Anda di halaman 1dari 3

IV-1

BAB IV
HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN
IV.1. Hasil Percobaan
Tabel IV.1.1 Tabel uji sampel Quaker oats honey nuts
No Perlakuan
Berat
Cawan
Berat Cawan
+ Sampel
Berat
Sampel
% Kadar
Abu
1
Sebelum
di oven
31, 55
gram
36,44 gram 4,89 gram
1,840 %
2
Setelah
di oven
36,22 gram 4,67 gram
3
Setelah
di abukan
31,64 gram 0,09 gram

IV.2. Pembahasan
Abu adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu
bahan organik. Penentuan kadar abu berhubungan erat dengan
kandungan mineral yang terdapat pada suatu bahan pangan.
Kemurnian serta kebersihan suatu bahan yang dihasilkan.
Nahan makanan dibakar dalam suhu yang tinggi dan menjadi
abu. Pengukuran kadar abu bertujuan untuk mengetahui
besarnya kadungan mineral yang terdapat dalam makanan/pangan
Dalam bahan pangan, selain abu terdapat pula komponen lain
yaitu mineral. Kadar abu dalam bahan pangan sangat
mempengaruhi sifat dari bahan pangan. Kadar abu merupakan
ukuran dari jumlah total mineral yang terdapat dalam bahan
pangan. Hal ini menunjukkan bahwa penentuan kadar air sangat
mempengaruhi penentuan kadar mineral. Berbagai mineral
didalam bahan ada pada abu pada saat dibakar. Pengertian
dari kadar mineral adalah ukuran jumlah komponen anorganik
tertentu yang terdapat dalam bahan pangan seperti Ca, Na, K
dan Cl (atmarita, 2009).
Pada praktikum kali ini, akan dilakukan penentuan kadar
abu dengan metode pengabuan kering. Sedangkan sampel yang
akan digunakan adalah Quaker oats honey nuts . Metode
pengabuan kering adalah metode pengabuan dengan menggunakan
tanur (500
o
C 600
o
C) selama 3 jam. Pada metode
pengabuan kering, air dan bahan volatile lain diuapkan
kemudian zat- zat organic dibakar hingga menghasilkan CO
2
,
H
2
O dan N
2
. Pengabuan ini menggunakan panas tinggi dan adanya
oksigen. Biasanya digunakan dalam analisis kadar abu
(analisis proksimat). Metode pengabuan cara kering banyak
dilakuakan untuk analisis kadar abu. Caranya adalah dengan


Iv-2
BAB IV Pembahasan

Kadar Abu LABORATORIUM KIMIA ORGANIK
Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI - ITS

mendestruksi komponen organik contoh dengan suhu tinggi di
dalam suatu tanur (furnace) pengabuan, tanpa terjadi nyala
api sampai terbentuk abu berwarna putih keabuan dan berat
tetap (konstan) tercapai. Oksigen yang terdapat di dalam
udara bertindak sebagai oksidator. Oksidasi komponen organik
dilakukan pada suhu tinggi 50
0
-600
0
C. Residu yang tertinggal
ditimbang dan merupakan total abu dari suatu contoh. Jumlah
sampel yang akan diabukan bergantung pada keadaan bahannya.
Dalam hal ini, kandungan abunya dan kadar air bahan. Untuk
bahan yang kandungan airnya tinggi, jumlah bahan yang
diabukan adalah cukup tinggi karena saat dipanaskan maka air
dalam bahan akan menguap dan bahan menjadi mengalami susut
berat sehingga apabila sampel yang dianalisis terlalu
sedikit, kemungkinan sisa zat tertinggal yang akan ditimbang
tidak ada sehingga analisis bisa terganggu.
Langkah pertama yang dilakukan dalam percobaan ini
ialah menimbang cawan porselen yang akan digunakan sebagai
wadah sampel dan tidak mengganti-ganti cawan porselen di
setiap treatment agar berat cawan porselen tetap sama atau
stabil kemudian mengambil sampel lalu menimbang dengan
neraca analitik agar terlihat jelas ketelitian timbangan
sampel tersebut. Setelah diketahui berat cawan+sampel maka
melakukan perhitungan dengan cara :
(Berat cawan + berat sampel)- (berat cawan) = berat sampel.
Perhitungan tersebut digunakan untuk mengetahui berapa
banyak sampel yang digunakan dalam praktikum kadar abu ini.
Kemudian sampel tersebut dimasukkan kedalam oven sekitar 1
jam untuk menghilangkan kadar air dalam sampel tersebut.
Penetapan kandungan air dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Hal ini tergantung pada sifat bahannya. Pada umumnya
penentuan kadar air dilakukan dengan mengeringkan bahan
dengan oven pada suhu 105-110
o
C selama 1 jam atau sampai
didapat berat konstan. Selisih berat sebelum dan sesudah
pengeringan adalah banyaknya air yang diuapkan (Winarno,
2004).
Setelah mengoven sampel selama 1 jam melanjutkan dengan
menimbang sampel dengan neraca analitik agar diketahui
selisih berat sebelum di oven dan setelah dioven dengan
perhitungan :
(Berat cawan + berat sampel) setelah dioven - (berat cawan)
= berat sampel sesudah di oven.


Iv-3
BAB IV Pembahasan

Kadar Abu LABORATORIUM KIMIA ORGANIK
Program Studi DIII Teknik Kimia
FTI - ITS

Kemudian dilanjutkan dengan proses pengabuan kering dengan
menggunakan alat furnace. Cawan yang sudah diisi dengan
sampel yang telah dioven dipijarkan didalam furnace pada
suhu 600
o
C selama 3 jam hingga sampelnya berwarna putih.
Setelah dipijarkan, sampel dan cawan mendinginkan cawan
didalam desikator selama 30 menit lalu menimbang kembali.
Dalam praktikum kali ini menggunakan sampel Quaker oats
honey nuts dengan perhitungan persentase kadar abu 1,840 %.
Pada umumnya kadar abu pada bahan pangan tidak melebihi dari
5 %. Kadar abu yang melebihi dari 5 % biasanya terdapat pada
bahan pangan olahan. Semakin sedikit kadar abu yang didapat
dalam suatu sampel membuktikan bahwa kadar air dalam sampel
tersebut sangat banyak sehingga membutuhkan waktu yang lama
untuk menguapkan air dan bahan volatile sepenuhnya.
Proses pengabuan dengan menggunakan alat furnace pada
suhu 600
o
C selama 1 jam menggunakan prinsip kerja tanur
yakni bahan yang akan di analisa kandungan kadar abunya
dioksidasi zat organiknya pada suhu tinggi kemudian setelah
itu ditimbang dan dihitung zat yang tertinggal setelah
dilakukan pemanasan pada suhu tinggi dan didapatlah
kandungan kadar abu bahan tersebut. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sudarmaji (1996), bahwa prinsip dari pengabuan cara
langsung yaitu dengan mengoksidasi semua zat organik pada
suhu tinggi, yaitu sekitar 500 600 oC dan kemudian
melakukan penimbangan zat yang tertinggal setelah proses
pembakaran tersebut.

Anda mungkin juga menyukai