DISUSUN OLEH :
NAMA : YOGI PRATAMA
NIM : 03031181320024
KELAS : B
Siklus reheat ideal superktritis diperlihatkan pada gambar berikut dimana tidak ada
perubahan fasa yang terjadi selama pemberian kalor dari 6 ke 1.
SIKLUS DAYA UAP REGENERATIF
Tujuan siklus ini adalah meningkatkan temperatur rata-rata air yang masukkedalam boiler.
Pemanas/heater Air Umpan Terbuka
Regenerasi dilakukan dengan menggunakan heater air umpan, yaitu sebuah penukar kalor
(heat exchanger) jenis kontak dimana aliran dari suhu yang berbeda bercampur sehingga
menghasilkan aliran dengan temperatur menengah.
Uap masuk ke turbin tingkat pertama pada kondisi 1 dan berekspansi ke kondisi 2 dimana
sejumlah aliran diambil dan dimasukkan ke heater air umpan terbuka pada tekanan p2.
Sisa uap akan memasuki turbin tingkat kedua menuju ke tingkat 3. Uap yang berupa
cairan jenuh ini kemudian dipompa dari kondisi 4 ke heater air umpan pada kondisi 5. Dari
heater keluar aliran yang sudah bercampur untuk kemudian dipompa ke boiler.
Pada siklus ini energi diberikan pada dari kondisi 7 ke kondisi 1 dan bukan dari kondisi a
ke 1 sehingga jumlah energi untuk memanaskan air bisa dikurangi.
Keuntungan Kogenerasi
Seperti sudah digambarkan diatas, keuntungan penggunaan sistim kogenerasi
adalah sebagai berikut:
o Meningkatkan efisiensi konversi energi dan penggunaannya.
o Emisi lebih rendah terhadap lingkungan, khususnya CO2, gas rumah kaca
utama.
o Dalam beberapa kasus, digunakan bahan bakar biomas dan beberapa limbah
seperti limbah pengolahan minyak bumi, limbah proses dan limbah pertanian
(dengan digester anaerobik atau gasifikasi). Bahan ini akan menjadi bahan
bakar pada sistim kogenerasi, meningkatkan efektivitas biaya dan mengurangi
tempat pembuangan limbah.
o Penghematan biaya yang besar menjadikan industri atau sektor komersial lebih
kompetitif dan juga dapat memberikan tambahan panas untuk pengguna
domestik.
o Memberikan kesempatan lebih lanjut untuk membangkitkan listrik lokal yang
didesain sesuai kebutuhan konsumen local dengan efisiensi tinggi, menghindari
kehilangan transmisi dan meningkatkan fleksibilitas pada sistim penggunaan.
Hal ini khususnya untuk penggunaan baha n bakar gas alam.
o Suatu kesempatan untuk meningkatkan diversifikasi plant pembangkit, dan
menjadikan persaingan pembangkitan. Kogenerasi menyediakan sesuatu
kendaraan terpenting untuk promosi pasar energi yang liberal.
Combined Cycle
Pada keadaan combined cycle pada umumnya terdiri dari beberapa turbin
gas dimana energi sisa pada gas buangnya akan dimanfaatkan kembali untuk
pemanasan air di Heat Recovery Steam Generator (HRSG) untuk menghasilkan uap
yang akan digunakan untuk pembangkitan turbin uap atau Steam Turbin Generator
(STG). Penggunaan sistem combined cycle ini lebih efesien dan mampu menghasilkan
daya yang lebih besar dengan cost yang rendah.
Tujuan utama dari pembangkit kombinasi yaitu untuk meningkatkan efisiensi
termal yang cukup tinggi mencapai 50 %. Hal ini dikarenakan pertumbuhan akan
energi listrik yang meningkat pesat. Sedangkan penggunaan turbin gas sebagai
pembangkit energi listrik (PLTG) mempunyai efisiensi termal rendah yaitu 30 % dan
pembangkit tenaga uap (PLTU) memiliki efisiensi termal 35 %. Sehingga dibutuhkan
suatu pembangkit listrik dengan siklus kombinasi yang menghasilkan energi lebih
besar.
