PENDAHULUAN
1
a, Faktor Eksternal:
Faktor eksternal(diluar sistem dapur/furnace) antara lain tidak tercapainya
tempratur outlet dapur yang disebabkan Fouling pada Preheater atau
perubahan sumber fluida (dari up stream unit dirubah menjadi tanki) maupun
karena sebab-sebab lain misalnya Start/Stop unit dan lain lain.
b. Faktor Internal
Faktor ini dimaksudkan faktor yang ada dalam sistem dapur/fuel yang
menyebabkan operasi dapur maupun boiler tidak effisien.
Untuk mengendalikan pemakaian refinery fuel, maka kedua faktor
tersebut harus di kontrol dengan sebaik-baiknya sehingga pemakaian refinery
fuel aktual mendekati target minimum yang di tetapkan. meminimize panas
hilang disekitar konstruksi dapur, seperti : hilangnya panas pada dinding
dapur, stack atau cerobong, isolasi dan burner yang kurang perawatan
sehingga menciptakan panas pembakaran yang tidak maksimal, dlsb.
2
BAB-2
DAPUR (FURNACE)
3
Gambar 2.2 Diagram Fuel
.kondisi vakum atau atmosfir pada suhu sangat tinggi (biasanya antara 300 hinbgga
400 0C ) dan dengan tekanan yang dikontrol secara ketat. Proses pemanasan ini
membantu memecah molekul-molekul yang lebih besar dalam minyak mentah
menjadi senyawa yang lebih kecil, yang dapat diolah lebih lanjut menjadfi produk-
produk seperti bensin, diesel, pelumas dan bahan kimia, sesuai perencanaan proses
dan produk yang diinginkan.
Furnace di refinery proses dapat menggunakan berbagai jenis bahan bakar
seperti gas alam, batu bara, dan minyak sebagai sumber energi untuk memanaskan
minyak mentah. Proses pemanasan juga dapat diatur dengan menggunakan
teknologi canggih, seperti sistem kontrol otomatis dan teknologi pemulihan panas,
yang memungkinkan penggunaan energi yang lebih efisien dan meningkatkan
productifitas proses refinery.
4
Didalam proses penyulingan (Distilasi) minyak bumi, minyak mentah atau crude
oil di alirkan melalui pipa-pipa di dalam dapur ( Tube Coils). Kemudian dipanaskan
dengan nyala api yang diterima secara radiasi dan konveksi sampai tempratur
tertentu sehingga tercapai penguapan fraksi-fraksi minyak bumi yang di inginkan
sesuai dengan rencana pengolahan.
Umumnya ada 3 (tiga) jenis utama perpindahan panas, termasuk perpindahan
panas yang dapat terjadi pada dapur(furnace) penyulingan minyak bumi yaitu :
a. Konduksi
Merupakan perpindahan panas melalui suatu medium atau material tanpa adanya
perpindahan massa atau pergerakan partikel. Ini terjadi ketika dua benda dengan
suhu yang berbeda bersentuhan, sehingga energi panas dapat berpindah dari benda
dengan suhu yang lebih tinggi ke benda dengan suhu yang lebih rendah melalui
konduksi.
b. Konveksi
Merupakan perpindahan panas melalui pergerakan massa yang dihasilkan oleh
perbedaan densitas antara dua medium yang berbeda, seperti cairan atau gas. Ini
dapat terjadi dalam aliran fluida yang diakibatkan oleh perbedaan suhu atau
perubahan tekanan.
c. Radiasi
Merupakan panas melalui pancaran energi elektromagnetik dalam bentuk
gelombang elektromagnetik seperti sinar ultraviolet dan sinar-X. Radiasi panas dapat
berpindah melaui ruang hampa udara dan tidak memerlukan adanya medium atau
kontak fisik antara benda-benda yang terlibat.
5
Stack
Damper
Explosion
door
Convection
Section
Radiant
Section
Burner
6
2.2 Jenis-jenis Dapur
Adapun jenis-jenis dapur dapat dibagi dalam 3 type yakni sebagai berikut:
- Box type furnace.
- Cabin/A type furnace
- Vertical cylindrical furnace
7
“Furnace Cyllindrical Type”
8
Pemakaian Dapur.
Dalam proses pengolahan minyak bumi, pemakaian dapur dapat di golongkan
kedalam 3 group:
- Group Pertama, Dapur yang digunakan hanya untuk memanaskan tanpa atau
sedikit sekali terjadi perubahan komposisi dari material/bahan yang di proses.
- Burner. - Economizer
- Tube Coils. - Stack & Damper
- Dinding dapur - Air Preheater (APH)
2.3.1. Burner
Burner berfungsi sebagai tempat terjadinya pembakaran bahan bakar(Fuel Oil/Fuel
Gas), untuk mendapatkan nyala api dengan syarat tertentu dan menghasilkan panas.
Sementara bahan bakar yang digunakan dapat berupa:
- Bahan bakar Gas
- Bahan bakar cair
- Bahan bakar campuran keduanya (Gas & Cair)
9
Sedangkan Burner itu sendiri terdiri dari:
- Burner gun
- Air draft
- Air Register
- Combustion Chamber
Jenis-jenis Burner antara lain :
- Low Pressure Air Atomizing Burner.
- Rotary Burner
- High Pressure Steram Jet Burner
- Internal Mixing Medium Pressure Air Burner.
10
Gambar 2.6 High- Pressure Steam Jet Burner
11
Gambar 2.9 Burner
Susunan Burner atau letak Burner didalam dapur terdiri dari beberapa Type antara
lain :
- Type A. UP FIRED
- Type B. ENDWALL FIRED
- Type C. SIDEWALL FIRED
- Type D. SIDEWALL FIRED MULTI LEVEL
12
Gambar 2.11 Posisi Burner
13
Namun demikian umumnya untuk Crude Distilling Unit (CDU) banyak dipakai
material dari Carbon Steel.Apabila kita menginginkan luas permukaan pemanasan
yang lebih luas, maka umumnya banyak dipakai jenis Extended Surface Tube antara
lain (Gambar):
- Stud - Transversal
- Helix - Longitudinal
Stud
14
Gambar 2.13 Horizontal & Vertical Tube Coil
15
Pemasangan fire brick dilengkapi anchor(pengait) agar tidak rontok. Untuk
pemasangan Refractory yang baru, perlu dilakukan dry out (mengusir moisture
secara bertahap).
Isolasi
Isolasi merupakan bagian dari dinding dapur yang berfungsi antara lain:
- Menjaga panas dalam heater.
- Menjaga dinding (shell) bagian luar agar tetap lebih dingin.
- Keamanan pada saat operasi dan saat maintenance(perbaikan)
- Stabilitas struktur casing.
Sumber energy panas yang dihasilkan oleh bahan bakar inilah yang menjadi titik
tolak permasalah, sehingga konsumpsi bahan bakar dalam furnace perlu mendapat
sorotan khusus. Pembahasan materi kuliah tentang Refinery Fuel & Loss sangat
membantu usaha efisiensi pemanfaatan panas dalam industry perminyakan.
Ada 3 (tiga) macam metode perpindahan panas yang kita kenal yaitu Konveksi,
Konduksi dan Radiasi. Ketiga metode perpindahan panas tersebut terjadi dalam
proses pembakaran bahan bakar di furnace/dapur.
16
1. Konveksi.
Hantaran panas yang disebabkan oleh aliran fluida. Atau dengan kata lain,
Perpindahan panas dalam suatu fluida dari tempratur tinggi ke tempratur
rendah disertai perpindahan molekul dari suatu tempat ke tempat yang lain.
Sebagai contoh : Perpindahan panas pada minyak didalam pipa furnace
(Tube Coils).
2. Konduksi :
Hantaran panas yang disebabkan oleh hantaran zat padat. Sebagai contoh
yaitu perpindahan panas dari permukaan pipa dapur ke fluida (crude oil) yang
mengalir dalam pipa/tube coils.
.
3. Radiasi.
Hantaran panas yang disebabkan oleh pancaran gelombang
Elektromagnetik.
Sebagai contoh : Perpindahan panas dari sumber api di burner ke permukaan
pipa dapur / tube coils
Dari definisi jenis perpindahan panas tersebut diatas maka perpindahan panas yang
terjadi pada dinding dapur umumnya adalah perpindahan panas secara konduksi
dan perpindahan secara Radiasi. Setiap perpindahan panas, beda suhu sebagai
pendorongnya dan setiap perpindahan panas tersebut selalu ada tahanan atau
hambatan yang kita kenal dengan tanda “ R “.
Pada sistem konduksi : ( terjadi di dinding dapur !!)
k = Konduktivitas
Sedangkan :
Q = Jumlah panas
17
Dijelaskan secara hokum fundamental dari tahanan dan tekanan bila dugunakan di
dalam konduksi yaitu :
Dimana :
Bahan /Material
Luas Permukaan
Waktu
Harga “ k ” ini dapat dilihat pada tabel 17.1 buku “Nelson” Petroleum Refinery
Engineering – Hal 529.
