Anda di halaman 1dari 18

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGOLAHAN MINYAK BUMI

HEAT OF COMBUSTION

GROUP 11

GROUP PERSONNEL:
DWIRA SATRIA ARBY (1606835550)
MUHAMMAD ZULFIKAR FAUZI (1606905310)
RAIS SALSA MUHAMMAD (1606827883)
RIEDO DEVARA YUSHARYAHYA (1606895354)
SURYA AYUATI NING ASIH (1606905310)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS INDONESIA
MARET 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena tim penulis dapat menyelesaikan
makalah pengolahan minyak bumi mengenai heat of combustion.

Sebagai calon insinyur Teknik Kimia sudah sepantasnya tim penulis mempelajari
berbagai hal terkait topik pengolahan minyak bumi, terutama dalam aspek heat of
combustion.

Walaupun banyak kendala yang dihadapi sepanjang pembuatan makalah ini, tim
penulis bertekad untuk menyelesaikan laporan ini sebagai komitmen dan
tanggungjawab demi memenuhi tugas mata kuliah pengolahan minyak bumi. Untuk
itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan makalah ini.

Tim penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, tim penulis mengharapkan adanya kritik serta saran agar makalah bisa dapat
lebih baik lagi kedepannya.

Tim penulis berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan
dapat menambah wawasan kami khususnya mahasiswa Teknik Kimia.

Depok, 3 Maret 2018

Tim Penulis

ii Universitas Indonesia
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii


DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................... 3
1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................... 3
BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................ 4
2.1 Metode Analisis....................................................................................... 4
2.1.1 Heat of Combustion of Liquid Hydrocarbon Fuels by Bomb
Calorimeter (D 240) ........................................................................................ 4
2.1.2 Heat of Combustion of Liquid Hydrocarbon Fuels by Bomb
Calorimeter (D 4809) ...................................................................................... 4
2.1.3 Heat of Combustion of Aviation Fuels (D 6446) .............................. 5
2.2 Alat Ukur................................................................................................. 6
2.2.1. Ruang Uji .......................................................................................... 6
2.2.2. Bom oksigen ..................................................................................... 6
2.2.3. Kalorimeter ....................................................................................... 6
2.2.4. Jaket................................................................................................... 6
2.2.5. Termometer ....................................................................................... 6
2.3 Bahan ....................................................................................................... 7
2.4 Standarisasi ............................................................................................. 8
2.5. Prosedur .................................................................................................. 8
2.6. Kelebihan dan Kekurangan Kalorimeter Bom ................................. 11
2.6.1. Kelebihan Kalorimeter Bom ........................................................... 11
2.6.2. Kekurangan Kalorimeter Bom ........................................................ 11
BAB 3 KESIMPULAN ....................................................................................... 12
REFERENCES .................................................................................................... 13

iii Universitas Indonesia


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kalorimeter Bom ............................................................................... 7

iv Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL

Table 1. 1. Nilai entalpi dan heat of combustion dari hidrokarbon ................. 2


Table 2. 1. Data Hasil Uji D 4809......................................................................... 5
Table 2. 2. Perhitungan Net Heat of Combustion .............................................. 5

v Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.1.1. Definisi Heat of Combustion
Heat combustion dari suatu bahan bakar adalah jumlah kalor yang
dihasilkan ketika bahan bakar mengalami pembakaran sempurna. Gross dan net
heat of combustion adalah dua variabel yang digunakan dalam perhitungan heat of
combustion.
• Gross heat of combustion
Jumlah energi yang dikeluarkan ketika bahan bakar mengalami pembakaran
pada volume tertutup yang konstan, dengan produk berupa gas. Hasil dari
pembakaran berupa karbon dioksida, nitrogen oksida, sulfur dioksida, dan
air.
• Net heat of combustion
Jumlah energi yang dikeluarkan ketika bahan bakar mengalami pembakaran
pada tekanan konstan, dengan produk berupa air, dan gas. Produk hasil
pembakaran sama seperti gross heat of combustion.
Heat of combustion memiliki unit megajoules per kilogram (MJ/kg). Heat
of combustion dapat dihitung dengan perhitungan menggunakan karakteristik
tertentu dari suatu senyawa atau dapat dilakukan dengan menggunakan kalorimetri
bom. Perhitungan dari jumlah energi yang dikeluarkan dapat diketahui apabila kita
memiliki data entalpi dari senyawa tersebut dan bisa digunakan persamaan:

