Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KHUSUS

Evaluasi Kinerja Furnace (Fire Heater) 15-F-102 pada

Residue Catalytic Cracking Unit (RCU)

TUJUAN

Tugas khusus ini bertujuan untuk mengetahui kinerja furnace 15-F-102

pada Residue Catalytic Cracking Unit (RCC) di Pertamina RU-VI Balongan

dengan cara menghitung efisiensi thermal furnace aktual.

LANDASAN TEORI

Fire Heater (furnace) merupakan alat yang dapat memanaskan fluida

hingga temperatur tinggi dengan biaya yang cukup ekonomis karena panas yang

dipakai untuk memanaskan fluida yang mengalir dalam tube-tube berasal dari hasil

pembakaran fuel. Furnace terdiri dari struktur bangunan yang berdinding plat baja

yang di bagian dalamnya dilapisi oleh material tahan api. Panas yang digunakan

dalam furnace berasal dari panas pembakaran secara langsung dan juga radiasi-

radiasi panas yang dipantulkan kembali ke tube-tube yang ada di dalam furnace,

sehingga akan mengurangi kehilangan panas.

Furnace didesain untuk dapat menggunakan fuel oil atau fuel gas maupun

keduanya. Furnace umumnya terdiri dari dua bagian utama (section) yaitu bagian

yang menerima panas dengan cara konveksi yang disebut Convection Section dan

bagian yang menerima panas langsung dengan cara radiasi yang disebut Radiation

Section atau sering juga disebut Combustion Chamber. Fluida yang akan
dipanaskan terlebih dahulu masuk melalui Covection Section dengan tujuan untuk

mendapatkan panas secara bertahap agar terhindar dari proses thermally shock,

kemudian masuk ke dalam Radiation Section hingga mencapai temperatur yang

diinginkan.

Agar dapat memberikan panas sebanyak-banyaknya kepada fluida yang

mengalir dalam tube, maka perlu diusahakan agar pembakaran yang terjadi bisa

berlangsung dengan sempurna dan mereduksi atau menekan panas yang hilang

melalui stack dan dinding furnace seminimal mungkin. Suatu furnace dapat

berfungsi baik apabila:

a. Reaksi pembakaran sempurna.

b. Pemanasan dalam periode waktu yang lama.

c. Panas hasil pembakaran di dalam furnace merata.

d. Tidak terdapat scale pada permukaan tube.

e. Kebocoran atau kehilangan panas minimal.

Secara umum furnace digunakan untuk memanaskan fluida proses dengan

tujuan sebagai berikut :

1. Menaikkan temperature minyak sampai temperature tertentu, selanjutnya

dipisahkan di dalam distillation coloumn atau fractionator coloumn.

Sebagai contoh adalah furnace yang ada di unit CDU Kilang RU-VI

Balongan.

2. Menaikkan temperature minyak hingga mencapai temperature tertentu

untuk mencapai thermal reaction. Sebagai contoh furnace yang ada di unit

CDU Kilang RU-VI Balongan.


3. Menaikkan temperatur minyak sampai temperatur tertentu yang diperlukan

untuk catalytic reaction . Sebagai contoh furnace yang ada di Unit

Platforming PLBB kilang RU-VI Balongan.

4. Memanaskan steam hingga untuk menghasilkan High Pressure (HP) steam.

HP steam ini kemudian dipergunakan untuk menggerakkan turbin pada

Main Air Blower (MAB) dimana fungsi MAB adalah mengalirkan udara ke

regenerator untuk proses pembakaran katalis yang telah tertutupi coke agar

katalis dapat aktif kembali. Sebagai contoh furnace yanga ada di unit RCC

Kilang RU-VI Balongan.

5. Furnace sebagai dapur reaksi, dimana di dalam tube-tube diisi katalis dan

dialiri fluida yang dipanaskan pada temperatur reaksi seperti pada

Hydrogen Plant. Sebagai contoh Reformer Hydrogen Plant RU-VI

Balongan.