Biasanya bahan-bahan tidak hanya terdiri dari pipa, tapi juga tanki, atau dinding saja.
Namun perhitungannya sama, hanya mungkin perbandingan suhunya akan berbeda
untuk masing – masing, sehingga untuk hal ini perlu adanya harga sebagai berikut
misalnya :
18
k1 , k2 , k3 .................... dst
Sehingga :
R = Tahanan/Resistance
Maka :
Sehingga :
Namun demikian ada juga heat loss / panas yang hilang, yang tergantung pada:
19
à Materials
à Kondisi
à Suhu
Untuk sederhananya apabila heat transfer melalui dinding yang rata dengan ratio
masing-masing tahanan adalah A1 = A2 = A3 maka berbeda temperatur akan
sebanding dengan tahanannya.
DT1 : DT2 : DT3 = R1 : R2 : R3
Contoh soal :
Ditanya : Berapa banyak panas yang hilang tiap jamnya melalui 10 ft2 (seluas
dinding 10 ft2 ).
Penyelesaian :
k1 = 0.82
k2 = 0.125
k3 = 0.52
k4 = 0.23
20
Q = 3443, 6 BTU
Juga dapat dihitung perbedaan temperatur pada masing –masing bahan dinding
dapur tersebut .
21
452
Sistem Konveksi (Terjadi di dalam Tube Coils / pipa dalam dapur !!!
( Isi pipa dalam dapur merupakan bahan/umpan yang akan dipanaskan)
Pada perpindahan panas dari fluida panas A ke – fluida dingin B maka timbul
beberapa tahanan R yakni R1– R2 –R3. Oleh karena tahanan pada ketebalan pipa
merupakan tahanan pada logam yang sangat kecil sekali, maka R2 sering
diabaikan . Sehingga tahanan yang ada adalah R1 & R3 saja.
R = R1 + R3
22
Fluida–Solid–Fluida.
Untuk pipa – pipa yang sudah dipakai, karena sudah mengandung deposite, maka :
Rd = Fouling factor yang didapat dari hasil pengamatan dan percobaan yang
kemudian dibuat dalam bentuk table (fouling factor):
23
Sehingga : Clean piping :
Deposite piping :
Q = U . A. ∆t
Jaminan pada saat kotor tapi hasil mampu memindahkan panas dengan baik apabila
Pada saat nilai Ud tertentu, pipa tersebut harus di cleaning dan agar supaya Rd table
terpenuhi, maka clean tube dilakukan bersamaan.
Konveksi
Konveksi merupakan konduksi melalui aliran suatu film fluida liq atau fluida gas.
Panas ini harus dipindahkan melalui film yang mengalir. Biasanya film ini sangat tipis
dan ketebalan tidak mudah diukur dan dianggap ”L”. Oleh karenanya diambil suatu
parameter lain untuk mengontrol tahanan fluida tentang panas, yaitu dengan
dinyatakan huruf “h”.
Maka bila suatu persamaan konduksi digunakan untuk perpindahan panas melalui
suatu fluida, panas nya sebagai berikut
24
Selanjutnya untuk tahanan Ro dan Ri biasanya dikenal juga dengan tahanan
“Fouling”(Rd) atau Over all transfer rate, “H”
Q = Ho x Ao x Dt (outside)
= Hi x Ai x Dt (inside)
Suatu panas sedang dipindahkan oleh suatu gas melalui dinding standar 2 inch dari
pipa ke dalam suatu air. Bila diketahui:
ho = 6 Btu/oF.ft2.hour
hw = 500 Btu/oF.ft2.hour hi
k = 12.25 Btu/oF.ft2.hour
Rd = 0 ( pipa bersih, baru)
Ditanya : Over all heat transfer (H) ?
25
2.3.4 Economizer
Economizer merupakan bagian dari dapur yang dugunakan unutk memanfaatkan
panas yang masih dikandung oleh Flue gas, sehingga panas ini dapat dipakai untuk
keperluan lain. Economizer ada 2 macam yaitu:
- Water Economizer
- Air Economizer
Yang biasa dilewatkan dalam economizer adalah steam basah, sehingga steam
basah setelah lewat economizer akan dapat dihasilkan steam kering dengan
tempratur dan tekanan yang lebih tinggi dari steam basahnya.
26
Gambar 2.14 Gambar Flue Stack
Gambar Damper :
• Untuk mengotrol draft pada furnace
• Tidak digunakan untuk mengontrol udara
pembakaran
• Pada contoh yang digunakan di sini, digunakan
untuk mengarahkan flue gas ke sistem
pemanas udara.
27
Gambar 2.15 Damper
28
Peralatan & Fasilitas Air Preheatere
29
BAB-3
BAHAN BAKAR (FUEL)
30
Dalam industry perminyakan ataupun industry kimia lainnya, berbagai jenis bahan
bakar dapat digunakan. Bahan Bakar minyak (Cair) umumnya akan lebih mudah
terbakar dan memberikan nyala api yang baik dalam pembakarannya bila dalam
bentuk kabut.
Pada umumnya sumber dan jenis-jenis bahan bakar yang banyak digunakan dalam
industry adalah sebagai berikut :
a. Gas.
Gas sebagai bahan bakar, biasa diperoleh dari hasil pengolahan (Refinery
Fuel Gas) atau dari Gas Alam (Natural Gas) yang mempunyai nilai kalori
rendah, karena umumya gas alam mempunyai kandungan carbon dioksida
(CO2) dan Nitrogen (N2) cukup tinggi.Namun demikian Gas alam (Natural Gas)
sering digunakan sebagai bahan bakar utama dalam industri pengolahan
minyak karena sifat kebersihannya.
Natural Gas (Gas Alam).
Merupakan Gas yang dihasilkan dari suatu proses pengeboran dengan
kandungan terbesar adalah: Methane (C1), Ethane (C2), Propane (C3),
Buthane (C4) , Pentane (C5).
31
Sering digunakan untuk menggerakkan mesin, pemanas dan boiler atau untuk
menghasilkan listrik melalui turbin gas.
Natural gas secara fisik, berada dalam bentuk gas pada suhu &
Tekanan normal. Sifat lain, LPG tidak berwarna dan tidak berbau secara
alami. Namun dalam aplikasi industri dan rumah tangga, penambahan zat
pengindra bau seperti Merkaptan dilakukan untuk mendeteksi kebocoran gas
dengan mudah. Densitas Natural gas lebih ringan dari udara sehingga gas tsb
cenderung naik ke atas jika terlepas ke lingkungan terbuka. Titik didih dan
pemadatan natural gas terdiri dari campuran berbagai komponen, dengan
methane (CH4) menjadi komponen utama Methan memiliki titik didih sekitar -
162 OC ( - 260 OF).
Namun pada suhu dan tekanan normal tetap berada dalam fase gas.. Sifat
yang lain, kurang larut dalam air dibandingkan dengan bahan bakar lain seperti
ethanol & methanol. Namun gas-gas lain yang terkandung dalam natural gas seperti
ethana, propana dan butana dapat larut dalam minyak bumi atau pelarut organik
lainnya. Konduktivitas Thermal Natural Gas memiliki konduktivitas thermal yang
sama dengan LPG.
32
Gambar 3.2 LPG Tanker & Storage LPG
c. Naphtha
Pada umumnya banyak dipakai sebagai bahan bakar di pabrik pembuatan hydrogen
(H2) di samping Refinery Fuel Gas atau Gas Alam. Produk minyak bumi ini (Naphtha)
digunakan sebagai bahan bakar di industri pengolahan minyak, biasanya digunakan
sebagai bahan bakar alternatif ketika pasokan gas alam terganggu.
.
d. Diesel/Kerosine
Bahan ini termasuk Middle Distilate Fuel, pada umumnya dipakai untuk Boiler,
Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan mesin-mesin turbine. Beberapa pabrik
pengolahan minyak mulai menggunakan bahan bakar alternatif seperti biomassa,
solar, dan limbah yang dapat diubah menjadi bahan bakar.
e. Batu bara
Batu bara digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan uap yang digunakan
dalam proses pengolahan minyak.
f. Fuel oil
Bahan ini merupakan minyak fraksi dari Residue, dan banyak dipakai sebagai bahan
bakar dapur-dapur berapi maupun Boiler, bahkan unit-unit pengolahan (Refinery)
bahan bakar fuel oil ini, dioperasikan secara bersama-sama dengan fuel gas. Bahkan
kedua fuel oil & fuel gas ini sering dioperasikan secara bergantian, saat stock salah
satu fuel tersebut mengalami gangguan baik teknis maupun non teknis.
33
Gambar 3.3 Tangki Fuel Oil
Gambar !!