𝑞 = 𝑛 𝑥 𝑚𝑜𝑙𝑎𝑟 𝑒𝑛𝑡ℎ𝑎𝑙𝑝𝑦 𝑜𝑓 𝑐𝑜𝑚𝑏𝑢𝑠𝑡𝑖𝑜𝑛

1 Universitas Indonesia
2

Table 1.1. Nilai entalpi dan heat of combustion dari hidrokarbon


Molar Heat of
Substance ∆𝑯𝒓𝒆𝒂𝒄𝒕𝒊𝒐𝒏
Combustion Combustion Reaction
(Fuel) (kJ/mol)
(kJ/mol)
Methane 890 𝐶𝐻4 + 2𝑂2 → 𝐶𝑂2 + 2𝐻2 𝑂 -890
Ethane 1560 𝐶2 𝐻6 + 7/2 𝑂2 → 2𝐶𝑂2 + 3𝐻2 𝑂 -1560
Propane 2220 𝐶3 𝐻8 + 5𝑂2 → 3𝐶𝑂2 + 4𝐻2 𝑂 -2220
Butane 2874 𝐶4 𝐻10 + 13/2𝑂2 → 4𝐶𝑂2 + 5𝐻2 𝑂 -2874
Octane 5460 𝐶8 𝐻18 + 25/2 𝑂2 → 8𝐶𝑂2 + 9𝐻2 𝑂 -5460
Methanol 726 𝐶𝐻3 𝑂𝐻 + 3/2𝑂2 → 𝐶𝑂2 + 2𝐻2 𝑂 -726
Ethanol 1368 𝐶2 𝐻5 𝑂𝐻 + 3𝑂2 → 2𝐶𝑂2 + 3𝐻2 𝑂 -1368
Propan-1- 𝐶3 𝐻7 𝑂𝐻 + 9/2𝑂2
2021 -2021
ol → 3𝐶𝑂2 + 4𝐻2 𝑂
Butan-1-ol 2671 𝐶4 𝐻9 𝑂𝐻 + 6𝑂2 → 4𝐶𝑂2 + 5𝐻2 𝑂 -2671
(Sumber: Reproduced from https://brainmass.com/)

Adapun tahapan yang dilakukan adalah:


• Menghitung mol dari senyawa yang mengalami pembakaran
• Menghitung jumlah energi total dari hasil pembakaran
• Menghitung energi per senyawa hasil pembakaran → q/n
1.1.2. Defini ASTM
ASTM adalah American Society of the International Association for Testing
and Materials. Pada awalnya, hal ini berfungsi untuk mendefinisikan dan prevensi
penghancuran rel dengan membuat standar yang memastikan kualitas rel yang
tinggi. Sekarang, standar ini digunakan pada umumnya untuk mengembangkan dan
mempublikasikan standar teknikal untuk industri demi meningkatkan kualitas
produk dan keselamatan.
ASTM mempublikasikan buku yang membahas beberapa produk, servis,
dan industri diantara lain:
• Plastik
• Adhesif
2 Universitas Indonesia
3

• Karet
• Besi
• Baja
• Konstruksi
• Tekstil
• Nuklir
• Dan lain sebagainya.
1.2 Perumusan Masalah
Beberapa masalah telah dirumuskan dalam pembuatan makalah ini demi
pendefinisan topik yang lebih menyeluruh, yaitu:
• Apa prinsip atau metode analisis heat of combustion berdasarkan ASTM?
• Apa alat ukur yang digunakan dalam menganalisis heat of combustion
berdasarkan ASTM?
• Apa kelebihan dan kekurangan dalam menganalisis heat of combustion
berdasarkan ASTM?
1.3 Tujuan Penulisan
• Memahami prinsip heat of combustion berdasarkan ASTM.
• Memahami dan dapat menganalisis heat of combustion berdasarkan ASTM.