6. Furnace sebagai pemanas minyak yang dijadikan media pembawa kalor

(Hot Oil), dimana fluida pembawa panas dipanaskan di dalam furnace,

kemudian dialirkan melalui pipa dan dipakai sebagai media pemanas.

Klasifikasi Furnace

A. Berdasarkan Kontruksi dan Susunan Tube Oil

Di dalam kilang pengolahan minyak bumi terdapat berbagai tipe

furnace yang digunakan dan dapat di klasifikasikan baik menurut bentuk

kontruksinya maupun susunan tube di dalam furnace serta fungsinya.

Adapun faktor utama yang sangat berpengaruh dalam menentukan ukuran

dan bentuk furnace adalah kapasitas pembakaran (firing rate). Terdapat


berbagai tipe furnace yang di gunakan dalam industri minyak bumi

berdasarkan bentuk konstruksi dan susunan tube oil sebagai berikut .

1. Furnace Tipe Box

Furnace tipe box mempunyai bagian radia (radiant section) bagian

konveksi (convection section) yang di pisahkan oleh dinding batu tahap

api yang di sebut brigde wall. Di mana burner di pasang pada ujung

furnace dan api diarahkan tegak lurus dengan pipa pembuluh (tube coil)

ataupun dinding samping furnace. Aplikasi furnace tipe box :

1. Digunakan pada instalasi-instalasi lama dan juga di pakai pada



instalasi baru

2. Beban kalor berkisar antara 15-20 MMKcal/jam bahkan bisa lebih,



tergantung kebutuhan.

3. Di pakai untuk proses dengan kapasitas besar.

4. Umumnya menggunakan bahan bakar fuel oil dan gas

Keuntungan menggunakan furnace tipe box adalah :

1. Dapat di kembangkan sehingga bersel tiga atau empat

2. Distribusi panas (fluks kalor) merata di sekeliling pipa

3. Ekonomis untuk digunakan pada beban kalor di atas 20 MMKcal/jam

Kerugian menggunakan furnace tipe box adalah :

1. Apabila salah satu aliran fluida dihentikan, maka selurh operasi

furnace harus dihentikan juga, hal ini dilakukan untuk mencegah

pecahnya pipa.
2. Tidak dapat digunakan untuk memanaskan fluida pada suhu

relative tinggi dan aliran fluida singkat.

3. Harga relative mahal tersusun mendatar

4. Membuthhkan area relative lebih luas

5. Pemeliharaan lebih sulit karena tube tersusun mendatar

Gambar furnace tipe box


2. Furnace Tipe Silindris Tegak (Vertical Sylindris)

Furnace tipe silindris tegak mempunyai bentuk konstruksi silindris

dengan bentuk lantai (alas) bulat, tube coil di pasang vertikal. Burner di

pasang pada lantai sehingga arah pancaran apinya vertikal, sedangkan

dapur tipe ini di rancang tanpa ruang konveksi (convection section).

Bagian bawah (bottom) di buat jarak kurang lebih 7 feet dari dasar laut

atau disesuaikan untuk memberikan keleluasaan bagi operator pada saat

pengoperasian furnace.

Aplikasi furnace tipe silinder tegak:

 Dipergunakan untuk pemanasan fluida yang mempunyai perbedaan

suhu antara sisi masuk (inlet) dan sisi keluar (outlet) tidak terlalu besar

(90oC)

 Beban kalor antara 2,5 s/d 20 MMKcal/jam

Keuntungan menggunakan furnace silinder tegak adalah:

 Konstruksi sederhana sehingga harga relatif lebih

murah

 Area yang digunakan lebih kecil

 Luas permukaan pipa tersusun lebih besar sehingga efisiensi

thermalnya lebih tinggi

 Ekonomis untuk beban pemanasan antara 15-20 MMKcal/jam

Kerugian menggunakan furnace silinder tegak adalah:

 Kapasitas feed relatif kecil


 Plot area minimal dan perlu pengoperasian lebih hati-hati

 Pada kasus di mana kapasitas furnace kecil, kurang efisien

Jenis-Jenis Furnace Tipe Silinder (a) Vertical Tube oil, dan (b)Helical Tube Oil

3. Furnace Tipe Cabin

Furnace tipe cabin mempunyai bagian radiasi (radiant section) pada section

pada sisi-sisi samping dan sisi kerucut furnace, sedangkan bagian konveksi

(convection section) ada dibagian atas furnace, pipa konveksi pada baris

pertama dan kedua disebut shield section (pelindung). Burner dipasang pada

lantai furnace dan menghadap ke atas, sehingga arah pancaran api maupun

flue gas tegak lurus dengan susunan pipa, namun burner dapat juga dipasang

horizontal.
Keuntungan menggunakan furnace tipe cabin :

1. Bentuk kontruksi kompak dan mempunyai effisiensi thermal tinggi.

2. Beban panas antara 5-75MMKcal/jam.

3. Pada furnace tipe cabin multicel, memungkinkan pengendalian

operasi trpisah (fleksibel).


Gambar furnace tipe cabin
B. Berdasarkan Pasokan Udara Pembakaran (Draft)

Klasifikasi furnace dapat di bagi menurut cara pemasokan udara dan

pembuangan gas hasil pembakaran (flue gas), sebagai berikut:

1. Furnace dengan Draft Alami

Perbedaan tekanan inlet dan outlet air register yang disebabkan oleh

perbedaan berat antar bagian flue gas yang panas di dalam stack dan udara

di luar stack. Natural draft ini akan menghisap udara pembakaran masuk

ke ruang dan membawa gas hasil pembakaran keluar. Kebocoran pada

stack akan mengurangi draft tersebut. Natural draft biasanya di pakai pada

furnace yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

 Mempunyai resistance yang kecil terhadap aliran flue gas.

 Tanpa air pre-heater.

 Mempunyai stack yang cukup tinggi.

2. Furnace dengan Draft Paksa

Tekanan inlet pada suplai udara melalui air register diperbesar dengan

bantuan blower sehingga draft menjadi lebih besar. Forced draft biasanya

di pakai untuk furnace yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

 Resistence-nya kecil terhadap aliran flue gas.

 Mempunyai stack rendah.

3. Furnace dengan Draft Berimbang (Balance Draft System)


Merupakan kombinasi dari forced draft dan induce draft. Balance draft ini

memperbesar tekanan dengan air register dan mengurangi tekanan

outlet. Penambahan dan pengurangan tekanan tersebut masing- masing

dilakukan dengan bantuan sebuah blower. Balance draft ini di pakai heater

yang mempunyai ciri- ciri sebagai berikut:

 Resistance terhadap aliran flue gas besar.

 Mmempunyai air preheater.

 Mempunyai stack yang rendah.

C. Berdasarkan Perancangannya

Klasifikasi furnace dapat di bagi menurut tipe perancangannya menjadi 3

tipe sebagai berikut:

 Furnace tanpa menggunakan air preheater

Tipe furnace ini hampir sama dengan natural draft di mana udara

pembakaran masuk ke ruang pembakaran dan hasil pembakaran

langsung di buang ke atas.

 Furnace dengan air preheater menggunakan pemanas internal

Pada tipe ini digunakan air preheater, di mana untuk pemanasan udara

pembakaran yang digunakan memanfaatkan panas dari flue gas

furnace itu sendiri.

 Furnace dengan air preheater menggunakan air eksternal

Furnace ini menggunakan air preheater di mana untuk pemanasan

udara pembakaran menggunakan sumber panas dari luar.


Prinsip Kerja Furnace

Pada dasarnya proses perpindahan panas yang terjadi lebih banyak

menggunakan panas radiasi menuju feed yang mengalir di dalam tube dan

perpindahan panas secara konveksi . Ruang utama yang terbuka didalam heater

adalah radiant fire box (ruang bakar), dimana di adalam ruangan ini terjadi

pembakaran fuel. Bahan bakar cair atau gas atau kombinasi anatara keduanya di

masukkan ke dalam furnace setelah di campur dengan udara pembakaran di

dalam burner kemudian dinyalakan.