34
Untuk bahan bakar cair, misalnya Visbreaker Tar, Vacuum Bottom, Lube
Extract, Mixed Residue dan lain-lain tergantung jenis bahan bakar yang
diproduksi. Sedangkan untuk bahan bakar gas, misalnya Refinery Fuel Gas yang
dipergunakan sebagai bahan bakar adalah yang tidak lagi mengandung potensi
produk lain, misalnya kandungan C3 & C4 (LPG), Ethylene maupun Sulphur (S).
Pada sebagian besar industri perminyakan (Refinery),bahan bakar cair
dan bahan bakar gas dapat dipakai secara bersamaan. Namun untuk
menghindari adanya losses dari kelebihan gas (Refinery Fuel Gas) yang dibakar
di Flare, maka pola operasi pemakaian bahan bakar adalah memaksimumkan
pemakaian Refinery Fuel Gas dan meminimumkan pemakaian Fuel Oil.
35
- Lingkungan ( Pencemaran udara dan emisi gas beracun, efek rumah kaca
dan perubahan iklim, Pengaruh terhadap kualitas air dsan tanah).
Sifat - sifat bahan bakar dalam proses pembakaran yang perlu diketahui antara
lain
3.3.1 Komposisi Kimia
Untuk fuel Oil, komposisi kimia secara umum adalah:
Carbon = 81 – 86 % wt
Hydrogen = 11 – 14 % wt
Oxygen = 0.3 – 0.6 % wt
Nitrogen = 0.01 – 1.0 % wt
Water = 0.5 % wt
Ash = 0.5 % wt
Sulphur = 0.3 – 0.5 % wt
Untuk Refinery.Fuel Gas, komposisinya ber variasi tergantung jenis fuel gas yang
diolah serta cara pemerosesannya. Sebagai contoh komposisi Refinery.fuel gas
adalah sebagai berikut:
CH4 32.0 % vol
C2H4 7.0 % vol
C2H6 27.0 % vol
C3H6 8.5 % vol
C3H8 20.0 % vol
C4H8 0.5 % vol
C4H10 0.5 % vol
H2S 4.5 % vol
Efek langsung : Sulphur itu sendiri memiliki nilai kalori yang rendah. Ketika
sulphur terbakar, panas yang dihasilkan relatif kecil dibandingkan dengan bahan
bakar utama.
36
Ini berarti sebagian dari energi yang seharusnya dihasilkan dari pembakaran
bahan bakar, namun justru digunakan untuk membakar sulphur.
Efek tidak langsung : Pembakaran sulphur menghasilkan SO2, yang memilki nilai
kalori yang rendah atau bahkan nol. Karena SO2 tidak memberikan kontribusi
signifikan terhadap energi yang dihasilkan selama pembakaran, sulphur secara
efektif mengurangi nilai kalori.
Selanjutnya SO2 dan SO3 hasil reaksi tersebut bertemu dan bereaksi dengan
uap air (H2O) yang berasal dari udara pembakaran maupun dari bahan bakarnya
sendiri. Persamaan reaksi lanjutan tersebut adalah sebagai berikut:
37
Gambar 3.5 Refinery Unit
Hasil-hasil reaksi tersebut diatas terikut didalam Flue gas hasil pembakaran
sehingga mempunyai sifat korosi asam. Sifat korosi flue gas hasil pembakaran
sangat mungkin terjadi tergantung dari:
- Konsentrasi dari H2O dan SO3
- Tempratur operasi dari dapur, dimana kondisi didalam dapur harus selalu
dijaga pada tempratur kondensasi atau “Dew Point” dari SO3
Dalam praktek, maka untuk low sulphur fuel biasanya tempratur operasi dapur
dijaga sekitar 176oC. Pada tempratur yang jauh melebihi dari “dew point” 176 0C
akan menyebabkan adanya heat losses yang keluar melalui cerobong.
Sedangkan pada tempratur dibawah 1760C akan menyebabkan kondensasi
sehingga mengakibatkan korosi terhadap peralatan.
Disamping sifat korosi seperti telah diuraikan diatas, adanya kandungan
sulphur didalam bahan bakar menyebabkanpanas hasil reaksinya menjadi
rendah, sehingga kandungan SO2 di dalam bahan bakar sangat menentukan
harga dari bahan bakar tersbut.
38
Menurut Peraturan Pemerintah tentang Keselamatan Kerja dan lindungan
Lingkungan diberikan batasan kandungan sulphur didalam Flue Gas yang
dibuang keudara 800 ppm (maksimum).
Oleh karenanya besar kecilnya kandungan sulphur didalam bahan bakar menjadi
sangat pentingdalam pemilihan bahan bakar.
39
Dimana :
- LHV adalah lower heating value dalam satuan energi (kJ/kg, Btu/lb dlsb)
- GHV adalah Gross heating value dalam satuan energi yang sama dengan
LHV.
- Latent Heat of vaporization adalah panas latent uap air yang dihasilkan
saat kondensasi uap air. Nilai ini biasanya diberikan dalam satuan energi
per unit massa (misalnya kJ/kg atau Btu/lb
- Moisture content adalah persentase kandungan air dalam bahan bakar.
Perhitungan GHV dari fuel oil biasanya melibatkan analisa Laboratorium yang
komperhensif untuk memnperoleh data yang akurat. GHV fuel oil juga dapat
diestimasi dengan menggunakan nilai kalor jenis yang diketahui dan metode
perhitungan yang disebut “Metode Dulong”. Metode Dulong ini merupakan
metode perkiraan yang memperkirakan GHV berdasarkan komposisi kimia bahan
bakar. Rumus perkiraan GHV adalah sebagai berikut :
Dimana: C = Kadar karbon dalam persen berat, wt%.....( sekitar 85-90 wt%)
H = kadar hydrogen dalam persen berat, wt%.....( sekitar 10-12 wt%)
O = kadar oxygen dalam persen berat, wt%........( biasanya ,< 1wt%)
S = kadar belerang dalam persen berat, wt%.......( sekitar 1 – 5 wt%)
40
Maka pengertian :
GHV : adalah panas yang dihasilkan perkilogram fuel, berlaku bila
suhu awal dan akhir = 15 oC, dan air yang terbentuk berupa
cairan. Dengan demikian GHV dapat dirumuskan dalam
persamaan berikut :
GHV = (C% x 8100) + (H% x 34.400) + S% x 2500 Kcal/kg
Kenyataan dalam operasi, flue gas yang keluar dari stack tempraturnya masih
tinggi (diatas dew point), sehingga air yang ikut bersama-sama flue gas berupa
uap dan terikat dalam sampel analisa.
Maka rumus GHV cocok dipakai untuk penentuan harga fuel, maupun kalkulasi
secara cepat. Untuk menghitung nilai panas secara cepat, berlaku persamaan
sebagai berikut :
a. Bahan bakar Cair:
41
3.3.4 Impurities
Impurities didalam bahan bakar biasanya terdiri atas pasir, air maupun
kotoran lain misalnya kerak. Impurities dari air didalambahanbakar dapat
menyebabkan api pembakaran tidak stabil dan menurunkan nilai kalori dari bahan
bakar. Sedangkan impurities lain seperti pasir/kerak dapat menyebabkan
clogging.
42
Merupakan ratio antara berat minyak dengan berat air pada volume
yang sama dan pada tempratur tertentu. Perbandingannya dengan
tempratur kadang-kadang dinyatakan dalam dua cara yaitu :
o Spec.Grav 15/15oC, berarti minyak dan air diukur pada volume dan
temperatur yang sama.
o Spec.Grav 15/40C, berarti air diukur pada 4 0C, karena pada 40C
density Air = 1 kg/liter. Dari pengertian tersebut diatas, maka
Spesific Gravity minyak (Spec.Gravity 15/40C) dapat dinyatakan
dalam persamaan :
43
Hubungan antara Heat Content (Kcal/Kg) dengan berbagai variasi suhu dari
bermacam-macam density minyak dinyatakan dalam grafik maupun penggunaan
persamaan yang berlaku.
44
dilakukan untuk bahan bakar gas Pada umumnya komponen bahan bakar gas terdiri
atas 85-95% Hidrogen dan Methane, sedang sisanya adalah hydrokarbon lain,
Nitrogen dan inert gas lain, yang diperoleh dari K.O. Drum maupun Vessel.
Secara proses phisis fraksi berat ikutan di dalam bahan bakar gas dipisahkan di
dalam drum/vessel menjadi kondensat.
Sedangkan bahan bakar gas kering yang diperoleh langsung disalurkan ke
dalam dapur-dapur berapi maupun boiler sebagai Refinery Fuel Gas dengan tekanan
sekitar 15-20 psig pada burner dan nilai bakar berkisar 1000 BTU/Ft3.