3 Universitas Indonesia
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Metode Analisis


2.1.1 Heat of Combustion of Liquid Hydrocarbon Fuels by Bomb Calorimeter (D
240)
Metode ini sangat berguna untuk pengukuran heat of combustion pada
hidrokarbon yang memiliki sifat volatilitas yang ringan dan hasil residu. Metode ini
kurang akurat bila dibandingkan metode D 4809. Heat of combustion ditentukan
dengan cara membakar suatu sampel hidrokarbon di dalam kalorimeter beroksigen
pada kondisi operasi yang telah ditentukan. Heat of combustion dihitung dari
temperatur, sebelum, sedang, dan setelah pembakaran dengan penggunaan
thermochemical dan faktor koreksi terentu. Data yang dihasilkan menggunkana
metode ini memiliki nilai repeatability sebesar 0.13 MJ/kg dan nilai reproducibility
sebesar 0.40 MJ/kg.
2.1.2 Heat of Combustion of Liquid Hydrocarbon Fuels by Bomb Calorimeter (D
4809)
Metode tes ini dilakukan, khususnya, pada penilaian bahan bakar turbin
pesawat. Metode ini dapat digunakan baik untuk, bahan bakar yg volatil maupun
tidak volatil. Tingkat akurasi yang dihasilkan dengan menggunakan tes ini lebih
tinggi dibandingkan D 240.
Pengujian dilakukan dengan pembakaran sampe hidrokarbon pada
kalorimeter beroksigen dengan kondisi operasi yang telah ditentukan. Peningkatan
temperatur akan diukur dengan alat pengukur temperatur tertentu yang akan
digunakan dalam proses kalibrasi untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.
Biasanya, jenis kalorimeter yang digunakan adalah isoperibol ataupun adiabatik
kalorimeter.

4 Universitas Indonesia
5

Table 2. 1 Data Hasil Uji D 4809


Repeatability (MJ/kg) Reproducibility (MJ/kg)
Samples
Gross Net Gross Net
All Fuels 0.097 0.096 0.228 0.324
Non-volatile 0.096 0.099 0.239 0.234
Volatile 0.100 0.091 0.207 0.450
(Sumber: Reproduced from ASTM D 4809)

2.1.3 Heat of Combustion of Aviation Fuels (D 6446)


Salah satu faktor perfoma pada bahan bakar pesawat adalah net heat of
combustion. Untuk pesawat yang membutuhkan energi yang tinggi, net heat of
combustion per unit massa dan total massa bahan bakar yang digunakan menjadi
penentu dari tingkat keamanan. Dan terdapat nilai minimum dari net heat of
combustion tertentu agar mesin pesawat bisa beroperasi lebih efisien.
Metode ini digunakan sebagai pelengkap pengujian yang dilakukan dengan
metode lain untuk bahan bakar pesawat. Metode ini menghitung nilai dari net heat
of combustion dengan menggunakan densitas bahan bakar, tingkat kandungan
sulfur, dan kandungan hidrogen. Perhitungan senyawa-senyawa tersebut dapat
dilakukan dengan metode di bawah ini:

Table 2. 2. Perhitungan Net Heat of Combustion

ASTM Standards
Hydrogen D 3701, D 4808 or D 5291, D 1217, D
1298, D 4052 or Guide
Density at 15 ℃ D 1250, D 129, D 1266, D 1552, D
2622, D 3120
Sulfur D 4294 or D 5453
(Sumber: Reproduced from ASTM D 4809)