Feed yang dipanaskan dialirkan melalui bagaian dalam tube yang

tersusun pada bentangan horizontal atau vertikal di sepanjang lantai, di dinding

samping, atau di atas dari ruang pembakaran, tergantung pada kofigurasi

perencanaan letak yang memungkinkan perencanaan secara langsung panas

radiasi dan nyala api pembakaran serta pemantulan kembali panas dari

permukaan dinding ke permukaan tube.

Fluida yang di panaskan umumnya dialirkan terlebih dahulu melalui

seksi konveksi yang terletak di ruang bakar dan cerobong, agar dapat

memanfaatkan panas yang terdapat di dalam gas hasil pembakaran selanjutnya

melalui pipa cross over, fluida dialirkan ke dalam radiant fire box.

Berdasarkan ukuran, kapasitas dan temperature yang di perlukan

terdapat berbagai variasi desain furnace dan jenis material kontruksi yang

digunakan. Namun pada dasarnya, furnace dioperasikan berdasarkan prinsip-

prinsip yang sama.


Besarnya beban panas yang harus diberikan oleh furnace kepada fluida

yang dipanaskan tergantung pada jumlah umpan dan perbedaan suhu inlet dan

outlet umpan yang ingin dicapai. Semakin besar perbedaan suhu dan semakin

banyak jumlah umpan,maka beban furnace akan semakin tinggi.

Pengoperasian Furnace

Pengoperasian furnace salah satunya adalah pengaturan udara excess.

Alat di gunakan untuk mengetahui O2 excess adalah Oxygen Analyzer yang

terpasang pada furnace. Oxygen Analyzer dapat mengetahui kandungan O2 di

flue gas dan dijadikan sebagai parameter udara excess pada proses pembakaran.

Efisiensi Furnace

Parameter yang di jadikan patokan dalam kinerja suatu furnace adalah

thermal eficiency nya. Thermal efisensi merupakan suatu gambaran pemanfaatan

panas yang di hasilkan dari pembakaran bahan bakar (fuel) untuk memanaskan

fluida proses. Berikut ini merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi

efisensi furnace.

1. Udara Excess

Untuk mencegah terjadinya pmbakaran yang tidak sempurna dalam

proses pembakaran pada furnace, diinjeksikan udara berlebih dari kebutuhan

udara teoritis. Udara excessyang rendah akan mengakibatkan pembakaran yang

tidak sempurna (menghasilkan CO) sehingga menurunkan efisiensi.

Namun excess udara yang berlebihan juga tidak efisien karena akan

menghasilkan volume flue gas yang besar, serta pembakaran akan diserap untuk

menaikkan temperatue udara.


2. Panas hilang

Panas yang hilang akan menyebabkan nilai efisiensi turun. Berikut ini

merupakan hal-hal yang dapat menyebabkan panas yang hilang:

- Panas hilang melalui casing furnace.

- Pembakaran tidak sempurna dari fuel gas yang mengakibatkan

komponen yang tidak terbakar atau terbakar tidak sempurna

terbawa flue gas.

- Temperature flue gas yang tinggi sehingga menyebabkan panas

yang terbuang melalui flue gas.

3. Peralatan furnace

Efisiensi pada furnace juga dipengaruhi oleh pengoperasian alat-alat

bantu pada furnace.

Selain ketiga faktor diatas, performa furnace juga dipengaruhi oleh

kondisi operasional di lapangan. Beberapa permasalahan yang sering timbul

dalam opersional di lapangan anatar lain:

- Burner mati

- Gas buang (flue gas) berasap

- Temperature stack tinggi

- Nyala api flash back (membalik)

- Nyala api pendek

- Panas tidak tercapai

- Suhu permukaan tube naik

- Nyala api miring


- Nyala api bergelombang

- Lidah api menyentuh tube

Beberapa permasalahan di atas dapat di ketahui secara visual maupun

dengan alat ukur (indicator) yang tersedia dan harus selalu di lakukan

pengecekan dan memperhatikan kondisi operasional di lapangan sehingga

apabila ditemukan adanya ketidaksesuaian akan cepat diketahui dan segera di

tangani.
2.5. Komponen Furnace

Komponen Furnace
Furnace terdiri dari beberapa komponen utama dan accesories yang meliputi:

a. Burner

Burner adalah peralatan untuk memasukkan bahan bakar (fuel) dan udara

pembakaran (air combustion) ke dalam ruang pembakaran dengan kecepatan

(velocity), pengadukan (turbulence) serta pengaturan ratio bahan bakar/udara

yang sesuai untuk menjaga stabilitas pembakaran.

b. Dinding Dapur

Pada umumnya, dinding dapur terdiri dari beberapa lapisan tergantung

keperluannya. Lapisan sebelah luar, berupa dinding baja yang berfungsi sebagai

penahan struktur dapur. Lapisan sebelah dalam, terdiri dari satu atau dua lapisan.

Lapisan yang langsung terkena api adalah fire brick atau batu tahan api, sedangkan

lapisan yang tidak langsung terkena api dipasang insulation brick atau batu insolasi

untuk menahan adanya kehilangan panas melalui dinding tersebut. Lapisan sebelah

dalam dapur modern, umumnya terdiri dari satu lapis yang berfungsi sekaligus

sebagai fire brick dan insulation brick.

c. Pipa-Pipa Pembuluh (Tube Coil)

Tube Coil merupakan bagian terpenting dari fuurnace. Tube-tube tersebut

terpasang secara paralel (pass) di convention maupun radiation section. Fluida

yang dipanaskan dialirkan di dalam tube-tube, dimana mula-mula masuk di

convection section, kemudian ke radiation section dengan tujuan agar diperoleh

proses perpindahan panas secara bertahapa.

d. Combustion Air Preheater (APH)

Peralatan ini berfungsi untuk memanfaatkan sisa panas dari flue gas setelah
melewati pipa-pipa di dalam convection section, kemudian dimanfaatkan untuk

memanasi udara pembakaran yang akan masuk ke masing-masing burner dan

selanjutnya ke ruang pembakaran. Dengan demikian panas yang seharusnya

dibuang lewat stack atau cerobong dapur dapat dipindahkan ke udara pembakar

sehingga efisiensi dapur menjadi lebih baik.

e. Soot Blower

Hasil pembakaran di dalam flue gas akan menempel pada dinding luar tube di

daerah convection section, sehingga proses perpindahan panas pada daerah

tersebut akan terganggu dan menyebabkan penurunan efisiensi. Untuk

membersihkan pengotor tersebut digunakan soot blower, yaitu peralatan yang

digunakan untuk membersihkan endapan kotor di daerah konveksi agar tidak

menghalangi transfer panas. Alat ini dilengkapi dengan nozzle untuk spray dari

steam/air yang ditembakkan ke pipa konveksi yang berfungsi sebagai penahan

struktur dapur. Lapisan sebelah dalam, terdiri dari satu atau dua lapisan. Lapisan

yang langsung terkena api adalah fire brick atau batu tahan api, sedangkan lapisan

yang tidak langsung terkena api dipasang insulation brick atau batu insolasi untuk

menahan adanya kehilangan panas melalui dinding tersebut. Lapisan sebelah

dalam dapur modern, umumnya terdiri dari satu lapis yang berfungsi sekaligus

sebagai fire brick dan insulation brick.

f. Cerobong (Stack)

Stack adalah cerobong vertikal yang berfungsi untuk melepas hasil pembakaran

(flue gas) ke udara.


g. Stack Damper

Stack Damper adalah plat logam untuk mengatur tekanan di excess udara (excess

air).

h. Lubang Pengintip (Peep Hole)

Merupakan lubang kecil yang terbuat dari kaca untuk mengamati keadaan di dalam

ruang pembakaran seperti nyala api, warna pipa dan batu tahan api.

i. Batu Tahan Api (Refractory)

Refractory dipasang pada bagian dalam dinding furnace dan boiler. Fungsi dari alat

ini adalah untuk menahan agar panas tidak keluar dari furnace, sehingga heat loss

dapat diminimalisir, selain itu juga berfungsi sebagai pelindung material penahan

bagian luar (plat logam dinding furnace atau boiler).