Proses pembakaran bahan bakar gas yang terjadi adalah sebagai berikut :
Mix Drum 6”
12”
16” 16”
Vessel/Drum
8” 10” 6” 10” 6”
Sumber gas Sumber gas Sumber gas
45
Vessel/Drum - 1 Vessel/Drum - 2
Dari blok diagram sederhana di atas, maka tujuan dari pengelolaan bahan bakar gas
(Refinery Fuel Gas System) adalah untuk mensuplai bahan bakar gas ke dalam
dapur-dapur berapi, boiler, gas engine maupun gas turbin pada tekanan dan nilai
panas yang konstan.
Di dalam Refinery Fuel Gas System termasuk di dalamnya adalah pipa
pengumpul (Pipe Header), mix drum dan pipa penyalur, sebagai back up system,
biasanya dilengkapi dengan system Vaporizer (LPG) yang berguna untuk
mempertahankan agar tekanan di dalam drum konstan. Apabila terjadi tekanan
berlebih, maka gas tersebut akan dibuang ke flaring system.
Mix Drum
Umumnya tekanan gas pada burner di dapur-dapur berapi maupun boiler
dipertahankan pada 15-20 psig. Untuk menghindari adanya penurunan tekanan pada
saluran pipa distribusi maupun control valve, maka tekanan operasi di dalam mix
drum biasanya dipertahankan pada kisaran 30-40 psig.
Apabila bahan bakar gas dipakai untuk gas turbine di Kilang, maka tekanan bahan
bakar gas harus berkisar 125-150 psig, dan biasanya dibuat terpisah.
System Perpipaan
Saluran distribusi gas antara mix drum headers pada burners biasanya berdasarkan
perhitungan kehilangan tekanan antara 0.2 – 0.5 psi untuk setiap 100 ft panjang
pipa.
46
dengan yang dikehendaki, sehingga pengkabutan dan pembakaran bisa
dilaksanakan dengan baik.
Contoh Blok Diagram sederhana dari Pengelolaan bahan bakar cair (Fuel Oil)
adalah sebagai berikut :
Steam
Kondensat TI PI
Steam
LI
F.Oil TI
Make up Tanki penimbun Dual strainer Motor Pump
PI
Turbin Pump
Condensate
Ke burners
Dapur
Recircuration Heater
Heater
Distribusi Dual
Ke burners
Strainer
Dapur
PIC
Tanki Penimbun
Kapasitas tanki penimbun fuel oil biasanya dirancang untuk persediaan selama 5
hari (atau lebih) dari operasi pada normal firing rate di semua dapur berapi maupun
47
boiler ysng menggunakan fuel oil, dan biasanya terdiri dari satu atau lebih tanki
penimbun. Untuk fuel oil yang sumbernya terdiri dari beberapa macam komponen
(misal LSWR, Vacuum Bottom, Flux) maka disarankan mempunyai dua buah tanki
untuk memberi kesempatan Blending maupun Settling.
Temperatur dalam tanki harus di kontrol sehingga tidak melebihi temperatur
penguapan air, dan memenuhi syarat temperatur pemompaan. Untuk itu tanki fuel oil
dilengkapi dengan Temperatur Indicator (TI) ataupun Automatic Tempratur Control
(TC), dan tanki tersebut di isolasi.
System Pemompaan dan Pemanasan.
System pemompaan dan pemanasan untuk mengatur viskositas fuel oil seperti yang
diinginkan, pada umumnya merupakan paket yang tidak terpisahkan. Tekanan
pemompaan dan temperatur fuel oil setelah pemanasan biasanya tergantung dari
jenis burner yang dugunakan.
Untuk jenis burner “Steam/air atomizing” biasanya bertekanan rendah, sedangkan
untuk jesis burner “Pressurized Atomizing” bertekanan tinggi.
Adanya penurunan/kehilangan tekanan karena gesekan dipipa, strainer, maupun
burner, maka pompa fuel oil biasanya dirancang dengan tekanan 125-150 % lebih
tinggi, sehingga dapat memenuhi kebutuhan seluruh dapur-dapur berapi sebagai
konsumen fuel oil. Sehingga diperoleh viskositas yang sesuai untuk tujuan
pengkabutan pada burner-burner didalam dapur berapi.
System Perpipaan
Saluran isap dari pipa fuel oil umumnya di desain sedemikian rupa sehingga
kehilangan tekanan pada saluran tersebut tidak melebihi 0.3 Psi untuk setiap 100 ft
panjang pipa.
Saluran tekan sampai ke burner-burner serta sirkulasi biasanya dilengkapi dengan
isolasi, untuk mempertahankan temperatur pengkabutan pada burner-burner
maupun temperatur fuel oil pada tanki penimbun.
48
yaitu penimbunan, dipanaskan agar dicapai kondisi dimana mudah dipompakan dan
pengkabutan (gasified) maupun atomisasi sehingga dapat mudah terbakar
Ada dua grade fuel oil yang umumnya dipergunakan sebagai bahan bakar kilang
pengolahan minyak, yaitu grade No 2 dan grade No.6.
Fuel Oil grade No.2 adalah jenis bahan bakar cair ringan, mudah dialirkan dan di
atomisasi tanpa pemanasan.
Fuel Oil grade No.6 adalah jenis bahan bakar cair berat, sangat viscous dan
membutuhkan pamanasan pada kisaran 175oF sampai dengan 225oF sehingga
dicapai viskositas yang sesuai dengan desain burner atomizer. Fuel Oil grade No.6
ini juga dapat menyebabkan timbulnya partikel-partikel zat yang tidak terbakar dan
asap pada flue gas hasil pembakaran, dan menyebabkan fouling pada permukaan
pipa terutama pada daerah konveksi.
Proses pembakaran bahan bakar cair yang terjadi adalah sebagai berikut:
49
Jika tekanan suplai fuel terlalu rendah, panas yang disediakan tidak cukup
memenuhi beban boiler walaupun control valve terbuka penuh.
Untuk ketelitian pengukuran aliran suplai bahan bakar gas misalnya, tekanan fuel
gas harus stabil, karena aliran gas diukur berdasarkan tekanan dan di konversikan
secara matematik ke satuan volume pada tekanan standard. Maka jika tekanan
suplai gas berubah-ubah suplai (Volume) bahan bakar gas juga berubah-ubah.
Pada operasi dapur maupun boiler harus dilindungi dari suplai fuel yang
berlebihan akibat tekanan fuel terlalu tinggi pada up stream, sehingga akan
menimbulkan bahaya kebakaran pada alat maupun manusia.
Pada kondisi dimana tekanan suplai fuel bervariasi pada range yang lebar,
biasanya dipasang dua buah regulator besar dan kecil secara paralel, dimana
keduanya diset pada tekanan yang berbeda. Valve yang besar akan menutup pada
saat tekanan up stream rendah, dan aliran (rendah) akan diatur oleh valve yang
kecil, demikian sebaliknya.
50
Diakibatkan suhu fuel oil terlalu rendah, Viskositas fuel terlalu tinggi disamping
tersumbatnya lobang burner tip sehingga proses pengkabutan terhambat.
d) Flame impingment.
Diakibatkan oleh suhu fuel oil terlalu tinggi, viskositas terlalu rendah atau karena
api mengenai burner tile. Berubahnya sudut pancar lobang burner tip karena erosi
juga dapat menyebabkan flame impingment.
e) Oil dripping
Adanya fuel (butir-butir bahan bakar cair) jatuh sebelum terbakar, penyebabnya
selain Viskositas fuel tidak tepat, atomizing kurang sempurna atau posisi gun burner
tidak tepat (terlalu tinggi/terlalu rendah).
51
orange, adalah nyala yang baik dan proses pembakarannya sempurna. Biasanya
diikuti asap putih keluar dari cerobong.
b) Memasang strainer pada bagian isap pompa fuel maupun udara yang akan
masuk kedapur, dan membersihkan secara rutin.
52
BAB-4
PROSES PEMBAKARAN DIDALAM DAPUR
Sama seperti halnya dengan diesel/solar sebagai bahan bakar, persamaan reaksi
kimianya :
4C12H23(l)+7102(g) 48CO2(g) + 46H2O(g) + heat
53
Reaksi pembakaran sempurna metana dengan oksigen dituliskan sebagai berikut :
Dalam reaksi ini, metana (CH4) bereaksi dengan dua molekul oksigen (O2) dan
menghasilkan karbon dioksida (CO2) dan dua molekul air (H2O).
Dalam reaksi ini, karbon (C) bereaksi dengan oksigen (O2) dan menghasilkan
karbon dioksida (CO2).
Bahan bakar hidrokarbon yang lebih kompleks seperti Propana (C3H8) dapat
mengalami pembakaran dengan oksigen. Reaksi pembakaran sempurna propana
dengan oksigen dapat dituliskan sebagai berikut :
Dalam Reaksi ini, Propana (C3H8) bereaksi dengan lima molekul oksigen (O2) dan
menghasilkan tiga molekul karbon dioksida (CO2) dan empat molekul air (H2O).