Universitas Indonesia
6

2.2 Alat Ukur


Adapun alat ukur yang digunakan dalam menentukan panas pembakaran
untuk hidrokarbon cair:
2.2.1. Ruang Uji
Ialah ruang dimana kalorimeter beroperasi harus terbebas dari perubahan
suhu yang terjadi secara tiba-tiba. Sinar matahari juga tidak boleh mengenai jaket
atau termometer pada alat secara langsung, sehingga digunakan fasilitas pelindung
terkait aspek cahaya, panas, dan sirkulasi udara. Upaya lain yang dapat disediakan
adalah pengatur termostatik untuk suhu ruang dan untuk kelembapan relatif.
2.2.2. Bom oksigen
Kapasitas volume internal nya 350±50 mL. Seluruh bagian harus dibangun
dari bahan yang tidak terpengaruh oleh proses pembakaran agar pengukuran akurat.
Bom di desain agar cairan hasil pembakaran dapat diperoleh seluruhnya. Hal yang
perlu dipastikan lagi ialah tidak adanya kebocoran gas selama tes berlangsung. Bom
harus mampu menahan uji tekanan hidrostatik terhadap tekanan gauge pada 3000
psi (20 MPa) di suhu ruang.
2.2.3. Kalorimeter
Alat kalorimeter sebaiknya terbuat dari tembaga atau kuningan. Dari segi
ukuran, perlu disesuaikan agar bom benar-benar terendam seluruhnya dalam air
ketika kalorimeter dirakit. Kalorimeter harus dilengkapi pengaduk agar suhu air
seragam ketika dimasukkan panas minimum.
2.2.4. Jaket
Kalorimeter dibalut dengan jaket air, menjaga agar suhu tetap (konstan) atau
menyesuaikan suhu jaket sehingga sama dengan suhu kalorimeter ketika proses
adiabatik (Q = 0). Jaket di desain sedemikian agar ketika ada air yang teruapkan,
uap tersebut tidak terkondensasi pada kalorimeter.
2.2.5. Termometer
Ada beberapa jenis termometer yang digunakan pada percobaan untuk
memperoleh akurasi yang diinginkan
• Etched Steam, mercury-in-glass, Termometer Kalorimeter ASTM Bomb
Rentang suhu = 19° - 35°C atau 18.9° - 25.1°C atau 23.9° - 30.1°C.
• Termometer Diferensial Beckmann
Universitas Indonesia
7

• Termometer Kalorimeter dengan Resistansi Platinum


2.2.5.1. Aksesoris Tambahan Pada Termometer
Kaca pembesar dibutuhkan untuk membaca termometer mercury-in-glass
agar suhu terbaca hingga pada skala terkecil. Selain itu, terdapat pula beberapa
pelengkap lain yang menunjang peralatan kalorimeter, seperti : Galvanometer dan
jembatan wheatstone, alat ukur waktu, penjepit sampel, firing circuit and wire,
hingga alat untuk purifikasi oksigen.

Gambar 1. Kalorimeter Bom


(Sumber: http://blog.zilamedia.com)

2.3 Bahan
Dibawah ini adalah bahan-bahan atau reagen yang digunakan dalam
mengukur panas pembakaran dari hidrokarbon cair menggunakan kalorimeter bom.
• Asam benzoate (standar) dalam bentuk bubur yang dikompres ke bentuk
tablet atau pelet sebelum ditimbang
• Kapsul gelatin
• Indikator metil merah dan metil jingga
• Minyak mineral
• Oksigen
• Pressure-sensitive tape (PSA)
• Larutan alkali, yaitu

Universitas Indonesia
8

o Larutan sodium hidroksida (0.0866 mol/L), dengan melarutkan 3.5 g


sodium hidroksida dalam air hingga 1 L. Melakukan standardisasi
dengan asam potassium phtalat dan menyesuaikannya hingga 0.0866
mol/L.
o Larutan sodium karbonat (0.03625 mol/L)
o 2,2,4-trimetilpentana (isooktana) standard
2.4 Standarisasi
1. Menentukan energi ekuivalen kalorimeter

