Menyusun rangkaian seperti pada gambar 11.2
b. Memberi sinyal input sebesar 1 Vpp dengan frekuensi 1 KHz
c. Mencatat tegangan pada kaki output Vout
d. Mematikan power ke op-amp dang anti dengan op-amp yang lain
e. Mengulangi langkah 1 s.d. 4
R3 R5

100Ω 100kΩ

U2

Vout
Vin OPAMP_3T_VIRTUAL

R4 R6

100Ω 100kΩ

7. Tegangan Offset Input


a. Menyusun rangkaian seperti pada gambar 11.3.
b. Mencatat tegangan pada kaki output Vout
c. Menghitung Vin dengan persamaan Vin = -Vout/100.000, tegangan
tersebut adalah tegangan offset input
d. Untukmenghilangkan tegangan offset input, berikan variable resistor pada
kaki 1 dan 5

Universitas Indonesia 2019


9

e. Mengatur variable resistor agar tegangan output = 0 V


f. Mengulangi langkah 1 s.d. 5
VCC
50 %

Key = A
1kΩ R4 15V
R1
U2

7
8
1
100kΩ
3
6
2

AD517LH

4
R2 R3

100kΩ 100kΩ

8. Slew Rate
a. Menyusun rangkaian seperti pada gambar 11.4.
b. Mencatat pada tegangan kaki output Vout
c. Menghitung Vin dengan persamaan Vin = -Vout/100.000, tegangan
tersebut adalah tegangan offset input
d. Mematikan power ke op-amp dang anti dengan op-amp yang lain
e. Mengulangi langkah 1 s.d. 5
U2
7

8
1

3
6
2

AD517LH
4

R2 R1

1kΩ 10kΩ

9. Bandwidth
a. Menyusun rangkaian seperti pada gambar 11.4.
Universitas Indonesia 2019
10

b. Memberi sinyal sinusoidal dengan frekuensi 1 KHz dan tegangan 1 Vpp


c. Memperbesar frekuensi secara perlahan sehingga gelombang mulai
terbentuk segitiga. Frekuensi tersebut adalah bandwidth op-amp tersebut.
Mencatat frekuensi tersebut
d. Mematikan power ke op-amp dang anti dengan op-amp yang lain
e. Mengulangi langkah 1 s.d. 4

V
2,5

t
Δt
-

F. TUGAS PENDAHULUAN
1. Perhatikan Gambar 6.1. dengan mengatur nilai R1 – R4. Desainlah rangkaian
penguat dimana Vout = 100 Vin. Kemudian tentukan tegangan dan arus pada
rangkaian tersebut!
XSC1

Ext Trig
+
_
VCC A B
+ _ + _
12V

R1 R3
1kΩ 1kΩ

Q1
V1 BC547A
50mVpk
1kHz

R2 R4
1kΩ 1kΩ

Universitas Indonesia 2019


11

2. Perhatikan gambar 6.2. dengan mengatur nilai R1, R2, Vcc, dan Vbb. Desainlah
rangkaian penguat arus. Kemudian tentukan tegangan dan arus pada rangkaian
tersebut!
R1 = 1k Ω
R2 = 100k Ω
R3 = 10k Ω
Vcc = 12 V
Vbb = 12 V
Ic = 1.119 µA
Ib = 0.105 mA
Vce = 3.895 V

3. Perhatikan gambar 6.3. desainlah suatu rangkaian sensor cahaya : ada cahaya
LED menyala, dengan mengatur nilai R1, R2, dan R3. Jelaskan cara kerja
rangkaian! Kemudian tentukan tegangan dan arus pada rangkaian tersebut!
VCC
12V

+ U1
5.304m A DC 1e-009Ohm
-

R1
LED1
Ic = 5.304 mA
1kΩ

Vce = 4.913 V
Led Menyala
+

Q2 U2
4.913

BC547A DC 10MOhm
R4
V

1kΩ
-

100 %
Key=A
R2
1kΩ

Universitas Indonesia 2019


12

VCC
12V

+ U1
4.995m A DC 1e-009Ohm
-

R1
LED1
1kΩ
Ic = 4.995 mA
Vce = 5.227 V

+
Q2 U2

5.227
BC547A DC 10MOhm Led Mati
R4

V
1kΩ

-
90 %
Key=A
R2
1kΩ

LDR (Light Dependence Resistor)memiliki hambatan variabel yang


bergantung kepada intensitas cahaya yang jatuh.

