TUGAS KHUSUS
3.1 Judul
Efisiensi Thermal pada Unit Calciner di PT. Semen Baturaja (Persero)
Tbk.
55
56
mempunyai desain yang berbeda-beda, namun mempunyai tujuan yang sama yaitu
menaikkan derajat kalsinasi dan meningkatkan kapasitas produksi serta
menurunkan konsumsi energi, terutama energi panas yang digunakan pada kiln.
Penggunaan calciner di PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk. Sudah dimulai
sejak pertama kali berdiri yaitu pada tahun 1974, artinya penggunaan calciner di
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk. Sudah berjalan selama lebih kurang 44 tahun.
Dikarenakan penggunaan calciner yang sudah cukup lama, oleh karena itu perlu
diketahui efisiensi thermal dari unit calciner. Efisiensi thermal pada unit calciner
merupakan suatu hal yang penting untuk diperhatikan, karena efisiensi thermal
merupakan tolak ukur untuk mengetahui kinerja dari alat calciner. Efisiensi
thermal menggambarkan seberapa baik alat tersebut bekerja ditinjau dari seberapa
banyak thermal (panas) yang hilang. Semakin banyak thermal (panas) yang hilang
akan menyebabkan efisiensi thermal dari calciner berkurang. Hal ini tentunya
menggambarkan bahwa kinerja dari calciner kurang baik.
Maka dari itu dalam kesempatan kerja praktek ini, penulis membahas
mengenai efisiensi thermal pada unit calciner pada di PT Semen Baturaja
(Persero) Tbk.
3.3 Tujuan
Adapun tujuan dari tugas khusus ini yaitu :
1. Untuk mengetahui efisiensi thermal yang terjadi pada unit calciner di
PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk.
2. Untuk mengetahui kinerja dari alat calciner.
3.4 Manfaat
Adapun manfaat dari tugas khusus ini yaitu :
1. Diharapkan dapat mengetahui efisiensi thermal yang terjadi pada unit
calciner di PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk.
2. Diharapkan dapat mengetahui proses yang terjadi di dalam calciner.
3. Diharapkan dapat dijadikan referensi bagi perusahaan dalam
pengembangan alat calciner.
57
permukaan terbatas antara padat dan gas sehingga termal efisiensi menjadi
penting untuk dikendalikan sebelum menuju clinker sintering.
Menurut Bhatty (1981) Rotary kiln pada dasarnya ialah sebuah penukar
panas counterflow, dimana disatu sisi kuantitas bahan bakar yang bisa dibakar
dalam sistem kiln dengan jumlah panas yang dapat ditransfer dari pembakaran
bahan bakar produk untuk bahan di dalam kiln. Perbedaan keduanya menentukan
efisiensi thermal kiln. Melihat betapa pentingnya efisiensi termal dalam aplikasi
kiln maka dikembangkan teknologi siklon preheaters (suspension preheater) dan
sistem calciner. Sistem suspension preheater dan calciner telah memberikan
kontribusi signifikan dalam meningkatkan efisiensi termal dari pemanfaatan
energi di industri semen.
3.6.2. Preheater
Preheater bertujuan mempersiapkan temperatur bahan baku menuju tempat
pemasakan utama. Idealnya, diferensial suhu antara bahan baku memasuki kiln
dengan gas meninggalkan kiln adalah menjadi serendah mungkin. Hal ini
dilakukan dengan meningkatkan luas permukaan pertukaran panas.
Pada preheater terdapat dua pendekatan dasar yaitu :
1. Pertukaran panas antara bahan granular yang bergerak menuju akhir (kiln
feed) oleh sistem hisap siklon dengan lintas aliran vertikal kiln off gas. Salah
satu perwujudan prinsip ini dengan aplikasi bypass dari gas melalui perapian.
2. Pertukaran panas antara aliran gas dan padatan (bubuk) tersuspensi di
dalamnya. Desain ini cukup populer karena efisiensi energi tinggi, rentang
suhu yang lebar, kapasitas tinggi, operasi sederhana dan pemeliharaan mudah.
Meskipun perbedaan dalam detail dan pengaturan, secara prinsip semua
suspension preheaters sama. Mereka terdiri dari beberapa tahap diatur vertikal
sedemikian rupa sehingga gas kiln dapat memasuki setiap tahap pada suspension
preheater. Setiap tahap terdiri dari vertikal duct dan siklon. Duct menyediakan
ruang di mana pertukaran panas terjadi antara gas dan padat. Fasa bubuk dari
umpan kiln meningkatkan luas permukaan pertukaran panas. Sistem ini dibangun
59
dengan dasar suhu dari gas dan partikel-partikel yang merata di seluruh duct,
sehingga suhu pada setiap titik permukaan partikel sama.
Suspensi padat dan gas kemudian memasuki siklon dan dipisahkan, dimana
gas meninggalkan siklon melalui pipa vertikal (thimble) dan memasuki top stages
(Gambar 3.1), dan bahan padat jatuh ke dalam stage di bawah. oleh karena itu,
Setiap stage beroperasi sebagai aliran paralel penukar panas yang ideal, tetapi
semua tahap disusun dalam pola counterflow. Dalam prakteknya, suhu bahan
dapat meningkat hingga 150°C - 250°C, disertai penurunan suhu gas.
3.6.3. Siklon
Siklon modern dirancang berbeda dari siklon di awal preheaters dipasang
di 1950-an. Gambar 3.2 mengilustrasikan siklon lama dan baru desain oleh salah
satu utama produsen peralatan. Efisiensi siklon ditingkatkan dengan penggunaan
60
Menurut (Turnell, 2001) calciner dibagi berdasarkan tiga jenis dasar, itu :
sTotal flow calciner
Tetiary air flow calciner
Hybrid calciner
Total flow calciner, dimana pembakaran berlangsung dalam campuran gas
keluar kiln dan udara tersier. Oleh karena itu pembakaran dimulai pada kondisi
gas dengan sekitar 10% sampai 14% oksigen dan berakhir pada sekitar 1% hingga
3% oksigen. Raw meal dari preheater dimasukkan ke bagian bawah calciner dan
dialirkan melewati calciner menuju siklon pada stage terbawah dan dibantu
62
dengan gas calciner. Selama proses aliran feed melewati calciner, terjadi
perpindahan panas antara pembakaran bahan bakar dan pada bahan baku.
Tetiary air flow calciner, pembakaran berlangsung di aliran udara. Dengan
kata lain, hal itu dimulai di gas dengan 21% oksigen dan berakhir di sekitar 1
sampai 3% oksigen. Raw meal dari preheater dimasukkan ke dalam calciner pada
ujung burner dan dialirkan ke siklon pada bottom stage.
Hybrid calciner, Hybrid pada dasarnya merupakan kombinasi dari Total
flow calciner dan Tetiary air flow calciner. Dalam Hybrid calciner, pembakaran
dimulai di udara tersier dengan 21% oksigen, seperti dalam Tetiary air flow
calciner, tapi selesai dalam campuran off-gas kiln dan udara tersier, mirip dengan
Total flow calciner. Suhu gas di pintu keluar dari tiga jenis precalciners diatur
berada pada kisaran 870°C hingga 900°C, yang diperlukan untuk kalsinasi batu
kapur namun belum cukup untuk membentuk konisi buildups dan penyumbatan.
Keuntungan Total flow calciner dan Hybrid calciner adalah kestabilan
untuk mengurangi zona aliran dalam off-gas sehingga oksida nitrogen dapat
dikurangi. Tetiary air flow dan Hybrid calciner memiliki keuntungan dalam
memberikan kondisi yang oxygen-rich, terutama menguntungkan untuk bahan
bakar yang sulit dibakar. Selain itu, volume calciner yang dibutuhkan dari Tetiary
air flow calciner kurang dari volume diperlukan Total flow calciner dan Hybrid
calciner.
63
Tingkat yang lebih tinggi dari kalsinasi dapat dicapai dalam operasi
dengan mengendalikan faktor derajat kalisinasi. Derajat kalsinasi pada calciner
tergantung pada:
Suhu dalam calciner
Waktu tinggal raw meal
64
digunakan penyaringan berupa dust collector berukuran besar. Fine coal yang
tersaring kemudian disimpan dalam pfister bin dan siap digunakan sebagai bahan
bakar.
Calciner memiliki 3 input yang terdiri dari calciner feed yang berisi
material hasil siklon dari string A dan String B yang sudah memiliki kadar sangat
rendah. Input kedua yaitu bahan bakar berupa batubara yang masuk dari bagian
bawah, hasil dari coal mill yang memiliki kadar air yang relatif rendah dan
didorong dengan blower. Sumber panas berasal dari udara tersier yang didorong
grate cooler melewati hasil klinker panas sehingga suhu udara tersier diatas 700
o
C. kontak keduanya menghasilkan pemanasan yang memicu reaksi kalsinasi.
Gambar mengenai dimensi dalam calciner dapat dilihat pada Gambar 3.9.
66
Sumber : Flsmidth.,2011.
Reaksi kalsinasi pada calciner PT. Semen Baturaja terjadi pada perubahan
CaCO3 dan MgCO3 menjadi oksida Ca (CaO) dan Oksida Mg (MgO).
CALCINER 5
68
1
2
Keterangan :
Input Output
1. Umpan Calciner 4. Exhaust Gas
2. Gas Panas 5. Produk Calciner
1. Hasil Perhitungan Total Neraca Massa dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Total Neraca Massa
2. Hasil Perhitungan Total Neraca Thermal dapat dilihat pada Tabel 3.2
Tabel 3.2 Total Neraca Thermal
3. Hasil Perhitungan Efisiensi Thermal pada Unit Calciner di PT. Semen Baturaja
(Persero) Tbk., dapat dilihat pada tabel 3.3
Tabel 3.3 Hasil Perhitungan Efisiensi Thermal pada Unit Calciner di PT. Semen
Baturaja (Persero) Tbk.
(%) (%)
Rata-Rata 84,73
3.8.2 Pembahasan
Calciner pada suatu pabrik semen merupakan alat yang digunakan sebagai
tempat terjadinya proses kalsinasi batu kapur dan pembakaran bahan bakar secara
simultan di suatu pabrik semen. Penambahan calciner pada pabrik semen
bertujuan untuk mengurangi beban panas kiln. Penentuan Efisiensi thermal dari
calciner sangat penting karena menggambarkan kinerja dari calciner, baik atau
tidaknya kinerja calciner dapat dilihat dari efisiensi thermal calciner. Efisiensi
thermal dari calciner dapat dilakukan dengan dua tahap yaitu menghitung neraca
massa dan neraca energi. Perhitungan neraca massa diperlukan dalam perhitungan
neraca energi. Sedangkan, perhitungan neraca energi diperlukan dalam
perhitungan efisiensi thermal calciner.
Pengambilan data untuk perhitungan dilakukan selama lima hari mulai dari
tanggal 27 Agustus 2018 - 31 Agustus 2018, dan dari perhitungan yang telah
dilakukan, dibuat grafik % efisiensi thermal pada Unit Calciner di PT. Semen
Baturaja (Persero) Tbk., dapat dilihat pada gambar 3.8.
72
Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa % efisiensi thermal maksimum yaitu
sebesar 86,93% dan % efisiensi thermal minimum sebesar 82,83%. Selain itu,
efisiensi thermal calciner yang didapat tidak konstan, hal ini dikarenakan kondisi
operasi yang terjadi pada unit calciner di setiap harinya berbeda.
Efisiensi thermal calciner dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu besarnya
udara yang berasal dari ID Fan dan heat loss Pada unit calciner di PT. Semen
Baturaja (Persero) Tbk., ID Fan yang digunakan mengalami kebocoran sehingga
banyaknya udara yang masuk tidak dapat dikontrol dan menyebabkan false air
atau udara luar yang masuk pada peralatan proses sistem calciner yang beroperasi
pada keadaan vakum.
Suplai oksigen dapat berpengaruh terhadap proses pembakaran. Jika
pesediaan udara berkurang mengakibatkan pembakaran tidak berjalan dengan
sempurna sehingga kadar CO akan meningkat dan panas yang dihasilkan
berkurang. Namun, jika persediaan udara berlebih akan berdampak buruk pada
proses pembakaran karena udara akan mendinginkan panas yang dibutuhkan
didalam sistem sehingga proses pemanasan dan pembakaran batubara menjadi
tidak sempurna. Selanjutnya, kelebihan kadar oksigen pada calciner akan
73
menyebakan nilai heat loss yang semakin meningkat. Selain itu, kebocoran pada
ID Fan juga dapat menyebabkan pembentukan flok-flok yang dapat menghambat
aliran material di dalam calciner.
Heat loss yang diakibatkan oleh kelebihan oksigen akibat kebocoran pada
ID Fan dapat berpengaruh terhadap efisiensi thermal calciner dapat dilihat pada
grafik berikut;
karena panas ini memanaskan kelebihan udara yang tidak dipakai pada proses
pembakaran. Sehingga, reaksi yang terjadi tidak berjalan dengan sempurna.
Dari data yang didapatkan dapat diketahui bahwa efisiensi thermal unit
calciner PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk., masih termasuk dalam rentang
efisiensi thermal secara design. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja alat calciner
pada PT. Semen Baturaja (Persero) Tbk., terbilang masih baik untuk digunakan.
3.9.2 Saran
1. Perawatan secara rutin pada alat calciner untuk mengatasi flok - flok
yang terjadi di unit calciner.
2. Pengontrolan kadar oksigen untuk mangatasi heat loss yang ditimbulkan.