Anda di halaman 1dari 22

Pengeringan

Batubara
Ir. Danang Jaya, MT
Perwitasari, ST, M.Eng
Salah satu pemanfaatan Batubara yang paling besar di Indonesia adalah sebagai bahan
bakar PLTU dimana jenis batubara peringkat rendah yang paling banyak digunakan. Hal ini
dikarenakan batubara di Indonesia banyak yang diproduksi dari cadangan batubara lignit
rendah kalori (low rank lignite) dan sub-bituminus yang nilai kalornya 3700 kcal/kg sampai
4200 kcal/kg. Selain batubara Indonesia berperingkat rendah, juga memiliki kadar abu dan
sulfur yang sangat rendah serta kandungan air yang cukup tinggi (>40%).
Penggunaan batubara peringkat rendah menimbulkan berbagai masalah diantaranya:
• Batubara dengan kandungan air tinggi dapat meningkatkan biaya transportasi,
penanganan dan peralatan;
• Semakin tinggi air dipermukaan batubara akan semakin rendah daya gerus grinding mill;
• Penurunan efisiensi pembakaran akibat kandungan air batubara yang tinggi;
• Penurunan efisiensi penukar kalor pada boiler akibat terjadinya slagging (kerak) di
daerah radiasi dan fouling (pengotor) di daerah konveksi.

Contoso 2
S u i t e s
 Kandungan air (moisture) pada batubara tidak seluruhnya ada di dalam batubara,
dapat juga berada dalam bentuk air bebas dipermukaan, air yang terkondensasi di
kapiler, air yang terserap, air yang terikat dengan gugus polar dan kation, dan air
yang timbul akibat dekomposisi kimia baik material organik maupun anorganik.
 Dalam proses pembakaran, jika batubara mengandung moisture yang banyak maka
udara panas akan habis untuk memanaskan moisture dalam partikel batubara dan
mengakibatkan hanya sedikit butir batubara yang mampu terangkat.
 Pengeringan batubara (Coal Drying) bertujuan untuk menghilangkan atau
menurunkan kadar air yang terkandung pada batubara dengan maksud untuk
meningkatkan nilai kalori dari batubara dan untuk bisa masuk ke proses selanjutnya
seperti briquetting; coking; gasification; low-temperature carbonization; liquid fuel
synthesis, dll.

Contoso 3
S u i t e s
 Pengeringan baik secara langsung dan tidak langsung, digunakan untuk
pengeringan batubara. Gas hasil pembakaran atau steam dapat digunakan
sebagai media pemanas.

 Pengering dengan pemanas steam (contoh: drum tray dan tube dryer) umumnya
digunakan untuk pengeringan batubara coklat dalam proses coal briquetting.

 Kebanyakan pengeringan batubara dilakukan dalam pengering konveksi seperti


rotary drying, fluidized bed drying, pneumatic dryers, vibratory fluid-bed dryers,
shaft dryers, dan mill-type dryers

Contoso 4
S u i t e s
 Pengeringan secara langsung (seperti rotary, pneumatic, fluid-bed, vibrating
fluid-bed, dan shaft dryers) dapat menggunakan udara panas atau gas hasil
pembakaran sebagai media pengering pada suhu 700 hingga 9008oC sebelum
pengeringan dan 60 hingga 1208oC setelah pengeringan.

 Sangatlah penting untuk tidak adanya kandungan oksigen yang tinggi dalam
pengeringan dengan gas untuk menghindari bahaya kebakaran dan ledakan.

 Untuk menghindari hal tersebut, maka setelah pengeringan dipastikan batubara


cukup dingin sebelum terjadi paparan ke lingkungan.

Contoso 5
S u i t e s
ROTARY DRYING
Pengering rotary atau tube adalah jenis pengering paling stabil dan
dapat diaplikasikan secara umum. Desain dasar dari sebuah rotary
drying terdiri dari sebuah silinder shell terisolasi yang dipasang
pada penggulung dan berputar pada kecepatan yang sangat rendah.
Pengering rotary memungkinkan kontak langsung dan atau tidak
langsung antara medium pengeringan dan partikel basah.
Dalam pengeringan langsung  bahan basah berada dalam kontak
langsung dengan media pengeringan. Perpindahan panas secara
langsung, biasanya oleh media gas panas yang ditiupkan ke dalam
bejana. Gas buang atau udara panas pengeringan adalah media
yang paling umum dan cocok untuk aplikasi pengeringan batubara
peringkat rendah.

Contoso 6
S u i t e s
 Komponen utama dari rotary dryer adalah steel shell (3) yang segaris dengan
refractory lining dan ditata di atas rollers (7), serta hoops (10) yang berada di
atas shell. Shell berotasi menggunakan toothed gear (5). Shell diatur dengan
kemiringan 2 hingga 58 terhadap arah horizontal.
 Di dalam shell terdapat lifters yang diikatkan pada permukaan dalam drum.
Selama operasi, lifters akan mengangkat batubara dan menjatuhkannya secara
bertahap ke dalam shell yang di dalamnya mengalir gas pemanas.

Contoso 7
S u i t e s
 Rotary dryers atau tube dryer dengan pemanasan tidak langsung, digunakan
untuk batubara keras (hard coals). Proses ini mempunyai efisiensi energi yang
lebih tinggi sekitar 3100 kJ/kg air teruapkan.

Ada 2 jenis tube dryer yaitu Coal in Tube Dryer dan Steam Tube Dryer.

 Coal in Tube Dryer merupakan dryer dimana batubara mengalir di dalam tabung
sedangkan uap air (steam) mengalir di body.

 Steam Tube Dryer yaitu uap air mengalir di dalam tube sedangkan batubara
mengalir di body.

Contoso 8
S u i t e s
Gambar Steam tube dryer (Tsukishima Machinery)
Contoso 9
S u i t e s
FLUIDIZED BED DRYING
Kelebihan pengeringan dengan Kekurangan pengeringan dengan fluidized
bed antara lain:
fluidized bed antara lain :
 Membutuhkan sistem yang kompleks;
 Efisiensi pertukaran panas yang
tinggi dan produk yang isothermal,  Konsumsi daya yang tinggi. Daya tersebut
utamanya diperlukan untuk mengatasi
karena tingkat pencampuran penurunan tekanan dalam bed yang
padatan yang tinggi. tinggi akibat kebutuhan mensuspensi
 Penggunaan uap super panas dalam seluruh padatan dalam bed.
pengeringan batubara akan  Potensi atrisi yang tinggi dan dalam
menghindari resiko adanya beberapa kasus terjadi granulasi atau
pembakaran sehingga temperatur aglomerasi pada padatan yang diproses.
akhir batubara setelah proses  Fleksibilitas yang rendah dan adanya
fluidisasi dapat diatur. potensi defluidisasi bila padatan yang
masuk terlalu basah.

Contoso 10
S u i t e s
 Pada steam fluidized bed dryer  batubara mentah difluidisasi oleh uap dan panas yan
diberikan melalui tabung yang direndam menggunakan uap dengan temperatur yang
tinggi (gradien temperatur sekitar 50oC antara uap panas dan dryer bed).
 Untuk pengeringan akan dicapai pada tekanan atmosfer (sekitar 100oC saturasi di bed),
tekanan uap panasnya sekitar 5 bar.
 Untuk tipe fluidized bed, terdapat metode WTA, Tokyo University/MHI, DryFine, dll.
 Metode WTA pertama kali dikembangkan oleh Potter dari Universitas Monash
(Australia) berupa Steam Fluidized Bed Drying (SFBD). Pada metode ini raw coal
(sampai 80 mm) digiling menjadi butir halus (sampai 2 mm) yang kemudian dikeringkan
di steam fluidized bed.
 Penggunaan batubara butir halus untuk pengeringan akan mengurangi ukuran dryer,
menurunkan biaya dan mengurangi uap yang diperlukan untuk mempertahankan
fluidisasi (kebutuhan uap menjadi lebih sedikit dibanding pengeringan batubara kasar).

Contoso 11
S u i t e s
Contoso 12
S u i t e s
FLASH HEATING
Bila proses pada fluidized bed berupa dewatering dengan
memanaskan lignit pada jangka waktu tertentu, maka flash heating
adalah dewatering dengan melewatkan serbuk lignit bersama
dengan media pemanas bersuhu ratusan derajat ke dalam tabung.
Tujuannya adalah untuk menimbulkan kontak antara lignit dengan
media pemanas bersuhu tinggi. Oleh karena itu proses ini berjalan
secara singkat agar tidak terjadi perubahan kualitas ataupun
dekomposisi pada batubara tersebut.
Suhu batubara sendiri dijaga pada besaran 100°C sampai kadar air
menguap secara sempurna.
Umumnya, waktu untuk pemanasan dan dewatering di dalam tabung
berlangsung selama beberapa detik saja.