Pada saat keadaan ruangan terang, resistansi LDR sangat kecil. Karena arus
mempunyai karakteristik untuk mengalir pada hambatan yang kecil, maka
arus yang lebih besar akan mengalir melewati LDR, sedangkan arus yang
mengalir pada resistor akan sangat kecil bahkan dianggap nol. Pada kondisi
inilah transistor bekerja di daerah cut off. Oleh karena itu tidak ada arus yang
melewati LED sehingga LED tidak menyala.

Hal yang sebaliknya akan terjadi pada keadaan ruang yang gelap. LDR akan
memiliki nilai resistansi yang sangat besar, sehingga arus akan lebih memilih
untuk mengalir melalui LED. Pada kondisi ini, rangkaian yang tersambung
dengan LDR bisa dianggap terputus dan tegangan diantara kaki collector dan
emitter (VCE = 0), jadi arus VCC sepenuhnya mengalir melewati resistor
(kaki collector) dan langsung ke LED sehingga LED pun menyala.

Universitas Indonesia 2019


13

4. Perhatikan gambar 6.4. dengan mengatur R1, R2, R3, RL, Vcc. Desainlah
rangkaian cermin arus. Kemudian tentukan tegangan dan arus pada rangkaian
tersebut!

IR1 = 0.656 mA
IR2 = 1.06 mA
IR3 = 0.66 mA
IRL = 1.393 mA
Vce1 = 0.628 V
Vce 2 = 2.79 mV

5. Apa yang dimaksud dengan :

a. Arus bias input : Rentang arus yang terjadi karena op-amp yang tidak
ideal.
b. Tegangan offset : Nilai tegangan yang harus diberikan ke input supaya
tegangan output bernilai nol.
c. Slew rate : Kecepatan perubahan dari tegangan output ketika tegangan
input segitiga diberikan.
d. CMRR : Kemampuan op-amp mengabaikan sinyal-sinyal yang muncul
pada kedua kaki input di saat yang bersamaan

Universitas Indonesia 2019


14

6. Apa yang menimbulkan arus bias input dan tegangan offset pada sebuah
op-amp?
Ketidakseimbangan internal pada op-amp. Karena menemukan op-amp
yang ideal hampir tidak mungkin.
7. Berapa nilai arus bias input, tegangan offset, slew rate dan CMRR dari
data spesifikasi op-amp 741
a. Arus bias input = 500.00 µA
b. Tegangan offset = 6000,00 mV
c. Slew rate = 0.50 V/µs
d. CMRR = 0.437 BW

G. SIMULASI
Percobaan 1: Transistor sebagai Penguat
Simulasi Hasil
100 mVpp
XSC1

VCC Ext Trig


+
12V
_
A B
+ _ + _

R3
1kΩ Vout
R1
1kΩ C2

Vin
V2
C1 Q1
1µF
Vin= 19, 434 mV
BC547A
1µF
50mVpk
1kHz

R2
Vout = 18,793 mV
1kΩ R4
1kΩ

Universitas Indonesia 2019


15

80 mVpp
XSC1

VCC Ext Trig


+
12V
_
A B
+ _ + _

R3
1kΩ Vout
R1
1kΩ C2

Vin 1µF
V2 C1 Q1
BC547A
1µF
40mVpk
1kHz
0° R2
1kΩ R4
1kΩ

Vin = 34,775 mV
Vout = 33,429 mV

60 mVpp
XSC1

VCC Ext Trig


+
12V
_
A B
+ _ + _

R3
1kΩ Vout
R1
1kΩ C2

Vin
V2 C1 Q1
BC547A
1µF
Vin = 20.759 mV
1µF
30mVpk
1kHz
0° R2
1kΩ R4
Vout = 20.063 nV
1kΩ

Universitas Indonesia 2019


16

40mVpp
XSC1

VCC Ext Trig


+
12V
_
A B
+ _ + _

R3
1kΩ Vout
R1
1kΩ C2

Vin
V2 C1 Q1
1µF
Vin = 13,089 mV
BC547A
1µF
20mVpk
1kHz
0° R2
Vout = 12,625V
1kΩ R4
1kΩ

20 mvpp
XSC1

VCC Ext Trig


+
12V
_
A B
+ _ + _

R3
1kΩ Vout
R1
1kΩ C2

Vin 1µF
V2 C1 Q1
BC547A
1µF
10mVpk
1kHz
0° R2
1kΩ R4
1kΩ

Vin = 8,062 mV

Universitas Indonesia 2019


17

Vout = 7,793 mV

10 mVpp
XSC1

VCC Ext Trig


+
12V
_
A B
+ _ + _

R1
R3
1kΩ Vout
Vin = 3,458 mV
1kΩ C2

Vin
V2 C1 Q1
BC547A
1µF
Vout = 3,334 mV
1µF
5mVpk
1kHz
0° R2
1kΩ R4
1kΩ

Universitas Indonesia 2019


18

Percobaan 2: Transistor sebagai Penguat Arus


Simulasi Hasil
12 V
VCC LED2 U1
+
5.277m
-
A Icc = 5,277 mA

-
-5.276m A
12V DC 1e-009Ohm U2
DC 1e-009Ohm
R1
1kΩ

+
U3
+ - R3 Q1
6G A BC547A
1kΩ
DC 1e-009Ohm
-
A

Vbb
12V U4
R2
DC 1e-009Ohm
1kΩ
-6G
+

0V
VCC LED2 U1
+
3.201u
-
A I1 = 3,201 uA
+
-2.532u

12V DC 1e-009Ohm U2
DC 1e-009Ohm
R1
1kΩ
A
-

U3
+ - R3 Q1
2.973n A BC547A
1kΩ
DC 1e-009Ohm
-
A

Vbb
0V U4
2.973n

R2
DC 1e-009Ohm
1kΩ
+

1V
VCC LED2 U1
+ -
0.014m A
+
-0.013m

12V DC 1e-009Ohm U2
DC 1e-009Ohm
R1
1kΩ
A
-

+
U3
-
A
R3 Q1
I1 = 0,014 mA
500M BC547A
1kΩ
DC 1e-009Ohm
-
A

Vbb
1V U4
R2
-500M

DC 1e-009Ohm
1kΩ
+

2V
I1 = 0,416 mA

Universitas Indonesia 2019


19

VCC LED2 U1
+ -
0.416m A

+
-0.415m
12V DC 1e-009Ohm U2
DC 1e-009Ohm
R1
1kΩ

A
-
U3
+ - R3 Q1
1G A BC547A
1kΩ
DC 1e-009Ohm -
A

Vbb
2V U4
R2
DC 1e-009Ohm
1kΩ
-1G
+

3V
VCC LED2
+
U1

0.891m
-
A
I1 = 0,891 mA
+
-0.889m

12V DC 1e-009Ohm U2
DC 1e-009Ohm
R1
1kΩ
A
-

U3
+ - R3 Q1
1.5G A BC547A
1kΩ
DC 1e-009Ohm
-
A

Vbb
3V U4
R2
-1.5G

DC 1e-009Ohm
1kΩ
+

4V
LED2
VCC
+
U1

1.374m
-
A
I1 = 1,374 mA
+
-1.373m

12V DC 1e-009Ohm U2
DC 1e-009Ohm
R1
1kΩ
A
-

U3
+ - R3 Q1
2G A BC547A
1kΩ
DC 1e-009Ohm
-
A

Vbb
4V U4
R2
DC 1e-009Ohm
1kΩ
-2G
+

5V
I1 = 1,86 mA

Universitas Indonesia 2019


20

VCC LED2 U1
+ -
1.86m A

+
-1.859m
12V DC 1e-009Ohm U2
DC 1e-009Ohm
R1
1kΩ

A
-
U3
+ - R3 Q1
2.5G A BC547A
1kΩ
DC 1e-009Ohm -
A

Vbb
5V U4
R2
-2.5G

DC 1e-009Ohm
1kΩ
+

6V
VCC LED2