Turbin gas digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik yang berdiri sendiri
(simple cycle) atau bergandengan dengan turbin uap (combined cycle) pada sisi suhu
tingginya. Turbin uap (combined cycle) memanfaatkan gas buang turbin gas sebagai
sumber panasnya. Turbin uap dianggap sebagai mesin pembakaran luar (external
combustion), dimana pembakaran terjadi diluar mesin. Energi termal dipindah ke
uap sebagai panas.
Terdapat dua konsep cogeneration : topping cycle (daur atas) dan bottoming cycle
(daur bawah).
Instalasi daur atas memanfaatkan peralatan konversi energi untuk pertama-
tama membangkitkan tenaga listrik dan kemudian memanfaatkan energi panas
untuk pembuatan uap. Sistem konversi energi yang dimanfaatkan sistem daur atas, an
tara lain mesin disel, turbin gas, tenaga uap dan lain-lain.
Suatu instalasi daur bawah tidak menggunakan peralatan energi, tetapi
memanfaatkan panas terbuang untuk pembangkit tenaga listrik. Sistem konversi
energi yang menggunakan daur bawah adalah pembangkit tenaga uap dan mesin
organik Rankine.
Setiap pasar energi dengan sistem cogeneration mempunyai rasio yang unik
antarakebutuhan listrik dan kebutuhan uap, Untuk industri yang intensif, rasio yang
umumadalah 50:1 (50 kW listrik untuk setiap seribu pon-pound uap). Banyak dari
sistemkonversi yang sebelumnya disebut mampu memberikan rasio yang lebih tinggi
(misalnyamemproduksi listrik yang berlebihan bila semua kebutuhan uap dapat
dipenuhi darisistem cogeneration). Hal ini merupakan pembanding yang penting
dalam
memilih peralatan cogeneration, karena setiap kelebihan tenaga listrik hendaknya dap
at dijualkepada konsumen lokal, agar dihasilkan suatu skala ekonomi yang baik.
Bilamanana haltersebut tidak mungkin, proyek dapat menemui kesulitan ekonomi.
Berbagai jenis sistemkonversi energi, hubungannya dengan cogeneration, rasio listrik-
uap, dan bahan bakar yang digunakan.
Siklus bottoming adalah pemanfaatan gas buang melalui heat recovery
sehingga menghasilkan panas/uap proses. Proses/uap itu selanjutnya digunakan
untuk menggerakan turbin uap sehingga dihasilkanlah energi listrik. Untuk itu
berarti gas buangnya harus mempunyai suhu yang tinggi. Bila gas buang mempunyai
suhu rendah maka untuk memanfaatkan harus menggunakan fluida kerja dengan
titik didih yang rendah. Cogenerator bottoming cycle biasanya menggunakan gas
buang dengan suhu 400 - 600 0C berarti suhu fluida kerjanya rendah sehingga
efisiensinya rendah. Dengan demikian cogenerator ini cocok digunakan pada PLTG
yang umumnya terdapat pada industri berat seperti industri besi-baja dan industri
semen, tapi sulit bersaing dengan secara ekonomis dengan teknologi konvensional.
Bila PLTG itu menggunakan bahan bakar bermutu tinggi seperti bahan bakar
sulfur rendah, maka gas buang yang dihasilkannya bersih sehingga bisa digunakan
langsung untuk panas proses. Bila pada pengolahan gas buang ditambah bahan
bakar, maka akan diproleh uap dengan suhu dan tekanan yang lebih tinggi.
Sementara bila kapasitas terpasang PLTG turun maka efisiensinya juga turun dengan
demikian volume gas buang meningkatkan hal ini berarti banyak gas buang yang
tidak terpakai. Untuk itu cogenerator pada PLTG lebih cocok dioperasikan pada
beban dasar. Bila kapasitasnya tetap maka keseimbangan antara produksi uap dan
produksi listrik bisa dipertahankan.
Daftar Pustaka