Setiap reaksi pembakaran bahan bakar akan menghasilkan energi panas dengan
rumus umum :
Q = m x Cp x ΔT
Dimana “Q” adalah jumlah panas yang dilepaskan atau heat release (dalam satuan
energi, seperti joule atau kalori), m adalah massa bahan bakar yang terlibat dalam
54
reaksi (dalam satuan kilogram), c adalah kapasitas kolor spesifik bahan bakar
(dalam satuan energi per massa dan per suhu, seperti joule/kg 0k atau kalori / gram
0
C), ΔT adalah perubahan suhu yang terjadi selama reaksi (dalam satuan suhu,
seperti kelvin atau celcius).
Rumus Reaksi Pembakaran :
Q = M X ΔH
Dimana : Q adalah jumlah panas yang dilepaskan atau heat release (dalam satuan
energi,seperti joule atau kalori), m adalah massa bahan bakar yang terbakar (dalam
satuan kilogram) ΔH adalah entalpi perubahan reaksi pembakaran (dalam satuan
energi per massa, seperti joule/kg atau kalori / gram).
For Example :
Calculate the total absorbed duty if m = 600.000 lb/h (75.60 kg/s),
Cp = 0.826 Btu/lb-oF, (3458 ) / kg-oC), and the temprature increases from 200 0F to
300 0F, (93 oC to 149 oC)
Q = 600.000 X 0.826 X (300-200)
Q = 49 560 000 Btu/h
Q = 50 MMBtu /h or 14.5 MW
55
The rated duty of the heater in this example is there fore 50 MM Btu/h (14.5 MW).
The absorption of this duty is split batween the radiant and convection section, as
shown in figure 2-1.
Untuk mengenal proses pembakaran bahan bakar didalam dapur/Furnace,
diperlukan pemahaman tentang beberapa hal berikut ini :
Bahwa bahan bakar gas merupakan gas ideal, sehingga kita harus ingat dengan
rumus-rumus gas ideal ;
PV = n RT
PV
= Constant
T
n ṽ p’
Y = = =
N V P
Volume 1 mole gas dalam keadaan STP = 359 ft3 = 22.4 ltr.
Unsur-unsur mayor dalam Bahan Bakar terdiri dari C (Carbon) & H (Hydrogen).
Unsur-unsur minor : Nitrogen-Oxygen-Sulphur-logam-logam dll.
56
Secara Stoichiometri pembakaran, proses pembakaran merupakan proses reaksi
kimia sehingga perhitungan-perhitungan pembakaran mengikuti perhitungan reaksi
kimia yang terjadi. Satuan yang digunakan dalam perhitungan reaksi pembakaran
adalah satuan “Mole”. Reaksi yang terjadi dalam proses pembakaran bahan bakar
yang umumnya komposisi hydrocarbon, yaitu Carbon (C) dan Hydrogen (H), maka
reaksi pembakaran adalah:
Pada umumnya, karena pengelolaan bahan bakar yang kurang baik, suplai udara
pembakaran yang tidak cukup atau hal-hal lain, dapat menyebabkan reaksi tidak
sempurna, misalnya persamaan sebagai berikut:
57
Nama Heating Lbudara/
Reaksi Bahan BM Value Lbbb
bakar (Btu/Lb) No Exces
H2 + 1/2O2 H2O
C + O2 CO2
Hydrogen 2 61400 34.6
C + 1/2O2 CO
Carbon 12 14600 11.6
CO + ½ O2 CO2
Carbon 12 4400 5.8
S + O2 SO2
CO 28 4050 2.48
CH4 + 2O2 CO2 +
Belerang 32 10160 4.35
2H2O
Methan 16 23920 17.28
C2H4 + 3O2 2CO2 +
Ethylene 28 21650 14.81
2H2O
Ethan 30 22350 16.13
C2H6 + 31/2O2 2CO2 +
3H2O
Pembakaran sempurna adalah pembakaran yang paling baik, karena panas yang
dihasilkan adalah paling besar.
58
Mengenai perbandingan antara unsur-unsurnya didalam bahan bakar dan
oxygen bisa stochiometri, bisa juga tidak stoichiometri
Oleh karena pada dasarnya tidak ada yang sempurna, maka gas hasil
pembakaran (ghp) harus dianalysa untuk mengetahui sampai sebarapa jauh derajat
ketidak sempurnaan pembakaran tersebut.
Pembakaran Lengkap
59
4.2 Panas Pembakaran
Panas pembakaran merupakan sejumlah panas yang dihasilkan oleh suatu reaksi
pembakaran bahan bakar.
- Net Heating Value (NHV)
Sejumlah panas yang dihasilkan oleh reaksi pembakaran dikurangi dengan
sejumlah panas yang dibutuhkan untuk pengembunan uap air yang terbentuk
dari reaksi pembakaran
- Gross Heating Value (GHV)
Merupakan sejumlah panas yang dihasilkan dari reaksi pembakaran termasuk
panas yang dibutuhkan untuk mengembunkan uap air yang terbentuk dari
reaksi pembakaran.
60
Berikut ini ada beberapa peralatan yang umum digunakan untuk meng-analisa
konsentrasi gas buangan / flue gas:
- Flue Gas Analyzer.
- Gas Chromatography (GC).
- Mass Spectrometry (MS).
- Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR).
- Electrochemical sensors.
- Particulate matter monitors.
Terkadang Flue Gas harus di analisa dengan menggunakan lebih dari satu macam
teknik pengukuran sehingga data tersebut dapat digunakan untuk memeriksa kondisi
operasi yang kurang / tidak efektif dan dapat mencegah pencemaran lingkungan.
Analisa gas buang penting untuk alasan lingkungan dan keamanan.
Konsentrasi tinggi polutan dalam gas buang dapat memiliki dampak negatif pada
kualitas udara dan kesehatan manusia. Informasi yang diperoleh dari analisis gas
buang juga dapat membantu mengidentifikasi area dimana pembakaran dapat
dioptimalkan dalam rangka mengurangi emisi dan meningkatkan efisiensi
Sample
CO O2 CO2
.
III II I
100
Buret ukur
10
I Berisi KOH
II Berisi Pyrogalol
III Berisi CuCl2 + HCl
61
Prinsip Pesawat Orsat terdiri dari 3 buah tabung reaksi yang di isi bahan-bahan
kimia untuk menyerap gas CO2, gas O2 dan gas CO. Lalu juga sebuah buret ukur
dengan kapasitas 100 cc dan sebuah Leveling Botol.
Leveling Botol berfungsi untuk mengalirkan gas atau menarik sampel ke
dalam buret gas, sekaligus mengukur ketinggian permukaan cairan yang ada dalam
buret gas dan % gas yang diukur.
Buret gas disini diselubungi jacket air agar gas yang di ambil suhunya sama dengan
suhu kamar. Perlu diketahui dan diperhatikan bahwa Pesawat Orsat bukanlah
Instrument Precisi. Oleh karena itu dalam cara penggunaannya harus diperhatikan
antar lain:
- Adanya kebocoran-kebocoran dari sambungan slang.
Untuk mengecek kebocoran diambil udara luar dengan volume tertentu, lalu
leveling botol di angkat ke atas beberapa lama. Apabila volume udara
berkurang, itu berarti ada kebocoran.
- Chemical yang dipergunakan
Chemical yang ada dalam pipet reaksi dengan pemakaian yang cukup lama
akan menurunkan aktivitasnya, Untuk itu pada waktu-waktu tertentu, harus
diganti..
- Urutan-urutan penyerapan tidak boleh di rubah, harus dari tabung I-II-III (pada
gambar)
Udara kelebihan
Persent kelebihan udara dalam pembakaran = ------------------------- x 100 %
Udara theoritis
atau
Udara kelebihan
% Kelebihan Udara = ---------------------------------------------- x 100%
(Total Udara – Udara kelebihan
Perlu dicatat bahwa apabila dalam gas hasil pembakaran terkandung CO,
maka Oxygen bebas yang terdapat dalam analysa Orsat bukan merupakan
kelebihan Oxygen. Tapi kelebihan oxygen yang sebenarnya adalah diperoleh
dengan mengurangkan equivalent oxygen yang digunakan untuk mengubah CO
menjadi CO2 kepada oxygen bebas.
62
Contoh Perhitungan.
1. Sebuah dapur menggunakan bahan bakar gas alam yang dianggap terdiri dari
senyawa H-C saja (Gas inert di abaikan). Gas hasil pembakaran setelah di
analysa dengan Pesawat Orsat :
CO2 : 9.5 % vol
O2 : 2.0 % vol
CO : 1.8 % vol
N2 : 86.7 % vol
Ditanya :
- Berapa perbandingan mole net hydrogen terhadap carbon dalam bahan bakar
- Berapa % kelebihan udara yang digunakan dlm pembakaran (Excess air = ?)