Contoso 13
S u i t e s
Metode up-grading yang menggunakan flash heating diantaranya adalah BCB (Binderless Coal
Briquetting) dan IDGCC (Intergrated Drying Gasification Combined Cycle).
1) BCB (Binderless Coal Briquetting )
 BCB merupakan teknologi yang memanfaatkan sifat kerekatan batubara dalam proses
pembriketan.
 Proses kerjanya berdasarkan teknik pengeringan batubara secara evaporasi. Batubara
digerus menjadi ukuran kecil untuk membentuk luas permukaan maksimum yang digunakan
untuk transfer panas dan mempermudah pencampuran batubara serta pengeringannya di
udara. Batubara dimasukkan ke dalam flash dryer system dan dicampurkan pada temperatur
tinggi.
 Teknologi ini ramah lingkungan karena tidak menggunakan agen pengikat dan menghasilkan
sedikit limbah.
 Teknologi ini mampu meningkatkan batubara hingga 49% dari kalori inputnya dan
mengurangi kadar air hingga 84%.
 BCB dapat menjaga kadar sulfur tetap 0,2% dan kadar abu 3%.

Contoso 14
S u i t e s
Gambar Metode BCB

Contoso 15
S u i t e s
2) IDGCC (Intergrated Drying Gasification Combined Cycle)
 Memanfaatkan gas hasil gasifikasi sebagai media pemanas, lignit dicampur dengan gas itu di
dalam pipa, kemudian lignit yang sudah di-dewatering dialirkan ke pengegas (gasifier).

Contoso 16
S u i t e s
Upgraded Brown Coal (UBC)
 Penurunannya kadar air dalam batubara dapat dilakukan dengan cara mekanik atau
perlakuan panas. Pengeringan cara mekanik efektif untuk untuk mengurangi kadar air
bebas dalam batubara basah, sedangkan penurunan kadar air bawaan harus
dilakukan dengan cara pemanasan. Salah satu proses dengan cara ini adalah UBC
(Upgraded Brown Coal).
 UBC merupakan teknologi peningkatan kualitas (upgrading) batubara peringkat
rendah melalui penurunan kadar air total yang dikembangkan oleh Kobe Steel Ltd.,
Jepang.
 Keuntungan teknologi ini adalah proses berlangsung pada temperatur dan tekanan
rendah.
 Untuk mencegah masuknya kembali air ke dalam batubara, maka dalam proses
ditambahkan minyak residu untuk melapisi pori-pori pada partikel batubara.
 Proses UBC dilakukan pada temperatur sekitar 150˚C sehingga pengeluaran tar dari batubara
belum sempurna. Untuk itu perlu ditambahkan zat aditif sebagai penutup permukaan
batubara, seperti kanji, tetes tebu (mollase), slope pekat (fuse oil), dan minyak residu.

 Untuk proses UBC, sebagai aditif digunakan minyak residu yang merupakan senyawa organik
yang beberapa sifat kimianya mempunyai kesamaan dengan batubara. Dengan kesamaan sifat
kimia tersebut, minyak residu yang masuk ke dalam pori-pori batubara akan kering, kemudian
bersatu dengan batubara.

 Lapisan minyak ini cukup kuat dan dapat menempel pada waktu yang cukup lama sehingga
batubara dapat disimpan di tempat yang terbuka untuk jangka waktu yang cukup lama.

Contoso 18
S u i t e s
Gambar Metode UBC 

 Gambar Permukaan Batubara Sebelum dan


Sesudah Proses Pengeringan

Contoso 19
S u i t e s
Hot Water Drying (HWD)
 Adalah metode menghilangkan kadar air tanpa menguapkannya, melalui
pemrosesan terhadap batubara (yang digerus halus) bersama dengan slurry air
dan uap air dalam kondisi suhu tinggi (300~400°C) dan tekanan tinggi (30~150
atm).
 Dalam proses HWD dilakukan dengan memanaskan batubara (< 3mm) yang
telah dicampur dengan air membentuk slurry (persen solid 30%).
 Suhu tinggi menyebabkan sebagian batubara mengalami dekomposisi, dan
material berbentuk tar yang timbul dari proses itu akan menutupi (coating)
bagian dalam batubara. Hal ini dapat menghalangi re-absorbsi air serta
mencegah munculnya swabakar (spontaneous combustion).
Steam Drying (SD)

 Drying atau pengeringan adalah proses pengeluaran air atau pemisahan air dalam
jumlah yang relatif kecil dari bahan dengan menggunakan energi panas.

 Dalam proses SD dilakukan dengan menggunakan batubara yang berukuran sekitar


2,5 cm yang disimpan di atas saringan dan dimasukkan ke dalam alat pemanas
bertekanan (contoh autoclave) yang telah diisi air.

 Alat tersebut dipanaskan pada temperatur > 300°C dan tekanan > 80 atm dan
dibiarkan pada temperature tersebut selama waktu tertentu. Setelah itu batubara
didinginkan dan dikeluarkan dari alat.
Thank You
April Hansson

Anda mungkin juga menyukai