Kelengkapan Furnace :

 Platform, adalah tempat laluan operator sekeliling dapur dalam pemeriksaan

kondisi operasi dapur.

 Acces door ( man way), berukuran cukup besar, digunakan pada saat

pemeriksaan atau perbaikan dapur.

 Exploition door, dipasang pada bagian atas radiant section sebagai pengaman

terhadap kemungkinan excess tekanan di dalam ruang pembakaran.

 Wind box, terpasang pada dudukan burner assy, selain untuk mengatur udara

pembakaran, juga untuk mengurangi kebisingan operasi furnace.

 Snuffing steam conection, terpasang pada daerah convection dan radiant, untuk

injeksi steam guna mengusir gas liar pada start up maupun shut down.
Hasil Perhitungan
Dari hasil perhitungan yang dilakukan didapat efisiensi furnace 15-F-
102 di unit Residue Catalytic Cracking periode 18 – 22 Februari 2018 pada tabel
dibawah ini :

Pembahasan
Diketahui efisiensi desain pada furnace 15-F-102 adalah 84,8 % sedangkan
efisiensi aktual rata-rata pada furnace 15-F-102 adalah 47.16 %. Dari data tersebut
dapat disimpulkan bahwa efisiensi furnace aktual berada dibawah efisiensi
desain. Jadi, furnace 15-F-102 masih bekerja dengan baik dan belum perlu
diadakan cleaning.
Furnace 15-F-102 mengubah saturated steam menjadi superheated
dengan menggunakan panas yang didapat dari reaksi pembakaran fuel gas.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi efisensi furnace antaralain adalah :
1. Panas yang hilang (Q Loss)
Efisiensi dipengaruhi oleh panas yang hilang. Semakin banyak panas yang
hilang maka efisiensinya semakin turun. Panas yang hilang pada furnace
disebabkan oleh panas yang menerobos keluar melalui refractor (dinding tahan
api) yang retak.
2. Terbentuknya kerak dinding tube bagian dalam
Penurunan efisiensi juga disebabkan karena terbentuknya kerak pada
dinding ube sehingga panas yang ihasilkan oleh fuel gas tidak bisa diserap
secara sempurna oleh steam yang terdapat dalam tube. Kerak disebabkan karena
steam mengandung logam Ca dan Mg.
Reaksi :
Ca(OH)2 + O2 CaO + H2O
Mg(OH)2 +O2 MgO + H2O
CaO dan MgO akan mengendap pada dinding tube bagian dalam sebagai
kerak, kerak mengakibatkan panas yang terserap steam berkurang sehingga
efisiensi furnace menjadi kecil. Untuk mencegah terbentuknya kerak pada tube
furnace dilakukan dengan mentreatment air yang masuk kedalam steam drum.
Treatment dilakukan dengan proses demineralisasi dengan menggunakan ion
exchange residue resin padaunit Demin Plant.
3. Terbentuknya Jelaga pada tube furnace bagian luar.
Penurunan efisiensi jga disebabkan karena terbentuknya jlaga pada dinding
tube bbagian luar. Jelaga terbentuk karena pembakaran yang kurang sempurna
dari fuel gas. Jelaga mengakibatkan perpindahan panas dari fuel gas menjadi
terhambat dan panas yang diterima oleh steam menjadi berkurang, akibatnya
efisiensifurnace menjadi berkurang.