+
U1

2.348m
-
A I = 2,348 mA
+
-2.347m

12V DC 1e-009Ohm U2
DC 1e-009Ohm
R1
1kΩ
A
-

U3
+ - R3 Q1
3G A BC547A
1kΩ
DC 1e-009Ohm
-
A

Vbb
6V U4
R2
DC 1e-009Ohm
1kΩ
-3G
+

7V
VCC LED2 U1
+
2.836m
-
A I1 = 2,836 mA
+
-2.835m

12V DC 1e-009Ohm U2
DC 1e-009Ohm
R1
1kΩ
A
-

U3
+ - R3 Q1
3.5G A BC547A
1kΩ
DC 1e-009Ohm
-
A

Vbb
7V U4
R2
-3.5G

DC 1e-009Ohm
1kΩ
+

8V
VCC LED2 U1
+ -
3.325m A
+
-3.324m

12V DC 1e-009Ohm U2
DC 1e-009Ohm
R1
1kΩ
A
-

U3
+ - R3 Q1
4G A BC547A
1kΩ
DC 1e-009Ohm
I1 = 3,325 mA
-
A

Vbb
8V U4
R2
DC 1e-009Ohm
1kΩ
-4G
+

Universitas Indonesia 2019


21

9V
VCC LED2
+
U1

3.814m
-
A
I1 = 3,814 mA

+
-3.813m
12V DC 1e-009Ohm U2
DC 1e-009Ohm
R1
1kΩ

A
-
U3
+ - R3 Q1
4.5G A BC547A
1kΩ
DC 1e-009Ohm
-
A

Vbb
9V U4
R2
-4.5G

DC 1e-009Ohm
1kΩ
+

10 V
LED2
VCC
+
4.302m
U1
-
A
I1 = 4,302 mA
+
-4.301m

12V DC 1e-009Ohm U2
DC 1e-009Ohm
R1
1kΩ
A
-

U3
+ - R3 Q1
5G A BC547A
1kΩ
DC 1e-009Ohm
-
A

Vbb
10V U4
R2
DC 1e-009Ohm
1kΩ
-5G
+

11 V
VCC LED2
+
U1

4.79m
-
A
I1 = 4,79 mA
+
-4.789m

12V DC 1e-009Ohm U2
DC 1e-009Ohm
R1
1kΩ
A
-

U3
+ - R3 Q1
5.5G A BC547A
1kΩ
DC 1e-009Ohm
-
A

Vbb
11V U4
R2
-5.5G

DC 1e-009Ohm
1kΩ
+

Universitas Indonesia 2019


22

Percobaan 3: Transistor sebagai Saklar


Simulasi Hasil
VCC
12V

+ U1
5.304m A DC 1e-009Ohm
-

R1
1kΩ
LED1 Close
Ic = 5.304 Ma
+

Q2 U2
4.913

BC547A DC 10MOhm Vce = 4.913 V


R4
V

1kΩ
-

Key=A
100 %
Led Menyala
R2
1kΩ

VCC
12V

+ U1
4.995m A DC 1e-009Ohm
-

R1
LED1
1kΩ

Open
+

Q2 U2 Ic = 4.995 mA
5.227

BC547A DC 10MOhm
R4
Vce = 5.227 V
V

1kΩ
-

90 %
Key=A
R2
1kΩ Led Mati

Universitas Indonesia 2019


23

Percobaan 4: Cermin Arus


Simulasi Hasil
VCC
12V

R1
1kΩ R2 I1 = 5.689 mA
1kΩ

-
5.689m A
IR1
+ IR2
I2 = 5.591 mA
5.591m A
-

I3 = 5.64 mA
Q1
BC547A
Q2
BC547A I4 = 5.64 mA
RL
R3
1kΩ
1kΩ

+ IR3 + IR4
5.64m A 5.64m A
- -

Percobaan 5: Arus Bias Input


Simulasi Hasil
OP-AMP AD571LH
XSC1

Ext Trig
Vinverting = 1.078 mV
V1 +

+ -
VCC _
A B
1.078m

DC 10MOhm
V 15V + _ + _
Vnon-inverting = 0,883
R1
U2 V 44.459
- V3
DC 10MOhm Vout = 44,459 V
7
8
1

200kΩ +
3
R3
6
2 10kΩ
R2
AD517LH
4

200kΩ
VEE
V2
+ -
0.883m V -15V

DC 10MOhm

Universitas Indonesia 2019


24

OP AMP 741 Vinverting = 0,011


Vnon-inverting = 0,013
XSC1

Ext Trig
Voutput = 14,111 V
V1 +

+ -
VCC _
A B
0.011 V 15V + _ + _

DC 10MOhm

R1 + V3
U1 V 14.114 DC 10MOhm
7
5
1

200kΩ -
3
R3
6
2 10kΩ
R2
741
4

200kΩ
VEE
V2
+ -
0.013 V -15V

DC 10MOhm

Percobaan 6: Mengukur CMRR


Simulasi Hasil
OP-AMP 741 DIV
VCC
R3

100Ω
R5

100kΩ
15.0V
Vout = 1,027 mV
U3
7
5
1

3
6
2

0.5Vpk 741
4

+ U1
V1 1kHz
0° R4 R6 1.027 V DC 10MOhm
-

100Ω 100kΩ
VEE

-15.0V

Universitas Indonesia 2019


25

OP-AMP AD 571 LH Vout = 0.15 mV


VCC
R3 R5 15.0V
100Ω 100kΩ
U2

7
8
1
3
6
2

AD517LH

4
0.5Vpk
+ U1
V1 1kHz
0° R4 R6 0.15 V DC 10MOhm
-

100Ω 100kΩ
VEE

-15.0V

Percobaan 7: Tegangan Offset Input


Simulasi Hasil
OP-AMP 741 DIV
VDD
15V 50 %
VCC
Vout = 1.027 V
R4 15V
Key = A
1kΩ

R1 U3
7
5
1

100Ω 3
6
2
+ U2
R2 1.027 V DC 10MOhm
741 -
4

100Ω
R3

100kΩ
VSS

-15V

OP-AMP AD 571 LH
VDD
VCC
15V 50 %

R4 15V
Key = A
1kΩ Vout = 0.15 uV
R1 U1
7
8
1

100Ω 3
6
2
R2
AD517LH + U2
4

100Ω 0.15 V DC 10MOhm


-

R3

100kΩ
VSS

-15V

Universitas Indonesia 2019


26

Percobaan 8: Slew Rate


Simulasi Hasil
OP-AMP 741 DIV
VCC
15V
Vout = 0,012 V
U3
7
5
1
3
6
2
+ U2
0.012 V DC 10MOhm
741 -
4

R1 VDD
1kΩ
V1 -15V
0.5Vpk
1kHz
0° R2

10kΩ

OP-AMP AD 571 LH
VCC
15V
Vout = 1,879mV
U1
7
8
1

3
6
2
+ U2
1.879m V DC 10MOhm
AD517LH -
4

R1 VDD
1kΩ
V1 -15V
0.5Vpk
1kHz
0° R2

10kΩ

Percobaan 9: Bandwidth
Simulasi Hasil
OP-AMP 741 DIV
VCC
15V XSC1

Ext Trig
+
U3 _
7
5
1

A B
3 + _ + _

6
2

741
Vout = 67,211 mV
4

VDD

-15V

R1 R2
V1
0.5Vpk 1kΩ 10kΩ
1kHz

Universitas Indonesia 2019


27

OP-AMP AD 571 LH
VCC
15V XSC1
Vout = 238,04 mV
Ext Trig
+
U1 _
7
8
1

A B
3 + _ + _

6
2

AD517LH
4

VDD

-15V

R1 R2
V1
0.5Vpk 1kΩ 10kΩ
1kHz

H. REFERENSI

Modul Praktikum Elektronika 1


Malvino, A.P. & Bates, D.J. 2016. Electronics Principles. (Ed. Ke-8). New
York: McGraw-Hill Education.

Universitas Indonesia 2019

Anda mungkin juga menyukai