Mole C Mole O2
CO2 9.5 mole 9.5 9.5
O2 2.0 mole - 2.0
CO 1.8 mole 1.8 0.9
N2 86.7 mole - -
11.3 12.4
Net Hydrogen
63
Sudah tanpa panas pengembunan H2O
Apabila bahan bakar menggunakan minyak berat sebagai bahan bakar maka dalam
proses pembakaran bahan bakar tersebut dipakai uap air (steam) untuk atomisasi.
Perlu juga diperhitungkan apabila udara yang digunakan untuk pembakaran
adalah udara basah, maka untuk mengetahui berapa uap air yang terdapat dalam
udara perlu diketahui berapa % kelembapan atau relatif humidity nya.
2. Fuel oil yang berupa Mid Continent Tapped Crude yang juga mengandung 1.1 %
Oxygen & Nitrogen. Ditunjukkan pada table 14.3 Nelson sebagai berikut :
64
0
API = 27.1
C ( Carbon ) = 86.1%
H2 ( Hydrogen) = 12.0 %
S ( Sulphur ) = 0.35 %
Ash Content = 0.45 %
Penyelesaian :
H2 + ½ O2 H2O
Panas yang dibutuhkan jika 1 lb H2O di embunkan pada suhu 60oF = 1058.2 BTU
BM H2 = 2
BM H2O = 18
1 lb mole H2 bila dibakar, menghasilkan 1 lb mol H2O
2 lb H2 bila dibakar, menghasilkan 18 lb H2O
Contoh perhitungan N0.3 ( Example 14-6 W.L Nelson Hal 428) !!!
3. Jika fuel (soal-2) di atas di bakar dengan 50% Excess air,
Hitunglah : Analysa Orsat dari flue gas dan Analysa gas hasil pembakaran kering
65
Penyelesaian : Basis 1 lb Fuel
.
C + O2 CO2
H2 + ½ O2 H2O
S + O2 SO2
0.861 lb
Mole C = = 0.0717 lbmole
12 lb/lbmole
0.12 lb
Mole H2 = = 0.0600 lbmole
2 lb/lbmole
0.0035 lb
Mole S = = 0.0001 lbmole
32 lb/lbmole
0.011 lb
Mole O2 = = 0.0004 lbmole
30 lb/lbmole
66
O2 yang dibutuhkan untuk Excess air 50% :
= 0.1016 + 0.0508 = 0.1524 lbmole.
79
N2 dari udara = x 0.1524 = 0.5733 lbmole.
21
N2 dalam fuel = 0.0002 lb mole.
N2 dalam flue gas = 0.5735 lb mole
Lbmole %
CO2 0.0717 10.30
SO2 0.0001 0.01
O2 Excess 0.0508 7.30
N2 0.5735 82.39
Total 0.6961 100.00
N2 = 0.5735 75.85
T o t al = 0.7561 100.00
67
BAB 5
TARGET PEMAKAIAN REFINERY FUEL
(PERFORMANCE)
Unjuk kerja suatu dapur dalam unit pengolahan (Refinery) sangat erat
hubungannya dengan masalah Energi. Kehilangan energi dalam perpindahan panas
terjadi ketika energi yang seharusnya ditransfer dari suatu objek ke objek lainnya,
hilang atau berkurang dalam jumlah yang tidak diinginkan. Hal ini dapat terjadi
karena beberapa faktor, termasuk konduksi, konveksi dan radiasi.
Kehilangan energi melalui konduksi terjadi ketika panas berpindah dari satu
objek ke objek lain melalui kontak langsung. Proses ini dapat terganggu oleh
keberadaan bahan isolasi atau perbedaan suhu antara kedua objek yang
berhubungan.
Kehilangan energi melalui konveksi terjadi ketika panas ditransfer aliran fluida,
seperti udara atau air. Kehilangan energi melalui kinveksi dapat terjadi jika ada
turbulensi perubahan suhu atau ketidak stabilan dalam aliran fluida.
Kehilangan energi melalui radiasi terjadi ketika objek memancarkan panas
melalui gelombang elektromagnetik. Hal ini dapat terganggu oleh penghalang yang
menghalangi radiasi panas atau perbedaan suhu antara objek yang memancarkan
panas dan objek yang menerima panas.
Biasanya performance suatu dapur dinilai berdasarkan Effisiensinya. Jadi
dapur yang baik, efisiensinya tinggi dan sebaliknya yang kurang baik effisiensinya
rendah. Dapur-dapur yang bekerja secara batch dimana banyaknya panas yang
tidak bermanfaat pada saat dapur mulai bekerja dan dapur pada saat berhenti
bekerja efisiensinya sangat rendah (bisa mencapai hanya 15%).Effisiensi dapur yang
bekerja secara kontinyu jauh lebih tingi, namun demikian efisiensinya paling tinggi
berkisar 60 % - 75 %.
Efisiensi pembakaran adalah rasio antara jumlah enegi yang dikeluarkan
selama pembakaran bahan bakar dengan jumlah energi yang terkandung dalam
bahan bakar yang dibakar. Efisiensi pembakaran umumnya diukur dalam persentase
68
dan dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja mesin pembakaran seperti Boiler,
tungku dan mesin pembakaran dalam kendaraan.
Efisiensi pembakaran yang lebih tinggi menghasilkan lebih sedikit limbah dan
emisi yang tidak diinginkan, serta mengurangi kebutuhan bahan bakar dan beaya
operasional yang terkait. Namun, mencapai efisiensi pembakaran yang lebih tinggi
dapat menjadi tantangan karena adanya kerugian dalam proses pembakaran seperti
kehilangan panas melalui dinding dan pipa, kondensasi, dan kehilangan panas dari
produk sampingan.
Efisiensi pembakaran dapat ditingkatkan dengan berbagai cara, seperti
memperbaiki desain sitem, meningkatkan isolasi, menggunakan bahan bakar yang
lebih efisien, dam memelihara mesin atau sistem dengan baik untuk meminimalkan
kehilangan energi. Selain itu, penggunaan teknologi kontrol emisi seperti
penambahan alat pemurni gas buang juga dapat meningkatkan efisiensi pembakaran
dengan mengurangi jumlah emisi yang dihasilkan dari proses pembakaran.
Energy Intensity Index (EII) adalah sebuah indikator yang digunakan untuk
mengukur efisien Energi suatu Industriatau suatu sektor tertentu.indikator ini
mengukur jumlah energi yang dibutuhkan per unit out put dari suatu industri atau
sektor.EII biasanya di hitung dalam satuan energi per unit fiksi produksi, seperti
energi per unit produksi atau energi per unit pendapatan.
Semakin rendah nilai EII, semakin efisien energi digunakan dalam proses
produsi.Hal ini daapat mengurangi biaya operasional dan dapat membantu
menguragi emisi gas rumah kaca dan polutan lainnya yang dihasilakn dari proses
produksi.Sebagai contoh, industri yang menggunakan teknologi yang lebih efisien
energi dan mengadopsi praktik produksi bersih (Clean production) dapat mewakili
nilai EII yang lebih rendah dibandingkan dengan industri yang tidak melakukan
upaya untuk meningkatkan efisien energinya.
Indikator EII sering digunakakn oleh pemerintah, Lembaga internasional,dan
perusahaan efisien energi dan melakukan pemantauan terhadap perkembangan
efisien energi dari waktu ke waktu. Selain itu, EII juga dapat digunakan sebagai salah
satu kriteria dalam pengambilan keputusan investasi dan perencanaan strategis di
bidang industri.
69
5.1 Effisiensi Dapur
Effisiensi dapur adalah perbandingan antara panas yang berguna terhadap input
panas total, sedangkan panas berguna tersebut adalah panas yang digunakan
untuk memanaskan muatan/beban/umpan suatu dapur
Input panas total adalah seluruh panas total yang dimasukkan ke dalam dapur
meliputi panas yang diberikan oleh bahan bakar, panas yang diberikan atomizing
steam, panas yang dibawa oleh udara pembakaran dan panas yang dibawa bahan
bakar dari filter (Panas sensibel). Kadang-kadang kita dapat menyatakan :
Panas berguna
Effisiensi dapur = x 100 %
Panas berguna + Panas hilang
Panas yang hilang adalah sejumlah panas yang tidak berguna yang keluar
melalui dinding dapur, Fondasi, Atap, lubang-lubang dan panas yang dibawa oleh
gas hasil pembakaran (g.h.p).
Dari sejumlah panas ini, yang paling besar adalah panas hilang di bawa oleh gas
hasil pembakaran. Untuk dapur-dapur yang modern, panas hilang melalui dinding,
atap, fondasi dan lubang-lubang dapur dapat diperkirakan + 10 %. Sisanya adalah
panas yang dibawa oleh gas hasil pembakaran, sehingga biasanya panas ini
dimanfaatkan untuk Economizer atau Preheater.
Berdasarkan teori neraca panas didalam dapur atau boiler, maka perhitungan untuk
menentukan Thermal effisiensi atau efisiensi didapur dapat dilakukan dengan 3(tiga)
cara yaitu :
Menentukan panas berguna dan Input panas total
Menentukan panas berguna dan panas yang hilang
Menentukan panas masuk dan panas keluar.
Namun, umumnya yang banyak digunakan adalah cara yang sederhana dan mudah
yaitu cara pertama.
70
5.1.1 Menentukan Panas yang berguna
Untuk menentukan panas yang berguna, haruslah diketahui kondisi input dan
output dari beban yang dimasukkan.
Metode yang dipakai adalah methode Neraca Panas. Di samping itu sifat fisik dari
beban juga harus diketahui.
Contoh.
To Vi s/d Vn
Ti Ln
Crude oil dengan °Api dan sifat distilasi yang tertentu pada suhu Ti akan dimasukkan
he dalam dapur menghasilkan suatu uap dengan komposisi: Vi s/d Vn dan residu Ln,
untuk panas yang berguna adalah :
Untuk fuel oil: dilihat dari nilai kalori (NHV & GHV) Yang diperoleh dari
grafik/table.
Untuk gas ditentukan nilai kalori rata-rata seperti tabel dibawah ini.
71
Contoh untuk menentukan nilai calori rata-rata dari suatu “Refinery fuel gas”.
Refinery fuel gas dari suatu kilang pada hari tertentu menunjukan analysa sebagai
berikut: ( Ref. Table 14.4”Combustion Characteristic of Gas Fuel”, W.L Nelson Edisi
ke-4 Hal 414)
BM
Fuel % LHV %berat
Lb/lb Kcal/Kg
Gas Vol Kcal/Kg % molxBM= %berat
mole
28680 x 73.00 =
H2 36.14 28680 2.02 36.14 x 2.02 = 73.00
20.936.4
3636 x 5.11 =
H2S 0.15 3636 24.08 0.15 x 24.08 = 5.11
185.8
11955 x 43.94 =
C1 2.74 11955 16.04 2.74 x 1604 = 43.95
5.254,2
5.42 x 30.07 = 11351 x 162.97 =
C2 5.42 11351 30.07
162.98 18.499.9
11.24 x 44.10 = 11080 x 497.884 =
C3 11.24 11080 44.10
495.68 54.921,3
4.95 x 58.12 = 10905 x 287.694 =
iC4 4.95 10905 58.12
287.69 31.372,6
25.69 x 58.12 10933 x 1493.1 =
nC4 25.69 10933 58.12
=1493.10 163.240,6
6.11 x 72.15 = 10821 x 440.83 =
iC5 6.11 10821 72.15
440.84 44.703,3
7.51 x 72.15 = 10843 x 541.84 =
nC5 7.51 10843 72.15
541.85 58.752,8
3544.2 397.866.9
72
Jawab :
1. Dari buku Perry atau Nelson di peroleh harga-harga LHV/Low Heating Value-
Kcal/Kg, seperti pada kolom diatas yaitu 28680, 3636………..dst.
2. Tentukan BM masing-masing komponent fuel gas
3. Konversi % vol ke % wt dengan cara
BM = lb/lbmol lb = BM x lbmole
%wt = % lbmole x lb/lbmole = % lb = % wt
397.866,9
4. Nilai calori rata-rata = = 11.226 Kcal/kg
35,442
Q = m x Cp x Δt
Contoh soal
4000 Bbl/day crude oil 37 °API keluar dari preheater masuk dapur pada suhu 300°F.
Menurut analysa, crude oil ini akan menghasilkan bahan-bahan sebagai berikut
:
Bahan % Vol °API
73
Bensin 87 ON 12 64.5
Bensin regular 16 51.0
Kero 6 44
Diasel fuel 16 37.3
Gasoil 12 31.5
Topped crude 37 -
Total 99
Loss 1
Dari curva Equilibrium Flash Vaporazation (EFV) Atmosferic untuk Crude Oil tersebut
dapat ditentukan bahwa suhu yang dibutuhkan untuk penguapan 63 % hasil adalah
sebesar 6950F.
a. Hitunglah berapa total beban panas dapur.
b. Bila Effisiensi 81%, berapa jumlah kebutuhan bahan bakar jika dalam hal ini
dipakai bahan bakar yang mempunyai NHV = 1475 Btu/Ft3
4000 bbl/day
Penyelesaian
Note : Beban dapur = panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 300 0F ke 695
o
F plus panas untuk menguapkan sebanyak 63% Crude Oil
74
Panas berguna
Efisiensi = x 100 % = 81 %
` Panas masuk
Q = m x Cp x Δt
75
b. Eff = Panas berguna
Panas yang disuplai
(0.81)(1475)BTU/ft3
Dengan cara yang sama, maka dapur pada eff. Tertentu, kebutuhan fuel dapat
dihitung sebagaimana table berikut:
Dari data tsb, maka Fuel Loss (utk soal diatas) dan kerugian akibat proses
pembakaran bahan bakar dapur dapat dihitung
76
5.2.2 Langkah- langkah Perhitungan
Langkah – langkah perhitungan dimaksud antara lain :
Menentukan kandungan panas umpan masuk dapur.
Menentukan panas yang diserap oleh umpan.
yaitu panas umpan keluar dapur dikurangi panas umpan masuk dapur.
Panas keluar dapur ditentukan berdasarkan jumlah umpan yang teruapkan.
Menentukan panas yang disupply oleh bahan bakar yaitu terdiri dari ;
- Panas yang dikandung oleh steam atomizing
- Panas sensible udara pembakaran
- Panas yang dikandung oleh fuel oil untuk pembakaran
- Panas pembakaran fuel oil
- Panas pembakaran fuel gas.
Menentukan panas yang hilang dibawa oleh flue gas lewat cerobong asap ;
t2 t1
Qx = mx ( qx – qx ).
Dimana ; Qx = jumlah panas yang dibawa oleh zat x.BTU
Mx = jumlah lbmole zat x.
t2
qx = Panas zat x pada tempratur-t2 …….. BTU/lbmole.
t1
qx = Panas zat x pada tempratur-t1 …….. BTU/lbmole
77
Temperatur stack : 700oF.
- Data Umpan;
Jumlah masuk dapur ltr/day : 280000
Spec. Grav. 60/60oF : 0.8550
o
API Gravity : 34.0
Distillation
o
IBP F : 156.
o
10 % Vol F : 279.
o
20 % Vol F : 392.
o
30 % Vol F : 469.
o
40 % Vol F : 518.
o
50 % Vol F : 558.
o
60 % Vol F : 608.
o
70 % Vol F : 662
78
C3H8 0.84
iC4H10 0.19
nC4H10 0.26
iC5H12 0.12
nC5H12 0.11
C6H14 0.14
C7H16+ 0.49
5.2.4. Perhitungan.
Basis Temperatur : 60oF.
Waktu : 1 jam Operasi
- Menentukan panas yang di serap oleh umpan.
t30% + t50% + t70%
tv =
3
= 563oF
= 6.4 oF/%
= 520oF
K = 11.6 (Lampiran 1)
79
Menentukan % umpan yang teruapkan.
Merupakan ASTM Dist ke EFV Dist. dari umpan ;
Slope DRL (Distillation Reference Line) = 6.4 oF/%
Slope FRL (Flash Reference Line) = 4.7 oF/% (Lampiran 3a)
50% DRL = t10% + (50 – 10) % x Slope DRL
= 279 + 40 x 6.4 oF
= 535oF
T50% (DRL – FRL) = 28oF (Lampiran 3b)
50 % FRL = 535oF – 28oF
= 507 oF
Menentukan temperature % vol yang lain seperti table berikut,
Dimana ;
- Untuk DRL dipakai Reference t10% dgn slope DRL
- Untuk FRL dipakai Reference t50% dgn slope FRL
80
727 648
90 : 279 + (90- 10) x 6.4 = 507 – ( 50 – 90) x 4.7 =
791 695
Ratio t; 10 % vol = 0.98
20 % vol = 0.82
30 % vol = 0.67
40 % vol = 0.57
50 % vol = 0.48 (Lampiran 3c)
60 % vol = 0.41
70 % vol = 0.34
80 % vol = 0.28
90 % vol = 0. 23
Dari table diatas, maka dapat dilukis curva ASTM Dist dan curva EFV Dist
pada tekanan 1 atm (14.7 Psi). Lampiran 4.
Dari kedua curva didapatkan titik potong (22.5% ; 419 oF). Sehingga diperoleh suhu
didih pada Tek. 17.6 Psi yaitu sebesar = 435oF ------------- Lampiran 5.
Dari titik (22.5% ; 435oF) di lukis curva EFV Dist tek.17.6 Psi yaitu curva yang
sejajar dengan curva EFV tek. 14.7 Psi.
81
Dengan menarik temperature 662oF (Kondisi umpan keluar dapur) maka akan
memotong curva EFV Dist Tek.17.6 Psi. Titik potong ini menunjukan persentase
yang teruapkan dari umpan.
Hasil menunjukan ;
o Teruapkan = 77.5% vol
o Cairan = 22.5 % vol
Dimana yang teruapkan ini berupa ;
o Bensin
o Kerosine
o Solar
o PH Solar
Sedangkan cairan adalah produk; Residue.
Persentase Berat: SG 60/60oF dari umpan = 0.8550
SG 60/60oF dari Residu = 0.9136
0.8550 = 0.225 x 0.9136 + 0.775 x SG 60/60 Teruapkan.
0.8550 – 0.20556
SG 60/60oF Teruapkan =
0.775
= 0.8380
= 37.4o API.
Persentase berat yang teruapkan,
0.8380
= 0.775 x
0.8550
= 0.7596
= 75.96 %.
82
Tek operasi = 17.6 Psia.
Sehingga kandungan panas uap keluar uap = 323 BTU/lb. (lampiran 2)
= 5.384.223.3 BTU/jam.
= 1.865.813.7 BTU/jam
83
Jumlah panas umpan keluar dapur =
(5.384.223.3 + 1.865.813.7) BTU/jam = 7.250.037 BTU/jam
Panas umpan masuk dapur :
28000 x 0.8550 x 2.2 x 58.62
= = 1.286.415.9 BTU/jam
24
84
Kandungan panas Fuel Oil.
6374 x 0.9227 x 2.2 x 79.70
= = 42. 967.7 BTU/jam
24
= 30550.4 BTU/jam
85
Jumlah pemakaian Fuel gas di tentukan dengan cara pendekatan sebagai berikut
: Data tgl 1-31 Oktober 1982:
Ledok 2.722.482
75000
Kawengan 4.928.014
7.650.496
Pemakaian gas untuk masak kawengan sebanyak 4.928.014 ltr/bln
4.928.014 75000
= x
7.650.496 30
Pemakaian gas untuk kawengan dengan kapasitas 280000 ltr/day atau 8.400.000
ltr/bulan
8.400.000
= x 1610.36 NM3/day
4.928.014
= 2744.92 NM3/day
1829.95 520
= x x 35.314 cuft/jam
24 550
= 2545,744 cuft/jam
520
: Perubahan NM3 (90oF) ke M3 (60oF)
550
86
35.314 : Konversi M3 ke Cuft.
87
= 1.722.539.6 BTU/jam.
C = 67 – 16,834 lb/jam
= 50.166 lb/jam
= 50.166 lbmole/jam
12
= 4.18 lbmole/jam
Selanjutnya dengan cara yang sama, dapat ditentukan jumlah mole C dan H 2 dari
masing- masing komponen fuel gas tersebut sebagaimana seperti tabel pada
halaman berikut ini :
88
Fuel Gas Masuk dapur = 6.72 lbmole/jam
Berat tiap
Berat total C/H H2 C
Komposisi lbmole fuel
(lb) Ratio (lbmole) (lbmol)
gas.(lb).
CH4 9.974 67 2.98 8.42 4.18
C2H6 0.679 4.56 3.97 0.46 0.30
C3H8 0.370 2.49 4.46 0.23 0.17
iC4H10 0.110 0.74 4.76 0.06 0.05
nC4H10 0.151 1.01 4.76 0.09 0.07
iC5H12 0.087 0.58 4.96 0.05 0.04
nC5H12 0.079 0.53 4.96 0.04 0.04
C6H14 0.121 0.81 5.11 0.07 0.056
C7H16+ 0.491 3.3 5.21 0.266 0.231
9.686 5.137
Lbmole C dan H2 dari fuel oil
Fuel oil = 6374 ltr/day
6374 x 0.9227 x 2.2
=
24
= 535.75 lb/jam
Rumus ;
% wt H = 26 – 15 x sg 60/60oF
= 26 – 15 x 0.9227.
H = 12.16 % wt
= 0.1216 x 536.75 lb/jam
= 65.27 lb/jam
65.27
H2 =
2
= 32.64 lbmole/jam.
% wt C = 100 – 12.16 = 87.84
C = 0.8784 x 536.75 = 471.48 lb/jam
89
C = 471.48/12
= 39,29 lbmole/jam (BM “C” = 12)
Total lbmole C dalam Fuel = 5,137 + 39,29
= 44,424 lb mole/jam
Total lbmole H2 dalam Fuel = 9,686 + 32,64
= 42,324 lbmole/jam
82.1
N2 = x 44.424 = 506.557
7.2
90
= 641.2 lbmole/jam
79
N2 = x 65.586 = 246.728 lbmole/jam
21
= 137858 BTU/jam
Panas yang hilang dibawa oleh Flue Gas terdiri dari panas yang hilang dibawa oleh ;
- CO2
- H2O
- C2
91
- N2
Dengan Lampiran 10 maka dapat ditentukan jumlah panas yang hilang yang dibawa
oleh masing-masing gas hasil pembakaran sebagai berikut :
92
Neraca Panas.
Panas masuk system ;
- Panas pembakaran Fuel Oil = 9.720.301.7 BTU/jam
- Kandungan panas Fuel Oil = 42.967.7 BTU/jam
- Panas pembakaran Fuel Gas = 1.722.539.6 BTU/jam
- Panas Sensible dari udara = 137.858.0 BTU/jam
- Kandungan Panas Steam
– Atomizing = 30.550.4 BTU/jam
Neraca Panas
Panas BTU %
Masuk………………… :
Keluar ; 11.654.217.4 100.0
Diserap Umpan…………
Lewat Stack -------------- 5.963.621.1 51.2
Dinding dapur & 3.123.270.0 26.8
Losses-- 2.567.326.3 22.0
100.0
5.963.621.1
Effisiensi dapur = x 100 % = 51.2 %
11.654.217.4
93
Contoh lain tentang Perhitungan “Effisiensi Furnace/Dapur” suatu proses
distililasi minyak bumi.
Diketahui : Produk
36oAPI
K=11.5 Gasoil : 12 % Vol
94
Bensin 87 64.5 oAPI
Bensin req 51.0 oAPI
Kero 44.0 oAPI
Diesel 37.3 oAPI
Gasoil 31.5 oAPI
Perhitungan :
38804169.49
1. Calori rata-rata = 11373,04488 Kcal/kg
3411.942
= 11373.04488 x 1.8 BTU/lb
= 20471,481 BTU/lb
= 19.600 lb/jam.
= 401241027.6 BTU/jam
2. Product :
Bensin 87 ON : 12 % Vol
95
Bensin Req : 16 % Vol
Kerosine : 16 % Vol
Diesel F : 16 % Vol
Gasoil : 12 % Vol
Losses : 1 % Vol
37 % Vol
Disini kita dimaksudkan membuat phase diagram, apabila tekanan operasi > 1
atm.
Apabila tekanan operasi 1 atm, suhu flash = suhu pada EFV dist sesuai
dengan % vol teruapkan.
(Misal : 60 % vol EFV temperatur nya xoF maka suhu Flash LHK 60%
teruapkan dalam xoF) langsung diambil dari Dist EFV, asalkan EFV dist
pada 1 atm juga.
96
o
API Grav = 36 Pc = 680oPsia
Slope = 8.3
Menentukan PF/Tek.focal dgn FiG 12-12 Edmister
VABP = 507oF PF – Pc = 225
Slope = 8.3 PF = 225 + 680 = 905 Psia.
Hasil – hasil TF, PF, TC dan PC serta data EFV dist di plot dalam grafik log (tersedia)
Dari hasil plot tersebut diatas, ternyata dengan 63% teruapkan dan tekanan 35 Psia
diperoleh suhu flash 550oF (35 Psig = 35 + 14,7 = 49.7 Psia).
m = 100.000 bbl/day
= 100 x 12310 lb/jam (APP,,A” Nelson Hal: 907)
= 1231000 lb/jam.
Q = m.Cp.dt.
= 1231000 lb/jam x 0.635 BTU/lboF x 300 oF
= 234505500 BTU/jam
97
100.000 bbl/day = 100.000 bbl/day x 42 gall/bbl x 1 hari/24 jam
= 175.000 gallon/jam
0.12 x
Bensin 6.0 21.000x6.01=126.21
12 175,000 0 0
87 ON 1 0
= 21.000
0.16 x
Bensin 6.4 180.880 x 42
16 175.000 = 180.880 42
Reg 6 = 7. 596.960
= 28.000
0.06 x
6.7 70.455 x 68
Kerosine 6 175.000 = 70.455 68
1 = 4.790.940
= 10.500
0.16 x
6.9 195.440 x 83
Diesel F 16 175.000 = 195.440 83
8 = 16.221.520
= 28.000
0.12 x
7.2 151.830 x 93
Gasoil 12 175.000 151.830 93
3 = 14.120.190
= 21.000
Total = 42.729.610
277.235.100 BTU/jam
= x 100%
401.241.027.6 BTU/jam
98
= 69.8 %
99