Menggunakan larutan standard asam benzoate 0.9-1.1 g dengan mencatat


kenaikan suhu (t) selama tiga hari. Menentukan faktor koreksi untuk asam nitrat
(e1) dan firing wire (e2) dengan menggunakan persamaan 1,

(𝑄 𝑥 𝑔+𝑒1 +𝑒2 )
𝑊= (1)
𝑡

2. Mengecek kalorimeter untuk penggunaan bahan bakar yang volatile


Menggunakan 2,2,4-trimetilpentana untuk menentukan apakah hasil dari uji
sebelumnya mencapai nilai panas pembakaran yang sudah teruji, yaitu 47.788
MJ/kg dengan menggunakan metode uji pengulangan. Apabila tidak mencapai
nilai yang ditentukan, teknik dalam menyangga sampel perlu disesuaikan.
3. Menentukan panas pembakaran dari pressure-sensitive tape atau minyak
gelatin atau minyak mineral.
Penentuan panas pembakaran 1.2 g tape dan 0.5 g kapsul gelatin atau
minyak mineral (disimbolkan dengan a) dilakukan menggunakan persamaan 2.

∆𝑡 𝑥 𝑊−𝑒1
𝑄𝑝𝑠𝑡 = (2)
1000 𝑎

2.5. Prosedur
Langkah kerja pengukuran panas pembakaran hidrokarbon cair dengan
kalorimeter bom adalah sebagai berikut:

Universitas Indonesia
9

1. Menimbang berat sampel, mengontrol berat sampel agar kenaikan


temperature yang dihasilkan dari pembakaran bernilai sama dengan 0.9-1.1
g asam benzoate. Beberapa dari bahan bakar masih mengandung air dan ash,
sehingga perlu adanya penghilangan air dan ash yang tidak terlarut sebelum
dilakukan pengujian. Berat sampel dapat diperoleh dengan persamaan 3,

26.454
𝑔= (3)
𝑄𝑠

a. Menempatkan pressure-sensitive tape sepanjang bagian atas dari cup,


memotong ujung tepi menggunakan pisau cukur dan menutupnya
dengan erat. Melakukan injeksi hipodermis pada sampel sehingga
volume sampel dapat dihitung dengan persamaan 4,

𝑊 𝑥 0.00032
𝑉= (4)
𝑄𝑥𝐷

b. Menimbang cup dan kapsul gelatin dengan menambahkan sampel pada


kapsul. Bila proses pembakaran berlangsung kurang baik, dapat
ditambah minyak mineral pada kapsul dan ditimbang ulang.
Menempatkan cup pada elektroda dan menyusun kawat sekering agar
posisi tengah dari loop menyentuh kapsul dan minyak.
2. Menambahkan 1 mL air kedalam bom menggunakan pipet.
3. Setelah sampel uji telah disiapkan, perlahan menginjeksikan oksigen
kedalam bom dengan tekanan gauge sebesar 3 MPa pada suhu ruang.
Tekanan awal oksigen dapat diatur lebih tinggi atau rendah denagn rentang
2.5-3.5 MPa, dengan catatan memiliki tekanan yang sama sepanjang uji
dilakukan, termasuk tahap standardisasi.
4. Mengatur suhu air kalorimeter sebelum proses penimbangan, dimana :
a. Uji jaket isotermal dengan suhu air 1.6°-2°C dibawah suhu jaket
b. Uji jaket adiabatik dengan suhu air 1°-1.4°C dibawah suhu ruang
5. Melakukan pengamatan menggunakan metode jaket isothermal
Universitas Indonesia
10