PERHITUNGAN

 Menghitung Efisiensi Furnance Actual


Data diperoleh dari data-data actual pada tanggal 18 februari sampai 22
februari 2018
 Steam in
Dik : P = 4257,2187
𝐾𝑗
H = 2799,52 𝐾𝑔
𝐾𝑗 1 𝐾𝑐𝑎𝑙 𝐾𝑐𝑎𝑙
2799,52 𝐾𝑔 𝑥 4,1861 𝐾𝑗 = 668,765 𝐾𝑔
M = 127,63 Ton/jam
Dit : Q inlet
𝐾𝑐𝑎𝑙 𝑇𝑜𝑛 𝐾𝑔
Jwb : Q inlet = 668,765 𝐾𝑔 𝑥 127,63 𝑗𝑎𝑚 𝑥 1000 𝑇𝑜𝑛
𝐾𝑐𝑎𝑙
= 85.354.563,34 𝐽𝑎𝑚
 Steam out
Dik : P = 4257,2187
T = 330,47 ˚C
𝐾𝑗
H = 3034,48 𝐾𝑔
𝐾𝑗 1 𝐾𝑐𝑎𝑙 𝐾𝑐𝑎𝑙
3034,48 𝐾𝑔 𝑥 4,1861 𝐾𝑗 = 724,894 𝐾𝑔
M = 127,63 Ton/jam
Dit : Q outlet
𝐾𝑐𝑎𝑙 𝑇𝑜𝑛 𝐾𝑔
Jwb : Q outlet = 724,894 𝐾𝑔 𝑥127,63 𝐽𝑎𝑚 𝑥1000 𝑇𝑜𝑛
𝐾𝑐𝑎𝑙
= 92.518.258,62 𝐽𝑎𝑚
 Q absorb
Q absorb = Q outlet – Q inlet
𝐾𝑐𝑎𝑙 𝐾𝑐𝑎𝑙
= 92.518.258,62 𝐽𝑎𝑚 − 85.354.563,35 𝐽𝑎𝑚
𝐾𝑐𝑎𝑙
= 7.163.695,277 𝐽𝑎𝑚
 Q fuel gas
Q fuel gas = Q fuel gas – Q absorb
=
𝑁𝑚3
936,24 𝐾𝑔 𝐾𝑐𝑎𝑙
𝐽𝑎𝑚
( 22,4 𝑁𝑚3
) 𝐾𝑔𝑚𝑜𝑙 𝑥 21,3 𝐾𝑔𝑚𝑜𝑙 𝑥17063,823 𝐾𝑔
𝐾𝑐𝑎𝑙
= 15.191.306,1 𝐽𝑎𝑚
 Q loss
Q loss = Q fuel gas – Q absorb
𝐾𝑐𝑎𝑙 𝐾𝑐𝑎𝑙
= 15.191.306,1 𝐽𝑎𝑚 − 7.163.695,277 𝐽𝑎𝑚
𝐾𝑐𝑎𝑙
= 8.027.610,823 𝐽𝑎𝑚
 Efisiensi
𝑄 𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏
Efisiensi = 𝑄 𝑓𝑢𝑒𝑙 𝑔𝑎𝑠 𝑥 100%
𝐾𝑐𝑎𝑙
7.163.695,277
𝐽𝑎𝑚
= 𝐾𝑐𝑎𝑙 𝑥 100%
15.191.306,1
𝐽𝑎𝑚
= 47,156 %

Kesimpulan
Perhitungan efisiensi furnace 15-F-102 di unit Recidue Catalytic
Cracking dilakukan berdasarkan data operasional pada tanggal 18 – 22
Februari 2018. Dari hasil perhitungan dan pembahasan dapat disimpulkan
sebgai berikut :
1. Efisiensi aktual furnace 15-F-102 diunit RCC pada tanggal 18 – 22
Februari 2018 46.54% dan efisiensi desain furnace adalah 84,8%.
2. Efisiensi Furnace 15-F-102di unit RCC dipengaruhi oleh :
a. Panas yang hilang
b. Terbentuknya kerak dinding tube bagian dalam
c. Terbentuknya jelaga pada tube furnace bagian luar

Anda mungkin juga menyukai