a. Memasang kalorimeter pada jaket dan memulai pengadukan selama


lima menit untuk mencapai kesetimbangan dan mencatat suhu
kalorimeter setiap satu menit.
b. Memberikan aliran listrik selama enam menit dan catat waktu yang
dibutuhkan serta suhu yang ada
c. Menambahkan 60% estimasi kenaikan suhu pada suhu yang tercatat dan
catat waktu yang dibutuhkan untuk mencapai titik kenaikan 60%
tersebut.
d. Setelah proses kenaikan terjadi, mencatat suhu yang dibutuhkan setiap
menitnya hingga perbedaan pada pembacaan berlangsung konstan
selama lima menit
6. Mengamati menggunakan metode jaket adiabatik
a. Memasang kalorimeter pada jaket dan memulai pengadukan selama
lima menit untuk mencapai kesetimbangan. Mengatur suhu jaket agar
sama atau sedikit lebih rendah
b. Menyesuaikan suhu jaket agar sesuai dengan kalorimeter lalu
menahannya selama tiga menit
c. Mencatat suhu awal dan memberikan aliran listrik
d. Menyesuaikan suhu jaket agar sesuai dengan kalorimeter pada waktu
kenaikan dengan menjaga dua suhu ini agar tetap sama hingga
tercapainya suhu kesetimbangan
e. Melakukan pembacaan kalorimeter setiap satu menit hingga suhu yang
sama tercapai dalam pembacaan tiga kali
f. Mencatat temperatur akhir
7. Menganalisis isi dari bom, dengan melepas bom dan menyertakan tekanan
dengan laju seragam. Mengamati interior bom untuk memastikan
pembakaran berlangsung tidak sempurna. Menghentikan uji jika ditemukan
sampel yang tidak terbakar
a. Mencuci interior dari bom termasuk dengan elektroda dan penahan
sampelnya menggunakan air jet sejalan dengan penampungan air cucui
pada gelas beaker. Ambil air cucui sebanyak 350 mL, melakukan titrasi
dengan larutan alkali standard dengan indikator metil jingga atau merah
Universitas Indonesia
11

b. Melepas dan mengukur potongan firing wire yang tidak terbakar,


mengurangi dari panjang awalnya. Mencatat perbedaan panjang tersebut
sebagai nilai dari wire yang terkonsumsi
c. Menentukan kandungan sulfur dari cucian bom setelah titrasi dengan
mengacu ASTM D129, D1266, D2622, D3120, D4294, D5453
2.6. Kelebihan dan Kekurangan Kalorimeter Bom
2.6.1. Kelebihan Kalorimeter Bom
• Praktis, karena hanya memerlukan satu instrument saja yaitu bomb
calorimeter
• Memiliki nilai repeatability dan reproducibility yang baik dengan
menggunakan bomb calorimeter.
2.6.2. Kekurangan Kalorimeter Bom
• Terkadang pengujian menjadi kurang akurat karena air hasil pembakaran
berubah menjadi fase gas. Apabila air berada dalam fase gas, berarti terdapat
kalor pembakaran yang terpakai untuk menguapkan air dari fase cair
menjadi fase gas.

Universitas Indonesia
12

BAB 3
KESIMPULAN

• Bomb calorimeter merupakan salah satu jenis calorimeter yang bekerja pada
volume konstan untuk mengukur heat of combustion. dimana supaya volume
konstan, maka jaket kalorimeter harus mampu menahan tekanan tinggi dari
pembakaran.
• Bom calorimeter menghitung besar kapasitas panas berdasarkan nilai referensi
material standar yang digunakan, yaitu asam benzoate

Universitas Indonesia
13

REFERENCES

ROFIQ, A. (2012). RFQ Blogs: GAMBAR DAN CARA KERJA KALORIMETER


BOM. [online] RFQ Blogs. Available at:
http://blog.zilamedia.com/2012/03/gambar-dan-cara-kerja-kalorimeter-
bom.html [Accessed 2 Mar. 2019].

DDS Calorimeters. (2004). ASTM D240-09 - International Standards. [online]


Available at: https://www.ddscalorimeters.com/astm-d240-09-
international-standards/ [Accessed 2 Mar. 2019].

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai